Anda di halaman 1dari 15

Urgensi Pendidikan Akhlak Generasi Milenial pada Masa

Pandemi
Nain Nurlatifah
Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta
nurlatifahnain@gmail.com
Abstrak
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada tahun 80 sampai 2000
an, sehingga pada saat ini generasi milenial telah memasuki pada Era Digital yang
menjadi generasi dominan pada bidang pendidikan. Generasi milenial mempunyai
tantangan dalam bidang pendidikan yang kompetitif, oleh sebab itu generasi milenial
harus mempunyai peranan yang baik dan mempersiapkan Skills yang baik dalam
prestasi akademis maupun non akademis,terlebih pada masa sekarang ini dimana
Pandemi Corona Virus Desease (covid-19). metode analisis yang digunakan yaitu
Kepustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan dari berbagai macam materi yang
terdapat pada buku-buku dan kepustakaan.Pandemi covid-19 memberikan tanggung
jawab kepada orang tua menjadi pendidik utama bagi anak. Orang tua bertugas sebagai
pendamping anak dalam mengerjakan tugas dan pendidikan akhlak yaitu dengan cara
membantu anak mengerjakan tugas, belajar dari lingkungan sekitar, dan memberikan
pengetahuan kepada anak mengenai pendidikan akhlak.
Kata kunci : milenial,Akhlak,Pandemi
Abstract
The millennial generation is a generation born in the 80s to 2000s, so at this
time the millennial generation has entered the Digital Era which is the dominant
generation in the field of education. The millennial generation has challenges in the
field of competitive education, therefore the millennial generation must have a good
role and prepare good skills in academic and non-academic achievements, especially at
this time where the Corona Virus Disease (covid-19) Pandemic. The analytical method
used is Library Research, which is a study that aims to collect data and information
with the help of various kinds of materials contained in books and libraries. The
COVID-19 pandemic gives parents the responsibility to be the main educators for
their children . Parents serve as companions for children in carrying out tasks and
moral education, namely by helping children do assignments, learn from the
surrounding environment, and provide knowledge to children about moral education.
Keywords : millemial,morals,pandemic

1
Pendahuluan

Pendidikan Akhlak merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan


jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Era milenial muncul setelah
era global, seperti pada kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya, akan tetapi yang
paling nampak terlihat adalah perubahan gaya hidup. Generasi milenial yang
seharusnya menjadi tokoh dibalik kemajuan bangsa justru muncul dengan prilaku
kesehariannya yang mengesampingkan etika dan moral.Pendidikan Akhlak diharapkan
mampu berkontribusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, dengan
adanya pendidikan Akhlak diharapkan generasi milenial dapat menghadapi segala jenis
tantangan di era milenial. Perubahan kondisi sosial suatu zaman tidak bisa dipungkiri
lagi, yang sesuai dengan kemajuan Ilmu pengetahuan manusia atau yang sering dikenal
dengan Globalisasi. Globalisasi telah melahirkan budaya global yang memiskinkan
potensi budaya asli. Perubahan itu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
bersinggungan langsung dengan manusia. Teknologi sebagai salah satu faktor yang
bersinggungan secara langsung dengan manusia, memberikan dampak yang cukup
signifikan. Dan perubahan budaya, menurut Mc Luhan dan Innis1 penyebab utamanya
berasal dari teknologi komunikasi, yang berperanan dominan dalam mempengaruhi
tahapan perkembangan manusia. Secara umum Teknologi memberikan kemudahan
terhadap manusia. Banyak manfaat Teknologi yang dirasakan oleh manusia. Manfaat
Teknologi yang dirasakan akan berdampak terhadap suatu Generasi. Seperti halnya
Generasi Milenial dan Pendidikan yang merupakan dua konsep berbeda, tetapi
memiliki keterkaitan dan Peran yang saling mempengaruhi satu sama lain. Generasi
milenial sebagian besar tumbuh dan berkembang melalui Pendidikan, Sehingga
Pendidikan menjadi wahana bagi pengembangan Generasi milenial. Sedangkan
Generasi menurut Kupperscmidt‟s2 adalah sekelompok individu-inividu yang telah
mengidentifikasikan kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur,
lokasi dan kejadian-kejadian dalam suatu kehidupan kelompok individu tersebut yang
memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka.

