Anda di halaman 1dari 15

“PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI DI ERA

GLOBALISASI”

“tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)”

Dosen Penganpu:
Drs. Saffuddin, M.Pd

Disusun oleh :
INTAN PUTRI MAHARANI
(1711050171)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatakan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat – Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan bapak ibu dosen.penulisan
artikel ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah pendidikan
Kewarganegaraan di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Dalam penulisan artikel ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki.
Untuk itu, saya meminta kritik dan saran dari semua pihak demi mengharapkan
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan artikel ini saya banyak mengucapkan banyak terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan
artikel ini, khususnya kepada dosen pengampu saya yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat
waktu.

Bandar Lampung, 06 Mei 2018

penyusun

1
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa dalam rangka
menghadapi era globalisasi
Era globalisasi atau era pasar bebas saat ini ditandai dengan pesatnya
perkembangan teknologi informasi, yang begitu memungkinkan sekelompok atau
seseorang untuk berkomunikasi dengan oranglain di belahan bumi mana pun.
Dikatakan bahwa perkembangan zaman globalisasi saat ini tidak saja memberikan
kesempatan bagi negara-negara maju saja atau perusahan-perusahan besar dunia saja
yang bisa berbuat dan berkompetisi. Melainkan seseorang pun bisa saja memiliki
kesempatan bersaing secara global.
Dalam mengahadapi era globalisasi, negara kita perlu mempersiapkan diri untuk
bisa bertahan dan bisa survive dalam perhelatan perkembangan pasar dunia.
Kebanyakan negara berkembangan seperti Indonesia memiliki kelebihan pada:
potensi sumber daya alam, dan jumlah penduduk yang banyak. Tentu saja kita tidak
bisa hanya mengandalkan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang banyak.
Karena bila tidak diimbangi dengan kulitas sumber daya manusianya, tentu negara
kita bisa tertinggal, dan bisa jadi hanya dimanfaat oleh negara-negara maju, lalu tanpa
memperoleh keutungan yang selayaknya bisa lebih banyak bahkan bisa menibulkan
kerugian bagi kita. Inti kata dalam mengahadapi era globalisasi ini negara Indonesia
perlu mempersipakan kualitas sumber daya manusia yang memadai atau handal.
Untuk menghadapi era globalisasi ini, Indonesia harus bisa menjadi bangsa yang
mandiri. Kemandirian ini terbentuk dari kualitas sumber daya manusianya dalam
mengola SDA maupun turut serta memainkan dan memanfaatkan perkembangan
pasar bebas dunia.
Dadan wildan (2013) menjelaskan Pengertian dari kemandirian suatu bangsa
pada zaman globalisasi ini harus dimaknai sebagai suatu kemampuan yang dimiliki
oleh kita untuk tetap ikut berpartisipasi dalam kompetisi global. Partisipasi kita dalam
kompetisi global itu, tentu saja dalam kondisi interdependensi atau saling
berketergantungan dengan bangsa lain, namun sanggup memegang peran dominan.

2
Jika kita ikut serta berpartisipasi dalam kompetisi global, dalam kondisi saling
berketergantungan, tetapi hanya sanggup memegang peran marginal, maka akan
menjadi bangsa yang tertinggal. Oleh karena itu, untuk menjadi bangsa yang mandiri
di era globalisasi diperlukan dua syarat utama. Syarat pertama bangsa itu harus
memiliki daya saing yang tinggi dan syarat kedua bangsa itu harus sanggup untuk
terus menumbuhkembangkan akses ke globalisasi atau global access.
Mandiri dalam hal ini tentunya, sikap yang bisa bekerjasama dengan negara
asing dan mampu berdaya saing di kancah pasar bebas, dengan tetap
mempertahankan jati diri bangsa yang berlandaskan nilai pancasila. Penanaman nilai
pencasila ini pun bertujuan untuk memampukan warga negara dalam memfilter
segala hal baru yang berasal dari luar. Artinya tidak semua dari luar negeri atau
negara-negara maju diterima mentah-mentah, tetapi masyarakat bisa mencerna
terlebih dahulu mana yang sesuai dengan nilai luruh bangsa kita (pancasila).
Sebagaimana menurut ajaran islam, bahwa kita dianjurkan untuk belajar dari mana
saja, namun yang utama ialah tidak bertentang dengan aturan Allah.SWT, namun
justru diajurkan untuk memperoleh manfaatnya.
Pentingnya membangun bangsa yang mandiri dalam menghadapi era globalisasi,
tampaknya mulai disadari bersama. Sebagaimana telah dinyatakan pada Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, pemerintah telah menetapkan misi pembangunan
nasional sebagai upaya untuk memperkuat kemandirian bangsa. Ada pun misi
pembangunan nasional kita itu, adalah:
1. mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas.
3. mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan terus
memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh.

