Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PKN

Ancaman NKRI

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Husein
Riyanto
Fathan Duta. S
Aulia Qeentan
Dea Silvana
Sinta Nala
Sunjana
IX - C

SMP NEGERI 1 JAMBLANG


2016

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat &
ridho Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data untuk pembuatan
Makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang potensi dan
ancaman serta disintegrasi nasional yang sering di alami oleh bangsa kita.
Harapan kami selaku penulis adalah agar para pembaca setelah melihat
isi makalah ini dapat mengerti daan memahami betapa pentingnya
menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
yang belum kami ketahui,. maka dari itu kami mohon saran & kritik dari
teman-teman maupun guru agar kedepannya kami bisa membuat
makalah dengan lebih sempurna.

1 | Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1
ar Belakang
1.2
musan Masalah

Lat
1
Ru
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1
ensi Dan Ancaman NKRI
2.2
onesia Dan Ancaman Disintegrasi
2.3
a Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
2.4
udukan Dan Fungsi Ketahanan Nasional
2.5
sepsi Ketahanan Nasional

Pot
3
Ind
4
Car
6
Ked
10
Kon
11

BAB III PENUTUP


3.1.
mpulan
3.2.
an

Kesi
12
Sar
12

DAFTAR PUSTAKA

2 | Page

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh
perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi
incaran banyak negara atau bangsa lain, karena potensinya yang
besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi
juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan
terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul
dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski
demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama
untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran
bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan
memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah
sudah berkembang sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan
kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite
politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue
tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan
lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah
perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional
mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial
budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa
pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk
pertahanan keamanan.
Untuk itu pembangunan dan pengamanan wilayah NKRI harus
dilakukan melalui pendekatan beberapa aspek, terutama aspek
demarkasi dan delimitasi garis batas negara, disamping itu melalui
pendekatan pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan
keamanan. Pembangunan nasional yang diharapkan dapat
menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan yang kokoh dalam upaya
mencapai masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam
suasana tentram dan sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang berlandaskan Pancasila, pada
kenyataannya belum terwujud.
Pancasila sebagai ideologi negara
yang lahir dari ide-ide bangsa yang mengandung nilai-nilai hakiki
semakin terkikis oleh ideologi asing. Inilah berbagai permasalahan
yang kita hadapi dan menjadi tantangan kita bersama.
Menghadapi situasi dan kondisi demikian kita harus memiliki
satu visi. Baik para pemimpin pemerintahan, sipil maupun militer,
1 | Page

juga para elite politik, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh
partai serta media massa. Penyamaan visi itu penting untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat menimbulkan
permusuhan. Karena tidak ada satu negarapun didunia toleran
terhadap aspirasi rakyat di sebagian wilayah teritorial yang berniat
mengembangkan wacana dan berkeinginan memisahkan diri akibat
dari ketidakpuasan yang mendasar, terhadap keadilan sosial,
keseimbangan pembangunan, pemerataan hasil pembangunan dan
hal-hal sejenisnya. Oleh karena itu diharapkan setiap warga negara
harus dapat mengendalikan emosi, sabar, dan tidak terlalu sensitif,
sehingga bangsa dan negara kita dapat terhindar dari semua situasi
dan kondisi yang bernuansa konflik dan dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa.
1.2.
a.
b.
c.
d.
e.

Rumusan Masalah
Bagaimana potensi dan ancaman di NKRI?
Apa penyebab ancaman disintetegrasi di Indonesia?
Bagaimana cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa?
Bagaiman kedudukan dan fungsi ketahanan nasional?
Bagaimana konsepsi ketahanan nasional?