Fenomena yang sedang terjadi di era globalisasi sekarang adalah berkembang


pesatnya teknologi yang beredar ditengah-tengah masyarakat. Sebelum adanya
Generasi Milenial, tentu ada juga yang dinamakan generasi-generasi sebelumnya yaitu
yang dimulai dari Generasi Terhebat (The Greatest Generation3), yang dilahirkan pada

1 Morissan dkk (2002:31)


2Jensen, “ How to Manage Millennials: 8 Ways to Do it Right”
https://guthriejensen.com/blog/8-steps-tomanage-millennials/
3 The Generation Guide - Millennials, Gen X, Y, Z and Baby Boomers.
http://fourhooks.com/marketing/thegeneration-guide-millennials-gen-x-y-z-and-baby-boomers-
art5910718593/
2
tahun 1910 sampai dengan 1924 adalah Generasi yang terlahir selama berperang
diperang dunia kedua, Mereka disebut generasi terhebat (The Greatest Generation)
karena karakter mereka yang patriotic, membela hal-hal yang benar dibandingkan
kepentingan pribadi dan mereka juga banyak berkorban bagi negaranya karena ikut
andil dalam peperangan dunia kedua.

Selanjutnya Generasi ke-dua yaitu Generasi Tradisional (Silent Generation), yang


dilahirkan pada tahun 1925 sampai dengan 1945 adalah Generasi yang terlahir pada
saat kekacauan ekonomi global (The Great Depression). Akibat krisis global melanda
mereka hidup sulit serba kekurangan, dan karena kacaunya perekonomian dunia,
mengakibatkan mereka sangat berhati-hati dan konservatif dalam membelanjakan
uang. Mereka juga cenderung patriotic, lebih patuh hukum dan taat akan kewajiban.

Generasi ke-tiga yaitu Generasi Baby Boom yang di lahirkan pada tahun 1946
sampai dengan 1964, disebut Baby Boom pada saat itu terdapat ledakan kelahiran besar
di Amerika dan generasi ini dikenal hidup dengan berkecukupan lebih serta gemar
menghabiskan uang yang mereka miliki.

Generasi ke-empat yaitu Generasi X yang dilahirkan pada tahun 1965 sampai
dengan 1979, Generasi ini dikenal dengan sebutan Gen Bust karena angka kelahiran
pada generasi ini lebih rendah dari generasi sebelumnya, dan generasi ini dikenal juga
dengan karakter “skeotisme”nya, yaitu cenderung ragu dalam bertindak dan mengambil
suatu keputusan. Selain itu juga, generasi juga dianggap sebagai generasi yang kurang
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan kehidupan sehari-hari, mereka
dianggap cukup cuek pada isu-isu sosial yang ada lingkungan sekitar mereka.

Generasi ke-lima yaitu Generasi Milenial adalah Generasi yang dilahirkan


antara tahun 1980 sampai dengan 2000. Generasi milenial juga akrab disebut dengan
generasi Y, generation me atau echo boomers merupakan lanjutan setelah 5 generasi
X, yang mana tidak ada batasan pengelompokan di mana harus berawal dan berakhir
dari kelompok ini.

Generasi Milenial adalah generasi yang mendominasi dunia kerja dan


pendidikan di Indonesia maupun di manca Negara saat ini. Generasi Y 4 sering sering
disebut dengan Millenial Generation, yaitu kelompok muda yang lahir awal 1980 hingga
awal 2000. Terbentuknya generasi Y tidak terlepas dari peran-peran generasi
sebelumnya. Generasi Y terbentuk karena berkembangnya ilmu teknologi dan
informasi. Salah satu fenomena proses globalisasi adalah munculnya berupa teknologi
Smartphone atau gadget. Generasi milenial sudah memasuki pada era digital yang
banyak ditandai dengan meningkatnya interaksi, perkembangan sistem digital, visual,

4 The Generation Guide - Millennials, Gen X, Y, Z and Baby Boomers. Diakses dari
http://fourhooks.com/marketing/thegeneration-guide-millennials-gen-x-y-z-and-baby-boomers-
art5910718593/
3
konektifitas, dan kecerdasan antifisial. Generasi milenial mempunyai karakter dan
identitas yang cukup unik. Generasi tersebut dilabeli dengan generasi yang fasih
teknologi, sosial eksprensif dan terhubung.ciri utama generasi tersebut adalah connected,
creative dan confidence atau biasa disingkat dengan 3C. Generasi tersebut mempunyai suatu
karakter yang terhubung antara satu orang dengan yang lainnya melalui internet dan
media sosial. Sedangkan kreatifitas generasi tersebut diantaranya adalah keluar dari
kebiasaan-kebiasaan lama (out of the box), dan cenderung inovatif. Sedangkan karakter
dari generasi tersebut adalah rasa percaya diri yang cukup tinggi. Harapan dan peluang
kemajuan masyarakat terkait dengan Generasi Milenial sangat besar, terutama dalam
mengambil peran didunia Pendidikan.