3
4. mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun
kekuatan TNI hingga melampauikekuatan esensial minimum, serta
disegani di kawasan regional dan internasional.
5. mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan terus
meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial
secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan
wilayah/daerah yang masih lemah.
6. mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan terus memperbaiki
pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan
kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
7. mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan
8. mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional, dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia
terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional
dan regional; serta mendorong kerja sama internasional, regional, dan
bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai
bidang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi era
globalisasi, dari sisi pembangunan manusia, Indonesia perlu mempersiapkan dua hal
yakni sumberdaya manusia yang:
1. Memiliki karakter kuat yang berlandaskan nilai pancasila
2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pancasila
Karakter kuat yang berlandaskan nilai pancasila merupakan karakter pribadi yang
sejalan dengan nilai-nilai pancasila, dan tidak melanggarnya. Yakni:
1. Berke-Tuhanan yang Maha Esa, dalam hal ini masyarakatnya harus beragama,
meyakini adanya Tuhan dan menjalankan perintah-Nya (iman dan takwa).

4
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni berperilaku adil, cinta kebenaran,
berperilaku yang tidak melanggar norma-norma yang ada (norma agama,
susila, hukum, adat maupun secara universal)
3. Menjaga persatuan dan kesatuan, tetap cinta tanah air dan bangsa, menjunjung
tinggi harga diri bangsa, mempererat persatuan warga negara, dan menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan negara luar.
4. Mengharagai kepemimpinan negara, yakni tiap warganegara menyadari
bahwa berada dibawah naungan negara kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki pemerintahan yang kuat dan mandiri, hendaknya kita menghargai
kekuasaan dan kebijakan pemerintah yang dibina (dengan tetap berpegang-
teguh nilai pancasila dan undang-undang dasar).
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, membudidayakan sikap adil, baik
dalam kepemimpinan maupun sebagai warga sipil kepada siapa pun tiap
warga negara Indonesia (secara khusus), dan tiap umat manusia (secara
umum).
Dengan pembinaan karakter warga negara yang berlandaskan pancasila, maka
pribadi akan memiliki jiwa patriotik yakni bersungguh-sungguh, pembelajar, pantang
menyerah, berdaya saing, bisa di andalkan dan tetap memiliki rasa cinta tanah air,
memiliki jati diri bangsa yang kuat dalam kancah pergaulan pasar bebas. Yang
dampaknya secara nasional bisa mendorong kemajuan dan kematangan bangsa
Indonesia yang unggul dan bermartabad.
Untuk mendukung terciptanya manusia yang berkualitas serta bisa berdaya
saing, dan mewujudkan indonesia yang mampu bekerjsama di kancah internasional
dengan tidak kehilangan jati diri bangsa, maka solusi mendasarnya ialah dengan
pembinaan karakter warganegaranya sebagai pelaku pembangunan bangsa.
Ana irhandayaningsih (2013) mengatakan bahwa pemuda merupakan egent
perubahan pembangunan karakter yang amat penting. Berikut 3 peran penting
generasi muda dalam melaksanakan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan:

5
a. Generasi muda sebagai pembangun-kembali karakter bangsa (character
builder). Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun
kembali karakter positif bangsa seperti misalnya meningkatkan dan
melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan
kemandirian bangsa sesuai pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan
ditengah hantaman globalisasi.
b. Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler).
Pembangunan kembali karakter bangsa tentu tidak cukup, jika tidak
dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga
dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character
enabler. Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang dari
generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan dan
pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar
menjadi bangsa yang mandiri.
c. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan
dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk
memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut
generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pengembangan dan
pembangunan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya
modifikasi dan rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia.
Contohnya adalah karakter pejuang dan patriotism yang tidak harus
diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang
bersifat non-fisik. Esensinya adalah peran genarasi muda dalam
pemberdayaan karakter tersebut.