2 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi dan ancaman di NKRI
Bela
negara
adalah
upaya
setiap
warga
negara
untuk
mempertahankan NKRI terhadap ancaman baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
A. Ancaman dari dalam negeri.
Potensi yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :
1. Disintegrasi
bangsa,
melalui
gerakan-gerakan
separatis
berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat.
2. Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat
menyebabkan huru hara/kerusuhan massa.
3. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang
ekstrim atau tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa Indonesia.
4. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik perbedaan
pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
5. Makar
atau
penggulingan
pemerintah
yang
sah
dan
konstitusional.
Di masa transisi ke arah demokrasi sesuai tuntutan reformasi,
potensi konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat
sangatlah besar. Perbedaan pendapat justru adalah esensi dari
demokrasi akan menjadi potensi konflik yang serius apabila salah
satu pihak berkeras dalam mempertahankan pendapat atau
pendiriannya, sementara pihak yang lain berkeras memaksakan
kehendaknya. Contoh kasus FPI dengan Aliansi Kebangsaan untuk
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKB). Namun cara yang
sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu
tampaknya sudah dianggap kuno. Masalahnya, cara pengambilan
keputusan melalui pengambilan suara terbanyakpun (yang
dianggap
sebagai
cara
yang
paling
demokratis
dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat) seringkali menimbulkan rasa
tidak puas bagi pihak yang kalah, sehingga mereka memilih cara
pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya.
B. Ancaman dari luar negeri.
Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka
ketegangan regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia
Tenggara khususnya dapat dikatakan berkurang. Meskipun masih
terdapat potensi konflik perbatasan khususnya di wilayah Laut Cina
Selatan, misalnya sengketa kepulauan Spratly yang melibatkan
3 | Page

beberapa negara di kawasan tersebut, namun diperkirakan semua


pihak terkait tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melalui
kekerasan bersenjata. Dapat dikatakan bahwa ancaman dalam
bentuk agresi dari luar relatif kecil. Potensi ancaman dari luar
tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan
budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran
narkoba, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing
yang mempengaruhi bangsa Indonesia, terutama generasi muda,
dan merusak budaya bangsa. Potensi ancaman lainnya adalah
dalam bentuk penjarahan sumber daya alam melalui eksploitasi
sumber daya alam yang tidak terkontrol sehingga merusak
lingkungan, seperti illegal loging, illegal fishing, dsb.
Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan
meningkatkan Ketahanan Nasional melalui berbagai cara, antara
lain :
1. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma kehidupan bangsa Indonesia.
2. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui
pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan)
sejarah perjuangan bangsa.
3. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya
nasional serta terciptanya pemerintahan yang bersih dan
berwibawa (legitimasi, bebas KKN, dan konsisten melaksanakan
peraturan/undang-undang).
4. Kegiatan yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta
menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa
dan tanah air serta mempertahankan Pancasila sebagai ideologi
negara dan UUD
1945sebagai
landasan
berbangsa
dan
bernegara.
5. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun
kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur
komponen utama (TNI), tentu saja dapat menggunakan
komponen cadangan dan komponen pendukung (UU komponen
cadangan dan komponen pendukung masih dalam proses
persetujuan anggota Dewan yang terhormat).
Dapatlah disimpulkan bahwa potensi ancaman terhadapkeamanan
nasional dan pertahanan negara dapat datang dari mana saja.
Namun potensi ancaman yang lebih besar adalah dari dalam negeri.
Pengalaman menunjukkan bahwa instabilitas dalam negeri
seringkali mengundang campur tangan asing baik langsung maupun
tidak langsung.
2.2 Indonesia dan ancaman disintegrasi
4 | Page

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki


masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang plural.
Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan
etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila
etnisitas, agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik
sebagai prinsip paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa,
apalagi berkeinginan merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan
tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa dalam arti yang
sebenarnya akan terjadi di Indonesia.
Maraknya fenomena formalisasi syariat Islam kedalam konstitusi
formal dan tertulis dibeberapa daerah di Indonesia menjadi pro kontra,
dan bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa itu akan
berpotensi muncul. Formalisasi syariat Islam merupakan bentuk
pelanggaran kebebasan beragama dilakukan kelompok agama
dominan dengan memberangus, mengkebiri, dan menghalang,
maupun memberikan stigmatisasi terhadapi penganut agama
minoritas atau kelompok agama yang berpemahaman dan
melaksanakan praktek ritus yang berbeda dengan arus dominan. Tidak
boleh hukum publik didasarkan pada ajaran agama tertentu. Sebab,
hukum harus menjamin toleransi hidup beragama yang berkeadaban.
Negara tidak bisa memberlakukan secara formal hukum-hukum
agama. Tapi, negara harus memfasilitasi warga negara yang ingin
melaksanakan ajaran agamanya secara sukarela agar tidak terjadi
benturan-benturan atau penelantaran.
Konflik-konflik yang sering terjadi di tingkatan elite, khususnya
menjelang pelaksanaan dan pasca Pilkada, juga sering memicu konflik
di tingkat bawah yang dapat berujung pada kekerasan antar massa
pendukung elite. Masyarakat yang seharusnya di posisikan sebagai
subjek, tetapi saat ini justru lebih banyak yang di jadikan objek dan
tumbal untuk kepentingan pragmatis elite. Sehingga masyarakat
bawah yang secara pemahaman masih cukup ngamblang dan mudah
terprovokasi, cenderung dapat berbuat sesuai arah si pemberi
perintah, bahkan termasuk untuk merusak tatanan ketentraman
masyarakat bawah yang selama ini hanya terus- menerus sebagai
obyek eksploitasi.
Mungkin sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun
apabila hal ini berlarut-larut terus terjadi dan tidak ada usaha atau
perhatian pemerintah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, bukan
tidak mungkin disintegrasi yang selama ini di khawatirkan akan
terwujud. Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan dan regulasi
yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan
pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, semua wilayah.
5 | Page

