Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH (E-WOM) DAN

PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

MELALUI BRAND IMAGE. (STUDI PADA KANAL YOUTUBE TASYA

FARASYA)

Disusun Oleh :
Tasya Firdhausi Islamiyah 195020201111048

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Seminar Proposal yang

dibimbing oleh Bapak Fatchur Rohman, Drs, M.Si.

BIDANG MANAJEMEN PEMASARAN


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KOTA MALANG
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Digitalisasi mendorong perubahan yang signifikan pada kehidupan

manusia. Teknologi yang dikemas dalam produk digital telah memberikan

banyak kemudahan, sehingga berperan penting dalam terjadinya perubahan

kebiasaan dan budaya. Selain itu, perkembangan teknologi juga membawa

perubahan pada aspek komunikasi, informasi, serta multimedia.

Perkembangan teknologi yang paling dirasakan adalah keberadaan Internet.

Internet (interconnection networking) merupakan kumpulan jejaring informasi

yang digunakan oleh manusia untuk terhubung dengan jaringan di seluruh

dunia melalui komputer atau sarana digital lainnya (Simarmata, 2010).

Melalui internet, manusia bisa mendapatkan informasi dari manusia yang lain

hanya dengan menggunakan komputer. Oleh karena itu, internet telah

mempermudah berbagai aspek kehidupan komunikasi dan informasi.

Di Indonesia penggunaan internet sudah menjadi gaya hidup di tengah

masyarakat. Menurut survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII), Penetrasi Internet yakni persentase pengguna

internet terhadap jumlah populasi di Indonesia pada tahun 2019-2020 adalah

sebesar 196.71 juta jiwa dari total penduduk populasi 266.91 juta jiwa. Hal ini

berarti sekitar 73.7% penduduk Indonesia telah menggunakan internet secara

aktif dalam kurun waktu tersebut. Jumlah ini terbilang meningkat dari tahun

2018 sebesar 8.9%. (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),

2020)

2
Gambar 1.1.
Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia 2019-2020

Sumber: Asosiasi Jasa Internet Indonesia, 2020

Sosial media menjadi salah satu alasan penggunaan internet di Indonesia

yakni sebesar 51.5% dari total pengguna atau sekitar 101.31 juta jiwa.

(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2020). Menurut

Andrews dan Shimp (2017) definisi singkat mengenai sosial media adalah

sebuah basis web dan teknologi seluler yang digunakan untuk mengubah

komunikasi menjadi dialog interaktif. Fungsi general dari media sosial adalah

untuk mengintegrasikan teknologi dengan interaksi manusia sehingga mampu

menghasilkan komunikasi dua arah yang menciptakan nilai bagi penggunanya.

Komunikasi ini kemudian membentuk berbagai komunitas atau grup daring

bagi konsumen yang memiliki minat sama terhadap brand yang diciptakan

oleh perusahaan. (Kaplan, 2010)

Sosial media mengalami perkembangan setiap tahunnya. Jenis-jenis sosial

media juga menjadi sangat beragam seiring dengan perkembangan tersebut. Di

Indonesia terdapat beberapa jenis sosial media yang sering digunakan seperti

Instagram, Youtube, Whatsapp, Facebook, Line, Tiktok, dan masih banyak

lagi. Youtube menjadi sosial media yang paling sering digunakan kedua

3
setelah Facebook. Dengan jumlah 61% pengguna menyatakan sering

menggunakan sosial media Youtube. Hal ini membuktikan bahwa Youtube

merupakan platform yang digemari oleh masyarakat Indonesia. (Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2020)

Gambar 1.2.
Skala Pengguna Youtube di Indonesia 2019-2020

Sumber: Asosiasi Jasa Internet Indonesia, 2020

Media sosial memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat untuk

berbagi pengalaman, mencari ulasan produk, dan membagikan interaksi antar

konsumen. Masyarakat yang mencari ulasan dan pengalaman orang lain di

media sosial disebut dengan Electronic Word of Mouth (E-WOM). E-WOM

Merupakan bentuk perkembangan dari Word of Mouth (WOM) yakni

percakapan tatap muka yang dilakukan antara konsumen mengenai sebuah

produk atau pengalaman layanan. Berkembang menjadi E-WOM, pengertian

dari Word of Mouth pun berubah. E-WOM merupakan sebuah pernyataan

yang menyatakan persepsi positif atau negatif dari pelanggan atau mantan

pelanggan mengenai sebuah produk perusahaan yang tersedia untuk banyak

orang melalui Internet. (Lopez & Sicilia, 2014)

4
Menurut (Jalilvand & Samiei, 2012), Konsumen akan terpengaruh untuk

memunculkan keputusan pembelian karena adanya rekomendasi atau ulasan

seperti sharing review dengan konsumen lain. Informasi yang dibentuk oleh

konsumen, seperti ulasan online, cenderung lebih persuasif apabila

dibandingkan dengan informasi khusus yang dibuat oleh perusahaan atau

pemasar, karena konsumen yang memberikan review tidak memiliki

kepentingan pribadi dengan perusahaan. Konsumen akan cenderung lebih

independent dan lebih kredibel. (Thomas et al, 2019). Konsumen yang

melakukan review atau ulasan melalui internet akan memberikan persepsi

mengenai kualitas produk perusahaan.

Persepsi kualitas merupakan sebuah persepsi konsumen terhadap kualitas

produk secara keseluruhan yang berhubungan dengan tujuan dan nilai produk,

dimana bersifat relatif menurut harapan konsumen. (Durianto, 2011). Persepsi

kualitas nantinya akan memberikan keterkaitan dengan bagaimana suatu

merek dipersepsikan kepada konsumen lain. Kualitas yang dipersepsikan oleh

konsumen akan mencakup tiga aspek utama yaitu aspek produk, aspek harga,

dan aspek non-produk. Pada aspek produk, konsumen akan menentukan

standar bagaimana produk tersebut seharusnya, dari aspek harga, akan

menentukan apakah affordable atau tidak disesuaikan dengan aspek produk

dan non-produk. Lalu dalam aspek non-produk, konsumen akan melihat

reputasi produk, pelayanan produk, dan proses pengiriman produk.

Masyarakat sebagai calon konsumen dapat menentukan keputusan pembelian

berdasarkan persepsi kualitas yang dikomunikasikan oleh konsumen lain

melalui media sosial online seperti youtube.

5
Kemampuan konsumen untuk mempersepsikan suatu produk akan

berpengaruh pada pembentukan brand image dari produk tersebut. Brand

image dipengaruhi oleh reputasi produk yang dibangun oleh perusahaan

dengan tujuan untuk menciptakan consumer value dan berujung pada

keputusan pembelian. Brand image merupakan sebuah persepsi dan keyakinan

dari konsumen yang terintegrasi dengan memori konsumen. (Kotler & Keller,

2012) Memori konsumen terhadap merek dapat dibentuk melalui informasi

yang diperoleh dari pengalaman konsumen secara langsung atau pengalaman

konsumen lain yang dikomunikasikan pada E-WOM.

Electronic word of mouth (E-WOM) dan Persepsi kualitas merupakan dua

hal yang berbeda tetapi keduanya berjalan Bersama-sama dalam membangun

brand image suatu produk. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

Rahman (2019), E-WOM memiliki pengaruh secara langsung terhadap brand

image. Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa persepsi konsumen secara

online dan pendapat para ahli secara signifikan mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen. (Rahman, 2019) Keputusan pembelian merupakan hal

yang paling penting dalam pemasaran, yaitu proses dimana konsumen benar-

benar membeli produk yang ditawarkan oleh pemasar. (Kotler & Keller,

2012). Dalam penjelasan lain, mengartikan keputusan pembelian sebagai suatu

proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa

yang akan dibeli atau tidak akan dibeli berdasarkan pengalaman-pengalaman

sebelumnya.