Maka diperlukan pembinaan karakter mulai dari pemuda sebagai penerus


pembangunan bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari pemuda Indonesia, sebagai
pemuda penerus pembangunan sangatlah baik bila pembinaan karakter ini
diimplementasikan dengan sungguh-sungguh di perguruan tinggi sebagai tempat

6
dimana mereka menerima pendidikan formal. Terlebih (Karwono, 2013) peguruan
tinggi dinyatakan sebagai tempat awal perkembangan sebuah peradaban masyarakat
atau bangsa. Dalam hal ini perguruan tinggi memiliki peran penting dalam
membangun sebuah budaya atau peradaban masyarakat atau bangsa. Oleh karennya
amatlah penting pembinaan karakter dilaksanakan dan ditekankan di perguruan tinggi
dengan tujuan awalnya ialah mahasiswa. Secara umum ialah warga di perguruan
tinggi dan masyarakat.

B. Pendidikan karakter bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi


Karakter atau traits merupakan suatu nilai-nilai yang membentuk ciri prilaku
tertentu pada diri seseorang sebagai upaya penyesuaian dirinya, dan relatif menetap.
Sebagaimana falsafah negara Indonesia ialah pancasila, dimana karakter para warga
negara haruslah berlandaskan pancasila, tidak boleh berlawanan dengan pancasila.
Oleh karenanya, semua lapisan warga negara Indonesia (keluarga, sekolah,
pemerintah, masyarakat), terutama pemerintah harus berupaya memdukung
terciptanya pendidikan karakter yang berlandaskan pancasila bagi tiap warga
negaranya. Salah satu upaya formal dalam pengembangan dan pendidikan karakter
ialah melalui sistem pendidikan dari dasar hingga Perguruan Tinggi. Dalam buku
dasain Induk Pembangunan karakter bangsa 2010-2025 (Pemerintah Republik
Indonesia, 2010), mendeskripsikan ciri karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila
pancasila, ialah sebagai berikut:
a. Karakter yang bersumber dari olah hati, antaralain beriman dan bertakwa,
bersyukur, jujur, amanah, adil, tertib, sabar, disiplin, taat aturan,
bertanggungjawab, berempati, punya rasa iba (commpation), berani mengambil
resiko, pantang menyerah, mengahargai lingkunga, rela berkorban, dan berjiwa
patriotik,
b. Karakter yang bersumber dari olah pikir, antara laincerdas, kritis, kreatif,
inovatif, analitis, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.

7
c. Karakter yang bersumber dari olah raga/ kinetetika antara lain bersih dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, ulet, dan gigih.
d. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antaralain, kemanusiaan, saling
menghargai, saling mengasihi, gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli,
hormat, toleran, masionalis, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan
umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Muchlas samani (2009) mengatakan bahwa manusia Indonesia yang terbentuk
melalui pendidikan karakter yang berkelanjutan mulai dari TK hingga ke perguruan
tinggi selayaknya mampu mewujudkan keterpaduan nilai-nilai karakter yang
terkandung dalam empat prinsip olah tersebut.
Desain karakter tersebut merupakan cita-cita yang akan diusahakan untuk
diimplementasikan bagi pengembangkan karakter warga negara, yang perlu dibina
sejak kecil dan berkenjutan, dari pendidikan dasar hingga ke perguruan Tinggi.
Terkait hal ini, dalam pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia pun (pada
permendiknas 26 tahun 2006) menyebutkan standar kompetensi lulusan (SKL) bagi
tiap jenjang pendidikann selalu menekankan pendidikan karakter. Seperti
permendiknas tahun 2006 pasal 26 bahwa:
a. Ayat 1: SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar
kecerdasan, kepribadian, pengetahuan, ahklak mulia serta keterampilan hidup
mandiri dan mengikuti pendidikanlebih lanjut.
b. Ayat 2: SKL pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Ayat 3: SKL pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.

8
d. Ayat 4: SKL pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat
bagi kemanusiaan.

Lebih lanjut, pasal 27 ayat 1 menyebutkan SKL pendidikan dasar dan


menengah dan pendidikan non formal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan peraturan menteri. Dan, pasal 27 ayat 2 menyebutkan SKL pendidikan tinggi
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. Dengan demikian, jelas bahwa
dalam undang-undang sudah ditekankan adanya pembinaan/pendidikan karakter bagi
mahasiswa di Perguruan Tinggi. Pemerintah pun telah memberikan otonom yang
besar bagi tiap perguruan tinggi untuk membuat suatu kurikulum tentang pendidikan
karakter bagi mahasiswa, tentunnya pendidikan karakter yang sinergi dengan
pancasila dan berdasarkan undang-undang di peraturan menteri pendidikan nasional
yang sedang berlaku.
Dalam menyusun rancangan pendidikan karakter bagi mahasiswa, Pusat
Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3 UPI) menyatakan tiga
nilai yang perlu diperkuat dalam pembangunan bangsa saat ini adalah: jujur. Kerja
keras, dan ikhlas.
Hasanah (online: 2014) menyatakan Pendidikan karakter di perguruan tinggi
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia mahasiswa
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan mahasiswa mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai
karakter sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter yang
diterapkan di perguruan tinggi adalah memilih nilai-nilai inti yang dikembangkan
dalam implementasi pendidikan karakter, khususnya pada masing-masing

9
jurusan/program studi. Nilai-nilai inti yang dipilih itu adalah jujur, cerdas, peduli,
dan tangguh. Implementasi nilai-nilai karakter inti tersebut dilakukan secara terpadu
melalui tiga jalur, yaitu terintegrasi dalam pembelajaran, manajemen pengelolaan
jurusan dan program studi, serta pada kegiatan kemahasiswaan.
Terkait dengan itu, Joko Santoso (dalam suaraguru.wordpress: 2011)
mengatakan Pendidikan karakter adalah landasan bagi budaya akademik, karena
ilmu pada prinsipnya dapat kita pandang dalam perspektif moral dan sosial, sehingga
akan terkait langsung dengan perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penjabaran lebih luas, pemahaman dan implementasi dari empat pilar yang
mencakup nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhineka Tunggal Ika. Kesemuanya itu, jika diamalkan, wujudnya adalah
perilaku yang baik dengan karakter moral bangsa Indonesia. Secara umum nilai-nilai
luhur keempat pilar wajib melandasi proses pendidikan menuju perilaku berkarakter.
Implementasinya dengan cara olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa, dan olahraga.
Joko Santoso juga menyatakan kegiatan inti perguruan tinggi adalah tri darma
perguruan tinggi yaitu: pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
hendaknya semua kegiatan ini dilaksanakan dengan berkarakter. Yakni dengan
mengamalkan empat pilar kebangsaan. Jika ini diamalkan dalam tiap kegiatan
tersebut, maka akan terwujud budaya akademik yang di perguruan tinggi tersebut,
baik dalam kegiatan pembelajaran, ekstrakuliler, maupun kehidupan administrasi di
kampus. Meskipun demikian, Joko Santoso (2011) mengatakan; latar belakang
berbagai kampus pasti berbeda dan dinamika luar kampus juga bervariasi, sehingga
tindakan kritis yang bijak perlu dipertimbangkan secara menerus. Sehubungan
dengan itu, pada prinsipnya mahasiswa harus diperhatikan dan “diurus”, karena
kalau tidak diurus akan “diurus”oleh pihak lain yang bisa saja tidak sejalan dengan
nilai-nilai luhur kita,bahkan bertentangan. Jika kegiatan tersebut berjalan dengan
baik,hasilnya ialah tegaknya disiplin moral individu.

10
Adapun program pendidikan karakter yang dapat dilakukan di perguruan Tinggi
(Ida Farida: 2012) antara lain dengan:
1) Mengembangkan model pembelajaran berbasis pendidikan karakter di tingkat
sekolah dan pendidikan tinggi.
2) Melaksanakan seminar, diskusi, dan lokakarya tentang pendidikan karakter
dan pembinaan budaya universitas.
3) Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah yang berfokus
pada tema karakter dan pembudayaan melalui berbagai tulisan di media cetak,
wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik.
4) Menyelenggarakan kegiatan diseminasi hasil penelitian tentang pendidikan
karakter ke berbagai institusi (jenis, jenjang, wilayah).
5) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
mendukung.
6) Menjalin kerja sama dengan institusi lain yang mendukung tercapainya visi
dan misi.
7) Mendorong kegiatan pendidikan karakter di dalam kegiatan ekstrakurikuler
dalam lembaga kemahasiswaan dan UKM.
8) Mendukung pembudayaan organisasi dengan pola kepemimpinan yang
religius, demokratis, adil, visioner, dan memberdayakan bawahan.
9) Memberikan layanan konsultasi tentang implementasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur universitas.

11
TANGGAPAN DAN KESIMPULAN

A. ANALISIS :

Dalam menangani masalah di era globalisasi, pendidikan karakter di tingkat


perguruan tinggi harus lebih di tekankan karena semakin perkembangan zaman maka
dunia akan semakin canggih dengan adanya informasi yang semakin akurat dan
semakin mudah kita melihat dunia luar . oleh karna itu, jika generasi muda lebih
ditingkatkan kembali dalam pendidikan karakter maka generasi muda tidak akan
mudah terpengaruh dengan dunia luar yang semakin bebas.

Selain itu dalam pendidikan karekater harus tetap berlandaskan pancasila.


Dengan berlandaskan pancasila generasi muda akan memiliki jiwa patriotisme, bela
Negara, dan memiliki jiwa yang pantang menyarah dan sesalu peduli dan cinta tanah
air.

B. KESIMPULAN:

Penanaman karakter pada generasi muda dalam perguruan tinggi lebih


menggunakan cara yang lebih mendekatakan diri kepada sikap mahasiswa dalam
menilai dan menjaga bagaimana cara meningkatkan rasa cinta tanah air dan agar
mahasiswa memiliki sifat dan akhlak yang baik dan menjadi mahasiswa yang utuh,
terpadu dan terpuji.

Pembinaan karakter yang berlandaskan pancasila yakni memiliki jiwa


patriotisme, bersunggung-sungguh dalam belajar, pantang menyerah, memmiliki daya
saing tinggi, dan tetap mmiliki rasa cinta tanah air. Untuk mewujudkan terciptanya
manusia yang berkualitas serta berdaya saing ialah dengan melakukan pendidikan
karakter warganegaraan sebagai pelaku pembangunan bangsa.

Dalam hal ini yang berperan dalam mengembangkan pendidikan karakter


generasi muda yang sekarang ini menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi.

12
Generasi muda itu sendiri memiliki tiga peran penting diantaranya: generasi muda
sebagai pengembang-kembali karakter bangsa, generasi muda sebagai pemberdaya
karakter, dan generasi muda sebagai perekayasa karakter.Maka dari itu diperlukannya
pendidikan karakter dalam perguruan tinggi.Penerapan pendidikan karakter sangatlah
baik diimplementasikan dengan sungguh-sungguh di perguruan tinggi sebagai tempat
dimana generasi muda menerima pendidikan formal. Pendidikan karakter di
perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukkan karakter dan akhlak
mulia mahasiswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesui dengan standar
keterangan lulus.

Nilai-nilai inti yang dipilih diantaranya adalah jujur, cerdas,peduli, dan


tangguh. Implementasi nilai-nilai karakter inti tersebut dilakukan secara terpadu
melalui tiga jalur yaitu terintegrasi dalam pembelajaran, management pengelolaan
jurusan dan program study, serta pada kegiatan kemahasiswaan. Selain itu kehgiatan
inti perguruan tinggi adalah tri darma perguruan tinggi yaitu pengajatan, penelitiian,
dan penga

13
SUMBER REFERENSI

https://www.researchgate.net/profile/Yuni_Novitasari/publication/281441756_PEN
DIDIKAN_KARAKTER_BAGI_MAHASISWA_DI_PERGURUAN_TINGGGI_DALAM_RANG
KA_MENGHADAPI_ERA_GLOBALISASI/links/55e7227308aeb6516262d9b4/PENDIDIK
AN-KARAKTER-BAGI-MAHASISWA-DI-PERGURUAN-TINGGGI-DALAM-RANGKA-
MENGHADAPI-ERA-GLOBALISASIbdian kepada masyarakat.

14

Anda mungkin juga menyukai