Sejak adanya wabah pandemi covid 19, di mana anak-anak pesantren


dikembalikan ke rumah dan sekolah formal ditiadakan, proses pendidikan sekolahan
dari rumah, dan dianjurkan banyak tinggal di rumah, seolah orang tua diingatkan
tentang penguatan pendidikan akhlak dalam kelurga yang barangkali dilupakan oleh
sebagian orang tua dan merupakan tantangan bagi orang tua karena menghadapi anak-
anaknya yang termasuk dalam generasi milenial. Orang tua hendaknya mengingat salah
satu kunci sukses adalah mementingkan pendidikan keluarga, karena sukses di dunia
bisa menuju sukses akhirat. Pendidikan dalam keluarga akan memperbaiki anak mulai
dari agama, akhlak, sosial dan lain sebagainya. Keberhasilan Pendidikan akhlak dalam
keluarga akan menjadi perantara bagi orang tua menuju surga dunia (rumahku surgaku)
dan juga menuju surga akhirat. Adanya Anak-anak yang sholich dan sholichah, akan
menjadikan kebaikan yang anak lakukan menjadi pahala yang mengalir bagi orang tua.
Tentang urgensinya peran keluarga dalam mendidik anak, Ibn Qoyyim
mengatakan, bahwa kerusakan anak sebagian dipicu oleh orang tua, yakni ketidak
pedulian mereka, mereka tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunahsunah
agama kepada anak-anak, mereka menelantarkan anak-anak sejak masih kecil sehingga
anak-anak tidak memetik manfaat dari mereka sendiri, juga tidak memberi manfaat
bagi orang tua kala menginjak usia senja. Senada dengan Ibn Qoyyim di atas,
Muhammad bin Sholeh Ustaimin menambahkan bahwa akhlak mulia bisa berupa
perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala kepada hamba-Nya) dan
juga dapat berupa sifat yang dapat diusahakan atau diupayakan. Keluarga merupakan
unit terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak. Sebelum ia berkenalan dengan
dunia sekitarnya, seorang anak akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar
bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluarga sebagai pendidikan
yang pertama dan utama bagi anak. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama
bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.

4
Metode penelitian

Metode merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan teknik serta peralatan tertentu. Yang melihat sesuai dengan banyaknya masalah
yang dihadapi serta tujuan dan situasi, oleh sebab itu jumlah dan jenis dalam sebuah
metode penelitian sangatlah beragam. Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu
cara ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu. Metode ini
memiliki fungsi yaitu sebagai landasan dalam menyelesaikan dan mengkolaborasikan
suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan dengan baik dan
mudah untuk dipahami.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis merupakan merupakan. metode


penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan dari berbagai macam materi yang
terdapat pada buku-buku dan kepustakaanSeperti buku majalah, dokumen, catatan dan
kisah-kisah sejarah yang lainnya dan penelitian kepustakaan juga berkaitan dengan
kegiatan membaca, menulis, dan mengolah bahan-bahan penelitian. Dengan
menggunakan dua langkah proses, Pertama, tahap inverntarisasi bahan penelitian yaitu
dengan cara menghimpun bahan informasi selengkap-lengkapnya. Kedua, tahap
pengelompokan yaitu tahap pemilihan informasi sesuai dengan kategori yang
dibutuhkan.

Hasil dan Pembahasan

Generasi Milenial Islam diera digital hendaknya bisa dan mampu


mencerminkan diri sebagai generasi khairu ummah ialah generasi yang kokoh secara
spiritual dan luas secara keilmuan (Pendidikan) juga professional dalam tindakan yang
kemudian berperan dalam amar ma’ruf, dan nahi mungkar serta dilandasi dengan
penuh rasa keikhlasan untuk menggapai ridho Allah Swt. Sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah SWT, yang artinya “Adapun kamu (wahai umat Muhammad)
adalah sebaik-baik umat (dalam hal iman dan amal) yang dikeluarkan bagi manusia agar
mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan selalu beriman kepada Allah
SWT”. (Q.S.Ali‘Imran [3]: 110).
1. Sifat dan Karakteristik Generasi Milenial Dalam Pendidikan Islam
Pada dasarnya sifat dan karakter generasi milenial dalam pendidikan islam ialah
sama halnya dengan sifat dan karakteristik ajaran islam, yaitu ajaran yang di dasarkan
humanism teo-prophetik. Dengan teologi ini, maka ajaran islam mendasarkan dan
melandaskan ajaran Tuhan yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an dan ajaran
Nabi Muhammad Saw yang terdapat didalam Hadits (ucapan, perbuatan dan
ketetapan), dan juga berdasarkan pendapat akal pikiran yang sehat dan tidak
bertentangan dengan isi ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan kata lain
disamping kita memelihara dan menjaga dan selalu mengamalkan ajaran-ajaran yang
bersifat paranialis, dan juga yang bersifat kontemporer yang dihasilkan oleh para
ahli, baik tokoh agama, cendekiawan melalui kajian, dan masih banyak yang lainnya.
5
Dengan cara yang fleksibilitas dan akomodatif terhadap berbagai perkembangan
baru yang timbul di era milenials atau pun generasi milenial termasuk yang menjadi
salah satu ajaran islam. Dengan demikian, hal-hal yang baru dihasilkan generasi
milenial yang sejalan dengan pendidikan dan ajaran-ajaran islam yang diterima.
Sikap yang dinamis, inovatif, kreatif, dan berani keluar dari kebiasaan-kebiasaan
lama (out of the box) yang muncul diera generasi milenial dapat diterima oleh ajaran
Islam. Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits terdapat namanama baik bagi Allah Swt
yaitu Asmaul Husna yang menurut para ahli hadits dan di riwayatkan oleh Turmuzi,
berjumlah 99 atau 100 misalnya, dan kita diminta oleh Allah Swt dan Nabi
Muhammad Saw agar dapat meniru sifat-sifatnya itu, misalnya sifat Al-mushawwir
yaitu membentuk atau merubah sehingga keadaannya menjadi lebih baik lagi
(dinamis), Sifat Al-khaliq yaitu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda serta
belum pernah diciptakan sebelumya (inovatif), sifat Al-mubdiu yaitu memulai
sesuatu yang baru atas dasar usaha dan keinginannya sendiri (kreatif), sifat Al-baari
yaitu memberikan keluasan untuk melakukan sesuatu tanpa terikat pada contoh
sebelumnya. Adapun sifat dan karakteristik generasi milenial dalam pendidikan
islam terkait dengan penggunaan waktu, dapat pula kita lihat dari pesan Khalifah
Sayyidina Umar bin Khattab kepada orang tua yaitu : Didiklah anak-anak mu
sekalian, karena mereka adalah makhluk yang akan hidup pada zaman yang berbeda
beda dengan zaman kamu sekalian. Berdasarkan pesan dari Sayyidina Umar bin
Khattab tersebut maka zaman atau era generasi milenial dengan ciri-ciri dan
tantangan-tantangannya sebagaimana dijelaskan diatas sudah harus diberitahukan
kepada generasi muda dan peserta didik, dan sekaligus memberikan tentang
wawasan, ilmu pengetahuan, keterampilan atau pun keahlian yang harus dimiliki
setiap orang atau pun setiap generasi agar mereka dapat merubah tantangan-
tantangan yang dihadapinya menjadi peluang serta mampu menggunakan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan wawasannya secara tepat dan baik.
2. Pendidikan Islam Terhadap Perbuatan Karakter Generasi Milenial
Pendidikan islam mempunyai tanggung jawab dalam memberikan bimbingan
kepada manusia terkhususnya pada generasi milenial dalam menghadapi kemajuan
teknologi dan perkembangan zaman dapat dilihat dari perhatian pendidikan islam
terhadap pendidikan atau perbaikan karakter (Akhlak). Mohammad Athiyah al-
Abrasyi mengatakan : Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam,
dan Agama Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak
adalah jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah
tujuan yang sebenarnya dari seluruh pendidikan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan tidak mementingkan pendidikan jasmani akal, ilmu pengetahuan, dan
segi imu yang lainnya. Dalam pendidikan islam kata karakter biasanya disebut
dengan Akhlak yang secara harfiah berarti perangai, tabiat, perilaku, sikap dan budi
pekerti.
Kata Akhlak dengan kata khalaq yang artinya penciptaan, dan dekat dengan
kata Makhluq yang berarti yang diciptakan. Hal ini merupakan bahwa akhlak
merupakan hiasan bagi makhluk, atau sesuatu yang harus dilakukan oleh makhluk
ciptaan Allah Swt sebagai Khaliq (Maha Pencipta). Pendidikan Akhlak mempunyai
cakupan yang sangat luas karena akhlak meliputi berbagai aspek dalam aspek
hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Rabb-nya, dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan binatang dan dengan makhluk Allah lainnya.
6
Ajaran akhlak Islam ini tidak hanya terkait hubungan dengan tuhan, melainkan
hubungan dengan manusia yang hidup dalam jaman yang berubah ubah. Yaitu
akhlak yang berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya, politik, pendidikan dan lain
sebagainya. Sikap yang ditunjukan Generasi milenial sebagaimana yang dijelakan
diatas, yakni : Generasi milenial suka akan kebebasan, senang dalam melakukan
personalisasi, mengandalkan kecepatan informasi yang instant, suka belajar, bekerja
dengan lingkungan inovatif, aktif berkolaborasi, hyper technology, terbiasa berpikir
out of the box dan sangat percaya diri sendiri dan berani mengungkapkan pendapat
tanpa ragu. Jika suatu sikap yang ditimbulkan generasi milenial ini dilihat dari ajaran
dan pendidikan agama islam, maka nampak sebagian dari sikap tersebut ada yang
sejalan dengan ajaran dan pendidikan islam yaitu seperti sikap suka belajar, bekerja
dengan lingkungan yang inovatif, aktif berkolaborasi dan berani mengungkapkan
pendapat tanpa keraguan dan pandai bersosialisasi itu semua adalah sejalan dengan
akhlak islami dan pendidikan islam. Dalam hubungan ini, maka tugas pendidikan
islam terhadap karakter generasi milenial ialah mencegah masuknya pengaruh nilai-
nilai dan sikap-sikap yang negative kedalam diri milenial dan mengarahkan sikap
negative menjadi sikap positif dan selalu menguatkan nilai-nilai positif. Berdasarkan
uraian diatas dapat diketahui bahwa Pendidikan Islam amat menekani Akhlak mulia
yang sejalan dengan Akhlak yang harus dimiliki generasi milenial dan peserta didik.
Yaitu Akhlak yang bersifat militansi moderat. Yakni berpegang teguh pada ajaran
syariat Islam sebagaimana ditetapkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun
pelaksanaannya dapat berkolaborasi dengan etika, moral, budi pekerti, budaya dan
adat istiadat. Dengan demikian, dalam rangka membentuk Akhlak mulia, selain
dapat menggunakan petunjuk Al-Qur’an, Al-Hadits khususnya kesuksesan Nabi
Muhammad Saw, dan juga dapat mengambil inspirasi dari yang dilakukan bangsa-
bangsa lain didunia, seperti Finlandia dan Jepang. Sifat dan karakteristik Pendidikan
Islam yang memberikan perhatian terhadap pembentukan karakter yang mulia,
dapat digunakan pendidikan Islam dan menyiapkan generasi milenial dalam
menghadapi setiap tantangan.
3. Nabi Muhammad SAW sebagai teladan generasi islam yang unggul
Generasi milenial sebagaimana dikemukakan diatas, adalah generasi yang harus
mampu bersaing dan didalam persaingan tersebut ia harus mendapatkan yang
namanya pemenang. Oleh sebab itu, generasi milenial adalah generasi unggul baik
dari aspek hard skill, maupun soft skill (moral, mental, intellectual, emosional dan
spiritual). Generasi yang unggul hanya dapat dilahirkan oleh pendidikan yang unggul
pula, sebagaimana yang diperlihatkan oleh bangsa-bangsa yang maju di berbagai
Negara. Hasil kajian para ahli telah memperlihatkan bahwa antara kemajuan, suatu
bangsa memiliki korelasi yang positif dengan keunggulan suatu bangsa dan
keunggulan suatu bangsa memiliki korelasi yang positif dengan keunggulan
pendidikan. Pendidikan Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-sunnah
sesungguhnya memiliki komitmen pada keunggulan generasi milenial. Agama Islam
mengajarkan agar manusia memiliki sifat-sifat Allah Swt dan Rasulnya. Yakni
berakhlak dengan akhlak Rasul sesuai kadar kesanggupan manusia (al-takhalluq bi
akhlak Allah wa al-Rasul ‘ala thaawa al-basyariah)5. Karena Allah dan Rasulnya bersifat
5Nur Ainiyah ”Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama
Islam”. Jurnal Al-Ulum. Vol. 13. No. 1. 2013.