Kemudahan dalam memperoleh informasi melalui internet telah

menciptakan perubahan gaya hidup baru bagi para konsumen dengan cara

6
membagikan pengalaman mereka dalam menggunakan sebuah produk atau

layanan yang mereka inginkan. Proses membagikan pengalaman ini seringkali

dilakukan dalam media sosial youtube, oleh karena itu lahirlah berbagai

macam kanal youtube yang menciptakan konten review produk. Fenomena ini,

didukung oleh artikel Clara Brown melalui Octoly Magazine 2018 dengan

judul artikel Here Arethe Top 10 Most Popular Types of Videos on Youtube

menampilkan bahwa, product review videos menduduki peringkat pertama

sebagai tipe video yang paling populer di tengah pengguna youtube. Selain

itu, artikel tersebut didukung Kembali oleh hasil riset Think with Google yang

menunjukkan bahwa lebih dari 63% konsumen akan menonton video review

terlebih dahulu sebelum melakukan keputusan pembelian dan menunjukkan

bahwa sekitar 50% konsumen akan cenderung membeli produk yang

ditampilkan pada video review.

Salah satu kanal youtube yang sering melakukan kegiatan product review

dalam bidang Kecantikan, Tutorial, dan Life di Indonesia adalah kanal

youtube Tasya Farasya. Kanal youtube tersebut dimiliki oleh seorang beauty

vlogger bernama Lulu Farasya yang memeiliki pesona visual dan komunikasi

menawan sehingga mampu memberikan daya tarik bagi penonton kanal

youtubenya. Berdasarkan data yang diambil dari laman website Socialblade

(2022) menunjukkan, kanal youtube Tasya Farasya memiliki sebanyak

4.040.000+ pengikut dengan 354.782.774 kali pemutaran video yang

diunggah. Berdasarkan data statistic tersebut, kanal youtube Tasya Farasya

berada pada peringkat 182 ranking dunia dalam kategori how to.

7
Gambar 1.3.
Data Statistik Kanal Youtube Tasya Farasya (09 Maret 2022)

Sumber: Socialblade, 2022

Bergabung pada youtube sejak tahun 2016, Tasya Farasya berfokus untuk

memberikan edukasi mengenai kecantikan yang sehat dan natural dengan cara

memberikan review terhadap produk kosmetik dan skincare beserta how to

use produk tersebut. Persepsi kualitas yang ditonjolkan oleh brand akan

dikomunikasikan dalam kanal youtube Tasya Farasya dengan bahasa yang

mudah dimengerti dan dapat dipercaya. Hal tersebut karena, Tasya Farasya

memilih berbagai produk tanpa memandang latar belakang pemasar dan tanpa

ada ikatan langsung dengan perusahaan. Kredibilitas dari ulasan yang

dipaparkan dalam setiap review mengandung pernyataan positif dan negatif

sesuai dengan objektivitas pada saat itu. Proses penyampaian informasi yang

jelas dan rinci juga menjadi kelebihan yang melekat pada benak penonton.

Hingga muncul sebuah fenomena dimana produk yang telah berhasil

mendapat review positif dari Tasya Farasya akan mendapatkan predikat

#approvedbytasyafarasya. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada sosial media

youtube, tetapi juga terjadi di sosial media lain seperti Tiktok, Instagram, dan

Facebook. Berbagai kesan positif akan dihasilkan dari video review yang

8
berisi kegiatan E-WOM dan persepsi kualitas konsumen. Berdasar fenomena

tersebut, kemungkinan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian akan

meningkat karena tingkat kepercayaan konsumen terhadap brand image

semakin tinggi setelah menonton video review. Hal ini berarti, video review

merupakan sarana pemasaran dan cara komunikasi pemasaran baru yang

menarik untuk dikembangkan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini

akan memiliki judul “Pengaruh Electronic Word of Mouth (E-WOM) dan

Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian melalui Brand Image

(Studi pada Kanal Youtube Tasya Farasya)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan

dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apakah Electronic Word of Mouth (E-WOM) memiliki pengaruh

dalam membangun Brand Image pada penonton kanal Youtube Tasya

Farasya?

2. Apakah Persepsi Kualitas memiliki pengaruh dalam membangun

Brand Image pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya?

3. Apakah Brand Image memiliki pengaruh dalam Keputusan Pembelian

pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya?

4. Apakah Electronic Word of Mouth (E-WOM) memiliki pengaruh tidak

langsung dalam membangun Keputusan Pembelian melalui Brand

Image pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya?

9
5. Apakah Persepsi Kualitas memiliki pengaruh tidak langsung dalam

membangun Keputusan Pembelian melalui Brand Image pada

penonton kanal Youtube Tasya Farasya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka tujuan

yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Electronic Word of Mouth (E-WOM)

dalam membangun Brand Image pada penonton kanal Youtube Tasya

Farasya.

2. Untuk mengetahui pengaruh Persepsi Kualitas dalam membangun

Brand Image pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya.

3. Untuk mengetahui pengaruh Brand Image dalam membangun

Keputusan Pembelian pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya.

4. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung Electronic Word of Mouth

(E-WOM) dalam membangun Keputusan Pembelian melalui Brand

Image pada penonton kanal Youtube Tasya Farasya.

5. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung Persepsi Kualitas dalam

membangun Keputusan Pembelian melalui Brand Image pada

penonton kanal Youtube Tasya Farasya.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan yang ingin dicapai

tersebut, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

10
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pertimbangan dalam

pemilihan saluran komunikasi pemasaran bagi pelaku bisnis berupa

video review yang didasarkan pada analisis Pengaruh Electronic Word

of Mouth (E-WOM) dan Persepsi Kualitas dalam membangun Brand

Image dan Keputusan Pembelian. Selain itu, Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan masukan terkait faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam menciptakan Brand Image bagi para

vlogger

2. Manfaat Teoretis.

Penulisan penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pengetahuan bagi ilmu manajemen khususnya konsentrasi pemasaran

yang berkaitan dengan Electronic Word of Mouth (E-WOM), Persepsi

Kualitas, Brand Image dan Keputusan Pembelian. Penelitian ini juga

diharapkan mampu melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang

dapat dijadikan acuan pada penelitian berikutnya

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian dengan judul “Pengaruh Electronic Word

of Mouth (E-WOM) dan Persepsi Kualitas terhadap Keputusan Pembelian

melalui Brand Image (Studi pada Kanal Youtube Tasya Farasya) maka

peneliki meninjau beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

dengan berkaitan pada judul, penelitian penunjang tersebut antara lain:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Kim Seongseop et al (2018) dengan

judul “The Effect ff Celebrity on Brand Awareness, Perceived

Quality, Brand Image, Brand Loyalty, and Destination Attachment

to a Literary Festival” merupakan sebuah penelitian yang

bertujuan untuk menilai pengaruh dari celebrity writer

endorsement pada Brand Equity dan Attachment pada destinasi

festival The Hyo-seok yang dilakukan di Bongpyung, Korea

Selatan. Data didapatkan melalui kuesioner yang dibagikan pada

405 responden dimana mengunjungi festival The Hyo-seok dalam

2 hari kerja dan 2 hari libur. The Confirmatory Factor Analysis

(CFA) digunakan untuk memeriksa kualitas data dan Structural

Equation Modelling (SEM) digunakan untuk menentukan seberapa

sesuai data tersebut. Penelitian ini menunjukkan beberapa hasil.

Pertama, trustworthiness selebriti tidak memberikan kontribusi

yang berpengaruh baik pada brand equity maupun attachment dari

festival. Kedua, familiarity selebriti mempengaruhi secara

12
signifikan terhadap brand awareness, perceived quality, brand

image, dan attachment festival. Ketiga, hubungan antara

familiarity selebriti dengan brand loyalty tidak signifikan.

Keempat, expertise selebriti sangat mempengaruhi brand

awareness, perceived quality, brand image, dan brand loyalty.

Kelima, brand awareness memberikan pengaruh positif terhadap

brand loyalty. Keenam, perceived quality sangan mempengaruhi

brand loyalty dan attachment festival. Ketujuh, brand image

menunjukkan hubungan positif dan kuat terhadap brand loyalty

dan attachment festival.

Gambar 2.1.
Kerangka Hipotesis oleh Kim Seongseop et al (2018)

Sumber : (Seongseop et al, 2018)

a. Penelitian yang dilakukan oleh Jalilvand, M. R. (2012) dengan

judul “The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image

and Purchase Intention” merupakan sebuah penelitian yang

dilakukan di Isfahan, Iran dengan memanfaatkan alat analisis

AMOS (Analysis of Moment Structures) digunakan untuk

13
menyelidiki hubungan sebab akibat, dimana koefisien jalur diuji

signifikansi dan kecocokannya. Selain itu, RMSEA (The Root

Mean Square Error of Approximation) digunakan sebagai indeks

kesesuaian mutlak. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan

hubungan antara komunikasi E-WOM, brand image, dan niat beli

pelanggan. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa E-WOM

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap brand image

dan niat beli pelanggan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

brand image merupakan anteseden dari niat beli. Hasil ini

menunjukkan bahwa dibandingkan dengan media promosi lainnya,

komunikasi E-WOM memainkan peran utama sebagai anteseden

penting dari niat perilaku pelanggan.

Gambar 2.2.
Kerangka Hipotesis oleh Jalilvand. M. R. dan Samiei (2012)

Sumber : (Jalilvand & Samiei, 2012)

b. Penelitian yang dilakukan oleh Fenghua Wang et al (2021) dengan

judul “The Power of Social Learning: How Do Observational and

Word-Of-Mouth Learning Influence Online Consumer Decision

Processes?” merupakan penelitian yang terdiri dari dua studi.

Studi 1 bertujuan untuk membangun platform belanja e-commerce

dan mengadopsi eksperimen perilaku dengan tujuan sebagai

14
berikut: a) untuk memahami pengaruh pembelajaran sosial pada

keputusan belanja konsumen, b) untuk membandingkan efek

diferensial OL dan WOML ketika membeli produk dengan

perbedaan tingkat keterlibatan, dan c) untuk menyelidiki interaksi

antara pembelajaran sosial dan produk dengan tingkat keterlibatan

yang berbeda pada berbagai tahap perilaku pembelian. Dalam studi

ini, total 150 kuesioner didistribusikan secara acak pada the sample

database of Sojump, situs kuesioner terbesar di China. Repeated-

measures ANOVA digunakan untuk menentukan apakah ada

perubahan dalam efisiensi Pengambilan Keputusan Pembelian

Konsumen melalui Online Shopping adalah hasil dari berbagai

jenis Social Learning, Tingkat Keterlibatan Produk (Produk

Involvement) yang berbeda, atau Kekuatan Motivasi (Motivation

Reinforcement). Hasil penelitian menunjukkan tingkat keterlibatan

produk, pembelajaran sosial, dan kekuatan motivasi memiliki

dampak yang signifikan terhadap efisiensi Pengambilan Keputusan

Pembelian Konsumen melalui Online Shopping di ketiga tahap

(Pencarian, Evaluasi, dan Pembelian)

Gambar 2.3.
Kerangka Hipotesis oleh Fenghua Wang et al (2021)

Sumber : (Wang et al, 2021)

15
c. Penelitian ini dilakukan oleh Bayu Rizkyananda (2013) dengan

judul “Analysis of The Influence of Consumer Motivation,

Perceived Quality, and Consumer Attitudes Towards Purchasing

Decision of Honda Motorcycle in Malang” merupakan penelitian

yang menggunakan 100 responden dari pengguna sepeda motor

Honda di Kota Malang. Bertujuan untuk menganalisis pola

hubungan melalui pengaruh langsung motivasi konsumen, persepsi

kualitas, dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian,

penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode analisa

uji f dan uji t. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa Persepsi

kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya identifikasi

dimensi kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan, dan

membangun persepsi terhadap kualitas pada dimensi penting

merek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

motivasi konsumen, persepsi kualitas, dan sikap konsumen

berpengaruh secara stimultan terhadap keputusan pembelian. Pada

hasil uji t menunjukkan bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh

paling dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan

dengan variabel lain.

Gambar 2.4.
Kerangka Hipotesis oleh Bayu Rizkyananda (2013)

Sumber : (Rizkyananda, 2013)

16
d. Penelitian ini dilakukan oleh Hatane Semuel dan Stefhani Nyoto

(2020) dengan judul “Pengaruh Beauty Vlogger Tasya Farasya

Terhadap Purchase Intention pada Produk Kecantikan Make Over

dengan Brand Image sebagai Variabel Mediasi” merupakan

penelitian yang bertujuan untuk menganalisa Pengaruh Beauty

Vlogger terhadap Purchase Intention dengan Brand Image sebagai

mediasi. Penelitian ini di klasifikasikan dalam jenis riset kausal

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Responden adalah

orang yang pernah melihat video ulasan dari Beauty Vlogger Tasya

Farasya minimal satu kali dalam tiga bulan terakhir. Teknik

analisis data yang digunakan adalah SEM (structural equation

modelling) dengan menggunakan pendekatan PLS (partial least

square). Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat tida

dimensi yang Menyusun brand image yakni Attributes, Benefits,

dan Attitudes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Celebrity

Endorsement memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap Purchase Intention dan Brand Image. Brand Image

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Purchase

Intention dari produk kecantikan Make Over.

Gambar 2.5.
Kerangka Hipotesis oleh Hatane Semuel dan Stefhani Nyoto
(2020)

17
Sumber : (Semuel & Nyoto, 2020)

e. Penelitian berikut dilakukan oleh Reza Fajar Pamungkas Heru

Putra (2021) dengan judul “Pengaruh Electronic Word Of Mouth

terhadap Repurchase Intention yang Dimediasi oleh Brand Image

pada Pengguna Steam” yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap repurchase intention

melalui brand image pada pengguna Steam. Jenis penelitian ini

adalah eksplanatori yang menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel melalui hipotesis. Teknik pengambilan sampel

menggunakan non-probability sampling dan metode purposive

sampling. Ukuran sampel yang digunakan adalah 150 responden

dengan ketentuan berusia minimal 15 tahun dan pernah

menggunakan atau membeli produk lebih dari satu kali di Steam.

Hasil penelitian ini adalah electronic word of mouth berpengaruh

positif signifikan terhadap brand image; brand image berpengaruh

positif signifikan terhadap repurchase intention; electronic word of

mouth berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase

intention; dan electronic word of mouth berpengaruh signifikan

secara tidak langsung terhadap repurchase intention melalui brand

image.

18
Gambar 2.5.
Kerangka Hipotesis oleh Reza Fajar Pamungkas (2021)

Sumber : (Putra, 2021)


Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Metodologi
Penulis/Judul Hasil
. Penelitian

1 Kim Seongseop a. Lokasi: a. Pertama,

et al (2018) “The Korea Selatan trustworthiness

Effect of b. Teknik Sampling: selebriti tidak

Celebrity on Non-Probability memberikan

Brand Sampling kontribusi yang

Awareness, c. Alat Analisis: berpengaruh baik

Perceived Confirmatory pada brand equity

Quality, Brand Factor Analysis maupun

Image, Brand (CFA) & attachment dari

Loyalty, and Structural festival.

Destination Equation b. Kedua, familiarity

Attachment to a Modelling (SEM) selebriti

Literary mempengaruhi

Festival” secara signifikan

terhadap brand

19
awareness,

perceived quality,

brand image, dan

attachment

festival.

c. Ketiga, hubungan

antara familiarity

selebriti dengan

brand loyalty

tidak signifikan.

d. Keempat,

expertise selebriti

sangat

mempengaruhi

brand awareness,

perceived quality,

brand image, dan

brand loyalty.

e. Kelima, brand

awareness

memberikan

pengaruh positif

terhadap brand

loyalty.

20
f. Keenam,

perceived quality

sangat

mempengaruhi

brand loyalty dan

attachment

festival.

g. Ketujuh, brand

image

menunjukkan

hubungan positif

dan kuat terhadap

brand loyalty dan

attachment

festival.

2 Jalilvand, M. R. a. Lokasi: Iran a. Komunikasi E-

(2012) “The b. Teknik Sampling: WOM memiliki

Effect of Probability dampak positif

Electronic Word Sampling (Cluster dan signifikan

of Mouth on Sampling) terhadap Brand

Brand Image and c. Alat Analisis: Image

Purchase Analysis of b. E-WOM memiliki

Intention” Moment Structure dampak positif

s (AMOS) dan signifikan

21
terhadap minat

beli

c. Brand image

memiliki

pengaruh terhadap

minat beli

3 Fenghua Wang et a. Lokasi: China a. Atribut Keputusan

al (2021) “The b. Teknik Sampling: Pembelian

Power of Social Non-Probability Konsumen

Learning: How Sampling melalui Online

Do c. Alat Analisis: Shopping adalah

Observational Analysis of Social Learning,

and Word-Of- Variance Tingkat

Mouth Learning (ANOVA) Keterlibatan

Influence Online Produk (Produk

Consumer Involvement), dan

Decision Kekuatan

Processes?” Motivasi

(Motivation

Reinforcement).

b. Social Learning

menunjukkan

dampak yang

signifikan

22
terhadap efisiensi

Pengambilan

Keputusan

Pembelian

Konsumen

melalui Online

Shopping.

c. Produk

Involvement

memberikan

pengaruh

signifikan

terhadap efisiensi

Pengambilan

Keputusan

Pembelian

Konsumen

melalui Online

Shopping.

d. Motivation

Reinforcement

memberikan

pengaruh

signifikan

23
terhadap efisiensi

Pengambilan

Keputusan

Pembelian

Konsumen

melalui Online

Shopping.

4 Bayu a. Lokasi: Indonesia a. Atribut Perceived

Rizkyananda b. Teknik Sampling: Quality dibentuk

(2013) “Analysis Non-Probability melalui upaya

of The Influence Sampling identifikasi

of Consumer (Purposive dimensi kualitas

Motivation, Sampling) yang dianggap

Perceived c. Alat Analisis: penting oleh

Quality, and Regression pelanggan, dan

Consumer analysis, T-Test membangun

Attitudes analysis, dan F- persepsi terhadap

Towards Test analysis kualitas pada

Purchasing dimensi penting

Decision of merek tersebut.

Honda b. Consumer

Motorcycle in Motivation dan

Malang” Consumer

Attitudes

24
berpengaruh

secara stimultan

terhadap

keputusan

pembelian

konsumen.

c. Perceived Quality

memiliki

pengaruh paling

dominan terhadap

keputusan

pembelian

dibandingkan

dengan variabel

lain.

5 Hatane Semuel a. Lokasi: Indonesia a. Atribut penyusun

dan Stefhani b. Teknik Sampling: brand image

Nyoto (2020) Non-Probability adalah Attributes,

“Pengaruh Sampling Benefits, dan

Beauty Vlogger c. Alat Analisis: Attitudes.

Tasya Farasya Structural b. Celebrity

Terhadap equation Endorsement

Purchase modelling (SEM) memiliki

Intention pada dan Partial least pengaruh yang

25
Produk square (PLS) positif dan

Kecantikan Make signifikan

Over dengan terhadap

Brand Image Purchase

sebagai Variabel Intention dan

Mediasi” Brand Image.

c. Brand Image

memiliki

pengaruh yang

positif dan

signifikan

terhadap

Purchase

Intention dari

produk kecantikan

Make Over.

6 Reza Fajar a. Lokasi: Indonesia a. Variabel

Pamungkas b. Teknik Sampling: Electronic Word

(2021) dengan Non-Probability Of Mouth

judul “Pengaruh Sampling berpengaruh

Electronic Word c. Alat Analisis: positif signifikan

Of Mouth Path Analysis terhadap Brand

terhadap Image.

Repurchase b. Variabel Brand

26
Intention yang Image

Dimediasi oleh berpengaruh

Brand Image positif signifikan

pada Pengguna terhadap

Steam” Repurchase

Intention

c. Electronic Word

Of Mouth

berpengaruh

positif signifikan

terhadap

Purchase

Intention

d. Variabel

Electronic Word

Of Mouth

berpengaruh

signifikan secara

tidak langsung

terhadap variabel

Repurchase

Intention melalui

mediasi variabel

Brand Image

27
2.2. Electronic Word of Mouth

Electronic Word of Mouth Merupakan bentuk perkembangan dari

Word of Mouth (WOM) yakni percakapan tatap muka yang dilakukan

antara konsumen mengenai sebuah produk atau pengalaman layanan.

Berkembang menjadi E-WOM, pengertian dari Word of Mouth pun

berubah. Hennig Thurau et al (2004) mendefinisikan Electronic Word of

Mouth pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh pelanggan

potensial, aktual, atau mantan pelanggan tentang suatu produk atau

perusahaan, yang tersedia untuk banyak orang dan lembaga melalui

Internet.

Selanjutnya, terdapat delapan model komunikasi utama yang biasa

disebut dengan bauran komunikasi pemasaran (Marketing Communication

Mix), salah satu dari bauran komunikasi pemsaran tersebut adalah Word of

Mouth yang dijelaskan sebagai komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik

antar masyarakat dimana saling berhubungan dengan keunggulan atau

pengalaman membeli dalam produk atau jasa. (Kotler & Keller, 2012)

Menurut (Jalilvand & Samiei, 2012) menjelaskan bahwa review

produk yang diposting konsumen atau mantan konsumen di media sosial

internet merupakan salah satu bentuk terpenting dalam komunikasi

Electronic Word of Mouth. Sedangkan menurut (Goyette, 2010) terdapat

tiga dimensi dalam Electronic Word of Mouth yaitu Intensity, Valence of

Opinion, dan Content.

a. Intensity

28
Kelayakan konsumen dalam memberi suatu informasi, interaksi,

dan pendapat antar konsumen pada situs jejaring sosial. Intensitas

e-WOM dapat diukur melalui tiga indikator yaitu:

 Frekuensi mengakses sebuah informasi pada media sosial.

 Frekuensi interaksi antara pengguna media sosial.

 Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna media sosial.

b. Valence of Opinion

Ketertarikan konsumen terhadap suatu produk dengan membeli

suatu produk berdasarkan pendapat dan rekomendasi dari

konsumen lainnya. Indikator Valence of opinion terbagi menjadi

tiga yaitu:

 Komentar positif dari pengguna media sosial.

 Rekomendasi konsumen dari media sosial.

 Komentar negatif dari pengguna media sosial.

c. Content

Sebuah informasi atas kualitas, harga, kenyamanan, keamanan, dan

pelayanan situs yang akan diakses oleh konsumen. Indikator dari

content meliputi:

 Informasi kualitas user-friendliness dalam website.

 Informasi kemudahan dalam bertransaksi.

 Informasi keamanan dalam melakukan transaksi dalam

website.

2.3. Persepsi kualitas (Perceived Quality)

29
Persepsi kualitas merupakan sebuah persepsi konsumen terhadap

kualitas produk secara keseluruhan yang berhubungan dengan tujuan dan

nilai produk, dimana bersifat relatif menurut harapan konsumen.

(Durianto, 2011). Persepsi kualitas nantinya akan memberikan keterkaitan

dengan bagaimana suatu merek dipersepsikan kepada konsumen lain.

Atribut Perceived Quality dibentuk melalui upaya identifikasi dimensi

kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan, dan membangun persepsi

terhadap kualitas pada dimensi penting merek tersebut. (Rizkyananda,

2013).

Persepsi kualitas ditunjukkan melalui penilaian subjektif oleh

konsumen, bukan dari manajer atau pemasar. Hal tersebut karena persepsi

kualitas nantinya akan berisi keunggulan dan superioritas produk yang

ditawarkan. Menurut (Tjiptono, 2008) dimensi kualitas produk terdiri dari

delapan macam dimensi, yaitu sebagai berikut:

a. Kinerja (performance)

Performance akan berhubungan lansgung dengan dasar

karakteristik operasional sebuah produk

b. Fitur (features)

Features merupakan karakteristik produk yang dirancang untuk

meningkatkan atau menyempurnakan fungsi produk, dengan tujuan

untuk menarik minat konsumen.

c. Keandalan (reliability)

Reliabilitas akan menjadi probabilitas bahwa produk dapat bekerja

sesuai dengan fungsinya dalam periode waktu tertentu. Semakin

30
kecil kerusakan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut, maka

semakin tinggi keandalan produk tersebut.

d. Konformasi (conformance)

Kesesuaian dengan spesifikasi akan menampilkan sejauh mana

karakteristik operasi dasar produk memenuhi spesifikasi tertentu

dari pelanggan dan tidak ditemukan cacat pada produk tersebut.

e. Daya tahan (durability)

Durability akan berhubungan dengan umur produk, yakni berapa

lama produk tersebut akan bertahan sesuai dengan fungsinya.

Semakin besar frekuensi penggunaan pada produk maka semakin

besar daya tahan produk tersebut.

f. Kemudahan perbaikan (serviceability)

Berhubungan langsung dengan prosedur perbaikan yang terdiri dari

kecepatan dan kemudahan akses servis. Selain itu, kompetensi dan

pelayanan staf juga diperhatikan.

g. Estetika (aesthetics)

Estetika akan berhubungan dengan tampilan produk yang

memberikan kenyamanan serta keindahan tersendiri.

h. Persepsi terhadap kualitas (perceived quality)

Persepsi kualitas merupakan hasil dari pengukuran tidak langsung

yang dilakukan secara keseluruhan berdasarkan dimensi yang telah

disebutkan diatas. Semakin besar informasi pelanggan mengenai

produk maka persepsi kualitas akan semakin mudah untuk

divisualisasikan.

31
2.4. Keputusan pembelian

Menurut (Jalilvand & Samiei, 2012), Konsumen akan terpengaruh

untuk memunculkan keputusan pembelian karena adanya rekomendasi

atau ulasan seperti sharing review dengan konsumen lain. Informasi yang

dibentuk oleh konsumen, seperti ulasan online, cenderung lebih persuasif

apabila dibandingkan dengan informasi khusus yang dibuat oleh

perusahaan atau pemasar. Berdasarkan penjelasan (Schiffman & Kanuk,

2010), keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif

pilihan pembelian, dan setiap konsumen memiliki cara pandang yang

berbeda-beda dalam pengambilan keputusan pembelian.

Menurut Fenghua Wang et al (2021) terdapat tiga dimensi penentu

keputusan pembelian konsumen, yaitu :

a. Pembelajaran Sosial (Social Learning)

Istilah “Pembelajaran Sosial” diciptakan oleh (Bandura, 1977),

yaitu sebuah proses belajar individu yang melingkupi kehidupan

dan mengandalkan interaksi sosial. Di bidang pemasaran,

pembelajaran sosial telah diterapkan untuk mempelajari perilaku

pasar individu ekonomi, seperti konsumen atau perusahaan.

Konsumen menganggap informasi yang dipilih oleh orang lain

lebih penting daripada apa yang telah mereka kumpulkan, sehingga

pembelajaran sosial merupakan alat yang efektif untuk mentransfer

informasi dari konsumen yang sudah ada ke konsumen potensial.

(Ilfeld, 2004)

32
Berdasarkan Joo (2008), pembelajaran sosial adalah proses yang

memberikan pengalaman dan informasi pelanggan yang ada

kepada pelanggan potensial dalam dua cara sebagai berikut:

 Observational Learning

Dalam pembelajaran observasi, konsumen akan melakukan

pembelian setelah mengamati pilihan pembelian konsumen

lain secara langsung. Berdasarkan hal tersebut, OL akan

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. (Bandura,

1977)

 Word of Mouth Learning

WOML merupakan informasi yang disampaikan oleh

konsumen lain tentang merek, produsen, atau penjual

tertentu, tanpa adanya keterhubungan dengan perusahaan

atau individu manapun. Jadi, ini adalah pendekatan

komunikasi interaktif dua arah yang bersifat subjektif untuk

mengubah sikap orang lain dalam berbagai konteks.

b. Tingkat Keterlibatan Produk (Produk Involvement)

Keterlibatan produk nantinya akan mengacu pada korelasi antar

produk dan pribadi yang dirasakan oleh konsumen berdasarkan

tuntutan, minat, dan nilai mereka. Jika konsumen merasakan

korelasi pribadi yang tinggi dalam produk tertentu, mereka akan

mengumpulkan lebih banyak informasi dan secara aktif

berpartisipasi dalam diskusi ulasan tentang produk tersebut.

Dengan demikian, produk-produk ini menjadi produk dengan

33
keterlibatan tinggi, yang memerlukan risiko yang dirasakan lebih

tinggi dan ekspektasi kepercayaan yang lebih kuat (Hong, 2015).

Keterlibatan produk mempengaruhi upaya konsumen dalam

pencarian informasi dan pola evaluasi mereka untuk kualitas dan

kinerja produk, sehingga pada akhirnya mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen.

c. Kekuatan Motivasi (Motivation Reinforcement)

Dalam teori motivasi, para peneliti secara konsisten membedakan

antara motivasi ekstrinsik dan intrinsik untuk mendorong suatu

kegiatan (Deci & Ryan, 1985). Kedua jenis motivasi tersebut

merupakan prediktor yang berpengaruh terhadap belanja. Motivasi

ekstrinsik berarti bahwa rangsangan motivasi individu berasal dari

luar. Motivasi intrinsik berarti bahwa rangsangan motivasi individu

datang dari dalam, seperti rasa ingin tahu atau kontak sosial. Dalam

proses penguatan motivasi, seorang konsumen akan membutuhkan

stimulus untuk menunjukkan intensitaas respon yang baik.

Stimulus ini dapat berupa hadiah atau hukuman yang akan

menguatkan atau melemahkan motivasi.

2.5. Brand image

Brand image merupakan sebuah persepsi dan keyakinan dari

konsumen yang terintegrasi dengan memori konsumen. (Kotler & Keller,

2012) Memori konsumen terhadap merek dapat dibentuk melalui

informasi yang diperoleh dari pengalaman konsumen secara langsung atau

pengalaman konsumen lain yang dikomunikasikan pada ulasan online.

34
Brand Image akan memberikan gambaran mengenai persepsi dan perasaan

konsumen terhadap suatu brand. Selain itu, brand image juga menjadi

gambaran mental bagi konsumen terhadap produk berdasarkan keunikan

pada brand produk tersebut. (Keller, 1993) Menjelaskan bahwa terdapat

tiga dimensi brand image, yaitu :

a. Attributes

Merupakan alat yang berkaitan secara langsung dengan merek

ataupun yang tidak berkaitan secara langsung seperti harga,

kemasan, dan citra pengguna produk tersebut. Atribut yang

berkaitan secara langsung dengan produk dapat mendorong

pembentukan fungsi produk atau jasa.

b. Benefits

Dimensi ini dikaitkan dengan penilaian pribadi konsumen

berdasarkan manfaat yang didapatkan melalui produk atau jasa.

Kategori ini dapat dibedakan menjadi tiga:

 Manfaat fungsional, seperti keuntungan intrinsik dari

pemakaian produk atau jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan serta keinginan konsumen.

 Manfaat yang dialami, merupakan manfaat yang

berhubungan dengan apa yang dirasakan saat mengonsumsi

sebuah produk atau jasa, seperti pengalaman yang mereka

dapatkan.

 Manfaat simbolis, yaitu manfaat yang tidak berkaitan

secara langsung dengan produk atau jasa melainkan

35
berhubungan dengan kebutuhan untuk bermasyarakat

seperti penerimaan sosial atau harga diri.

c. Attitudes

Merupakan evaluasi keseluruhan konsumen terhadap suatu brand

mulai dari pengetahuan dan kepercayaan konsumen terhadap

brand, emosi dan perasaan yang dirasakan konsumen, hingga

kemungkinan atau kecenderungan konsumen mengambil tindakan

pembelian.

2.6. Youtube

Menurut Rigby yang dikutip oleh Yuksel (2016), Youtube merupakan

sebuah situs web berbagi video yang menyediakan alat penyiaran berbiaya

rendah kepada penggunanya yang mudah digunakan dan yang

memungkinkan mereka untuk membagikan konten mereka di profil

pribadi dan berinteraksi dengan pengguna lain. YouTube juga

memungkinkan konsumen untuk menentukan hubungan mereka dengan

produk atau merek secara bebas dan dengan cara yang kreatif (Pace,

2008).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2020, Youtube menjadi sosial media

yang paling sering digunakan kedua setelah Facebook. Dengan jumlah

61% pengguna menyatakan sering menggunakan sosial media Youtube.

36
Hal ini membuktikan bahwa Youtube merupakan platform yang digemari

oleh masyarakat Indonesia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Youtube merupakan salah satu

situs web/sosial media yang dipergunakan untuk berbagi video. Sosial

media Youtube juga merupakan salah satu platform yang paling banyak

digunakan oleh masyarakat Indonesia.

2.7. Kerangka Penelitian

Kerangka pikir penelitian merupakan model konseptual tentang

bagaimana sebuah teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2014).

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang ada, penelitian ini

disusun dengan sebuah kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar

2.6 sebagai berikut:

Gambar 2.6.
Kerangka Pikir Penelitian

37
Sumber: Peneliti, 2022

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah ide yang akan digunakan pada proses

pencarian fakta. Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan sebuah

jawabban yang bersifat sementara berdasarkan rumusan masalah dari suatu

penelitian yang dinyatakan dalam bentuk kaliman pernyataan. Sehingga

38
model hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.7.
Hipotesis Penelitian

Sumber: Peneliti, 2022

Pada gambar 2.7 menampilkan model hipotesis penelitian. Hipotesis

yang telah disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Variabel Electronic Word of Mouth (X1) berpengaruh terhadap

variabel Brand Image (Z)

Hipotesis 1 dirumuskan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Jalilvand, M. R. (2012) dengan judul penelitian The Effect of

Electronic Word of Mouth on Brand Image and Purchase Intention. Pada

penelitian tersebut menghasilkan bahwa Komunikasi Electronic Word of

Mouth atau E-WOM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap Brand Image.

H2: Variabel Persepsi Kualitas (X2) berpengaruh terhadap variabel

Brand Image (Z)

Hipotesis 2 dirumuskan dengan mempertimbangkan hasil penelitian

terdahulu yang telah dilakukan oleh Bayu Rizkyananda (2013) dengan

judul Analysis of The Influence of Consumer Motivation, Perceived

39
Quality, and Consumer Attitudes Towards Purchasing Decision of Honda

Motorcycle in Malang yang menyebutkan bahwa Atribut Perceived

Quality dibentuk melalui upaya identifikasi dimensi kualitas yang

dianggap penting oleh pelanggan, dan membangun persepsi terhadap

kualitas pada dimensi penting brand tersebut.

H3: Variabel Brand Image (Z) berpengaruh terhadap variabel

Keputusan Pembelian (Y)

Hipotesis 3 dirumuskan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Hatane Semuel dan Stefhani Nyoto (2020) dengan judul

Pengaruh Beauty Vlogger Tasya Farasya Terhadap Purchase Intention

pada Produk Kecantikan Make Over dengan Brand Image sebagai

Variabel Mediasi yang menghasilkan bahwa Brand Image memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Purchase Intention dari

produk kecantikan Make Over.

H4: Variabel Electronic Word of Mouth (X1) berpengaruh tidak

langsung terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) melalui

Brand Image (Z)

Hipotesis 4 dirumuskan dengan mempertimbangkan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Reza Fajar Pamungkas Heru Putra (2021) dengan

judul Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Repurchase

Intention Yang Dimediasi Oleh Brand Image Pada Pengguna Steam yang

menunjukkan bahwa variabel Electronic Word of Mouth berpengaruh

signifikan secaara tidak langsung terhadap variabel Repurchase Intention

melalui mediasi variabel Brand Image.

40
H5: Variabel Persepsi Kualitas (X2) berpengaruh tidak langsung

terhadap variabel Keputusan Pembelian (Y) melalui Brand

Image (Z)

Hipotesis 5 dirumuskan dengan mempertimbangkan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Kim Seongseop et al (2018) dengan judul The Effect

of Celebrity on Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Image, Brand

Loyalty, and Destination Attachment to a Literary Festival yang

menunjukkan bahwa perceived quality sangat mempengaruhi brand

loyalty dan attachment festival sehingga mendorong keputusan

pengunjung.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah sebuah rangkaian kegiatan yang berfungsi untuk

menguji hubungan sebab akibat dari sebuah fenomena yang terjadi

sehingga dapat ditemukan pemecahan dari fenomena atau masalah

tersebut. Dalam sebuah penelitian akan membutuhkan adanya penjelasan

yang terstruktur mengenai jenis penelitian yang akan dilakukan. Pemilihan

metode harus tepat agar tujuan dari penelitian dapat tercapai. Penelitian

kali ini akan berkaitan dengan pengembangan konsep dan teori pada

bidang pemasaran dengan fokus Online Consumer Review yang nantinya

akan menjabarkan mengenai variabel Electronic Word of Mouth, Persepsi

Kualitas, Brand Image, dan Keputusan Pembelian.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian berikut adalah pendekatan

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2016), Metode penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme

dimana digunakan untuk meneliti sebuaah populasi atau sampel tertentu

dengan menggunakan pengumpulan data instrumen penelitian. Hasil

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik sehingga memiliki tujuan

untuk menguji hipotesis yang ditetapkan sebelumnya. Jenis penelitian

yang digunakan merupakan penelitian asosiatif (hubungan) dengan

metode analisis kuantitati sheingga data akan berbentuk angka. Penelitian

asosiatif merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2016). Hal ini tentu sesuai

42
dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh hubungan

antara variabel Electronic Word of Mouth (X1) dan Persepsi Kualitas (X2)

terhadap Keputusan Pembelian (Y) melalui Brand Image (Z).

3.2. Lokasi dan Periode Penelitian

Lokasi penelitian merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh

peneliti untuk mencari dan mendapatkan sumber data yang dibutuhkan

dalam penelitian. Sumber data yang ditemukan pada lokasi penelitian

dapat menghasilkan penelitian yang akurat dan komprehensif. Penelitian

ini berlokasi di Indonesia. Selain lokasi, periode penelitian juga menjadi

bagian penting dalam penelitian karena dapat memberikan ketepatan

waktu penelitian tersebut berlangsung. Periode penelitian akan

dilaksanakan pada bulan September hingga Desember 2022.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan sebuah wilayah generalisasi yang terdiri atas

subyek atau obyek dimana memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2016). Menurut Morissan (2012), Populasi merupakan suatu

kumpulan subyek, variabel, konsep, dan/atau fenomena yang memiliki

sifat berdasarkan masing-masing populasi yang bersangkutan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan subyek dan obyek penelitian yang memiliki

karakteristik tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan.

43
Dalam penelitian ini menggunakan penonton video ulasan dari kanal

Youtube Tasya Farasya sebagai populasi penelitian.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Menurut pendapat Sekaran &

Bougie (2017) sampel merupakan suatu anggota yang dipilih dari

populasi, dimana nantinya melalui sampel tersebut peneliti akan mampu

menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi

penelitian. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sampel merupakan bagian dari populasi.

Karena populasi penelitian adalah penonton video ulasan kanal

Youtube Tasya Farasya yang tidak dapat diketahui jumlahnya secara

pasti, maka tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap

seluruh populasi. Sehingga, peneliti hanya meneliti Sebagian dari

populasi yang tersedia dengan cara pengambilan sampel untuk

memudahkan proses penelitian.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan Teknik

sampling merupakan proses untuk memilih sejumlah sampel dari

populasi, sehingga hasil penelitian terhadap sampel dapat

menggeneralisasikan sifat atau karakteristik dari populasi (Sekaran &

Bougie, 2017). Sedangkan Margono (2004) berpendapat bahwa Teknik

pengambilan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang

jumlahnya harus sesuai dengan ukuran sampel dimana akan dijadikan

44
sumber data sebenarnya. Teknik sampling harus memperhatikan sifat-

sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

terdaapt dua macam Teknik sampling yaitu probability sampling dan

non-probability sampling. Probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang digunakan ketika besarnya peluang populasi

untuk terpilih sebagai subjek sampel diketahui, sedangkan non-

probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan

ketika besarnya peluang populasi untuk terpilih sebagai subjek tidak

diketahui dengan pasti. (Sekaran & Bougie, 2017)

Berdasarkan pengertian tersebut, teknik sampling pada penelitian

ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang

berdasarkan penilaian subjektif peneliti berdasarkan karakteristik tertentu

yang dianggap memiliki hubungan dengan karakteristik populasi. Kriteria

responden yang dianggap dapat mewakili karakteristik populasi, antara

lain:

a. Berusia minimal 17 tahun. Alasan peneliti menerapkan minimal

usia adalah pada usia tersebut seseorang telah dianggap dewasa

sehingga penilaian dan keputusan lebih objektif dan rasional

berdasarkan pengalaman.

b. Merupakan seseorang yang pernah menonton video ulasan dari

kanal Youtube Tasya Farasya minimal 2 (dua) kali dalam 30 hari

terakhir. Pertimbangan ini dilakukan karena penelinian ini

45
membutuhkan informasi dari responden yang sudah pernah

menyaksikan video ulasan dari kanal Youtube Tasya Farasya.

Penentuan jumlah sampel pada jumlah populasi yang tidak

diketahui secara pasti akan dilakukan dengan analisis Structural Equation

Modeling (SEM) yaitu mengalikan jumlah indicator penelitian dengan

sebanyak minimal 5 kali lipat dan maksimal 10 kali lipat (Ferdinand,

2006). Dengan jumlah indikator penelitian sebanyak 10 indikator maka

sampel minimal yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 50

sampel. Melanjutkan, Ferdinand (2006) juga mengungkapkan bahwa

ukuran sampel yang sesuai untuk SEM berada pada kisaran angka 100 –

200 sampel. Mengacu pada pendapat tersebut, maka jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 175 sampel.

3.4. Sumber Data

Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan

maka sebuah penelitian harus memiliki data yang akurat dan konkret. Oleh

karena itu, jenis data yang digunakan bisa di dapatkan melalui data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah informasi yang didapatkan dari tangan

pertama peneliti yang berkaitan dengan varibel dan tujuan

penelitian. Data primer diperoleh dari responden individu,

kelompok fokus, dan diskusi panel (Sekaran & Bougie, 2017).

Pengumpulan data primer pada penelitian ini akan dilakukan

melalui penyebaran kuesioner pada pihak-pihak yang berhubungan

46
dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini kuesioner tersebut

akan disebarkan kepada penonton video ulasan dari kanal Youtube

Tasya Farasya.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mengacu pada

informasi yang dikumpulkan oleh seseorang atau bukan peneliti

yang melakukan pengumpulan informasi tersebut (Sekaran &

Bougie, 2017). Data sekunder diperoleh melalui literatur, media,

majalah, publikasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut,

sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian

terdahulu, jurnal ilmiah, literatur, artikel, maupun media elektronik

(internet) yang relevan dengan bidang penelitian, sehingga dapat

dijadikan rujukan yang dapat melengkapi kepustakaan dalam

penelitian ini.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

guna mendapatkan informasi mengenai isu yang diteliti. Terdapat

beberapa Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan yaitu dengan

wawancara, kuesioner, dan survey observasional (Sekaran & Bougie,

2017). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu mekanisme pengumpulan data

yang efisien dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis yang

47
telah dirumuskan sebelumnya dengan alternatif jawaban yang telah

didefinisikan dengan jelas. Kuesioner dapat diberikan secara

pribadi, disuratkan pada responden, maupun disebarkan secara

elektronik (Sekaran & Bougie, 2017). Dalam penelitian ini,

penyebaran kuesioner dilakukan secara online. Kuesioner online

disebarkan melalui grup – grup elektronik maupun pesan singkat

elektronik.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan salah satu bagian dari Teknik

pengumpulan data dalam penelitian yang bersumber dari berbagai

macam literature guna menunjang kelengkapan data penelitian.

Studi kepustakaan pada penelitian ini bersumber dari penelitian

terdahulu, jurnal ilmiah, dan buku-buku yang berkaitan dengan

topik penelitian.

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional menjelaskan cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengoperasionalisasikan konsep untuk membuatnya dapat

diukur. Hal tersebut dilakukan dengan melihat dimensi perilaku, aspek,

dan sifat yang ditunjukkan oleh konsep (Sekaran & Bougie, 2017).

3.6.1. Identifikasi Variabel

3.6.2. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan dalam

menentukan panjang atau pendeknya interval yang terdapat dalam alat

ukur, sehingga dapat menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2014).

48
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert. Menurut Sekaran (2017) skala Likert didesain untuk menelaah

seberapa kuat subjek setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik.

Melalui skala Likert variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur

dalam menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan

atau pertanyaan. Dalam penelitian ini, digunakan skala interval lima

tingkat seperti pada Tabel 3.1 berikut.

3.7. Metode Penelitian

3.7.1. Analisis Deskriptif

Statistic descriptive atau analisis deskriptif merupakan statistik

yang digunakan dalam melakukan analisa data dengan mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

(Sugiyono, 2016). Sedangkan, menurut Ghozali (2018), Statistik

Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari nilai rata-rata,standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis, dan kemiringan distribusi. Namun, pada analisis deskriptif

penelitian ini statistic deskriptif mengacu pada distribusi masing-masing

variabel Electronic Word of Mouth, Persepsi Kualitas, Brand Image, dan

49
Keputusan Pembelian. Ukuran deskriptif ditunjukan dengan frekuensi,

ukuran tendensi sentral, dan dispersi (Sekaran & Bougie, 2017).

3.7.2. Metode Pengukuran

3.7.3.1. Pilot Test

Pilot Test merupakan suatu bentuk uji coba dengan cara

mengaplikasikan seluruh atau sebagian dari metode penelitian dalam skala

kecil. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode tersebut layak

dipakai pada penelitian berskala besar serta mengevaluasi kelayakan dari

instrument penelitian. Sebelum melakukan proyek penelitian berskala

penuh, peneliti mengambil 36 responden sebagai responden awal. Menurut

Anastasi & Urbina (1997), Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat

kestabilan dan keajegan alat ukur. Reliabilitas dapat memberikan

informasi mengenai sejauh mana instrumen penelitian dapat dipercaya.

Sedangkan uji validitas digunakan untuk menguji apakah alat ukur yang

digunakan memang mengukur karakteristik yang dituju. Pilot test pada

penelitian ini didasarkan pada hasil uji validitas dan uji reliabilitas yang

dilakukan menggunakan program SPSS.

3.7.3.2. Uji Validitas

Validitas merupakan tingkat keandalan alat ukur yang digunakan.

Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

dipergunakan untuk mendapatkan data tersebut juga valid atau dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016).

Menurut Ghozali (2018) suatu kuesioner dapat dikatakan valid apabila

pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan

50
diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan, menurut Abdillah (2015),

Validitas merupakan salah satu kriteria ilmiah dalam penelitian yang

menunjukkan hasil penelitian dapat diterima oleh khalayak dengan

kriteria-kriteria tertentu.

Valid atau tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan

membandingkan indeks korelasi product moment pearson dengan taraf

signifikasi sebesar 5% sebagai nilai kritisnya. Menurut Ghozali (2018),

Dasar analisis yang digunakan untuk uji validitas adalah sebagai berikut:

a. Jika rhitung > rtabel maka butir atau variabel tersebut valid

b. Jika rhitung < rtabel maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

3.7.3.3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu angka yang menunjukkan konsistensi

alat ukur di dalam mengukur objek yang sama (Ghozali, 2018). Menurut

Sugiyono (2014) reliabilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas data

atau temuan. Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen,

dalam hal ini kuesioner, dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak

oleh responden yang sama dan akan menghasilkan data yang konsisten.

Reliabilitas dapat diukur dengan satu kali pengukuran, yakni

dengan membandingkan hasil dari satu pertanyaan dengan pertanyaan lain

atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Dalam penelitian ini, uji

reliabilitas terdiri dari (Hussein, 2015):

a. Composite Reliability, data yang memiliki composite reliability

>0, mempunyai reliabilitas yang tinggi.

51
b. Average Variance Extrand (AVE), nilai AVE yang diharapkan

>0,5.

c. Cronbach Alpha, uji reliabilitas diperkuat dengan Cronbach alpha.

Nilai yang diharapkan >0,6 untuk semua konstruk.

3.7.3. Partial Least Square (PLS)

Partial Least Squares adalah teknik statistika multivariat yang melakukan

perbandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independent

berganda, tujuan dari PLS adalah memprediksi pengaruh variabel X

terhadap Y dan menjelaskan hubungan teoretis di antara keduanya

(Abdillah, 2015).. Dalam metode analisis yang menggunakan regresi,

terdapat asumsi-asumsi yang harus diperiksa oleh peneliti untuk

memastikan bahwa persamaan regresi yang dibentuk Best Linier Unbiased

Estimate (BLUE). Software statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah SmartPLS 3.0. PLS disini menggunakan metode bootstrapping atau

penggandaan secara acak. Oleh karena itu asumsi normalitas tidak akan

menjadi masalah bagi PLS. Analisa pada PLS dilakukan melalui tiga

tahapan:

a. Model Pengukuran (Outer Model)

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa

measurement yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran

(valid dan reliabel).

b. Model Struktural (Inner Model)

Analisa ini dilakukan untuk memastikan bahwa model structural

yang dibangun robust dan akurat.

52
c. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk melihat nilai probabilitas dan t-

statistik.

3.7.3.1. Model Pengukuran

Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu

model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati

tahap purifikasi dalam model pengukuran, model pengukuran yang

dimaksud digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas

instrument (Abdillah, 2015). Menurut Agung (2012), Uji validitas

berkaitan dengan pernyataan sejauh mana instrumen dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner akan dikatakan

valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini,

uji validitas terdiri dari:

a. Convergent validity berkaitan dengan prinsip bahwa pengukur

dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi (Abdillah,

2015). Nilai convergent validity adalah nilai loading factor pada

variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang

diharapkan >0.7 (Hussein, 2015).

b. Discriminant validity berkaitan dengan prinsip bahwa pengukur

konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi

(Abdillah, 2009). Nilai ini merupakan nilai cross loading factor

yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk memiliki

diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan

53
nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar

dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lain

(Hussein, 2015). Menurut Abdillah (2015) yang diadaptasi dari

Chin (1995), nilai cross loading factor yang diharapkan adalah

>0,7 dalam satu variabel.

Agung (2012) menyatakan bahwa uji reliabilitas berkaitan dengan

apakah suatu instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil

ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu berlainan.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas terdiri dari (Hussein, 2015):

 Composite Reliability. Data yang memiliki composite reliability

>0.7 mempunyai reliabilitas yang tinggi.

 Average Variance Extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan

>0.5.

 Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas diperkuat dengan Cronbach’s

Alpha. Nilai diharapkan >0.6 untuk semua konstruk.

Meskipun demikian, Abdillah (2015) yang dikutip dari Cooper et

al (2006) mengemukakan bahwa konstruk yang valid adalah konstruk

yang reliable, sedangkan konstruk yang reliable belum tentu valid.

3.7.3.2. Model Struktural

Analisis inner model atau analisis model structural dilakukan untuk

memastikan bahwa model struktural yang dibangun robust dan akurat.

Evaluasi inner model dapat dilakukan dengan tiga cara. Ketiga cara

tersebut adalah dengan melihat dari R2, Q2 dan GoF. Evaluasi inner

54
model dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi (Hussein,

2015):

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen,

semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari

model penelitian yang diajukan (Abdillah, 2015).

b. Predictive Relevance (Q2)

Untuk menghitung Q2 dapat digunakan rumus :

c. Goodness of Fit Index (GoF)

Menurut Hussein (2015) yang diadopsi dari Tenenhaus (2004),

Goodness of Fit Index (GoF) dapat dihitung secara manual

menggunakan rumus:

Goodness of Fit Index dikriteriakan menjadi tiga, yaitu:

GoF small = 0,1 ; GoF medium = 0,25 ; GoF large = 0,38

Apabila hasil pengujian R2, Q2 dan GoF menunjukkan

bahwa model yang dibentuk adalah robust, maka pengujian

Hipotesis dapat dilakukan.

3.7.4. Pengujian Hipotesis

Suatu hipotesis nantinya dapat dinyatakan benar atau terbukti

secara signifikan apabila t-statistics lebih tinggi dari t-tabel dan nilai dari

55
P-value dibawah nilai alpha yang telah ditentukan (0,05). Pengujian

hipotesis secara langsung dapat dilihat hasilnya melalui bootstrapping

pada software Smart PLS 3.0. Dengan memilih bootstrapping untuk

menguji hipotesis, pilih bootstrap 500 lalu pilih start calculation untuk

melakukan perhitungan. Hipotesis dapat dinyatakan dengan melihat nilai

koefisien jalur, t-statistics dan p-value (Hussein, 2015). Selain itu,

penelitian ini juga akan melakukan pengujian pengaruh tidak langsung,

dimana dalam penelitian ini terdapat variabel mediasi yaitu Brand Image

(Z). Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang

dikembangkan oleh Sobel dan dikenal dengan uji Sobel (Sobel Test). Uji

Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung

dari X ke Y lewat Z. Pengaruh tidak langsung tersebut dihitung dengan

cara mengalikan jalur X→Z (a) dengan jalur Z→Y (b) atau ab. Untuk

menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung

nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:

ab
t=
sab

Nilai t hitung ini kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel, jika t hitung

> t table maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi

(Ghozali, 2018). Namun dalam software SmartPLS 3.0, nilai t hitung telah

diketahui, sehingga peneliti hanya perlu membandingkan nilai t hitung

dengan nilai t tabel.

56
Daftar Pustaka

Andreas M. Kaplan, M. H. (2010). Users of the world, unite! The challenges and

opportunities of social media. Business Horizons, 59-68.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral

change. Psychological review, 191-215.

Cheung, e. a. (2008). The impact of electronic word-of-mouth - The adoption of

online opinions in online customer communities. Internet Research, 229-

247.

Cowles, K. &. (2001). Interpersonal Communication and Personal Influence on

the Internet: A Framework for Examining Online Word-of-Mouth.

Journal of Euromarketing, 71-88.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). The general causality orientations scale: Self-

determination in personality. Journal of Research in Personality. Journal

of Research in Personality, 109-134.

Durianto, D. (2011). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan

Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Goyette, e. a. (2010). e‐WOM Scale: word‐of‐mouth measurement scale for e‐

services context. Canadian Journal of Administrative Sciences/Revue

Canadienne Des Sciences de l’Administration,, 5-23.

57
Hong, J. B. (2015). Understanding the consumer’s online merchant selection

process: The roles of product involvement, perceived risk, and trust

expectation. International Journal of Information Management, 322-336.

Ilfeld, J. S. (2004). Investigating social learning effects in the consumer choice of

health care plan adoption.

Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The Effect of Electronic Word of Mouth

on Brand Image and Purchase Intention. Marketing Intelligence &

Planning, 30(4).

Kaplan, H. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of

social media. Business Horizons, 59-68.

Keller, K. (1993). Conceptualizing, measuring, and managing customer-based

brand equity. Journal of Marketing, 57.

Kotler, & Keller. (2012). Marketing Management (14 ed.). Pearson Education.

Lopez, M., & Sicilia, M. (2014). Determinants of E-WOM Influence: The Role of

Consumers’ Internet Experience. Journal of Theoretical and Applied

Electronic Commerce Research, 9, 28-43.

Putra, R. F. (2021). Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Repurchase

Intention yang Di Mediasi oleh Brand Image pada Pengguna Steam.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.

Rahman, M. A. (2019). Impact of Electronic Word of Mouth (e-WOM) on Brand

Image and Online Purchase Intention: The Perspective of Bangladesh.

58
Proceedings of 3rd International Conference on Dynamic Innovation, 61-

79.

Rizkyananda, B. (2013). Analysis of The Influence of Consumer Motivation,

Perceived Quality, and Consumer Attitudes Towards Purchasing Decision

of Honda Motorcycle In Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UB, 1.

Schiffman, & Kanuk. (2010). Consumer Behaviour (10th ed.). Pearson Education.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan

Pengembangan-Keahlian (6 ed.). Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Semuel, H., & Nyoto, S. (2020). Pengaruh Beauty Vlogger Tasya Farasya

terhadap Purchase Intention pada Produk Kecantikan Make Over dengan

Brand Image sebagai Variabel Mediasi. Jurnal Strategi Pemasaran, 121-

131.

Seongseop et al, K. (2018). The effect of celebrity on brand awareness, perceived

quality, brand image, brand loyalty, and destination attachment to a

literary festival. Journal of Destination Marketing & Management, 320-

329.

Sicilia, L. d. (2014). Determinants of E-WOM Influence: The Role of Consumers’

Internet Experience. Journal of Theoretical and Applied Electronic

Commerce Research, 9, 28-43.

Simarmata, J. (2010). Rekayasa Perangkat Lunah. Yogyakarta: Andi Kadir.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT Alfabet.

59
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wang, F., & al, e. (2021). The Power of Social Learning: How Do Observational

and Word-Of-Mouth Learning Influence Online Consumer Decision

Processes? Information and Management, 58.

60

Anda mungkin juga menyukai