Anda di halaman 1dari 9

PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL GENERASI MUDA

DI ERA DIGITAL

Oleh:

ADITYA ELMIR SATRIA

050418043

UNIVERSITAS TERBUKA

2023
Pendahuluan
Di tengah laju perkembangan teknologi dan akses yang tak terbatas ke
platform digital, generasi muda dihadapkan pada tantangan besar terkait
pemertahanan identitas nasional di era digital. Meskipun teknologi memungkinkan
konektivitas global yang luar biasa, hal ini juga membuka pintu bagi beragam
pengaruh luar yang bisa memengaruhi keberlangsungan identitas lokal. Maka dari
itu, perlu adanya upaya konkret untuk memperkuat identitas nasional di antara
generasi muda. Edukasi menjadi landasan kunci; pendidikan yang menguatkan
pemahaman tentang sejarah, nilai-nilai budaya, dan warisan lokal dapat membantu
memperkuat kesadaran identitas nasional.
Selain pendidikan, pemanfaatan teknologi sebagai alat untuk mengedukasi
tentang nilai-nilai lokal juga merupakan strategi penting. Konten digital yang
mengangkat nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi dapat dihadirkan dalam platform
yang digemari oleh generasi muda, seperti melalui aplikasi, media sosial, atau
platform streaming. Kolaborasi dengan tokoh muda dan influencer juga dapat
memberikan dorongan besar dalam menyebarkan pesan-pesan yang memperkuat
identitas nasional. Melalui kehadiran mereka di ranah digital, pesan-pesan tentang
cinta akan budaya lokal dan kebanggaan terhadap identitas nasional dapat
tersampaikan dengan lebih luas dan mudah dicerna oleh generasi muda.
Selain itu, mendukung dan mempromosikan kreativitas lokal menjadi
langkah penting dalam penguatan identitas nasional. Karya seni, musik, sastra, dan
inovasi lokal memiliki peran penting dalam memperkaya identitas budaya. Tidak
hanya itu, penting juga untuk membangun kesadaran tentang penggunaan teknologi
yang positif demi kepentingan identitas nasional. Generasi muda perlu diberikan
pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijaksana dan
produktif untuk memperkuat identitas budaya mereka. Dengan langkah-langkah
yang seimbang, generasi muda dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi tanpa
kehilangan akar budaya dan identitas nasional mereka.
Tujuan artikel ini adalah untuk menggali pentingnya penguatan identitas
nasional di kalangan generasi muda dalam era digital. Artikel ini bertujuan untuk
membahas tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam mempertahankan
identitas budaya dan nasional mereka di tengah pengaruh globalisasi digital.
Melalui pembahasan tentang langkah-langkah konkrit yang dapat diambil, artikel
ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang betapa
pentingnya upaya penguatan identitas nasional di era di mana teknologi menjadi
bagian integral dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah memberikan
pandangan yang komprehensif tentang bagaimana generasi muda dapat
memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk memperkuat, bukan mengaburkan,
identitas budaya dan nasional mereka.

Kajian Pustaka
Identitas Nasional
Identitas secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang membedakan dengan bang- sa lain. Berdasarkan pengertian itu ma- ka setiap
bangsa di dunia ini akan me- miliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan
keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat
ditentukan oleh proses bagai- mana bangsa tersebut terbentuk secara historis. 1
Berdasarkan hakikat identitas nasional itu, identitas suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati bangsa tersebut atau lebih populer disebut se- bagai
kepribadian suatu bangsa. Pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu
identitas adalah keseluruhan identitas atau totalitas dari faktor-faktor biologis,
psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. 2
Salah satu cara untuk memahami identitas suatu bangsa adalah dengan cara
membandingkan bangsa satu dengan bangsa yang lain dengan cara mencari sisi-sisi
umum yang ada pada bangsa itu. Pendekatan demikian dapat menghindarkan dari
sikap kabalisme, yaitu penekanan yang terlampau berlebihan pada keunikan serta
ekslusivitas yang esoterik, karena tidak ada satu bangsapun di dunia ini yang mutlak
berbeda dengan bangsa lain.3

1
Hendrizal, “Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini”, Jurnal PPKn &
Hukum Vol. 15 No. 1 April 2020, hlm.1
2
Ibid
3
Darmaputra, Pancasila Identitas dan Modernitas: Tinjauan Etis dan Budaya, (Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 1.
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan
nasional. Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. 4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata identitas menunjuk pada ciri atau
penanda yang dimiliki oleh seorang pribadi dan dapat pula kelompok. 5
Sedangkan kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik
fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita
dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan
kelompok (collective action yang diberi atribut nasional) yang diwujudkan dalam
bentuk-bentuk organisasi atau pergerakanpergerakan yang diberi atribut-atribut
nasional. 6 Menurut Kaelan, identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu
bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu
bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. 7

Generasi Muda
Generasi muda adalah terjemahan dari young generation yang mengandung
arti populasi yang sedang membentuk dirinya. Kata generasi muda terdiri dari dua
kata yang majemuk, kata yang kedua adalah sifat atau keadaan kelompok individu
itu masih berusia muda dalam kelompok usia muda yang diwarisi cita- cita dan
dibebani hak dan kewajiban, sejak dini telah diwarnai oleh kegiatan sosial. 8
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami
perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,

4
Tim ICCE UIN, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Kerjasama ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Prenada Media, 2005), hlm.23.
5
Lasiyo dkk., Pendidikan Kewarganegaraan, (Banten: Penerbit Universitas Terbuka, 2023),
hlm. 5.7
6
Tim ICCE UIN, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Kerjasama ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Prenada Media, 2005), hlm.25
7
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma, 2007).
8
Rifaldi Pinilas dkk., “Partisipasi Generasi Muda Dalam Pelaksanaan Pembangunan (Studi
Kasus di Desa Damau Kecamatan Damau Kabupaten Talaud)”, Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu
Pemerintahan Volome 2 No. 2 Tahun 2017
sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini
maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya. Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan
karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki
pengendalian emosi yang stabil. 9 Pemuda menghadapi masa perubahan sosial
maupun kultural. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda
dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang
berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu. Dalam kosakata bahasa
Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda.
Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi
beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan
kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/generasi
muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan
progresif.
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan diatur
mengenai peran, tanggung jawab dan hak pemuda. Hal ini tercantum dalam Pasal
16: “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.”10
Pasal 16 menggariskan peran yang sangat penting yang dimiliki oleh pemuda
dalam konteks pembangunan nasional. Pertama, pemuda dianggap sebagai
kekuatan moral yang dapat mempengaruhi nilai-nilai positif dalam masyarakat.
Mereka memiliki potensi untuk menjadi teladan dalam etika, integritas, dan nilai-
nilai sosial yang baik. Kedua, sebagai kontrol sosial, pemuda memiliki peran dalam
memantau dan menjaga integritas sistem sosial, ekonomi, dan politik. Mereka dapat
membantu memeriksa tindakan yang merugikan masyarakat, seperti korupsi,
ketidakadilan, dan pelanggaran hukum. Terakhir, pemuda diakui sebagai agen
perubahan yang memiliki energi, semangat, dan kreativitas untuk menciptakan
inovasi dan kemajuan dalam berbagai aspek pembangunan nasional, dari

9
Mulyana, D., Komunikasi Lintas Budaya. (Bandung: Rosda Karya, 2011)
10
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun 2009,
LN RI No.148, TLN RI No.5067, Pasal 16
pendidikan hingga ekonomi. Dalam peran ini, mereka memegang peranan aktif
dalam membawa perubahan positif yang diperlukan untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Pasal 16
menegaskan bahwa pemuda bukan hanya segelintir kelompok usia muda,
melainkan merupakan kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan yang
penting dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

Era Digital
Era merupakan periode waktu yang memiliki karakteristik tertentu.
Sedangkan, digital terambil dari bahasa Yunani “digitus” yang memiliki arti jari
jemari. Istilah digital merujuk pada hal yang berkaitan dengan angka, khususnya
angka biner. Biner menjadi inti dari komunikasi digital dengan menggunakan angka
0 dan 1 yang diatur dalam deretan kode berbeda untuk mempermudah pertukaran
informasi.11 Era digital dimulai pada tahun 1980-an ditandai dengan kemunculan
internet secara publik, yang menjadikan perkembangan teknologi sepesat sekarang.
Era digital menjadi era dimana informasi semakin mudah untuk ditemukan dan bisa
dibagikan dengan bebas menggunakan media digital.
Era digital menjadi masa dimana manusia mengandalkan media digital untuk
memperoleh informasi atau menjalin komunikasi daripada menggunakan media
lain, akibatknya yang dekat terkadang menjadi jauh dan yang jauh menjadi lebih
dekat.12 Era digital merupakan suatu masa di mana sebagian besar masyarakat pada
era tersebut menggunakan system digital dalam kehidupan sehari-harinya.13

Pembahasan
Penguatan identitas nasional generasi muda di era digital adalah tantangan
yang tak terhindarkan namun mendesak. Era digital membawa lautan informasi dan

11
Verdinandus Lelu Ngongo, Taufiq Hidayat, dan Wiyanto, “Pendidikan di Era Digital,”
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 2019, 631,
https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/3093/2912.
12
Anik Andriani, Parenting Generasi Alpha di Era Digital, (Tangerang Selatan: Indocamp,
2019), hlm.2.
13
Puji Rahayu, “Pengaruh Era Digital Terhadap Perkembangan Bahasa Anak”, Al-Fathin
Vol. 2 Edisi Januari-Juni 2019, hlm. 47
pengaruh global yang tak terbatas, mempertemukan generasi muda dengan beragam
budaya, nilai, dan pandangan dunia. Dalam suasana ini, identitas nasional menjadi
rentan terhadap pengaruh asing yang bisa menggeser atau bahkan mengaburkan
kekhasan lokal. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah konkret yang
memadukan teknologi dengan kesadaran akan kepentingan mempertahankan
identitas nasional.
Pendidikan memainkan peran sentral dalam memperkuat identitas nasional.
Pendidikan formal dan informal harus diarahkan untuk memperkenalkan generasi
muda pada nilai-nilai budaya, sejarah, dan warisan lokal. Dalam era digital,
pemanfaatan teknologi menjadi kunci. Konten digital yang mendidik dan
mengangkat nilai-nilai lokal dapat disebarkan melalui platform online yang
digunakan generasi muda sehari-hari. Kolaborasi dengan influencer dan tokoh
muda di media sosial juga dapat menjadi alat efektif untuk menyebarkan pesan-
pesan yang memperkuat identitas nasional.
Selain itu, mendorong kreativitas lokal menjadi esensial. Seni, musik, sastra,
dan inovasi lokal merupakan cermin dari identitas budaya. Dukungan terhadap
karya-karya kreatif lokal akan memperkaya identitas nasional sambil
mempertahankan keunikan budaya. Penting juga untuk membangun kesadaran
akan penggunaan teknologi. Generasi muda perlu dipersiapkan untuk
menggunakan teknologi secara bijaksana guna memperkuat, bukan melunturkan,
identitas budaya mereka. Dengan langkah-langkah ini, generasi muda dapat
menjaga kekayaan identitas nasional mereka di era digital tanpa kehilangan konteks
global yang juga penting.

Penutup
Kesimpulan
Penguatan identitas nasional generasi muda di era digital menuntut
pendekatan holistik yang mengintegrasikan pendidikan, pemanfaatan teknologi,
kreativitas lokal, kolaborasi, dan kesadaran akan penggunaan teknologi. Generasi
muda berada di tengah arus informasi global yang tak terbatas, menyajikan peluang
besar untuk memperkaya namun juga dapat mengancam keberlangsungan identitas
budaya dan nasional mereka. Dalam konteks ini, upaya penguatan identitas nasional
menjadi krusial untuk mempertahankan kekayaan budaya di tengah arus
globalisasi.

Saran
Untuk menguatkan identitas nasional generasi muda di era digital, perlu
adanya upaya terkoordinasi antara sektor pendidikan, teknologi, budaya, dan
komunitas. Meningkatkan integrasi nilai-nilai lokal dalam kurikulum pendidikan
formal dan memperkuat program pendidikan informal menjadi kunci dalam
membangun kesadaran akan identitas nasional. Pemanfaatan teknologi sebagai alat
untuk menyebarkan konten edukatif tentang nilai-nilai budaya dan sejarah nasional
perlu ditingkatkan, memastikan akses yang mudah bagi generasi muda. Kolaborasi
dengan tokoh muda yang berpengaruh di media sosial juga menjadi sarana efektif
untuk menyebarkan pesan-pesan yang memperkuat identitas nasional. Dukungan
yang konsisten terhadap kreativitas lokal seperti seni, musik, sastra, dan inovasi
akan memperkaya identitas budaya. Selain itu, penting untuk memberikan
pendidikan tentang penggunaan teknologi secara bijaksana guna memperkuat
identitas budaya, bukan mengaburkannya, di tengah arus globalisasi digital.

Referensi
Anik Andriani, Parenting Generasi Alpha di Era Digital, (Tangerang Selatan:
Indocamp, 2019)

Darmaputra, Pancasila Identitas dan Modernitas: Tinjauan Etis dan Budaya,


(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1988)

Hendrizal, “Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini”, Jurnal PPKn


& Hukum Vol. 15 No. 1 April 2020.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma, 2007).

Lasiyo dkk., Pendidikan Kewarganegaraan, (Banten: Penerbit Universitas


Terbuka, 2023), hlm. 5.7

Mulyana, D., Komunikasi Lintas Budaya. (Bandung: Rosda Karya, 2011)


Puji Rahayu, “Pengaruh Era Digital Terhadap Perkembangan Bahasa Anak”, Al-
Fathin Vol. 2 Edisi Januari-Juni 2019

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kepemudaan, UU Nomor 40 Tahun


2009, LN RI No.148, TLN RI No.5067, Pasal 16

Rifaldi Pinilas dkk., “Partisipasi Generasi Muda Dalam Pelaksanaan Pembangunan


(Studi Kasus di Desa Damau Kecamatan Damau Kabupaten Talaud)”,
Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Volome 2 No. 2 Tahun 2017

Tim ICCE UIN, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani,
(Jakarta: Kerjasama ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Prenada
Media, 2005)

Verdinandus Lelu Ngongo, Taufiq Hidayat, dan Wiyanto, “Pendidikan di Era


Digital,” Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang, 2019, 631,
https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/
3093/2912.

Anda mungkin juga menyukai