7
unggul dan Maha Sempurna, maka pernyataan tersebut mengandung arti bahwa
dalam melaksanakan pendidikan harus meniru keunggulan dan kesempurnaan dan
Sifat-sifat Rosululloh Saw. Demikian dengan perintah tentang Iman dan amal
shaleh, yang mendasarkan bahwa Pendidikan Islam selain perlu memiliki komitmen
moral dan spiritual yang luhur, juga mengacu kepada standar operating prosedur
yang benar dan berdasarkan pada teori keilmuan yang benar sehingga pekerjaan
tersebut dilakukan secara professional dan dapat di pertanggung jawabkan terhadap
publik. Nabi Muhammad SAW sendiri telah menjadi model yang terbaik bagi
manusia (laqad kaana lakum fi rasulillah uswatun hasanah). Pendidikan Islam yang
unggul dalam rangka menyiapkan generasi milenial yang unggul dan juga telah
dicontoh oleh Nabi Muhammad SAW, pada lembaga pendidikan pertama di
Madinah yang bernama Shuffah. Dengan mengambil tempat di bagian pinggir
masjid Nabawi, yang menunjuk Nabi Muhammad Saw secara langsung sebagai
guru, Al-Qur’an dan Hadits sebagai inti atau pokok kurikulum dan silabus, Infak,
sedekah dan ghanimah serta lainnya sebagai sumber dana dan Nabi Muhammad
Saw telah berhasil melahirkan lulusan yang unggul yang selanjutnya sebagai pelopor
pertama kali yang membangun kebudayaan dan peradaban Islam. Ajaran-ajaran
normative dan pengalaman sejarah yang terkait dengan pengembangan Pendidikan
Islam yang unggul dan integrated yang demikian, patut dipraktekkan dalam rangka
menghasilkan generasi milenial yang unggul dalam setiap perkembangan zaman.
Kondisi obyektif pendidikan islam saat ini lebih banyak yang kurang siap dan kurang
mampu dalam menghasilkan generasi milenial yang unggul yang dibutuhkan diera
milenials.

4. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga


Ketercapaian pemahaman yang baik terhadap pengertian “pendidikan akhlak”
dalam tulisan ini, terlebih dahulu mengarahkan pada pemahaman pembaca
mengenai pengertian “pendidikan” dan pengertian “akhlak6”. Pendidikan menurut
konteks informasi ajaran Islam dari sejumlah tulisan para ahli pendidikan Islam
dapat dikenal dengan istilah ta’dib, ta’lim, dan tarbiyah. Ibrahim Amini dalam
bukunya agar tak salah mendidik mengatakan bahwa pendidikan adalah memilih
tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor
yang diperlukan dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan
supaya dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam
dirinya dan secara perlahanlahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan
yang diharapkan. Kata akhlak banyak ditemukan dalam hadits Nabi Saw. Salah satu
hadisnya Rasulullah Saw, bersabda, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. Selanjutnya dalam keterangan al-Qur’an
tidak ditemukan kata akhlaq, kecuali dalam bentuk tunggal, yaitu khuluq. Kata ini
tercantum dalam al-Qur’an pada surah al-Qalam, yang merupakan pujian Allah Swt
akan keagungan akhlaq Muhammad Saw. Sebagaimana Allah Swt berfirman,yang
artinya “ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Secara etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari

6 Armai arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,hlm 216

8
kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta),
makhluq (yang diciptakan ) dan khalq (pencipta). Kesamaan akar kata tersebut
mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan
antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku mahkluq (manusia). Atau dengan
kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru
mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut
didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Oleh karena itu, konstitusi etis (al-
Dustur al-Khuluqi) dalam makna seluas-luasnya mencakup keseluruhan
pandangan dunia (world outlook) dan pandangan hidup (way of life). Berdasarkan
penjelasan istilah dan keterangan ayat tentang akhlak yang mulia tersebut, maka
para ahli pengkaji akhlak memberikan keterangannya tentang akhlak, antara lainnya
sebagaimana ditegaskan oleh Harun bahwa akhlak bukan saja merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi
juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan
dengan alam semesta sekalipun. Selanjutnya Ibn Miskawaih mendefenisikan akhlak
sebagai suatu keadaan jiwa atau sikap mental yang menyebabkan individu bertindak
tanpa pikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Abu Hamid al Ghazali
mendefenisikan akhlak sebagai sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah bakat dan
akhlak,20 yang selanjutnya dengan adanya akhlak tersebut membekali manusia
bagaimana bisa berkiprah di tengah-tengah masyarakatnya dengan baik dan tetap
berpegang pada nilai-nilai akhlak yang sudah digariskan oleh ajaran Islam. Dari
sejumlah definisi yang tercantum di atas, akhlak dapat di rumuskan sebagai satu
sifat atau sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan manusia dalam usaha
membentuk kehidupan yang sempurna berdasarkan prinsip prinsip yang telah
ditetapkan Allah. Swt. Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai
perbuatan lahir dan batin manusia baik secara individu, kelompok dan masyarakat,
dalam interaksi antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia,
manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar.

5. Pendampingan Orang Tua dalam Membina Akhlak Anak


Wabah covid-19 mengharuskan setiap orang untuk menjaga jarak sehingga
dampaknya dapat dirasakan secara langsung dalam semua sisi kehidupan. Anak
menjadi salah satu korban pada efek lingkungan pendidikan, mereka diliburkan dan
diganti belajar dari rumah. Pada abad ke-21, covid-19 mengharuskan pembelajaran
dilakukan secara daring. Menariknya di tengah wabah covid-19 berdampak pada
segala keterbatasan khususnya pada pendidikan akhlak anak,terlebih sekarang ini
yang merupakan era milenial. Peran orang tua menjadi kunci utama dalam
pendidikan akhlak anak sehingga akhlak anak tidak menurun meskipun proses
pembelajaran tidak dilangsungkan dengan tatap muka. Orang tua bukan hanya
pendidik sebagai orang tua tetapi memiliki peran sebagai guru bagi anak dalam
pendidikan akhlak dalam keluarga. Pada masa pandemi, orang tua banyak memiliki
waktu bersama anakanaknya sehingga anak cenderung berkembang melalui
pengasuhan yang diberikan orang tua. Orang tua tidak pernah belajar bagaimana
cara mengajar anak yang baik, tetapi cenderung spontan dalam berkomunikasi
9
dengan anak. Keterlibatan orang tua menjadi hal penting dalam membantu
pendidikan akhlak pada anak dari keterbatasan belajar, meningkatkan hubungan
sosial anak dan mengajarkan anak mengenai kesadara pendidikan akhlak dalam
keluarga. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam memperlakukan
anaknya dan setiap pola asuh memiliki kekurangan serta kelebihan. Orang tua
sesuai dengan pola asuhnya dituntut untuk menciptakan kondisi yang berkualitas
sehingga orang tua mampu memberikan stimulus dengan baik. Tujuannya adalah
supaya potensi dalam diri anak dapat berkembang maksimal. Apabila pola asuh
orang tua dan stimulus yang diberikan tidak sesuai maka berpotensi akan salah arah.
Setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam memberikan pendampingan
pendidikan akhlak terhadap anak. Ada yang memberikan kebebasan terlebih
dahulu kepada anak untuk bermain kemudian melanjutkan belajar, memberikan
jadwal anak belajar sesuai jam belajar di sekolah, mengerjakan tugas terlebih dahulu
kemudian diperbolehkan untuk bermain, memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengerjakan
tugas hingga proses merapikan setelah selesai belajar, serta melaksanakan
pembelajaran di rumah dengan prinsip learning by doing. Meskipun strategi yang
diterapkan setiap keluarga berbeda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu
memberikan pendampingan pendidikan akhlak kepada anak dalam penyelesaian
tugas yang diberikan oleh guru. Pemindahan proses belajar anak ke rumah tentunya
membutuhkan kerja sama lebih besar dari orangtua. Oleh karena itu, dibutuhkan
kesiapan dari orangtua dalam mengendalikan dirinya sebelum memulai
mengajarkan anak selama proses belajar mengajar dari rumah berlangsung.
Orangtua harus bisa mengendalikan diri atas apa yang sedang dialaminya dan
membimbing anak-anak dengan tenang dan penuh kesabaran. Apabila hal tersebut
bisa diterapkan oleh setiap orangtua, maka proses saat belajar di rumah akan lebih
baik. Anak-anak bereaksi sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang
terdekat mereka, terutama orangtua. Apabila orangtua bersikap tenang dan percaya
diri, mereka akan menjadi yang pertama tentang adaptasi yang efektif di masa
wabah ini. Orangtua akan lebih mampu berperan ideal, seandainya mereka
memiliki persiapan yang memadai. Hal yang perlu dilakukan orangtua yaitu
mengajak anak-anak berbincang tentang pendidikan akhlak. Tentu, obrolan
tersebut patut disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan kematangan anak.
Orangtua juga perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
mencurahkan isi hati mereka. Dengan kata lain, tidak hanya pertukaran informasi,
orangtua juga perlu pula menyodorkan telinga mereka terhadap keluh kesah anak-
anak. Apa pun isi keluh kesah itu, orangtua sepatutnya dapat meyakinkan anak-
anak bahwa mereka akan tetap melalui masa sulit ini bersama-sama sebagai sebuah
keluarga. Sehingga, informasi yang diterima anak-anak pun tetap terkendali dalam
koridor pembelajaran pendidikan akhlak. Peran orang tua dalam pendampingan
pendidikan akhlak terhadap anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
4. Mewujudkan kepercayaan pada anak

10
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).

Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan,
akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Yang paling penting adalah
bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya
dalampendidikan akhlak, begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik
teladan pada tatanan teoritis maupun praktis.

Kesimpulan

Pendidikan akhlak dalam keluarga telah menjadi perhatian sejumlah pengkaji


akhlak agar senantiasa diwujudkan dalam budaya manusia untuk kesehariannya terlebih
pada teknologi dan zaman yang telah berkembang pesat, sebab pendidikan akhlak telah
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama serta memberikan
kestabilan. nilai-nilai yang memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan budaya
(culture) tersebut adalah nilai-nilai agama selanjutnya dilengkapi dengan nilai yang
berasal dari pemikiran (filsafat) manusia (etika), adat kebiasaan yang baik (‘uruf) dan
hasil perenungan spiritual, dan lainnya. Pandemi covid-19 memberikan tanggung jawab
kepada orang tua menjadi pendidik utama bagi anak. Orang tua bertugas sebagai
pendamping anak dalam mengerjakan tugas dan pendidikan akhlak yaitu dengan cara
membantu anak mengerjakan tugas, belajar dari lingkungan sekitar, dan memberikan
pengetahuan kepada anak mengenai pendidikan akhlak. Setiap keluarga memiliki cara
berbeda dalam melaksanakan pendidikan akhlak dari keluarga. Pelaksanaan pendidikan
akhlak dalam keluarga belum sepenuhnya memperhatikan prinsip belajar anak namun
orang tua sudah berhasil menciptakan kenyamanan dalam keluarga dan kepatuhan anak
kepada orang tuanya. Dengan harapan Generasi Milenial menjadi generasi yang siap
untuk menghadapi era digital atau Revolusi Industri 4.0 dibidang Pendidikan, melalui
pengembangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam berpikir dan berbuat.
Artinya Sumber Daya Manusia yang menguasai IPTEK dan mengembangkannya
sehingga mereka memiliki kemampuan secara Konseptual dan kemampuan teknis yang
dapat disumbangkan bagi peningkatan kualitas proses dan produk pendidikan,
khususnya pendidikan akhlak.

11
Daftar pustaka

Ainiyah, Nur. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.

Badan Pusat Statistik. Profil Generasi Milenial Indonesia, Indonesia :

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, 2019.

Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim. Ṭuhfah Al-Maudūd bi Ahkamil Maulūd, Makkah:

Daarul ‘Alam al-fawaaid, (terj) cet,1. 2009.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Oktaria, R., & Putra, P. Pendidikan Anak dalam Keluarga sebagai Strategi

Pendidikan Anak Usia Dini Saat Pandemi Covid-19, Jurnal Ilmiah

PESONA PAUD, 7 (1), 2020.

Supriyono, Iskandar, H., & Sucahyono. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif

Masa Kini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat PAUD

dan Dikmas, 2015.

Suprayetno, “Hadis-hadis Tentang Pendidikan akhlak”, dalam Hadis-hadis

Pendidikan: Sebuah Penelusuran Akar-akar Ilmu Pendidikan Islam,

Editor, Hasan Asari. Bandung: Citapusaka Media Perintis, 2008.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2001.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

Amini, Ibrahim. Agar tak Salah Mendidik, Jakarta: al-Huda, 2006.

Djaelani, Moh.Solikodin. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam

Keluarga Dan Masyarakat. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1. No.

12
2013.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf,

Surabaya: IAIN SA Press,2016.

Sumardi Subyakarta. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo,

2013.

Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif

disekolah, Keluarga dan Masyarakat, Yogyakarta: LKIS

Peinting cemerlang, 2017.

Oktastika Nirmala. Mendidik Generasi Muslim Milenial, Jakarta:

Erlangga, 2020.

13
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

1. ‫ا‬ : A 16. ‫ط‬ : Th

2. ‫ب‬ : B 17. ‫ظ‬ : Zh

3. ‫ت‬ : T 18. ‫ع‬ : '

4. ‫ث‬ : Ts 19. ‫غ‬ : Gh

5. ‫ج‬ : J 20. ‫ف‬ : F

6. ‫ح‬ : H 21. ‫ق‬ : Q

7. ‫خ‬ : Kh 22. ‫ك‬ : K

8. ‫د‬ : D 23. ‫ل‬ : L

9. ‫ذ‬ : Dz 24. ‫م‬ : M

10. ‫ر‬ : R 25. ‫ن‬ : N

11. ‫ز‬ : Z 26. ‫و‬ : W

12. ‫س‬ : S 27. ‫ه‬ : H

13. ‫ش‬ : Sy 28. ‫ء‬ : `

14. ‫ص‬ : Sh 29. ‫ي‬ : Y

15. ‫ض‬ : Dh

Mad dan Diftong :

1. Fathah panjang : Â/â 4. ‫أو‬ : Aw

2. Kasrah panjang : Î/î 5. ‫أي‬ : Ay


3. Dhammah panjang : Û/û

Keterangan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ‫ ربـنـا‬ditulis rabbanâ.
2. Vokal panjang (mad)

14
Fathah (baris di atas) ditulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta dammah
(baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ‫ الـقـارعـة‬ditulis al-qâri‘ah,
‫ المــسـاكـيـن‬ditulis al-masâkîn, ‫ الـمـفـلحون‬ditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (‫)ال‬
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; ‫ الـكافـرون‬ditulis al-kâfirûn.
Sedangkan, jika diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf
yang mengikutinya, misalnya ; ‫ الـرجـال‬ditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah (‫) ة‬.
Jika terletak di akhir kalimat, ditulis h, misalnya; ‫ الـبـقـرة‬ditulis al-baqarah. Jika
di tengah kalimat ditulis t, misalnya; ‫ زكاة الـمـال‬ditulis zakât al-mâl, atau ‫سـورة‬
‫ النـسـاء‬ditulis sûrat al-Nisâ`.

Catatan:
1. Jumlah kata dalam tulisan antara 5.000 sampai 8.000 kata.
2. Judul maksimal 16 kata. Semakin simpel, semakin baik.
3. File disimpan dalam format RTF.
4. File dikirimkan langsung ke Open Journal System (OJS) An-Nur: Jurnal Studi
Islam https://jurnalannur.ac.id/index.php/An-Nur dengan cara mendaftarkan diri
sebagai author di website tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai