Anda di halaman 1dari 7

Generasi Milenial yang Optimis

“Bagaimana Pendidikan di Indonesia Membawa Kemajuan Suatu Bangsa”

( oleh : Jusman)

========================================================

Generasi Milenial

Istilah generasi milenial memang sedang akrab di dengar. Istilah tersebut berasal dari
millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penuis Amerika, William Strauss dan
Neil Howe dalam beberapa bukunya.

Millennial generaion atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers.
Para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y
terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 – 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya.

Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna,
handphone sudah terfasilitasi dengan internet. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam
berteknologi.

Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta
merupakan generasi millennials atau berusia 17-37 tahun. Hal ini berarti Indonesia memiliki
banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi kemanakah mereka pergi? Apakah
mereka bersembunyi?

Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat
mendominasi jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya (generasi X). Dengan
kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millennials belum banyak
yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung
lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun
perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millennials hamya peduli untuk
membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme.

Kaum millenial suka sekali untuk berbisnis dan menjadi bos di dalam bisnisnya sendiri. Hal
ini di dorong adanya pengalaman mereka menyaksikan ada anggota keluarga yang terkena
PHK pada tahun 2000-an (ini terjadi di Amerika). Tapi di Indonesia sendiri, bisa kita lihat
bahwa pemuda-pemuda banyak yang menjadi pebisnis di berbagai bidang. Dari yang
memiliki toko fisik sampai online shop. Bank-bank mencatat bahwa pinjaman generasi
millenial mengalami kenaikan dibanding generasi lainnya. Mungkin tidak perlu terheran
dengan hal ini. Bisa jadi dikaitkan dengan tren mereka berbisnis sehingga melakukan banyak
pinjaman di bank.

Akan tetapi, pandangan-pandangan seperti ini bisa dibilang kurang adil. Generasi Millennial
yang juga sering dicemooh dengan istilah generasi strawberry yang berarti mudah rusak dan
tidak terbiasa bekerja keras ini dapat dibilang sering disalah pahami oleh generasi
pendahulunya. Generasi Millennial dapat dibilang hidup di era yang paling kompetitif sejauh
ini. Dengan perkembangan internet dan terbukanya arena global, kompetisi dalam pendidikan
dan pekerjaan menjadi berlipat kali lebih ketat dari sebelumnya. Memang benar generasi ini
sangat terobsesi dengan teknologi dan sosial media. Akan tetapi di sisi lain, para Millennial
menjadi mengerti betapa hebatnya masa muda itu dari melihat orang-orang seumurannya
yang dapat membawa perubahan di masyarakat. Para Millennial yang menggunakan
teknologi dengan baik mengerti bahwa terdapat banyak potensial yang dapat diraup dari
gelombang sumber daya manusia muda, kreatif, dan kompetitif ini.

Generasi millenial dinilai sebagai generasi yang paling berpendidikan sepanjang masa.
Sayangnya, banyak dari mereka yang justru pengangguran. Dikarenakan mereka bekerja
paruh waktu atau mereka tidak bekerja untuk pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
mereka.

Generasi millenial mengutamakan pendidikan. Pada tahun 1979 kebanyakan orang


mendapatkan sekolah tinggi, kemudian berhenti sampai di situ. Sekarang ini, tren yang ada
justru berlomba meraih gelar tertinggi. Generasi millenial tidak hanya berhenti di bangku S1,
melainkan semangat untuk melanjutkan ke S2, S3 dalam negeri maupun luar negeri.
Kebanyakan dari generasi ini percaya bahwa mereka dapat membuat perubahan yang besar
untuk hal yang dia benar-benar peduli. Tak jarang ketika para Millennial ini menemukan
passion ataupun sesuatu yang dia percayai, mereka akan mengerahkan usaha, kreativitas, dan
network yang dia miliki untuk mencapai hasil yang diinginkannya.
Pendidikan di Indonesia

