PENDAHULUAN
I-1
kecamatan. Dan juga dilihat dari karateristik wilayah Kabupaten Sijunjung maka
dilakukan pemetaan daerah risiko tanah longsor dengan pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang bertujuan untuk memberikan informasi lokasi-
lokasi yang memiliki risiko bencana tanah longsor. Pada kenyataannya Badan
Penanggulangan Bencana Daerah belum memiliki peta risiko bencana. Padahal
adanya pemetaan risiko bencana menjadi sangat penting dalam penataan
penanggulangan bencana yang matang, terarah dan terpadu (Nugraha, 2013).
Pemetaan risiko bencana adalah kegiatan pembuatan peta yang
merepresentasikan dampak negatif yang dapat timbul berupa kerugian materi dan
non materi pada suatu wilayah apabila terjadi bencana (Aditya, 2010). Diperlukan
data yang valid diperlukan untuk proses pemetaan risiko sehingga dapat
mempresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang
lebih sempit adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk
membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi
geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah
database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan
mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Perkembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) mampu menyediakan
informasi data geospasial seperti objek dipermukaan bumi secara cepat, sekaligus
menyediakan sistem analisis keruangan yang akurat. Sehingga dapat dilakukan
upaya mitigasi bertujuan mencegah risiko yang berpotensi menjadi bencana atau
mengurangi efek dari bencana ketika bencana itu terjadi.
I-2
2. Untuk mengetahui daerah mana saja yang termasuk kedalam daerah
risiko bencana longsor di Kabupaten Sijunjung. Dengan adanya
pengamatan sederhana ini
I-3
BAB II
PEMBAHASAN
I-4
~ Sebelah Barat Dengan Kabupaten Solok Dan Sawahlunto
~ Sebelah Timur, Dengan Riau.
Secara topografi, kabupaten Sijunjung merupakan rangkaian Bukit Barisan
yang memanjang dari arah barat laut ke tenggara, sehingga kabupaten ini
memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu antara 120 meter sampai 930
meter di atas permukaan laut. Kecamatan di kabupaten ini umumnya memiliki
topografi yang curam dengan kemiringan antara 15–40%, yaitu kecamatan
Tanjung Gadang, kecamatan Sijunjung, kecamatan Sumpur Kudus, dan kecamatan
Lubuk Tarok.
Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kabupaten ini mempunyai iklim tropis
dengan kisaran suhu minimun 21 °C dan maksimum 37 °C. Sedangkan tingkat
curah hujan kabupaten Sijunjung mencapai rata-rata 13,61 mm per hari.
II.2 Permodelan Risiko Bencana Tanah Longsor terhadap Hasil Data yang di
BPS serta kaitanya dengan kondisi setempat.
I-5
Tabel persebaran bencana alam di Kabupaten Sijunjung
Kecamatan Banjir Longsor Angin Kebakaran
Kamang Baru 6 7 6 3
Tanjung Gadang 7 12 2 4
Sijunjung 2 8 7 4
Lubuk Tarok 1 8 2 -
IV Nagari 2 2 2 -
Kupitang 1 5 3 2
Koto VII - 7 3 4
Sumpur Kudus 6 7 5 2
Jumlah 25 56 30 19
Sumber: BPS 2015
Dari data diatas diketahui bahwa bencana alam yang teradi di Kabupaten
Sijunjung didominasi oleh Bencama Tanah Longsor, dikaitkan dengan topografi
daerah Sijunjung yg didomonasi oleh perbukitan curam hingga terjal,dilihat dari
google earth bahwa perbukitan banyak di daerah sekitar tanjung gadang, ini dekat
kaitanya dengan banyaknya terjadi longsor dan banjir di daerah Tanjung Gadang.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari hasil pengmatan diatas dapat disimpulkan bahwa di daerah sijunjung
banyak terjadi tanah longsor disebabkan oleh banyaknya perbukitan terjal dan
curam, factor lain yang mempengaruhi longsor di daerah sijunjung tidak
dibahas dalam Makalah ini karna keterbatasan data.
B. Daftar pustaka
I-6
I-7