Anda di halaman 1dari 8

Nama : Agung Prasetyo

NIM : 18311055
Judul : Pemasaran produk pada sosial media
Objek Kajian : pengaruh percakapan dimedia sosial terhadap niat pembelian konsumen.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kotler dan Keller (2016:642) mendefinisikan media sosial sebagai alat atau cara yang
dilakukan oleh konsumen untuk membagikan informasi berupa teks, gambar, audio, dan video
kepada orang lain dan perusahaan atau sebaliknya. Perkembangan media sosial pada era
sekarang ini sudah sangat berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman yang
menuntut semua untuk praktis dan cepat. Menurut Park, D.-H., Lee, J., dan Han, I. (2007), di era
modernisasi yang semakin berkembang ini, peran media sosial sangatlah diperlukan dan
memegang peranan yang sangat penting dalam bidang pengiklanan suatu produk. Suatu produk
akan sangat dengan mudah diketahui oleh para konsumen cukup dengan melakukan pencarian
suatu produk pada situs online, hanya hitungan detik saja para konsumen akan mengetahui
informasi terhadap suatu produk.

Perdagangan berbasis elektronik atau e-commerce mulai berkembang sangat pesat seiring
dengan menjamurnya situs web komersial, sehingga meningkatkan penerimaan pada transaksi
online oleh konsumen. Godey et al. (2016) mengungkapkan bahwa saluran pemasaran yang
berkembang pesat ini, yang telah menjangkau lebih dari dua miliar pengguna Internet,
memberikan peluang tak tertandingi untuk membangun kesadaran merek dan akhirnya
memengaruhi keputusan pembelian. Saluran media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram
dan YouTube telah secara bertahap menjadi pemusatan untuk berbagi dan menyebarkan
informasi dan oleh karena itu perusahaan menginvestasikan sejumlah besar uang untuk
membangun eksistensi yang kuat di saluran ini.

Minat Beli adalah proses yang ada diantara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian.
Setelah konsumen melakukan evaluasi terhadap alternatif yang ada, konsumen memiliki minat
untuk membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Abzari, et al. (2014) indikator
yang menentukan minat beli adalah minat transaksional, minat refrensial, minat preferensial, dan
minat eksploratif. Minat beli konsumen terhadap suatu produk didasarkan atas rasa ketertarikan
akan suatu barang, rasa ketertarikan ini dapat muncul karena berbagai factor, terutama adalah
pengaruh dari orang atau pengiklanan secara mulut kemulut yang biasa disebut dengan getuk
tular yang berbentuk review suatu produk dan juga pengiklanan suatu produk menggunakan
iklan atau layanan komersial yang ditujukan untuk menarik minat beli pada konsumen.

Keputusan pembelian adalah bentuk pemilihan dan minat untuk membeli merek yang
paling disukai diantara sejumlah merek yang berbeda (Kotler dan Keller, 2016:198). Kotler dan
Keller (2016:194-201) menggambarkan lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan
pembelian, antara lain adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya minat
pembelian terhadap suatu barang muncul karena ketertarikan terhadap suatu barang dikarenakan
pengaruh dari penilaian atau review suatu barang dari pelanggan lain serta pengiklanan yang
dilakukan, hal ini lah yang dapat menyebabkan pembelian suatu produk atau biasa disebut
keputusan pembelian.

semakin pesatnya perkebangan zaman serta pembaharuan tekhnologi dalam benttuk


jejaring sosial yang membuat sebuah perubahan dalam pemasaran suatu produk, yang dimana hal
tersebut berimbas kepada keputusan beli konsumen terhadaap suatu produk. Dimasa sekarang
kita tidak harus berkumpul secara langsung untuk mengetahui dan saling mempengaruhi, berkat
sosial media dengan bermacam platform yang disediakan untuk saling bertukar informasi satu
sama lain, membuat penyampaian informasi menjadi lebih cepat dan mudah. Berdasarkan
beberapa penelitian dalam jurnal yang telah disebutkan, terdapat beberapa variabel yang menarik
untuk diteliti, yang akan diambil sebagai jurnal utama yang akan dibahas yaitu kualitas
informasi, kredibilitas informasi, kebutuhan informasi, sikap terhadap informasi, kegunaan
informasi, adopsi informasi, niat pembelian.

1.2 Isi Paparan

Suatu produk akan sangat dengan mudah diketahui oleh para konsumen cukup dengan
melakukan pencarian suatu produk pada situs online, hanya hitungan detik saja para konsumen
akan mengetahui informasi terhadap suatu produk. Perdagangan berbasis elektronik atau e-
commerce mulai berkembang sangat pesat seiring dengan menjamurnya situs web komersial,
sehingga meningkatkan penerimaan pada transaksi online oleh konsumen. ulasan atau biasa
disebut dengan review produk oleh konsumen berfungsi sangat baik sebagai informasi tentang
suatu produk, dan juga sebagai rekomendasi penting dalam membuat keputusan pembelian pada
konsumen sebagai pengaruh pembelian terhadap suatu produk. Jika dikaitkan dengan slide
materi bab 1 PPT slide ke 2 bahwa dalam konsep kolaborasi itu adalah berbentuk Kerjasama,
interaksi, kompromi, beberapa elemen yang terkait baik individu, Lembaga, atau pihak-pihak
yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Sangat
penting untuk pelaku UMKM berkolaborasi dengan e-commerce atau lebih tepatnya
memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produk kita dengan mudah. Pemanfaatan e-
commerce sangat penting dalam penjualan suatu produk karena dengan menggunakan platform
seperti Tokopedia, Shopee,dll kita dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Kuantitas dan kualitas tinjauan konsumen (kualitas informasi) terhadap suatu web atau
sosial media mempengaruhi pemrosesan informasi konsumen. Review online (review quantity)
dapat dianggap sebagai representasi terhadap popularitas suatu produk. Ulasan mengenai suatu
produk yang berkualitas adalah alasan yang logis dan persuasif sesuai dengan fakta tentang suatu
produk. Kualitas informasi suatu produk dapat mempengaruhi niat pembelian suatu produk
karena hal tersebut dapat membuat konsumen yakin akan suatu produk. Jika dikaitkan dengan
slide materi 5 PPT slide ke 13 “some advice about problem framing for negotiators” , Frame
membentuk apa yang didefinisikan oleh para pihak sebagai isu utama dan bagaimana mereka
membicarakannya. Kedua belah pihak memiliki frame mereka masing- masing. Frame juga
dapat dikontrol. Percakapan mengubah dan mengubah kerangka dengan cara yang mungkin tidak
dapat diprediksi oleh negosiator tetapi mungkin dapat dikendalikan. Seorang pebisnis harus
pintar dalam mengemas produk mereka, baik itu dari kemasan, branding, kualitas dari produk
mereka,dll. Karena kesan pertama yang dirasakan oleh konsumen itu sangat penting sekali untuk
kontinuitas dari produk mereka, ketika first impression seorang konsumen sudah jelek ketika
mereka membeli produk kita, akan ada kemungkinan produk kita tidak akan dibeli lagi. Maka
dari itu framing yang buruk akan susah untuk diubah di masyarakat, maka dari itu sebelum
mendapatkan kesan yang buruk pada produk mereka, alangkah baiknya mereka memastikan
produk yang akan mereka jual sudah lolos uji kelayakan dan memiliki value yang tinggi dan
kualitas yang bagus. Misalnya, ketika unilever akan mengeluarkan produk sabun mandi, mereka
terlebih dahulu harus melakukan riset terhadap produk tersebut, apakah sabun tersebut sudah
memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut, berapa harga jualnya, lalu
bagaimana Unilever membranding produk sabun itu, sehingga kesan yang sampai kepada
konsumen itu positif. Apabila kesannya positif, maka produk tersebut sangat mungkin
mengalami peningkatan penjualan dan kontinuitas dari produk tersebut terjaga.

