Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH HARGA, ELECTRONIC WORD OF MOUTH (EWOM) DAN CITRA

MEREK TERHADAP MINAT BELI SMARTPHONE


1. LATAR BELAKANG MASALAH
Globalisasi merupakan era yang menjanjikan keterbukaan dan kebebasan, dimana
komunikasi yang merupakan sarana untuk mendapat informasi diharapkan dapat dilaksanakan
dengan mudah dan efektif. Untuk itu, kebutuhan komunikasi adalah hal yang sangat penting
bagi setiap kalangan masyarakat. Kebutuhan tersebut bedampak pada meningkatnya
permintaan akan berbagai jenis alat komunikasi yang mengakibatkan semakin banyaknya
persaingan dalam dunia bisnis dibidang telekomunikasi. Kebutuhan akan alat komunikasi seperti
telepon seluler (handphone) atau smartphone sendiri selalu mengalami peningkatan dari tahun
ketahun terutama untuk jenis-jenis handphone atau smartphone dengan merek-merek tertentu.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), 67,88% penduduk Indonesia yang berusia 5
tahun ke atas sudah memiliki ponsel atau handphone pada 2022.
Menurut Kotler dalam Annisa (2017), Minat Beli Adalah sesuatu yang timbul setelah
menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk mencoba
produk tersebut sampai pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar dapat memilikinya.
Minat beli merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup
perusahaan. Dengan tingginya minat beli terhadap produk perusahaan, maka akan semakin
tinggi tingkat produktivitas perusahaan. Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan peran
variabel independen terhadap variabel minat beli antara lain, menurut penelitian yestini (2022),
Permana (2020), Prabowo (2016), Ardana dan Rastiti (2018), Imbayani dan gama (2018)
mengatakan bahwa Citra merek berpengarung positif dan signifikan terhadap minat beli. Namun
hasil berbeda dari penelitian Murdaningrum dan Eni rachmi (2017), Halim dan Iskandar (2019),
Septanto, dkk (2018), mengatakan citra merek tidak berpengaruh secara signifikan.
Variabel lain adalah electronic word of mouth, berdasarkan hasil beberapa penelitian
yaitu Iswara dan Santika (2019), Benowati dan purba (2020), Pramana (2020), Imbayani dan
gama (2018), mengatakan Electronic Word of mouth berpengaruh terhadap minat beli. Namun
penelitian, savitri (2016) menyatakan bahwa e-wom tidak berpengaruh atau tidak menunjukan
hasil yang signifikan terhadap minat beli. Menurut penelitian prmana (2020), Murdaningrum
dan rachmi (2017), Prabowo (2016). Variabel lain adalah harga, dalam penelitian Aditya (2021)
mengatakan bahwa harga berpengaruh terhadap minat beli. Sedangkan menurut Guen dkk
(2018)file:///C:/Users/win10/Downloads/iogi2018,+03+GUEN+OK.pdf menyatakan bahwa harga
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli.

2. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana pengaruh citra merek terhadap minat beli smartphone?
b) Bagaimana electronic word of mouth terhadap minat beli smartphone?
c) Bagaimana pengaruh harga terhadap minat beli smartphone?
d) Bagaimana secara bersama-sama pengaruh citra merek, e-wom, dan harga pada minat
beli smartphone?

3. KAJIAN TEORI
a) Menurut Kotler dan Amstrong dalam Krisdayanto (2018:3) Harga adalah sejumlah uang
yang dibayarkan atas jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukar dalam rangka
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa.Menurut
Kotler dan Amstrong dalam Krisdayanto (2018:3) Harga adalah sejumlah uang yang
dibayarkan atas jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukar dalam rangka
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa. Menurut
Tjiptono dan Candra dalam Priansa (2017:209) mengatakan bahwa Harga merupakan
bagian yang melekat pada produk yang mencerminkan seberapa besar kualitas produk
tersebut. Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
harga ialah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen sebagai nilai tukar untuk
mendapatkan manfaat dari barang/jasa yang diberikan oleh penyedia barang/jasa.
Menurut Kotler dalam Krisdayanto (2018:4) indicator indikator yang mencirikan harga
yaitu :
1) Keterjangkauan Harga Harga yang dapat dijangkau oleh semua kalangan dengan
target segmen pasar yang dipilih.
2) Kesesuaian Harga dengan Kualitas Jasa Penilaian konsumen terhadap besarnya
pengorbanan finansial yang diberikan dalam kaitannya dengan spesifikasi yang berupa
kualitas jasa. Harga yang ditawarkan pada konsumen sesuai dengan kualitas jasa yang
ditawarkan
3) Daya Saing Harga Harga yang ditawarkan apakah lebih tinggi atau dibawah rata– rata.
4) Kesesuaian Harga dengan Manfaat Konsumen akan merasakan puas ketika mereka
mendapatkan manfaat setelah mengkonsumsi apa yang ditawarkan sesuai dengan nilai
yang mereka keluarkan.
b) Pengertian citra merek menurut Tjiptono (2011) adalah deskripsi tentang asosiasi dan
keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek itu sendiri memiliki arti
kepada suatu pencitraan yang sama terhadap sebuah merek. Citra merek atau brand
image merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk
dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Indikator citra merek
yaitu (Kotler & Keller, 2016):
1) Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association) Tergantung pada
bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi
tersebut bertahan sebagai bagian dari brandimage.
2) Keuntungan asosiasi merek (Favourability of brand association) Kesuksesan sebuah
proses pemasaran sering tergantung pada proses terciptanya asosiasi merek yang
menguntungkan, dimana konsumen dapat percaya pada atribut yang diberikan
mereka dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
3) Keunikan asosiasi merek (Uniqueness Of brand association) Suatu merek harus
memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan bagi konsumen untuk memilih
merek tertentu. Keunikan asosiasi merek dapat berdasarkan atribut produk, fungsi
produk atau citra yang dinikmati konsumen.
c) Menurut Prastyo (2014), salah satu bukti berkembangnya teknologi dan informasi
adalah maraknya penggunaan media sosial di kalangan masyarakat hingga dunia bisnis.
Seseorang dapat berbagi pengalaman, melakukan review produk serta berinteraksi
dengan pelanggan lainnya melalui media sosial. Bentuk komunikasi seperti ini bisa
disebut dengan electronic word of mouth (e-WOM). Menurut Wibowo (2015)
menyatakan bahwa electronic word of mouth (eWOM) adalah komunikasi positif atau
negatif antara potensi, pelanggan atau mantan pelanggan tentang produk atau
perusahaan yang tersedia untuk umum di internet. eWOM menjadi sebuah “venue”
atau sebuah tempat yang sangat penting bagi konsumen untuk memberikan opininya
dan dianggap lebih efektif dibandingkan dengan WOM karena tingkat aksesbilitas dan
jangkauannya yang lebih luas daripada WOM tradisional yang bermedia offline.
Indikator variabel electronic word of mouth (E-WOM) menurut Goyette et al. (2010)
adalah:
1) Intensity Intensitas dalam eWOM adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh
konsumen dalam sebuah situs jejaring sosial. Indikator dari intensitas adalah:
a. Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial
b. Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial
c. Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial
2) Positive Valence Pendapat konsumen yang positif mengenai produk, jasa, dan
brand. Komponen dari positif valence meliputi:
a. Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial
b. Rekomendasi dari pengguna situs jejaring social
3) Negative Valence Pendapat konsumen yang negatif mengenai produk, jasa, dan
brand. Komponen dari negatif valence adalah komentar negatif dari pengguna
situs jejaring sosial.
4) Content Adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk
dan jasa. Indikator dari content meliputi:
a. Informasi variasi produk
b. Informasi kualitas produk
c. Informasi mengenai harga yang ditawarkan
d) Menurut Kinear dan Taylor dalam Suliastyari (2012:64) minat beli adalah tahap
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar
dilaksanakan. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan
mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan. Kemudian
pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu alternative yang paling
disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa
yang didasari oleh bermacam pertimbangan. Sedangkan menurut Kotler, Bowen dan
Makens (2014), minat beli timbul setelah adanya proses evaluasi alternatif. Indikator
dari variabel Minat Beli menurut Ferdinand dalam Basrah dan Samsul (2012:7) adalah :
1) Minat Transaksional Kecenderungan seseorang untuk membeli produk. Hal ini
bermaksud yakni konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian
suatu produk tertentu yang ia inginkan.
2) Minat Referensial Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk
kepada orang lain. Hal ini bermaksud yakni seorang konsumen yang telah memiliki
minat untuk membeli akan menyarankan orang terdekatnya untuk juga
melakukan pembelian produk yang sama.
3) Minat Preferensial Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika
terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4) Minat Eksploratif Yaitu minat dalam menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifatsifat positif dari produk tersebut.

4. METEDOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini lebih
dari 100 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. dalam hal ini yang dimaksud adalah responden yang telah pernah membeli produk
smartphone.

5. PEMBAHASAN
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
b. Uji Asumsi Klasik
c. Uji t dan F

6. KESIMPULAN
7. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai