Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang saya hormati, Bapak Ibu dewan juri dan Rekan-rekan


seperjuangan yang saya banggakan.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

Mengawali pidato pada hari ini, marilah terlebih dahulu kita


memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat hadir pada acara
lomba pidato tingkat Kabupaten Bima. Pada kesempatan yang sangat
berharga ini, saya akan menampaikan pidato yang berjudul
“Nasionalisme di Kalangan Pelajar”.

Hadirin yang berbahagia.

Pendiri Negara pasti menangis bila melihat, mendengar, dan


merasakan betapa kurang pedulinya pelajar dalam memaknai
Nasionalisme era kekinian yang sangat bertolak belakang dari semangat
perjuangan pahlawan bangsa. Mereka tanpa pamrih, tulus, rela mati, rela
berkorban dalam berjuang demi eksistensi martabat dan derajat bangsa.

Ketika kaum muda meributkan soal selebritis yang sedang terkena


kasus perceraian, atau tentang konser grup musik idola, ataupun tentang
gaya hidup yang modern, maka kedatangan kaum muda yang membawa
topik nasionalisme kadang dikatakan tidak gaul, sok pintar, dan topiknya
dikatakan terlalu berat untuk dipikirkan. Ketika kaum muda ini berusaha
untuk memupuk semangat nasionalismenya agar tidak luntur, berbagai
media justru memberondong dengan info-info hiburan dan sinetron-
sinetron yang bahkan tak ada konstribusinya terhadap kemaslahatan
publik. Belum lagi desakan ekonomi keluarga yang menuntut kaum muda
untuk memperbaiki derajat hidup keluarganya yang merana. Bagaimana
mau memikirkan tentang nasionalisme sedangkan isi perut untuk hari esok
saja tak tentu wujudnya.

Yang tak kalah tragisnya, kaum muda yang berasal dari kalangan
berada juga sudah terlalu sibuk untuk memenuhi tuntutan orang tuanya
untuk memikirkan masa depan usaha keluarganya, sehingga tak ada lagi
waktu untuk memikirkan tentang bualan-bualan nasionalisme.
Hadirin yang berbahagia.

Ketika orang tua, kalangan pendidik, pejabat dan pemerintah


menunjukan gejala yang memprihatinkan tentang kesadaran
nasionalismenya, maka kaum muda kebingungan karena kehilangan figur
nasionalis. Tidak ada lagi contoh nyata yang bisa diteladani untuk
membangkitkan kesadaran nasionalisme itu. Apa yang harus di tiru ketika
kekayaan tambang dan sumber minyak bumi di Indonesia begitu melimpah
ruah, justru diserah kepada pihak asik untuk dikelola. Alasan Indonesia
belum meiliki teknologi yang memadai untuk mengelolanya? Bagaimana
mungkin kesadaran nasionalisme dapat terbentuk ketika para pejabat yang
seharusnya adalah seorang abdi negara dan pelayan masyarakat justru
sibuk tebar pesona untuk meningkatkan citra diri dan memperkaya diri
sendiri? Bagaimana bisa berpegang teguh pada nilai-nilai luhur ketika para
pemimpin justru sibuk mencari massa? Bagaimana bisa menghargai jasa
para pahlawan ketika pelajaran sejarah, pancasila dan kewarganegaraan
dianggap pelajaran sampingan yang nilainya tak berharga dibandingkan
dengan pelajaran Ujian Nasional? Bukankah itu semua yang menjadikan
kita semakin mengalami krisis Nasionalisme?

Hadirin yang berbahagia.

Sudah saatnya kita berbenah diri. Kita sebagai generasi penerus


bangsa wajib menumbuhkan jiwa nasionalisme yang sudah mulai pudar ini.
Nah, sekarang bagaimana cara kita sebagai seorang pelajar untuk
menumbuhkan jiwa nasionalisme itu? Mudah saja. Pertama, setiap hari
Senin kita mengikuti upacara bendera, melalui kegiatan ini secara tidak
langsung siswa diajak untuk mengenang kembali peristiwa perjuangan
para pahlawan ketika merebut kemerdekaan. Apalagi dengan
dikumandangkannya lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ diharapkan
semakin memperkokoh semangat nasionalisme. Kedua, memakai produk
dalam negri, misalnya memakai batik. Saat ini batik Indonesia telah diakui
sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Pengakuan ini semakin diperkuat
dengan adanya hari batik setiap tanggal 2 Oktober. Maka, banggalah kita
apabila kita menggunakan batik. Ketiga, ikut merawat fasilitas umum.
Dimanapun kita berada baik itu dirumah sakit, terminal, pasar, kamar
mandi umum, lebih-lebih di sekolah. Janganlah kita mencorat-coret
dindingnya, ataupun membuang sampah sembarangan. Kalau fasilitas
umum itu terlihat bersih dan indah, maka tentunya kita pun akan merasa
nyaman. Keempat, bangga menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang
telah mempersatukan keanekaragaman bahasa, suku, agama, dan budaya.
Terakhir, melestarikan budaya bangsa melalui seni, misalnya mengikuti
perlombaan/pertunjukan seni tari, seni lukis, ataupun seni peran yang
bertajuk semangat juang untuk negara.

Hadirin yang saya hormati.

Banyak hal yang dapat kita lakukan agar jiwa nasionalisme tetap
menyala bahkan membakar semangat kita. Kita sebagai seorang pelajar
jangan hanya berpangku tangan, bergeraklah!! Kalau bukan kita yang
mencintai negeri ini, siapa lagi? Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal
yang paling kecil, mulailah hari ini!
Padamu negeri kami berjanji

Padamu negeri kami berbakti

Padamu negeri kami mengabdi

Bagimu negeri jiwa raga kami

Demikian isi pidato singkat dari saya, atas perhatian


hadirin semua saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb...

Yeyen Nilamsari Putri

Anda mungkin juga menyukai