Ancaman NKRI
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Husein
Riyanto
Fathan Duta. S
Aulia Qeentan
Dea Silvana
Sinta Nala
Sunjana
IX - C
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat &
ridho Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data untuk pembuatan
Makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang potensi dan
ancaman serta disintegrasi nasional yang sering di alami oleh bangsa kita.
Harapan kami selaku penulis adalah agar para pembaca setelah melihat
isi makalah ini dapat mengerti daan memahami betapa pentingnya
menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
yang belum kami ketahui,. maka dari itu kami mohon saran & kritik dari
teman-teman maupun guru agar kedepannya kami bisa membuat
makalah dengan lebih sempurna.
1 | Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
ar Belakang
1.2
musan Masalah
Lat
1
Ru
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
ensi Dan Ancaman NKRI
2.2
onesia Dan Ancaman Disintegrasi
2.3
a Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
2.4
udukan Dan Fungsi Ketahanan Nasional
2.5
sepsi Ketahanan Nasional
Pot
3
Ind
4
Car
6
Ked
10
Kon
11
Kesi
12
Sar
12
DAFTAR PUSTAKA
2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh
perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi
incaran banyak negara atau bangsa lain, karena potensinya yang
besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi
juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan
terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul
dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski
demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama
untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran
bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan
memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah
sudah berkembang sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan
kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite
politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue
tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan
lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah
perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional
mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial
budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa
pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk
pertahanan keamanan.
Untuk itu pembangunan dan pengamanan wilayah NKRI harus
dilakukan melalui pendekatan beberapa aspek, terutama aspek
demarkasi dan delimitasi garis batas negara, disamping itu melalui
pendekatan pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan
keamanan. Pembangunan nasional yang diharapkan dapat
menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan yang kokoh dalam upaya
mencapai masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam
suasana tentram dan sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang berlandaskan Pancasila, pada
kenyataannya belum terwujud.
Pancasila sebagai ideologi negara
yang lahir dari ide-ide bangsa yang mengandung nilai-nilai hakiki
semakin terkikis oleh ideologi asing. Inilah berbagai permasalahan
yang kita hadapi dan menjadi tantangan kita bersama.
Menghadapi situasi dan kondisi demikian kita harus memiliki
satu visi. Baik para pemimpin pemerintahan, sipil maupun militer,
1 | Page
juga para elite politik, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh
partai serta media massa. Penyamaan visi itu penting untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat menimbulkan
permusuhan. Karena tidak ada satu negarapun didunia toleran
terhadap aspirasi rakyat di sebagian wilayah teritorial yang berniat
mengembangkan wacana dan berkeinginan memisahkan diri akibat
dari ketidakpuasan yang mendasar, terhadap keadilan sosial,
keseimbangan pembangunan, pemerataan hasil pembangunan dan
hal-hal sejenisnya. Oleh karena itu diharapkan setiap warga negara
harus dapat mengendalikan emosi, sabar, dan tidak terlalu sensitif,
sehingga bangsa dan negara kita dapat terhindar dari semua situasi
dan kondisi yang bernuansa konflik dan dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa.
1.2.
a.
b.
c.
d.
e.
Rumusan Masalah
Bagaimana potensi dan ancaman di NKRI?
Apa penyebab ancaman disintetegrasi di Indonesia?
Bagaimana cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa?
Bagaiman kedudukan dan fungsi ketahanan nasional?
Bagaimana konsepsi ketahanan nasional?
2 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi dan ancaman di NKRI
Bela
negara
adalah
upaya
setiap
warga
negara
untuk
mempertahankan NKRI terhadap ancaman baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
A. Ancaman dari dalam negeri.
Potensi yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :
1. Disintegrasi
bangsa,
melalui
gerakan-gerakan
separatis
berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat.
2. Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat
menyebabkan huru hara/kerusuhan massa.
3. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang
ekstrim atau tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa Indonesia.
4. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik perbedaan
pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
5. Makar
atau
penggulingan
pemerintah
yang
sah
dan
konstitusional.
Di masa transisi ke arah demokrasi sesuai tuntutan reformasi,
potensi konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat
sangatlah besar. Perbedaan pendapat justru adalah esensi dari
demokrasi akan menjadi potensi konflik yang serius apabila salah
satu pihak berkeras dalam mempertahankan pendapat atau
pendiriannya, sementara pihak yang lain berkeras memaksakan
kehendaknya. Contoh kasus FPI dengan Aliansi Kebangsaan untuk
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKB). Namun cara yang
sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu
tampaknya sudah dianggap kuno. Masalahnya, cara pengambilan
keputusan melalui pengambilan suara terbanyakpun (yang
dianggap
sebagai
cara
yang
paling
demokratis
dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat) seringkali menimbulkan rasa
tidak puas bagi pihak yang kalah, sehingga mereka memilih cara
pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya.
B. Ancaman dari luar negeri.
Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka
ketegangan regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia
Tenggara khususnya dapat dikatakan berkurang. Meskipun masih
terdapat potensi konflik perbatasan khususnya di wilayah Laut Cina
Selatan, misalnya sengketa kepulauan Spratly yang melibatkan
3 | Page
yang ramah dan penuh santun mulai luntur bahkan hilang ditelan
gelombang dan derasnya arus reformasi. Munculnya konflik yang
berbasis sentimen primordial dengan sebab-sebab yang tidak
terduga telah memberikan wajah baru pada NKRI. Konflik yang
muncul tidak berada dalam ruang hampa. Namun berada diatas
timbunan dibawah karpet tebal kesatuan dan persatuan yang
menghimpit ke Bhinekaan pada jaman Orde Baru. Reformasi telah
membuka semua saluran yang dimampatkan dengan pendekatan
keamanan, membuat beragam kepentingan yang lama terpendam
mencuat keatas permukaan.
Gambarannya semakin jelas, khususnya pasca reformasi ketika
relasi-relasi kekuasaan yang semula mapan menjadi tergoyahkan
dan batas-batas identitas kembali digugat. Dalam situasi seperti ini
konflik menjadi suatu keniscayaan, berbagai konflik seperti hal
biasa misalnya dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan
pemekaran wilayah yang dalam banyak hal tampaknya lebih
didasari kepentingan politik daripada ketimbang kesejahteraan
rakyat.
Karakteristik konflik tak bisa diisolasi satu dengan yang lainnya.
Konflik yang menggunakan sentimen agama dan etnis bisa saja
hanya bungkus untuk menutupi kepentingan lain yang bersifat
pragmatis dan kepentingan jangka pendek. Terkadang inti
persoalannya terkait dengan isu-isu politik dan marjinalisasi
masyarakat adat akibat kebijakan pemerintah. Seperti yang
dikatakan Presiden Soekarno bahwa karakter bangsa harus terusmenerus dibangun melalui pemimpin-peminpin yang memahami
peta sosio-kultural-ekologis setiap wilayahnya dan masyarakatnya.
Hal inipun harus tercermin dalam berbagai produk per undangundangan yang menentukan hajat hidup warga negara. Kondisi NKRI
yang terdiri dari ribuan kebudayaan dan tersebar diribuan pulau
dengan perbedaan yang ekstreem, isu yang paling rentan adalah
yang terkait dengan masalah etnis dan agama.
Politisasi identitas dua isu itu yang paling banyak digunakan dalam
konflik dan kekerasan untuk membungkus kepentingan pribadi dan
politik oleh para elit politik. Terkait dengan timbulnya persoaalan
yang mendasar dalam hubungan antara agama dan negara, ketika
negara menentukan yang mana agama dan bukan agama,
implikasinya sangat luas. Para penganut keyakinan diluar enam
agama yang resmi akan dicap animisme, bahkan yang tidak
beragama dianggap komunis.
Permasalahan kasus kekerasan terkait dengan kebebasan beragama
saja pada tahun 2007 telah terjadi 185 kasus. Konflik kekerasan
yang bernuansa sentimen agama sangat komplek dan rumit, baik
menyangkut konstruksi paham maupun faktor-faktor sosiologis tak
8 | Page
10 | P a g e
11 | P a g e
B. Fungsi
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir,
pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah
bangsa yang bersifat inter regional (wilayah), inter sektoral
maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada
cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah
bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan
waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita
nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar
pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala
bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
2.5 Konsepsi ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang
meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan
kelangsungan hidup bangsa dan negar serta perjuangan mencapai
tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
A. Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang
dipikulnya.
B. Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
C. Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan.
Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi
masyarakat yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah,
pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
D. Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa
baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.
E. Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah
atau merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara
konseptual, kriminal dan politis.
13 | P a g e
14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada
akan terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan
dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak
bisa diterima begitu saja. Pendapat ini bisa benar untuk sebuah
kasus tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Namun ada
kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat
yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu
proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga
memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif
namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya
merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
2. Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No.
32 tahun 2004 merupakan implikasi positif bagi masa depan
pemerintahan daerah di Indonesia namun berpotensi untuk
terciptanya
sikap
fanatisme
primodialisme
yang
sempit,
sektarianisme dan supranasionalisme. Kondisi ini terjadi karena
tidak semua masyarakat mengetahui tujuan pemberlakuan otonomi
daerah bagi sebuah negara kesatuan RI.
3. PILKADA dan pertarungan elit politik yang diimplementasikan
kedalam bentuk penggalangan massa, dengan alasan untuk
kepentingan
kesejahteraan
rakyat,
namun
sarat
dengan
kepentingan pribadi atau politik yang pada akhirnya dapat
menciptakan
konflik
horizontal
maupun
vertikal,
dalam
penyelesaiannya tidak pernah tuntas.
4. Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga
kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam
konflik yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik pada
skala kejadiannya memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh
aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu dan tidak berpihak
pada sebelah pihak.
3.2. Saran
Adapun beberapa saran yang kami sampaikan kepada pemerintah
dengan harapan adanya perubahan dimasa depan:
1. Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan
strategi pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh,
maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :
15 | P a g e
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah
Untuk Memisahkan
Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
Budi Utomo, ancamn disintegrasi bansa ,diakses tanggal 10 Juni 2013 dari
http://budiutomo79.blogspot.com/2007/09/pembangunan-wilayahperbatasan.html
HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui
Pelaksanaan Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi
Bangsa, Jakarta, Lemhannas, 2001.
http://wahabsiregar.blogspot.co.id/2013/09/makalah-pkn-potensi-danancaman.html
17 | P a g e