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan,
pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses diri ke arah tercapai
Dengan demikian, diharapkan pendidik dapat melakukan bimbingan serta pengajaran pada
peserta didik hingga pada akhirnya peserta didik menjadi pribadi yang dewasa. Guru selain
bertugas untuk mengajar yang secara umum didefinisikan menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa, guru juga dituntut untuk mampu mendidik siswa menjadi pribadi yang
memiliki akhlak mulia. Berbakti kepada orang tua, guru, maupun mengabdikan diri untuk
masyarakat. Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara dan member
latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Jangan sampai baik buruknya prestasi siswa hanya dibebankan kepada guru. Semua elemen
harus mendukung dalam tercapainya prestasi belajar siswa. Terutama peran orang tua sangat
vital dalam berhasil tidaknya siswa sekolah. Anak usia SD, SMP, maupun SMA harus
dipantau dan diawasi oleh orang tua masing-masing ketika berada di rumah. Baik itu porsi
belajar serta teman bermain. Hal ini untuk mengantisipasi bebasnya anak bergaul ataupun
berteman dengan siapa pun. Karena lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu faktor
yang menunjang terbentuknya pribadi pelajar tersebut.

Realitas saat ini, masih banyak siswa yang belum memiliki pribadi yang baik, tidak memiliki
tata krama ketika berbicara dengan gurunya, bahkan secara terang-terangan berani melawan
atau pun membantah nasihat guru. Sungguh ironi yang perlu dituntaskan sampai ke akar-
akarnya. Peran orang tua juga harus ikut mendukung, di rumah siswa harus diajari tata krama
yang baik, sopan santun, maupun diajari tutur kata yang lemah lembut. Sampai saat ini
kesadaran siswa terhadap tata krama semakin berkurang.

Dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan maju. Negara
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara yang lain. Perlu kita ketahui sebuah
negara dikatakan maju bila pendidikan di negara tersebut juga maju. Nah saat ini, kesadaran
siswa akan kewajibannya untuk belajar semakin hilang. Mereka hanya ingin sesuatu yang
instan tanpa berusaha dengan gigih. Alhasil ketika menilik nilai semesteran yang baru selesai
dilaksanakan. Sebagian besar dari mereka harus melakukan remidi untuk memperbaiki
nilainya. Sungguh PR besar yang harus dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di
sekolah tersebut jika ingin negara Indonesia tidak tertinggal dengan negara lainnya.
Perbaikan Pendidikan Untuk Kemajuan Suatu Bangsa

Di Indonesia, sistem pendidikan konvensional masih banyak dilakukan dalam civitas


akademi. Khususnya daerah yang masih tergolong pedesaan. Apalagi kini, zaman sekarang
yang menuntut perubahan besar dalam dunia pendidikan. Dimana pendidikan dijadikan
patokan dalam sebuah bermasyarakat. Sehingga pendidikan bermutulah yang mempunyai
pengetahuan luas untuk mentransfer ilmu.

Generasi milenial (millennial generation) generasi yang lahir dalam rentang waktu awal
tahun 1980 hingga tahun 2000 atau Gen-Y. Bersamaan dengan merasuknya teknologi digital
ke segala sendi kehidupan. Teknologi digital yang telah menjadi kebutuhan dasar pada
generasi ini. Pada generasi milenial, yaitu generasi yang sudah melek teknologi digital,
dimana tiap informasi dengan mudah diakses lewat internet.

Namun, banyak orang berpandangan bahwasannya telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial
ketimuran. Karena lebih terbuka pemikirannya dengan mudah mengadopsi nilai-nilai sosial
daerah barat yang lebih modern. Memang benar, hal tersebut juga telihat jelas dalam
kehidupan kita. Banyak remaja yang mulai bergaya layaknya orang barat, sehingga
kehidupan social mereka semakin tergerus.

Hubungan komunikasi jarak jauh yang hanya dihubungan oleh media dan internet. Membuat
komunikasi jarak dekat atau komunikasi langsung semakin jarang di lakukan. Sehingga, nilai
social yang berlangsung dalam komunikasi tersebut semakin pudar. Remaja rentan saling
berbicara secara langsung mereka memilih menggunakan media internet sebagai jalannya
komunikasi. Jika hal ini semakin gencar dilakukan lambat laun dunia nyata dalam hal
interaksi akan pudar.

Tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini bisa dikatakan kian kompleks. Kerena
kemudahan akses informasi yang ditopang internet dan media sosial ibarat dua sisi mata
uang. Di satu sisi bisa menumbuhkan iklim kreatif dan semakin luasnya pengetahuan, tapi di
sisi lain, berpotensi menyebabkan dekadensi moral dan spiritual. Untuk mengantisipasi hal
yang disebut terakhir, peran orangtua dan guru sebagai pengawas dan pengarah agar generasi
muda menggunakan internet sebagaimana mestinya saja belum cukup. Lebih dari itu,
dibutuhkan revitalisasi elemen-elemen pendidikan yang mampu menangkal dan menyaring
pengaruh buruk yang berpotensi masuk ke dalam diri generasi muda. Elemen-elemen tersebut
antara lain:
 Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut John W. Santrock “Pendidikan karakter merupakan pendekatan langsung untuk


pendidikan moral dengan memberi pelajaran kepada peserta didik tentang pengetahuan
moral dasar untuk mencegah mereka melakukan perilaku tidak bermoral atau
membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain.”

Dalam konteks era digital tentu pendidikan karakter sangat penting. Mengingat, internet
adalah belantara yang liar, di mana konten-konten informasi yang positif dan negatif
bercampur jadi satu. Hanya fondasi moral yang kuat di dalam diri, dalam arti bisa
membedakan mana yang baik dan buruklah yang bisa menjamin masa depan generasi muda
Indonesia tetep cerah.

 Revitalisasi Pengetahuan Humaniora

Pengetahuan yang berhubungan dengan budaya, kemanusiaan, dan nilai-nilai spiritual ini
bisa dianggap kalah pamor di kalangan generasi muda bangsa. Banyak yang lebih menyukai
pengetahuan eksakta dan teknis yang bisa mengarahkan mereka ke hal-hal praktis serta
menghasilkan skill untuk bekerja. Akan tetapi, jika generasi muda Indonesia mengabaikan
pengetahuan budaya, kemanusiaan, dan religi, mereka akan mudah terpengaruh budaya luar.

Ada tiga hal penting dalam pendidikan, yaitu agama, budaya dan ilmu pengetahuan yang
disertai pengamalan teknologi. Ketiganya harus berjalan sinergis, karena jika satu saja tidak
ada dan timpang, potensi tergerusnya rasa cinta terhadap budaya bangsa dan hilangnya
empati sosial akan kian membesar.

 Optimalisasi Teknologi

Kemajuan sebuah bangsa sering diukur dengan seberapa canggih bangsa tersebut, baik itu
dalam mengadopsi maupun mencipta sebuah teknologi. Dalam hal ini sebut saja Jerman,
Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok yang merupakan bangsa-bangsa penemu teknologi
canggih. Seakan-akan mencipta sesuatu yang baru atau inovasi sudah mendarah daging di
dalam diri masyarakatnya.

Karena itu, agar generasi muda Indonesia bisa bersaing dan berkontribusi besar di kancah
global, sudah semestinya pengetahuan teknologi yang terkait perkembangan teknologi terkini
menjadi kurikulum tersendiri di sekolah. Tujuannya, untuk membangun generasi muda
Indonesia yang techy, berjiwa invention dan inovatif.
Kesuksesan tidak sebatas soal pencapaian saja, tapi juga proses perjuangan dalam meraih
kesuksesan itu sendiri. Banyak orang yang lebih suka menghindari masalah dan
tantangan, tapi hal ini tidak berlaku bagi para generasi millennial. Bagi genereasi millennial
mampu menghadapi, mengatasi dan menaklukkan tantangan merupakan sebuah kesuksesan
tersendiri. Proses kegagalan dan menghadapi tantangan dijadikan para generasi millennial
sebagai pelajaran untuk menghadapi masalah-masalah serupa di masa depan. Tentunya hal
tersebut mampu membuat mereka menjadi pribadi yang lebih kuat dan pantang menyerah.

Akhirnya dengan memahami secara utuh potret generasi millennial di Indonesia maka kita
memiliki gambaran pandangan, aspirasi dan sudut pandang mereka terhadap segala aspek
didalam kehidupan mereka, sehingga pembangunan manusia Indoesia seutuhnya bisa tepat
sasaran, karena pada ujungnya nanti kepada generasi millennial inilah nasib dan masa depan
bangsa dan negara ditentukan.

Prestasi menulis:

2018 - 40 Peserta Terbaik Olimpiade Menulis Ramadhan CV. Sinar Gamedia


Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia

https://kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasi-millennial/0/sorotan_media

https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millennials/#.XEVTC4Exc0M

http://dimensipers.com/2018/02/20/pendidikan-masa-kini-di-era-millenial/

Anda mungkin juga menyukai