Dengan pertumbuhan perdagangan elektronik, semakin banyak komunitas konsumen


online atau situs belanja online, yang dimana hal ini dapat mendorong konsumen untuk berbagi
ulasan tentang suatu produk yang mereka gemari dengan orang lain. Ulasan dan komentar yang
dibagikan oleh konsumen online lainnya ini disebut dengan getuk tular (eWOM) yang berbeda
dari bentuk komunikasi interpersonal lisan tradisional di antara kenalan yang mengharuskan
untuk melakukan kegiatan bertatap muka secara langsung. Melalui generasi baru dunia maya,
saluran komunikasi eWOM memungkinkan kontributor dan audiens untuk memperluas
jangkauan mereka melampaui koneksi pribadi kecil ke komunitas yang lebih luas melalui
Internet. Jika dikaitkan dengan Materi 5 slide PPT ke 2 “persepsi, kognisi, dan emosi di
dalam negosiasi”, karena konsumen dipermudah dengan adanya e-commerce, calon pembeli
bisa sangat mudah mendapatkan ulasan tentang suatu produk. Ulasan yang diberikan oleh
konsumen yang telah membeli produk tersebut beragam-ragam tergantung dari seberapa produk
tersebut dapat memenuhi ekspektasi dari calon pembeli. Karena seorang penjual tidak bisa
membendung ulasan yang masuk terkait produk yang mereka jual, sehingga sangat penting bagi
mereka untuk memperhatikan kualitas dari produk yang mereka jual. Terkadang dalam
memberikan ulasan terhadap suatu produk menimbulkan suatu bias kognitif, Kesalahan persepsi
dan bias kognitif biasanya muncul dari kesadaran kesadaran sebagai negosiator mengumpulkan
dan memproses informasi. Tentu saja tingkat pertama mengelola distorsi tersebut adalah
menyadari bahwa mereka dapat terjadi. Namun, kesadaran dengan sendirinya mungkin tidak
cukup. Efek halo yang didapatkan dari persepsi yang buruk terhadap suatu produk membuat
calon konsumen mengeneralisasi informasi yang mereka dapatkan tentang produk tersebut
sehingga mengubah keputusan merke dalam membeli. Contohnya, sebelum perusahaan unilever
menjual produk sabun mereka ke publik, mereka melakukan uji kelayakan dan quality control
pada produk tersebut sehingga menghindari ulasan yang buruk terhadap produk tersebut dan
menghindari efek halo yang disebabkan dari ulasan yang buruk. Apabila hal tersebut terjadi,
perusahaan unilever dapat mengontrol persepsi buruk yang timbul ke konsumen dengan
melakukan perbaikan kualitas dan sebagai compliment perusahaan tersebut memberikan diskon
untuk produk sabun mereka agar memperbaiki bias kognitif yang ditimbulkan dari ulasan yang
buruk.

Kredibilitas atau keabsahan suatu informasi merupakan hal yang sangat diperlukan oleh
konsumen dan merupakan hak setiap konsumen untuk mendapatkan informasi yang valid atau
benar mengenai suatu produk. Kepercayaan yang dihasilkan oleh konsumen dalam peninjauan
suatu produk dapat melibatkan berbagai dimensi seperti kepercayaan kognitif dan afektif.
Kepercayaan konsumen inilah merupakan salah satu wujud atau hasil dari kredibilitas informasi
mengenai suatu pruduk. Untuk memahami bagaimana isyarat profil yang berbeda serta
berkontribusi pada penilaian kredibilitas pesan melalui sosial media (eWOM), kedua dimensi ini
(kepercayaan kognitif dan afektif) perlu dipertimbangkan, karena hal tersebut merupakan bentuk
dari kredibilitas informasi yang nantinya akan mempengaruhi niat pembelian konsumen terhadap
produk. Jika dikaitkan dengan materi 5 slide PPT ke 10 “bagaimana frame bekerja didalam
suatu negosiasi”, Negosiator dapat menggunakan lebih dari satu frame. Contohnya, perusahaan
Unilever yang akan menjual produk sabun mereka mendiskusikan konflik atas usulan kandungan
yang terdapat didalam sabun tersebut (isu substantif), preferensinya tentang bagaimana sabun
tersebut harus diberikan kandungan apa(kerangka hasil), dan dan bagaimana efeknya terhadap
lingkungan masyarakat (kerangka prosedural), serta apakah ia memandang kelompok-kelompok
ini secara menguntungkan atau tidak (bingkai karakterisasi). Ketidaksesuaian bingkai antar pihak
merupakan sumber konflik. Dua negosiator mungkin berbicara satu sama lain dari kerangka yang
berbeda (misalnya, yang satu memiliki kerangka hasil dan yang lain memiliki kerangka
prosedural), menggunakan konten yang berbeda dalam kerangka yang sama. Contohnya,
keduanya memiliki kerangka prosedural tetapi memiliki preferensi yang kuat untuk prosedur,
atau menggunakan tingkat abstraksi yang berbeda (misalnya, kerangka aspirasi yang luas versus
kerangka hasil tertentu). Ketidaksesuaian tersebut menyebabkan konflik dan ambiguitas, yang
dapat menciptakan kesalahpahaman, menyebabkan eskalasi konflik dan bahkan jalan buntu, atau
menyebabkan salah satu atau kedua belah pihak untuk "membingkai ulang" konflik ke dalam
bingkai yang lebih kompatibel dan yang dapat mengarah pada penyelesaian. Untuk perselisihan
yang sangat terpolarisasi, pembingkaian ulang bersama tidak dapat terjadi tanpa bantuan pihak
ketiga. Para pihak bernegosiasi secara berbeda tergantung pada bingkai. Bingkai dapat
membangkitkan strategi tertentu atau tanggapan kognitif dan emosional dari negosiator.
Misalnya, ketika para pihak diminta untuk membingkai negosiasi dalam istilah emosional,
mereka cenderung lebih terlibat dan berperilaku kompetitif, yang mengarah ke tingkat kebuntuan
yang lebih tinggi. Bingkai tertentu mungkin akan digunakan dengan jenis masalah tertentu.
Dalam negosiasi atas tawaran pekerjaan, misalnya, pihak yang mendiskusikan gaji mungkin akan
menggunakan kerangka hasil, sementara pihak yang mendiskusikan masalah hubungan mungkin
akan menggunakan kerangka karakterisasi. Jenis kerangka tertentu dapat menghasilkan jenis
perjanjian tertentu. Misalnya, pihak-pihak yang mencapai kesepakatan integratif kemungkinan
besar akan menggunakan kerangka aspirasi dan mendiskusikan sejumlah besar masalah selama
musyawarah mereka. Sebaliknya, pihak yang menggunakan kerangka hasil atau karakterisasi
negatif mungkin cenderung memiliki pandangan negatif dari pihak lain dan preferensi yang kuat
untuk hasil tertentu, yang pada gilirannya dapat menyebabkan konflik intensif dan hasil
distributif (atau tidak ada kesepakatan sama sekali). Para pihak cenderung mengambil kerangka
tertentu karena berbagai faktor. Perbedaan nilai di antara para pihak, perbedaan kepribadian,
perbedaan kekuasaan, dan perbedaan latar belakang dan konteks sosial para negosiator dapat
menyebabkan para pihak mengadopsi kerangka yang berbeda.

niat pembelian berkaitan dengan perilaku, perilaku dan sikap konsumen. Perilaku
pembelian merupakan titik terpenting bagi konsumen dalam mempertimbangkan dan
mengevaluasi suatu produk sebelum melakukan pembelian produk. Niat beli merupakan alat
yang digunakan untuk memprediksi proses pembelian karena, ketika seorang konsumen
memutuskan untuk membeli suatu produk karena di orong oleh niat dalam diri mereka. Namun,
niat beli pada konsumen juga dapat berubah karena pengaruh eksternal (harga) maupun internal
(presepsi kualitas dan nilai barang serta pengaruh lingkungan). Jika dikaitkan dengan materi 2
slide PPT ke 9 “Tactical task of negotiators”, dikatakan bahwa untuk menilai target pihak lain,
titik perlawanan, dan biaya pengakhiran negosiasi Langkah pertama yang penting bagi seorang
negosiator adalah memperoleh informasi tentang target dan poin perlawanan pihak lain.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar ingin dicapai pihak lain, serta
seberapa besar mereka bersedia membayar. Negosiator dapat menempuh dua rute umum untuk
mencapai tugas ini: memperoleh informasi secara tidak langsung tentang faktor latar belakang di
balik suatu masalah (penilaian tidak langsung) atau memperoleh informasi langsung dari pihak
lain tentang target dan titik resistensi mereka (penilaian langsung). Seorang individu menetapkan
titik resistensi berdasarkan banyak faktor potensial. Misalnya, berapa biaya yang dibutuhkan
untuk memproduksi sabun?bagaimana kita meguji kelayakan dari sabun yang akan dipasarkan?.
penilaian langsung dalam tawar-menawar, pihak lain biasanya tidak mengungkapkan informasi
yang akurat dan tepat tentang target, poin resistensi, dan harapannya. Namun, terkadang pihak
lain akan memberikan informasi yang akurat. Tugas taktis yang penting bagi negosiator adalah
mengontrol informasi yang dikirim ke pihak lain tentang target dan poin resistensi Anda,
sekaligus membimbingnya untuk membentuk kesan yang disukai tentang mereka. Negosiator
perlu menyaring informasi tentang posisi mereka sendiri dan untuk mewakili mereka seperti
yang mereka ingin orang lain percayai. Secara umum, kegiatan penyaringan lebih penting di
awal negosiasi, dan tindakan langsung lebih berguna di kemudian hari. Urutan ini juga
memberikan waktu untuk berkonsentrasi pada pengumpulan informasi dari pihak lain, yang akan
berguna dalam mengevaluasi poin resistensi, dan dalam menentukan cara terbaik untuk
memberikan informasi kepada pihak lain tentang posisinya sendiri. Cara paling sederhana untuk
menyaring suatu posisi adalah dengan mengatakan dan melakukan sesedikit mungkin. Diam
adalah emas saat menjawab pertanyaan; kata-kata harus diinvestasikan dalam mengajukan
pertanyaan negosiator lainnya. Tindakan Langsung untuk Mengubah Kesan Negosiator dapat
mengambil banyak tindakan untuk menyajikan fakta yang secara langsung akan meningkatkan
posisi mereka atau membuatnya tampak lebih kuat di mata pihak lain. Salah satu metode yang
paling jelas adalah presentasi selektif, di mana negosiator hanya mengungkapkan fakta yang
diperlukan untuk mendukung kasus mereka. Seorang negosiator dapat mengubah kesan pihak
lain tentang tujuannya sendiri dengan membuat hasil tampak kurang menarik atau dengan
membuat biaya untuk memperolehnya tampak lebih tinggi. Negosiator juga dapat mencoba
membuat tuntutan dan posisi tampak lebih menarik atau kurang menarik bagi pihak lain.

KESIMPULAN

Suatu produk akan sangat dengan mudah diketahui oleh para konsumen cukup dengan
melakukan pencarian suatu produk pada situs online, hanya hitungan detik saja para konsumen
akan mengetahui informasi terhadap suatu produk. Perdagangan berbasis elektronik atau e-
commerce mulai berkembang sangat pesat seiring dengan menjamurnya situs web komersial,
sehingga meningkatkan penerimaan pada transaksi online oleh konsumen.
Kuantitas dan kualitas tinjauan konsumen (kualitas informasi) terhadap suatu web atau
sosial media mempengaruhi pemrosesan informasi konsumen. Review online (review quantity)
dapat dianggap sebagai representasi terhadap popularitas suatu produk. Ulasan mengenai suatu
produk yang berkualitas adalah alasan yang logis dan persuasif sesuai dengan fakta tentang suatu
produk.

Dengan pertumbuhan perdagangan elektronik, semakin banyak komunitas konsumen


online atau situs belanja online, yang dimana hal ini dapat mendorong konsumen untuk berbagi
ulasan tentang suatu produk yang mereka gemari dengan orang lain. Ulasan dan komentar yang
dibagikan oleh konsumen online lainnya ini disebut dengan getuk tular (eWOM) yang berbeda
dari bentuk komunikasi interpersonal lisan tradisional di antara kenalan yang mengharuskan
untuk melakukan kegiatan bertatap muka secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai