PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.
Pemasaran dari mulut ke mulut atau Word of Mouth (WOM marketing) telah
menarik minat konsumen pada produk atau layanan perusahaan yang tercermin dalam
dialog keseharian. WOM juga menarik minat praktisi marketing untuk menyelidiki
pengaruhnya terhadap brand, perusahaan, dan consumer behaviour secara daring (Brown
et al., 2007). Electronics Word of Mouth (eWOM) dapat berupa ulasan produk yang berada
berbagai saluran daring seperti forum diskusi, situs jejaring sosial dan email. Menurut
Kotler dan Keller (2016) beberapa pemasar menekankan dua bentuk spesifik word of
mouth atau berita dari mulut ke mulut. Pemasaran viral atau disebut juga dengan istilah
electronic word of mouth (eWOM) menurut Kotler dan Keller (2016) adalah pemasaran
menggunakan internet untuk menciptakan efek berita dari mulut ke mulut untuk
mendukung usaha dan tujuan pemasaran. Pemasaran viral menular seperti virus adalah
bentuk lain berita dari mulut ke mulut atau berita dari satu klik mouse ke klik berikutnya,
yang mendorong konsumen menceritakan produk dan jasa yang dikembangkan perusahaan
dalam bentuk audio, video, dan tulisan kepada orang lain secara online. Dalam bentuk
audio dan video contohnya bisa berupa podcast yang mirip seperti Youtube tetapi hanya
dalam bentuk lisan atau audio dan review pada platform Youtube, ada berbagai jenis
influencer dan review pada platform Youtube, contohnya yang akan kita bahas dibawah
adalah reviewer teknologi. Reviewer teknologi adalah seseorang yang memberikan ulasan
terkait teknologi dengan memperhatikan branding, deskripsi tentang produk, tautan tentang
produk dan kalimat call to action. Kemudian dalam bentuk lisan ada contoh dari forum-
forum di Internet dan juga ulasan pada aplikasi mobile shopping. Dari berbagai bentuk e-
WOM tentunya banyak juga variasi yang disukai oleh konsumen tergantung dari produk
apa yang konsumen cari, tapi dari data banyaknya yang melihat masing-masing jenis e-
WOM tersebut, banyak konsumen lebih condong kepada reviewer di platform Youtube,
terlihat dari data pada Forum kaskus dan influencer Youtube yang membahas tentang
produk yang sama para konsumen yang melihat forum sejumlah 6,4 ribu orang sedangkan
yang melihat video di Youtube ada 1,2 juta orang.
Kemunculan reviewer teknologi pada platform Youtube juga merupakan bagian dari
eWOM. Para pengulas ini bermonolog, komunikasi tunggal dimana isi percakapan tidak
didasarkan pada umpan balik penerima (kurtis, Denis, McNamara), tentang pengalaman
1
2
mereka menggunakan satu produk elektronik tertentu. Adanya ulasan produk teknologi ini
terutama di industri telepon pintar (smartphone) merupakan suatu fenomena yang
berdampak baik bagi calon pembeli telepon genggam. Keberagaman dari reviewer dapat
memperkaya sudut pandang sehingga calon pembeli dapat mempertimbangkan jenis,
merek, dan spesifikasi apa yang dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuan ekonominya.
Konsumen yang ingin membeli telepon genggam ini tidak hanya melihat ulasan produk
dari artikel yang tertulis tetapi lebih banyak yang mengandalkan reviewer Youtube,
Instagram, atau bahkan Twitter. Alasannya karena lebih jelas dan lebih nyata karena
disertai dengan foto dan video sehingga tidak dapat dimanipulasi.
Teknologi pada saat ini telah berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu
(Cloudhost, 2018). Peningkatan itu didukung oleh naiknya nilai setiap sub indeks. Sebagai
contoh, sub indeks akses dan infrastruktur meningkat dari 5,53 menjadi 5,67. Subindeks
ini mencakup jumlah pelanggan telepon tetap dan seluler, bandwidth internet, serta
persentase rumah tangga dengan komputer dan internet. Kemudian, sub indeks
penggunaan juga naik 10,1% menjadi 5,34. Indikator di dalamnya berupa persentase
individu yang menggunakan internet, juga pelanggan fixed broadband dan mobile
broadband
Gambar 1.1
Sub-Indeks Penggunaan Tekhnologi
telepon genggam. Kemunculan brand dagang seperti Poco, Xiaomi, Huawei, Oppo,
Samsung, Apple, ROG, RealMe, dan berbagai brand lainnya bersaing untuk dapat
memenangkan pasar. Cara yang konsumen pakai tentu menyesuaikan kebutuhan pasar
yaitu dengan kemudahan akses, harga yang lebih murah dengan kualitas yang baik, atau
bahkan harga yang mahal dengan kualitas yang mumpuni, entah dari faktor software
maupun hardwarenya.
Masa pandemi ini merupakan masa yang sulit terutama untuk sektor perekonomian
karena perlakuan pembatasan di berbagai sektor yang mau tidak mau mempengaruhi
berbagai setiap kegiatan dalam dalam kehidupan manusia. Berbagai penyesuaian
dilakukan demi mempercepat penanganan pandemi ini, seperti rapat secara daring, sekolah
secara daring, bahkan transaksi ekonomi pun dilakukan secara daring. Menurut artikel
detikfinance (DetikFinance, 2021), penjualan ponsel pintar di masa pandemi ini meningkat
secara signifikan. Terbukti dari data yang disediakan oleh Statistia menyatakan bahwa
terdapat kenaikan penjualan gadget secara global dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 1.5%
(1.535.360.000 unit). Salah satu hal yang mempengaruhi peningkatan ini adalah karena
munculnya pengulas gawai, salah satunya adalah akun GadgetIn yang memiliki pengikut
sebanyak 7.8 juta orang dengan jumlah penonton rata- rata 1.3 juta. Hal ini dilatarbelakangi
oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat yang memaksa masyarakat untuk mengikuti
perkembangan teknologi demi kelancaran semua permasalahan. Karena ekonomi sedang
kurang baik, maka masyarakat juga perlu melakukan banyak pertimbangan untuk membeli
sebuah telepon genggam.
Pada masa pandemi ini tentunya merubah perilaku konsumen yang awalnya berbelanja
secara luring beralih ke pembelian daring. Situasi inilah yang mendorong berkembangnya
bisnis mobile commerce di Indonesia dengan hanya bermodalkan koneksi internet,
konsumen tidak perlu repot untuk mendatangi toko telepon genggam satu-satu hanya untuk
membandingkan harga mana yang lebih murah. Kemunculan perusahaan mobile commerce
yang ada di Indonesia yang beragam, serta jenis layanan yang bervariatif yang ditawarkan
membuat para konsumen lebih leluasa dalam memilih toko daring mana yang ingin
konsumen kunjungi.
Beragamnya e-commerce yang muncul pada saat ini membuat calon pembeli menjadi
lebih mudah untuk membandingkan barang yang satu dengan yang lain, karena kemudahan
akses dan spesifikasi yang sudah dijelaskan dengan rinci untuk suatu produk. Ulasan
produk yang dilakukan oleh reviewer juga menjadi salah satu pertimbangan calon pembeli
untuk memilih barang yang akan dibeli. Akan tetapi, perubahan ini dapat membutuhkan
4
proses yang berbeda bagi setiap individu karena merubah perilaku konsumsi luring
menjadi daring. Beberapa dari mereka masih memiliki keraguan saat harus melakukan
pembelian secara daring seperti keaslian produk, garansi produk, dan keamanan saat
pengiriman produk. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkonfirmasi apakah berbagai
persepsi risiko yang dirasakan konsumen, ulasan positif dan kepercayaan dapat
mempengaruhi niat beli ulang konsumen secara daring.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Positive eWOM berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
2. Apakah Perceived Risk berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
3. Apakah Kepercayaan berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
4. Apakah Kepercayaan berpengaruh terhadap Perceived Risk?
5. Apakah Brand Attitude berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
6. Apakah Brand Attitude mampu memediasi eWOM terhadap ReRepurchase
Intention?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diurakan diatas, tujuan penelitian yang ingin
dicapai yaitu:
1. Menganalisa pengaruh Positive eWOM terhadap ReRepurchase Intention?
2. Menganalisa pengaruh Perceived Risk berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
3. Menganalisa pengaruh Kepercayaan terhadap ReRepurchase Intention?
4. Menganalisa pengaruh Kepercayaan berpengaruh terhadap Perceived Risk?
5. Menganalisa pengaruh Brand Attitude berpengaruh terhadap ReRepurchase Intention?
6. Menganalisa Brand Attitude dalam memediasi eWOM terhadap ReRepurchase
Intention?.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak
diantaranya :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca tentang Pengaruh
Positive eWOM, Trust, dan Eksplorasi Dimensi Perceived Risk Terhadap Online
ReRepurchase Intention Produk Flagship Smartphone dan dapat dijadikan referensi
untuk peneliti yang selanjutnya yang ingin meneliti tentang topik ini.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2. LANDASAN TEORI
2.1.Teori SOR
Teori stimulus organisme respon (SOR) pertama kali diusulkan oleh Mehrabian
dan Rusell (1974) dan kemudian dimodifikasi oleh Jacoby (2002). Model SOR sendiri
berfungsi sebagai teori pendukung yang menyatakan bahwa karakteristik tertentu dari
suatu lingkungan atau rangsangan membangkitkan keadaan batin konsumen dan
mendorong keterlibatan mereka dalam perilaku tertentu (Koay, 2019). Kerangka kerja
SOR terdiri dari 3 komponen: stimulus, organisme, dan response. Komponen
"merangsang" pertama mengacu pada "merangsang pengaruh individu". (Zhang, 2001).
2.2. Niat Beli Ulang (Intention to Repurchase)
Niat beli ulang (Intention to re-Purchase) Pembelian ulang menggambarkan
tindakan nyata pelanggan dalam membeli kembali atau menggunakan kembali produk
yang sama (Ibzan et al., 2016). Hal ini sangat mungkin terjadi karena adanya potensi
konsumen untuk membeli kembali produk yang sama (Peyrot dan Van Doren, 1994).
Secara konseptual, pembelian ulang adalah tindakan aktual, sedangkan niat pembelian
kembali menunjukkan keputusan pelanggan untuk melakukan pembelian di masa depan
dengan pengecer atau pemasok yang sama (Zhang et al., 2011).
2.3. Kepercayaan (Trust)
Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi niat beli konsumen untuk membeli suatu
produk adalah kepercayaan, Kepercayaan telah dipelajari secara luas selama bertahun-
tahun, karena diakui sebagai elemen kunci dalam hubungan antar individu, antar
organisasi, dan antara individu dan organisasi. Namun demikian, kepercayaan mungkin
merupakan salah satu gagasan yang paling menantang di mana konsep hampir tidak
disetujui oleh para peneliti (Hong & Cho, 2011). Kepercayaan memainkan peran penting
dalam proses pembelian melalui Internet, di mana risiko yang dirasakan memiliki efek
negatif (Hung et al., 2012)
2.4.Persepsi Resiko (Percivied Risk)
Karena sifat dari pembelian daring adalah tidak langsung bertemu antara penjual
dan pembeli maka ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu persepsi risiko yang dirasakan
oleh konsumen sebelum bertransaksi dan membeli produk. Menurut Schierz et al., (2010)
Risiko yang dirasakan adalah kerugian yang diharapkan. Semakin besar ekspektasi
kerugian, semakin tinggi tingkat risiko yang dirasakan konsumen. (Laroche et al., 2005)
6
mengidentifikasi risiko yang dirasakan sebagai persepsi negatif dari hasil yang tidak
terduga dan variabel dari produk yang dibeli. Pada saat yang sama Ko et al., (2004)
mendefinisikan konsep risiko yang dirasakan sebagai persepsi konsumen terhadap variabel
dan hasil yang berlawanan ketika membeli produk atau jasa. Konsep ini mencakup dua
unsur, yaitu kecurigaan dan konsekuensi.
Dalam konteks pasar daring, Han & Kim (2017) meneliti persepsi risiko
multidimensi yang meliputi keuangan, privasi, produk, keamanan, sosial / psikologis dan
waktu. Dengan kerangka belanja daring yang lebih intensif dari dimensi lain, Almousa
(2011) menekankan pada risiko produk, keuangan dan keamanan menjadi yang paling
berpengaruh..
Dari literature review yang sudah kami jabarkan, maka model penelitian yang kami
buat dengan mengacu pada jurnal-jurnal terdahulu dan sesuai teori adalah:
Gambar 2.1
Model Penelitian
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
3.1. Rancangan Penelitian
Menurut (Babbie, 1995) yang dimaksud dengan rencana penelitian adalah mencatat
perencanaan dari cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan metode survei yang dipilih
sebagai sumber data primer. Metode survey online digunakan untuk tujuan pengumpulan
data, dan kuantitatif analisis digunakan untuk menguji hipotesis sebagai desain penelitian.
Responden penelitian ini adalah mereka yang sebelumnya pernah melihat review gadget
pada platform Youtube dan pernah menggunakan platform belanja online. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan survei online melalui google form untuk pengumpulan datanya
dan menggunakan stratified random sampling untuk mendapatkan sampel konsumen
belanja online. Survei internet dapat menargetkan kelompok tertentu untuk masalah
tertentu dan menekankan pada analisis sudut pandang individu.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengguna aktif Platform Youtube dan
konsumen m-commerce di Pulau Jawa. Sampel pada penelitian ini adalah 105 pengguna
m-commerce berbasis marketplace yang ada di Indonesia seperti Shopee, Tokopedia,
Bukalapak, dan secara aktif membuka salah satu aplikasi m-commerce minimal 1 jam
sehari juga seluruh pengguna platform Youtube untuk melihat review influencer dan secara
aktif melihat review gadget
3.3.Definisi Pengukuran Variabel
Perceived Risk Risiko yang dirasakan oleh (Featherman & Pavlou, 2003)
konsumen dalam berbelanja and (Slade et al., 2015)
online.
Pengukuran
Pengukuran variable menggunakan 5 skala likert yaitu:
● Jawaban sangat setuju score 5
● Jawaban setuju score 4
● Jawaban netral score 3
● Jawaban tidak setuju score 2
● Jawaban sangat tidak setuju score 1
No Pertanyaan Skala
1 2 3 4 5
Perceived Risk
Financial Risk
Psychological Risk
Performance Risk
Time Risk
Trust
berbelanja online
m-Vendor
m-Service
m-Device
13
Disposition
Positif e-WOM
Brand Attitude
Re-Repurchase Intention
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Hasil Penelitian
4.1.Analisis Data Deskriptif
4.1.1. Tanggapan Positif e WOM (X1)
Hasil Tanggapan Positif eWOM seperti yang dipaparkan dibawah ini:
Tabel 4.1
Positif e-WOM
Jumlah
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
Saya sering membaca 33 11 17 5 39 105
postingan 31,4% 10,5% 16,2% 4,8% 37,1% 100%
konsumen/teman lain
1
untuk memastikan saya
membeli produk/merek
yang tepat.
Saya sering membaca 42 21 8 8 26 105
postingan 40% 20% 7,6% 7,6% 24,8% 100%
konsumen/teman lain
2 untuk mengetahui
produk/merek apa yang
memberi kesan baik pada
orang lain.
Saya sering membaca 45 25 9 13 13 105
postingan 42,9% 23,8% 8,6% 12,4% 12,4% 100%
konsumen/teman lain
3
untuk mengumpulkan
informasi tentang
produk/Merek
Saya sering membaca 45 26 9 13 12 105
4 postingan 42,9% 24,8% 8,6% 12,4% 11,4% 100%
konsumen/teman lain
16
Jumlah
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
untuk yakin dengan
keputusan pembelian saya.
Sumber : Data Primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat dikettahui bahwa mayoritas responden
menjaab Saya sering membaca postingan konsumen/teman lain untuk
mengumpulkan informasi tentang produk/Merek dan Saya sering membaca
postingan konsumen/teman lain untuk yakin dengan keputusan pembelian saya
masing-masing menjawab sangat setuju sebeanyak 45 orang atau 42,9%
konsumen/teman lain
1
untuk memastikan saya
membeli produk/merek
yang tepat.
Saya sering membaca 42 21 8 8 26 105
postingan 40% 20% 7,6% 7,6% 24,8% 100%
konsumen/teman lain
2 untuk mengetahui
produk/merek apa yang
memberi kesan baik
pada orang lain.
Saya sering membaca 45 25 9 13 13 105
3 postingan 42,9% 23,8% 8,6% 12,4% 12,4% 100%
konsumen/teman lain
17
Jumlah
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
untuk mengumpulkan
informasi tentang
produk/Merek
Saya sering membaca 45 26 9 13 12 105
postingan 42,9% 24,8% 8,6% 12,4% 11,4% 100%
konsumen/teman lain
4
untuk yakin dengan
keputusan pembelian
saya.
Sumber data primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat dikettahui bahwa mayoritas responden
menjawab Saya sering membaca postingan konsumen/teman lain untuk
mengumpulkan informasi tentang produk/ dan Saya sering membaca postingan
konsumen/teman lain untuk yakin dengan keputusan pembelian say masing-
masing menjawab sangat setuju sebeanyak 45 orang atau 42,9%
4.1.3. Re-Repurchase Intention
Tabel 4.3
Re-Repurchase Intention
Jumlah
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
Saya akan cenderung 33 11 17 5 39 105
untuk membeli kembali 31,4% 10,5% 16,2% 4,8% 37,1% 100%
1
produk yang sudah saya
beli.
Saya akan membeli 42 21 8 8 26 105
smartphone dengan 40% 20% 7,6% 7,6% 24,8% 100%
2
merek yang sama lain
kali
Sumber data primer diolah, 2021
18
1 berbelanja online
membuat saya
merasakan risiko.
Saya merasa tidak 42 21 8 8 26 105
sepenuhnya aman 40% 20% 7,6% 7,6% 24,8% 100%
memberikan informasi
2 pribadi saya saat
berbelanja online
menggunakan
perangkat seluler saya.
Saya menemukan 45 25 9 13 13 105
berbelanja online 42,9% 23,8% 8,6% 12,4% 12,4% 100%
menggunakan
3 perangkat seluler
berbahwaya bagi
informasi saya yang
sensitif
Sumber: Data Primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel diatas tanggapan responden mayoritas menjawab pada
pertanyaan Saya menemukan berbelanja online menggunakan perangkat seluler
berbahwaya bagi informasi saya yang sensitif dengan jawaban sangat seuju
sebanyak 46 responden atau 42,9%
19
4.1.5. Trust
Hasil tanggapan trust dapat ditunjukkan seperti tabel dibawah ini:
Jumlah
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
Saya percaya bahwa perangkat seluler 44 33 8 13 7 105
1 saya akan dapat diandalkan ketika saya 41,9% 31,4% 7,6% 12,4% 6,7% 100%
berbelanja online.
Saya mempercayai sistem belanja yang 50 20 5 8 22 105
2
tersedia di perangkat seluler saya 47,6% 19% 4,8% 7,6% 21% 100%
seluler saya
Saya biasanya mempercayai retailer m- 31 29 8 19 18 105
4 commerce, meskipun saya belum pernah 29,5% 27,6% 7,6% 18,1% 17,1% 100%
online
Sumber: Data Primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel diatas tanggapan responden mayoritas menjawab pada
pertanyaan Prosedur pembayaran yang terlibat dalam berbelanja di perangkat
20
seluler saya umumnya dapat diandalkan dengan jawaban sangat seuju sebanyak 50
responden atau 47,6%
4.2.Uji-T
Uji t merupakan pengujian untuk menunjukkan signifikansi pengaruh secara
individu variabel bebas yang ada didalam model terhadap variabel terikat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas menjelaskan
variasi variabel terikat. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat. Penjelasan hasil uji t untuk masing-masing variabel bebas sebagai berikut:
4.2.1. Positive eWOM berpengaruh terhadap Re-Repurchase Intention
Hasil statistik uji t variabel kepercayaan diperoleh nilai t hitung sebesar
3,678 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),
dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,138; maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif positif eWOM terhadap Re-
Repurchase Intention” diterima.
4.2.2. Perceived Risk berpengaruh terhadap Re-Repurchase Intention
Hasil statistik uji t variabel kepercayaan diperoleh nilai t hitung sebesar
2,336 dengan nilai signifikansi sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),
dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,12; maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif Perceived Risk terhadap Re-
Repurchase Intention” diterima.
4.2.3. Kepercayaan berpengaruh terhadap Repurchase Intention
Hasil statistik uji t variabel kepercayaan diperoleh nilai t hitung sebesar
34,244 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),
dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 1,031; maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “Terdapat pengaruh positif Kepercayaan terhadap Re-
Repurchase Intention” diterima.
4.2.4. Kepercayaan berpengaruh terhadap Perceived Risk
Hasill perthitungan menunjukkan bahwa taraf sifgnifikan yang dihasilkan
sebesar 0,000 hal ini artinya ada pengaruh antara Kepercayaan berpengaruh
terhadap Perceived Risk
21
BAB V
PENUTUP DAN SARAN
5. Penutup dan Saran
5.1. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka kesimpulan dalam penelitian ini meliputi:
1. Ada pengaruh antara Positive eWOM berpengaruh terhadap Repurchase Intention
2. Ada pengaruh antara Perceived Risk berpengaruh terhadap Repurchase Intention
3. Ada pengaruh antara Kepercayaan berpengaruh terhadap Repurchase Intention
4. Ada pengaruh antara Kepercayaan berpengaruh terhadap Perceived Risk
5. Ada pengaruh antara Brand Attitude berpengaruh terhadap Repurchase Intention
6. Ada pengaruh antara Brand Attitude mampu memediasi eWOM terhadap
Repurchase Intention
5.2. Saran
Saran dalam penelitian ini melipuiti Responden Wanita memiliki nilai perceived
risk yang lebih tinggi daripada pria. Hal tersebut dipengaruhi oleh sikap kognitif yaitu
pengetahuan dan persepsi konsumen yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu
objek sap dan informasi dari berbagai sumber, lebih rendah dari Pria. Wanita
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa perilaku konsumen memiliki
pengaruh lebih signifikan daripada kualitas pelayanan dalam kabin, lokasi dan harga
terhadap keputusan pembelian sehingga diharapkan adanya penelitian selanjutnya
mengenai perilaku konsumen yang lebih mendalam dalam memilih jasa shuttle travel
sehingga dapat mengetahui faktor apa yang sangat berpengaruh dalam variabel perilaku
konsumen. Dan juga diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini karena masih
banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi Repurchase Intention, contohnya adalah
Loyalty.
23
DAFTAR PUSTAKA
Almousa, M. (2011). Perceived risk in apparel daring shopping: a multi dimensional perspective.
Canadian Social Science, 7(2), 23–31.
Bambauer-Sachse, S., & Mangold, S. (2011). Brand equity dilution through negative daring word-
of-mouth communication. Journal of Retailing and Consumer Services, 18(1), 38–45.
Brown, J., Broderick, A. J., & Lee, N. (2007). Word of mouth communication within daring
communities: Conceptualizing the daring social network. Journal of Interactive Marketing, 21(3),
2–20.
DetikFinance, T. detikcom-. (2021). Smartphone Jadi Juara 1 Barang Paling Laku di Masa
Pandemi. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5638075/smartphone-jadi-juara-1-
barang-paling-laku-di-masa-pandemi
Han, M. C., & Kim, Y. (2017). Why consumers hesitate to shop daring: Perceived risk and product
involvement on Taobao. com. Journal of Promotion Management, 23(1), 24–44.
Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P., Walsh, G., & Gremler, D. D. (2004). Electronic word-of-
mouth via consumer-opinion platforms: what motivates consumers to articulate themselves on the
internet? Journal of Interactive Marketing, 18(1), 38–52.
Hong, I. B., & Cho, H. (2011). The impact of consumer trust on attitudinal loyalty and Repurchase
Intentions in B2C e-marketplaces: Intermediary trust vs. seller trust. International Journal of
24
Hung, M.-C., Yang, S.-T., & Hsieh, T.-C. (2012). An examination of the determinants of mobile
shopping continuance. International Journal of Electronic Business Management, 10(1), 29.
Hussain, S., Ahmed, W., Jafar, R. M. S., Rabnawaz, A., & Jianzhou, Y. (2017). eWOM source
credibility, perceived risk and food product customer’s information adoption. Computers in
Human Behavior, 66, 96–102.
Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The effect of electronic word of mouth on brand image and
Repurchase Intention: An empirical study in the automobile industry in Iran. Marketing
Intelligence & Planning.
Ko, H., Jung, J., Kim, J., & Shim, S. W. (2004). Cross-cultural differences in perceived risk of
daring shopping. Journal of Interactive Advertising, 4(2), 20–29.
Kudeshia, C., & Kumar, A. (2017). Social eWOM: does it affect the brand attitude and Repurchase
Intention of brands? Management Research Review, 40(3), 310–330.
https://doi.org/10.1108/MRR-07-2015-0161
Laroche, M., Yang, Z., McDougall, G. H. G., & Bergeron, J. (2005). Internet versus bricks-and-
mortar retailers: An investigation into intangibility and its consequences. Journal of Retailing,
81(4), 251–267.
Marriott, H. R., & Williams, M. D. (2018). Exploring consumers perceived risk and trust for
mobile shopping: A theoretical framework and empirical study. Journal of Retailing and
Consumer Services, 42(February), 133–146. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2018.01.017
Meskaran, F., Ismail, Z., & Shanmugam, B. (2013). Daring Repurchase Intention: Effects of trust
and security perception. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 7(6), 307–315.
Mitchell, A. A., & Olson, J. C. (2000). Are product attribute beliefs the only mediator of
advertising effects on brand attitude? Journal of Marketing Research, 18(3), 318–332.
Schierz, P. G., Schilke, O., & Wirtz, B. W. (2010). Understanding consumer acceptance of mobile
payment services: An empirical analysis. Electronic Commerce Research and Applications, 9(3),
209–216.
Schivinski, B., Łukasik, P., & Dabrowski, D. (2015). User-generated images and its impact on
consumer-based brand equity and on Repurchase Intention. Logistyka, 2, 1054–1061.
Schlosser, A. E., White, T. B., & Lloyd, S. M. (2006). Converting web site visitors into buyers:
25
how web site investment increases consumer trusting beliefs and daring Repurchase Intentions.
Journal of Marketing, 70(2), 133–148.
Shukla, P. (2011). Impact of interpersonal influences, brand origin and brand image on luxury
Repurchase Intentions: Measuring interfunctional interactions and a cross-national comparison.
Journal of World Business, 46(2), 242–252.
Wu, P. C. S., & Wang, Y. (2011). The influences of electronic word‐of‐mouth message appeal and
message source credibility on brand attitude. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics.
Yoo, B., Donthu, N., & Lee, S. (2000). An examination of selected marketing mix elements and
brand equity. Journal of the Academy of Marketing Science, 28(2), 195–211.