Untuk membahas lebih lanjut mengenai permasalahan diatas mari kita


ulas 2 hal berikut:
1. Sejenak Mengulas Sejarah.
Sebenarnya perdebatan mengenai formalisasi syariat Islam sudah
terjadi sejak lama, bahkan sudah dimulai pada masa pra
kemerdekaan RI dengan cakupan yang lebih luas, yaitu sebagai
dasar negara. Segenap funding fathers Indonesia antara pihak Islam
dan nasionalis melalui Panitia Sembilan yang dibentuk oleh BPUPKI
pada tanggal 22 Juni 1945 telah mendiskusikan dan membahas
tentang dasar negara Indonesia, yang kemudian disepakati dan
menghasilkan lima point.
Pada sidang kedua tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah
Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan dan butir pertama diganti
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena adanya aspirasi dari
wilayah Indonesia timur yang mayoritas non muslim itu menyatakan
keberatan dengan bagian kalimat dalam Pembukaan UndangUndang Dasar, yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Mereka
mengakui bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya
mengenai rakyat yang beragama Islam. Tetapi tercantumnya
ketetapan seperti itu di dalam suatu dasar yang menjadi pokok
Undang-Undang Dasar berarti mengadakan diskriminasi terhadap
golongan minoritas. Jika diskriminasi itu ditetapkan juga, mereka
lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia. Perubahan isi dari
Piagam Jakarta itulah yang sampai saat ini kita sebutnya dengan
Pancasila.
Setelah berakhirnya rezim Orba dan memasuki era Reformasi,
perdebatan mengenai Piagam Jakarta pun kembali mengemuka.
Bahkan keinginan beberapa parpol untuk memasukan isu Piagam
Jakarta dalam agenda sidang MPR hasil Pemilu 1999 sempat terjadi,
meskipun gagasan serta usulan tersebut tidak ditanggapi dan tidak
berhasil. Tetapi dari hal tersebut bukan berati perdebatan berhenti
begitu saja. Diluar parlemen perdebatan tersebut sering dijadikan
bahasan yang pokok dan menarik, terutama di Ormas-Ormas atau
Organisasi yang berbasiskan Islam yang masih mengharapkan
Piagam Jakarta. Banyaknya kegagalan dan jalan buntu untuk
mengangkat isu Piagam Jakarta ke dalam isu nasional, itulah yang
kemungkinan bergeser ke arah cakupan yang lebih kecil, sehingga
akhirnya berkembang dalam isu di daerah.
2. Kembali Ke Pancasila
Berbagai persoalan yang muncul baik yang menyangkut politik,
sosial budaya maupun hukum yang melanda negara kita yang
berpotensi mengancam disintegrasi bangsa, sudah barang tentu
kita sikapi secara arif dan bijaksana. Prinsip persatuan dibutuhkan
6 | Page

karena kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat plural.


