Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PENTINGNYA GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI NASIONAL

KELOMPOK 5

DI SUSUN OLEH :

1. Fania Aprilianti
2. Faiz Rizqullah R
3. Muhammad Rizki Nurkholis
4. Mutiara Awalus Samrotunnisa
5. Refi Yudha Prasiaga Wati
Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kemampuan atau keseluruhan
integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagaian
besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas batas teritorial, nilai-nilai , norma-norma, dan
pranata-pranata sosial.

Integrasi Nasiaonal adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara
sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.

Faktor-faktor pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut :

1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan


2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyataan dalam sumpah
pemuda
3. Rasa cinta tanah air
4. Rela berkorban demi bangsa dan negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa
yang gugur di medan perang
5. Kesepakatan nasional dalam perwujudan proklamasi kemerdekaan pancasila dan UUD 1945

Faktor-faktor penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut :

1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen


2. Kurangnya toleransi antar golongan
3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar
4. Adanya ketidakpuasaan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan

Contoh-contoh pendorong Integrasi Nasional


a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di
masa yang akan datang
b. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa indonesia
c. Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah
hal yang sangat sulit
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini
lebih baik menglah agar tidak terjadi perpecahan bangsa
e. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan
 Pentingnya Integrasi Nasional

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab integrasi
masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa diwarnai oleh
pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materill
seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian
mental spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Disisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya
dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan
untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap
masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta konsensus tentang nilai-
nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-
perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya,
dan perbedaan kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan
itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisi integrasi
masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan
negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi
masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku bangsa menjadi
sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik yang desengaja maupun tidak disengaja, ke arah
menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.

Konsep Kepemimpinan Nasional

Pada prinsipnya pengertian kepemimpinan nasional tidak jauh berbeda dari pengertian kepemimpinan
pada umumnya, hanya luas cakupan dan landasan serta prioritasnya yang berbeda, Sementara ini
kepemimpinan nasional  adalah kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan  nasional
didalam setiap gatra (Asta Gatra) pada bidang/ sektor profesi baik di supra struktur, infra struktur dan
sub struktur, formal dan informal yang memilki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/
mengerahkan kehidupan nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta memperhatikan dan memahami perkembangan lingkungan
strategis guna mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang.
Dalam lingkungan strategis yang berubah dengan cepat, perlu kualitas kepemimpinan nasional yang
baik. Dengan kualitas ini kepemimpinan nasional akan mampu untuk membawa bangsa ini dalam
mencapai tujuan nasional melalui tahapan-tahapan pembangunan yang terprogram terarah dan
berkelanjutan. Proses terbentuknya kepempimpinan nasional bukanlah proses yang sederhana, karena
hal ini terkait dengan penyiapan SDM yang akan menjadi pemimpin di eranya bagi masa depan bangsa
dan keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang akan memikul langsung tanggung jawab
strategis di lingkungan negara, bangsa dan masyarakat.
Landasan Kepemimpinan Nasional
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu terus-menerus memperbaharui pemahaman dan
kesepakatan bersama dalam membangun Indonesia. Kesepakatan ini dipandu oleh visi Indonesia jangka
menengah dan jangka panjang. Arah Indonesia dalam jangka panjang 2005-2025 telah ditetapkan dalam
UU Nomor 17 tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Sedangkan dalam
jangka menengah, kita segera akan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahap
kedua tahun 2009-2014. Dalam konteks ini, proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah baik di tingkat Nasional maupun di masing-masing Daerah harus diserasikan. Dengan
demikian, strategi dan pelaksanaan pembangunan Indonesia yang inklusif dapat segera dilaksanakan
secara efektif dan saling menunjang. Peran kepemimpinan nasional untuk mengarahkan pembangunan
nasional ini menjadi kunci keberhasilan pencapaian berbagai sasaran pembangunan yang telah
ditetapkan.
Wawasan kebangsaan para pimpinan nasional yang tertuang dalam pemahaman akan empat pilar
(Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI) menjadi dasar bagi pembentukan kepemimpinan
nasional yang baik. Dalam pendekatan teori Kepemimpinan  Nasional, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional merupakan cara pandang dan konsepsi berpikir untuk menata kehidupan berbangsa
dan bernegara. Setiap pimpinan di semua level sebagai mana diamanatkan presiden terutama pada
tataran kebijakan dan operasional harus memiliki pemahaman dan penghayatan yang sama tentang hal
ini agar terhindar dari sikap ego kedaerahan, mencari prestise dan menikmati enaknya jadi pemimpin.
Visi, persepsi dan interpretasi, keserasian, keseimbangan dan rasa memiliki serta bertanggungjawab
menjadi dasar penyelarasan pengembangan iptek di berbagai level. Melalui pemahaman Wasantara
dengan benar akan terlihat implementasi kepemimpinan yang mempunyai wawasan kebangsaan serta
meletakan penjabaran kepentingan nasional diatas segalanya dengan diilhami visi pada konsepsi
Ketahanan Nasional.

Peran Kepemimpinan Nasional


kepemimpinan nasional harus mampu mengintegrasikan kebijakan agar pemanfaatan sumber daya
alam dapat berkelanjutan. Sumberdaya alam di Indonesia yang melimpah merupakan kekuatan ketika
dimanfaatkan secara maksimal untuk memenangkan persaingan global. Selain dari sisi geografis
kedudukan Indonesia merupakan salah satu pasar yang sangat potensial bagi perkembangan ekonomi
dan industri dunia.
Untuk menuju bangsa dan negara maju dengan kemampuan berbasis Iptek ada beberapa tahapan yang
telah dikembangkan melalui Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu: tahap awal/tahap penguatan
Sistem Inovasi Nasional , tahap akselarasi  dan tahap berkelanjutan.
secara signifikan, menurut Lall (1998), ada lima faktor determinan yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan sains dan teknologi nasional yang merupakan kebijakan dalam kepemimpinan nasional,
yakni
(1) sistem insentif,
(2) kualitas sumber daya manusia,
(3) informasi teknologi dan pelayanan pendukung,
(4) dana,
(5) kebijakan sains dan teknologi sendiri.
Untuk mengurangi hambatan dan penyelesaian masalah dalam pengembangan, penerapan dan
peningkatan IPTEK dibutuhkan suatu kepemimpinan yang mampu membuat jaringan. Sehingga berbagai
kebutuhan, perbedaan prioritas, pemanfaatan sumber daya, dapat digunakan secara baik. Dengan
model kepemimpinan yang mengintegrasikan berbagai potensi ini akan lebih memudahkan
menggabungkan orang-orang, ide-ide, dan institusi yang berbeda, meskipun berbeda asal.
Kepemimpinan nasional ini dapat mengenali dasar yang sama, sehingga dapat ditemukan berbagai
alternatif bagi pemecahan masalah bersama. Berbeda dengan tipe pemimpin individualistis, para
pemimpin integratif dapat melihat tumpang-tindih antara visi mereka dan visi pemimpin lain.

Untuk terbentuk kepemimpinan nasional yang baik ini ada beberapa ciri kepemimpinan yang
berkarakter yang mampu mendorong peningkatan IPTEK dalam lingkungan nasional yang beraneka
ragam ini. Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan bangsa dan negara adalah yang mampu
mengantarkan bangsa Indonesia dari ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan
(independency), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke saling tergantungan
(interdependency), memerlukan pembiasaan melalui contoh keteladanan perilaku para elite politik yang
bergerak di eksekutif, yudikatif dan legislatif dalam lingkungan yang kondusif. Karakter yang dibutuhkan
adalah perilaku dan sifat-sifat sepertiKesadaran diri sendiri (self awareness) jujur terhadap diri sendiri
dan terhadap orang lain, jujur terhadap kekuatan diri, kelemahan dan usaha yang tulus untuk
memperbaikinya.

1. Dasarnya seseorang pemimpin cenderung memperlakukan orang lain dalam organisasi atas
dasar persamaan derajat, tanpa harus menjilat keatas menyikut kesamping dan menindas ke
bawah. Pemimpin perlu berempati terhadap bawahannya secara tulus.
2. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam
menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa
hormat kepada pemimpinnya.

Anda mungkin juga menyukai