Akses ke Sumber Daya: Terbatasnya akses merek lokal ke sumber daya, seperti modal,
teknologi, dan tenaga kerja yang berkualitas, dapat menjadi hambatan dalam pengembangan
merek.
Perubahan Ekonomi: Perubahan ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi mata uang, atau resesi,
dapat mempengaruhi daya beli konsumen dan mengurangi pertumbuhan merek lokal.
Teknologi dan Transformasi Digital: Transformasi digital dapat mengubah cara bisnis
beroperasi. Merek lokal perlu beradaptasi dengan teknologi baru dan memanfaatkannya
untuk memperluas jangkauan dan efisiensi operasi.
Keamanan Cyber: Ancaman keamanan siber dapat merusak bisnis dan reputasi merek lokal
jika tidak dilindungi dengan baik.
Dengan menyebutkan factor di atas saya tekankan lagi kalau produk lokall sangat terancam
meliputi factor eksternal & internal.
Kontra (Oposisi)
Wahai dewan juri dan rekan berfikir pihak pro yang saya hormati saya rama sangat tidak
setuju dengan gagasan Keberadaan brand local Indonesia saat ini sedang terancam, mengapa
disebut terancam?
Kita bisa melihat lihat dengan mata kepala sendiri bahwa produk local begitu mewarnai
kehidupan masyarakat Indonesia. Sejumlah nama seperti GoTo, Traveloka, MsGlow, RANS,
Sayurbox, Brodo, Never Too Lavish, Blibli, SiCepat, Warung Pintar, Ajaib Sekuritas, Bak
Jago, dan Sociolla, bukan hanya kian populer.
Yaitu digital disruption, millennial disruption, dan pandemic disruption. Ketiga faktor ini
bahkan telah melakukan seleksi terhadap merek-merek lokal yang ada di pasar.
“Kiprah perusahaan tersebut memang berbeda satu sama lain. Namun mereka menyeruak di
industrinya masing-masing, mampu bersaing, bahkan tak sedikit yang menggoyang
keberadaaan pemain lama yang telah mapan,”tegas Yuswohady dalam pembukaan Indonesia
Brand Forum 2021.
Bahkan lanjut dia pemain-pemain baru ini pun akan terus membesar dan diperkirakan kian
membesar pada tahun-tahun mendatang. Hal ini seiring tingkat penerimaan serta penggunaan
yang makin masif.
“Perkembangan ini merupakan hal yang natural terjadi. “Triple disruption” telah melakukan
apa yang disebut sebagai “pembilasan” terhadap mereka yang ada di panggung bisnis,”
Ia menganalogikan seperti dalam proses mencuci piring , triple disruption akan memilah
serta memilih mana yang layak dan relevan dengan situasi sekarang.
“Mereka yang tak lincah beradaptasi termasuk pemain-pemain mapan sekalipun akan
tergilas, atau tergantikan pemain-pemain baru,”Jelasnya.
“Mereka hadir memanfaatkan kemajuan teknologi digital serta munculnya kaum milenial.
Malah tak sedikit dari perusahaan tersebut yang memang dilahirkan serta dikembangkan oleh
kaum milenial itu sendiri.
Fenomena tiga disrupsi yang membilas merek-merek lokal ini akan dibahas dalam
ajang Indonesia Brand Forum (IBF) 2021 yang berlangsung pada 2-4 November 2021.
Dalam ajang ini, sejumlah merek lokal yang melewati masa-masa pembilasan ini terpilih
memaparkan kinerja merek berikut strategi bisnisnya masing-masing. Selain konferensi, pada
IBF 2021 juga diluncurkan buku berjudul The Rise of Cool+Agile Brands.
Kami tergaskan gagasan brand local Indonesia perlu di kaji ulang, brand lokal yang begitu
banyak tiada tanding di hati Masyarakat terimakasih.