Keragaman suku, bangsa, agama, dan budaya yang diwarisi oleh
bangsa Indonesia dalam sejarah mengharuskan bangsa Indonesia
bersatu dengan seerat-eratnya dalam keragaman. Keragaman
merupakan kekayaan yang memang harus dipersatukan (united),
tetapi tidak dan bukan untuk diseragamkan (uniformed).
Pancasila yang kita pahami sebagai falsafah bangsa Indonesia
sebagai philosphical way of thingking atau philosophical system,
yang menggambarkan fungsi & peranannya sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia, serta cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia. Konsep bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman
dan memposisikan sebagai bangsa yang plural, dan dengan
kenekaragaman tersebut lah yang menjadikan sebuah identitas
nasional bangsa Indonesia sekaligus menjadi identitas kebangsaan.
Kebanggaan kita akan sebuah identitas nasional itulah yang dapat
mewujudkan integrasi nasional. Revitalisasi ideologi Pancasila
sebagai pemberdayaan identitas nasional perlu dilakukan, karena
didasari keyakinan bahwa Pancasila merupakan simpul nasional
yang paling tepat bagi Indonesia yang majemuk
2.3 Cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa
Keinginan masyarakat untuk membangun rasa persatuan dan
kesatuan merupakan bagian dari budaya bangsa melalui kegotong
royongannya tetap ada ,namun disisi lain para pemimpin dan elit
politik lebih disibukkan dengan urusan politik dan kekuasaan. Rasa
persatuan dan kesatuan tidak akan bisa dilaksanakan apabila rasa
solidaritas sebagai bangsa tak dapat ditumbuh kembangkan, karena
solidaritas bertumpu atas dasar kepentingan bersama dalam sejarah
perjuangan masa lalu telah dibuktikan untuk bebas dari penjajah dan
membangun bangsa tanpa paksaan muncul kesediaan rela berkorban
demi masa depan bangsa. Solidaritas mencakup upaya-upaya untuk
mempertahankan dan mengembangkan rasa kebersamaan, toleransi,
empati, saling menghormati, mau mengakui kesalahan serta bersedia
mengorbankan kepentingan pribadi, kelompok dan golongsn demi
kepentingan NKRI.
Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara
maka akan terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu perlu
mendefinisikan kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi
Indonesia yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan
sekaligus menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan
dalam bingkai NKRI. Berikut berbagai ancaman yang dihadapi bangsa:
A. Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi.
Ancaman Pasca reformasi berbagai bentuk kekerasan telah terjadi
diberbagai tempat dalam bingkai NKRI. Citra NKRI sebagai negara
7 | Page

yang ramah dan penuh santun mulai luntur bahkan hilang ditelan
gelombang dan derasnya arus reformasi. Munculnya konflik yang
berbasis sentimen primordial dengan sebab-sebab yang tidak
terduga telah memberikan wajah baru pada NKRI. Konflik yang
muncul tidak berada dalam ruang hampa. Namun berada diatas
timbunan dibawah karpet tebal kesatuan dan persatuan yang
menghimpit ke Bhinekaan pada jaman Orde Baru. Reformasi telah
membuka semua saluran yang dimampatkan dengan pendekatan
keamanan, membuat beragam kepentingan yang lama terpendam
mencuat keatas permukaan.
Gambarannya semakin jelas, khususnya pasca reformasi ketika
relasi-relasi kekuasaan yang semula mapan menjadi tergoyahkan
dan batas-batas identitas kembali digugat. Dalam situasi seperti ini
konflik menjadi suatu keniscayaan, berbagai konflik seperti hal
biasa misalnya dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan
pemekaran wilayah yang dalam banyak hal tampaknya lebih
didasari kepentingan politik daripada ketimbang kesejahteraan
rakyat.
Karakteristik konflik tak bisa diisolasi satu dengan yang lainnya.
Konflik yang menggunakan sentimen agama dan etnis bisa saja
hanya bungkus untuk menutupi kepentingan lain yang bersifat
pragmatis dan kepentingan jangka pendek. Terkadang inti
persoalannya terkait dengan isu-isu politik dan marjinalisasi
masyarakat adat akibat kebijakan pemerintah. Seperti yang
dikatakan Presiden Soekarno bahwa karakter bangsa harus terusmenerus dibangun melalui pemimpin-peminpin yang memahami
peta sosio-kultural-ekologis setiap wilayahnya dan masyarakatnya.
Hal inipun harus tercermin dalam berbagai produk per undangundangan yang menentukan hajat hidup warga negara. Kondisi NKRI
yang terdiri dari ribuan kebudayaan dan tersebar diribuan pulau
dengan perbedaan yang ekstreem, isu yang paling rentan adalah
yang terkait dengan masalah etnis dan agama.
Politisasi identitas dua isu itu yang paling banyak digunakan dalam
konflik dan kekerasan untuk membungkus kepentingan pribadi dan
politik oleh para elit politik. Terkait dengan timbulnya persoaalan
yang mendasar dalam hubungan antara agama dan negara, ketika
negara menentukan yang mana agama dan bukan agama,
implikasinya sangat luas. Para penganut keyakinan diluar enam
agama yang resmi akan dicap animisme, bahkan yang tidak
beragama dianggap komunis.
Permasalahan kasus kekerasan terkait dengan kebebasan beragama
saja pada tahun 2007 telah terjadi 185 kasus. Konflik kekerasan
yang bernuansa sentimen agama sangat komplek dan rumit, baik
menyangkut konstruksi paham maupun faktor-faktor sosiologis tak
8 | Page

jarang konflik itu terbungkus dalam relasi sosial yang bersifat


hegemonil ketika dihubungkan antar pemeluk agama berada dalam
pola hubungan mayoritas dan minoritas yang sarat ketegangan.
Keinginan masyarakat untuk membangun rasa persatuan dan
kesatuan merupakan bagian dari budaya bangsa melalui kegotong
royongannya tetap ada ,namun disisi lain para pemimpin dan elit
politik lebih disibukkan dengan urusan politik dan kekuasaan. Rasa
persatuan dan kesatuan tidak akan bisa dilaksanakan apabila rasa
solidaritas sebagai bangsa tak dapat ditumbuh kembangkan, karena
solidaritas bertumpu atas dasar kepentingan bersama dalam sejarah
perjuangan masa lalu telah dibuktikan untuk bebas dari penjajah
dan membangun bangsa tanpa paksaan muncul kesediaan rela
berkorban demi masa depan bangsa. Solidaritas mencakup upayaupaya untuk mempertahankan dan mengembangkan rasa
kebersamaan, toleransi, empati, saling menghormati, mau
mengakui kesalahan serta bersedia mengorbankan kepentingan
pribadi, kelompok dan golongsn demi kepentingan NKRI. Apabila hal
ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara maka
akan terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu perlu
mendefinisikan kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi
Indonesia yang menghargai keberagaman dalam berbagai
perbedaan sekaligus menumbuh kembangkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam bingkai NKRI.
B. Keaneka ragaman masyarakat Indonesia.
Pandangan bahwa pruralitas, suku, agama, ras dan antar golongan
sebagi penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak dapat
diterima begitu saja. Pendapat ini benar mungkin untuk sebuah
kasus, tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Segala macam
peristiwa dan gejolak sosial budaya termasuk konflik dan kekerasan
massal pada dasarnya tidaklah lahir begitu saja, akan tetapi ada
kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat
yang beraneka ragam, tetapi bukan tanpa batas dan merupakan
hasil dari suatu proses sejarah yang bersifat khusus.
Namun demikian tidak semua kondisi struktural menjadi pemicu
atas munculnya suatu gejolak atau peristiwa, tapi ada kondisi
primer dan skunder maupun pendukung penting dari munculnya
gejolak tersebut antara lain akibat terdesaknya kelompok tertentu
dari akses kekuasaan serta adanya suatu proses yang dianggap
tidak adil dan curang. Disisi lain karena keberadaan pendatang yang
berbeda budaya, agama, atau rasnya serta etnosentrisme dan
seklusivisme. Kondisi sekundernya adalah rasa keadlan masyarakat
setempat yang tidak terpenuhi, aparat pemerintah tidak peka
terhadap kondisi yang dihadapi masyarakat, atau malah memihak
salah satu etnik atau kelompok masyarakat lainnya.
Hal ini akan
9 | Page

berdampak makin meruncingnya suatu masalah dan membuat


renggangnya rasa persatuan dan kesatuan.
Faktor lain yang terjadi dikawasan timur Indonesia memiliki
komposisi keragaman etnik yang banyak dalam bentuk kelompok
suku-suku kecil dan rentan, sedang kawasan barat Indonesia di
pulau-pulau besar tinggal kelompok suku-suku yang besar yang
relatif miskin sumber daya alam, membuat mereka bergerak
mengeksploitasi SDA di kawasan timur Indonesia, bahkan
nyaris menggusur partisipasi penduduk setempat. Akibatnya terjadi
kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli. Keadaan ini
membuat penduduk setempat menjadi antipati terhadap pendatang,
sementara
pendatang
yang
sukses
justru
memanfaatkan
ketertinggalan penduduk setempat sebagai kelemahan mereka.
Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa benang merah
kekerasan yang terjadi ditingkat elit politik maupun rakyat selalu
ada cara adat untuk menyelesaikannya, bila terjadi konflik mulai
masalah personal sampai keranah publik. Penyelesaian dengan
mendamaikan setiap kerusuhan, konflik, atau perang masa kinipun
hal seperti itu tidak dapat dihindari. Perdamaian dengan cara itu
hanya bersifat sementara, karena rekonsiliasi hanya terjadi dimeja
perundingan, bahkan banyak melibatkan pihak luar. Sementara
ditingkat akar rumput yang paling menderita akibat konflik, tidak
banyak mengalami perubahan karena mereka tidak terwakili dimeja
perundingan.
Sebagai contoh, konflik di Ambon dan Maluku misalnya perempuan
banyak
berperan
sebagai
agen
perdamaian
dengan
menghubungkan pihak bertikay melalui hal yang sangat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari, banyak keluarga yang saling
melindungi pihak yang dianggap lawan karena kesadaran akan
persaudaraan dan hakekat kemanusiaan.
C. Konflik-konflik Pacsa Reformasi.
Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca reformasi telah
terjadi ancaman disintegrasi bangsa yang mencakup lima wilayah
sbb:
1. Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor setelah jajak pendapat
tahun 1999 yang pada akhirnya lepas dari NKRI, di Aceh sebelum
perundingan Helsinki dan beberapa kasus di Papua.
2. Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra
agama, dan antar etnis yang terjadi Kalimatan Barat, Maluku,
Sulawesi Tengah, dan Kalimatan Tengah.
3. Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung
beberapa hari seperti peristiwa Mei 1998, huru-hara anti Cina di
Tasikmalaya, Banjarmasin, Situbondo dan Makassar.

10 | P a g e

4. Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian


antar desa dan pembunuhan dukun santet di Jawa Timur 1998.
5. Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di
Bali dan Jakarta.
Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang diakibatkan
Pilkada dan issu pemekaran yang menggunakan rakyat sebagi objek
kepentingan politik kekuasaan para elit politik baik lokal maupun
nasional. Berdasarkan data GERRY VAN KLINKEN (2007) kekerasan
komunal yang berskala besar ataupun lokal memakan korban paling
besar 90 %, dari jumlah itu 57 % meninggal akibat issu agama, 30
% akibat etnis, 13 % akibat kekerasan rasial. Semua kejadian
tersebut tentu akan berdampak terhadap pecahnya persatuan dan
kesatuan bangsa apabila penanggannya tidak dilaksanakan dengan
cepat, tepat dan tuntas.
D. Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis.
Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara kondisi
stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis diseluruh wilayah
tanah air merupakan syarat mutlak. Artinya setiap gangguan dan
ancaman yang datang disebagian wilayah NKRI pada hakekatnya
ancaman bagi seluruh wilayah NKRI. Menciptakan keamanan
merupakan tanggung jawab semua pihak (Warga Negara) dengan
pihak aparat keamanan (TNI dan POLRI) sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku. Dengan mencermati dan memperhatikan
kondisi keamanan diberbagai daerah saat ini dan kondisi
bangsa yang sedang krisis kepercayaan dan mutlidimensi, maka
terciptanya kondisi stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
amat diperlukan. Hal ini selain merupakan kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan rasa aman, nyaman, tentram dan adanya tata
kehidupan masyarakat yang tertib juga untuk meningkatkan
kepercayaan dunia usaha yang membutuhkan adanya kepastian dan
jaminan investasi. Tanpa adanya stabilitas keamanan di suatu
daerah, sudah dapat dipastikan akan terganggu roda pembangunan
dalam banyak hal. Oleh karena itu gangguan keamanan/konflik yang
terjadi di beberapa daerah perlu dilakukan penangganan yang
serius agar tidak terjadi sikap balas dendam dan luka yang terus
berlanjut bahkan dapat mengancam perpecahan bangsa.

11 | P a g e

E. Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa.


Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup
serius dan segera harus diselesaikan melalui langkah-langkah yang
komprehensif. Guna
mendorong
kembalinya
semangatnya
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang telah dimiliki dan
guna mencegah disintegrasi bangsa tidak ada alternatif lain
mengembalikan kondisi aman yang didambakan oleh seluruh
masyarakat dan bangsa Indonesia. Stabilitas keamanan di daerah
konflik yang cenderung mengarah kepada disintegrasi bangsa harus
terus diciptakan dengan pendekatan komprehensif baik dari aspek
ekonomi, sosial budaya, politik maupun dari pendekatan hukum
dengan dibantu aparat hukum yang terus melakukan tindakan
konkrit dan koordinatif serta tetap mengedepankan semangat
kebersamaan dalam menciptakan keutuhan bangsa dan negara.
F. Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku.
Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan
diberbagai daerah yang rawan konflik saat ini serta kondisi bangsa
supaya tidak terjadi ancaman disintegrasi bangsa pemerintah pusat,
instansi maupun daerah dalam hal ini pihak keamanan/aparat
keamanan harus menegakkan aturan hukum dan perundangundangan yang berlaku serta melakukan tindakan persuasif dan
pendekatan keamanan secara bertahap dan disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing. Guna mendorong kembali semangat
persatuan, kesatuan wilayah dan bela negara sebaiknya pemerintah
mencari terobosan lain untuk mensosialisasikan Pancasila agar
dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh
dan ketauladan dari semua penyelenggara negara, tokoh formal
maupun informal terhadap rakyatnya dalam berpikir, bersikap dan
bertindak yang pada berdasarkan Pancasila sebagai ideologi,
pandangan hidup serta dasar negara.
2.4 Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A. Kedudukan
ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara
terbaik yang perlu di implementasikan secara berlanjut dalam
rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai
landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan
ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma
pembangunan nasional.
12 | P a g e

B. Fungsi
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir,
pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah
bangsa yang bersifat inter regional (wilayah), inter sektoral
maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada
cara berfikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah
bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan
waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita
nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar
pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala
bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
2.5 Konsepsi ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang
meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari
dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan
kelangsungan hidup bangsa dan negar serta perjuangan mencapai
tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
A. Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang
dipikulnya.
B. Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
C. Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan.
Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi
masyarakat yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah,
pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
D. Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa
baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional
maupun fungsional.
E. Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah
atau merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara
konseptual, kriminal dan politis.
13 | P a g e

F. Hambatan dan gangguan


Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri
yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara
tidak konsepsional.

14 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada
akan terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan
dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak
bisa diterima begitu saja. Pendapat ini bisa benar untuk sebuah
kasus tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Namun ada
kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat
yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu
proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga
memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif
namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya
merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
2. Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No.
32 tahun 2004 merupakan implikasi positif bagi masa depan
pemerintahan daerah di Indonesia namun berpotensi untuk
terciptanya
sikap
fanatisme
primodialisme
yang
sempit,
sektarianisme dan supranasionalisme. Kondisi ini terjadi karena
tidak semua masyarakat mengetahui tujuan pemberlakuan otonomi
daerah bagi sebuah negara kesatuan RI.
3. PILKADA dan pertarungan elit politik yang diimplementasikan
kedalam bentuk penggalangan massa, dengan alasan untuk
kepentingan
kesejahteraan
rakyat,
namun
sarat
dengan
kepentingan pribadi atau politik yang pada akhirnya dapat
menciptakan
konflik
horizontal
maupun
vertikal,
dalam
penyelesaiannya tidak pernah tuntas.
4. Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga
kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam
konflik yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik pada
skala kejadiannya memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh
aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu dan tidak berpihak
pada sebelah pihak.
3.2. Saran
Adapun beberapa saran yang kami sampaikan kepada pemerintah
dengan harapan adanya perubahan dimasa depan:
1. Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan
strategi pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh,
maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :

15 | P a g e

2. Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus


menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang
berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola
setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa
paksaan dari setiap warga negara atas kemejemukan dengan
segala perbedaannya.
3. Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi ,
dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi
keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga negara.
4. Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua
aturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah
seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan
tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.
5. Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi
pernyataan bahwa setiap warga negara Indonesia cinta damai,
persatuan dan kesatuan dan rela berkorban untuk mementingkan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.
6. Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik
atau lagu-lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga
menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah telah
membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai
pengaruh terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.
7. Perlu
dihimbau
semua
insan
jurnalistik/pers
dengan
memperkenalkan rasa nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan
NKRI, sehingga dapat memposisikan diri dalam keikutsertaan
meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita
yang berdampak kebencian dan prsangka buruk bagi setiap warga
negara.

16 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah
Untuk Memisahkan
Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
Budi Utomo, ancamn disintegrasi bansa ,diakses tanggal 10 Juni 2013 dari
http://budiutomo79.blogspot.com/2007/09/pembangunan-wilayahperbatasan.html

HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui
Pelaksanaan Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi
Bangsa, Jakarta, Lemhannas, 2001.
http://wahabsiregar.blogspot.co.id/2013/09/makalah-pkn-potensi-danancaman.html

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai