Ngurah Rai adalah seorang pahlawan nasional asal provinsi Bali. Pahlawan
yang juga sebagai Kolonel TNI Anumerta yang kelahiran di desa Carangsari,
Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda ini mempunyai pasukan
khusus yang dinamai Tokring (Kotok Garing).
Biografi Singkat
Biodata I Gusti Ngurah Rai, Profil I Gusti Ngurah Rai, Foto I Gusti Ngurah
Rai, Karir I Gusti Ngurah Rai, Biografi Singkat I Gusti Ngurah Rai, Kehidupan
Pribadi I Gusti Ngurah Rai, Fakta Seputar I Gusti Ngurah Rai, Kisah
Kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai
dilaksanakan dengan baik oleh para pasukan Ngurah Rai dan membuahkan
hasil yang baik pula.
Persenjataan milik NICA pun berhasil direbut oleh pasukan Ngurah Rai.
Salah seorang komandan polisi NICA pun bergabung dengan para pasukan
Ngurah Rai. Kemudian Ngurah Rai dan para pasukannya bergegas kembali
ke kampung Marga setelah menyelesaikan misi merebut senjata NICA.
Ngurah Rai dan para pasukannya unggul dalam pertempuran tersebut. Sadar
akan potensi kekalahan, Belanda mendatangkan bala bantuannya yang
bermarkas di Bali dan sejumlah pasukan udara yang bertugas menjatuhi
bom yang datang dari Makassar.
Ngurah Rai beserta para pasukannya bertekad untuk tetap bertempur hingga
titik darah penghabisan. Ditempat inilah Ngurah Rai dan para pasukannya
menyatakan Puputan atau yang dikenal dengan perang habis-habisan di
kampung Margarana.
I Gusti Ngurah Rai bersama dengan sebanyak 1372 anggota pejuang Markas
Besar Oemoem (MBO) Dewan Perjunganan Republik Indonesia Sunda Kecil
(DPRI SK) dimakamkan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden,
Candi Marga, Tabanan.
Perjuangan dan kiprah I Gusti Ngurah Rai tertuang dalam sejumlah buku
semisal Bergerilya Bersama Ngurah Rai (Denpasar: BP, 1994), dan I Gusti
Bagus Meraku Tirtayasa. Buku I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa berhasil
menyabet penghargaan Anugerah Jurnalistik Harkitnas ditahun 1993. Ada
pula buku yang berjudul Orang-Orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para
Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI anumerta I Gusti Ngurah Rai dan
juga Puputan Margana Tanggal 20 November 1946 oleh Wayan Djegug A
Girl.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/I_Gusti_Ngurah_Rai
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Bali#Puputan_Margarana
I Gusti Ngurah Rai, adalah pahlawan nasional dari daerah Bali. Terkenal
dengan gagasan perangnya yakni Puputan Margarana yang berarti perang
secara habis-habisan di daerah Margarana (Kecamatan di pelosok Kabupaten
Tabanan, Bali). Memiliki darah pejuang dengan tanah kelahiran Badung, Bali
pada 30 Januari 1917. Ia merupakan anak camat yang bernama I Gusti
Ngurah Palung. Hal ini pula yang menjadikan ia berkesempatan untuk
bersekolah formal di Holands Inlandse School (HIS). Untuk mengenal lebih
mendalam, mari kita ulas bersama biografi I Gusti Ngurah Rai.
Biografi I Gusti Ngurah Rai diawali dengan perjalanan pendidikannya di masa
kecil. I Gusti Ngurah Rai memilih untuk mengawali pendidikan formalnya di
Holands Inlandse School di Bali. Setelah tamat dari HIS ia melanjutkan ke
MULO (setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) di Malang. Selanjutnya
ia memperdalam ilmu kemiliterannya di Prayodha Bali, Gianyar dilanjutkan
pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Magelang
dan pendidikan Arteri Malang. Berkat pendidikan militer yang banyak serta
kecerdasan yang ia miliki, ia sempat menjadi intel sekutu di daerah Bali dan
Lombok.
MULO, Malang
Prayodha Bali, Gianyar, Bali
Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), Magelang
Pendidikan Artileri, Malang
Sumber: http://profil.merdeka.com/indonesia/i/i-gusti-ngurah-rai/
Ngurah Rai yang lahir 17 Januari 1917 tersebut mulai terlihat kecerdasan
dan jiwa kepemimpinannya kala beranjak menjadi pemuda.
Bahkan, dia satu-satunya putra Bali yang berhasil masuk ke Akademi Militer
Belanda sampai kemudian meraih pangkat Kapten.
Sebagaimana diceritakan oleh I Gusti Ayu Inda Trimafu Yuda (38), salah
seorang cucu Ngurah Rai bahwa sang kakek setelah menikah dengan Desak
Putu Kari (90) dan dikaruniai tiga anak, harus sudah berperang angkat
senjata.
Tiga anak Ngurah Rai, yakni I Gusti Ngurah Yudana, I Gusti Ngurah Tantra
dan I Gusti Ngurah Alit Yudha. Kendati merindukan keluarga dan anakanaknya yang masih kecil, namun panggilan perjuangan membela Tanah Air
lebih kuat sehingga dia rela meninggalkan keluarganya.
Suatu kali, dia dibujuk oleh komandan tentara Hindia Belanda agar
menyerah dan bersedia melepaskan Bali dari NKRI. Sang komandan itu,
merupakan sahabat Ngurah Rai yang pernah berperan mengusir Jepang dari
Indonesia.
Kendati bersahabat namun dalam hal prinsip Ngurah Rai bergeming tidak
mau menyerah apalagi terkait masa depan NKRI.
Menurut I Gusti Ngurah Agung Danil Yunanda Yuda (42) cucu Ngurah
lainnya, ada yang menyebut perang Puputan Margarana di Kabupaten
Tabanan yang dipimpin Ngurah Rai sebagai Perang Bali.
Demikian pula, dengan istilah perang puputan yang artinya perang sampai
titik darah penghabisan dikobarkan oleh Ngurah Rai. Hanya saja, hal itu
masih terjadi kontroversi lantaran sebagai seorang yang dididik militer,
Ngurah Rai tentu lebih memiliki strategi dan taktik peperangan tertentu.
Konon, saat perang tersebut, seluruh pasukan Ngurah Rai akhirnya gugur
dan teriakan perang puputan pertama kali digelorakan para pejuang.
Terlepas dari kontroversi itu, sambung Agung Danil, jiwa patriotisme sang
kakek tidak diragukan lagi mengurbankan jiwa raganya untuk membela
NKRI.
"Beliau meninggal dalam usia masih muda 27 tahun, dalam perang Puputan
Margarana," imbuhnya,
Saat gugur bersama ratusan bahkan ribuan pejuang lainnya di Bali itu,
akhirnya Ngurah Rai mendapat kenaikan pangkat menjadi Kolonel Anumerta.
Semasa zamannya, Ngurah Rai satu-satunya putra Bali yang mendapat gelar
kehormatan kenaikan pangkat sampai tiga kali.
"30 tahun kemudian Ngurah Rai mendapat gelar kepahlawanan dengan naik
pangkat menjadi Brigjend Anumerta,"imbuhnya,
Kini, setelah puluhan tahun sang kakek pergi ke alam baka keluarga besar
Ngurah Rai senantiasa mengenang perjuangannya yang demikian gigih
mempertahankan NKRI. Bersama anak-anak pahlawan dan veteran lainnya
setiap tanggal 20 November selalu pergi ke pusara Taman Makam Pahlawan
untuk mengenang jasa-jasa pahlawan dan mendoakan mereka.
BaleBengong
DW Focus
Search
Beranda
Galeri
Gaya Hidup
Lingkungan
Opini
Sosial Budaya
Sosok
Teknologi
KABAR TERBARU:
Belajar bersama KASTI: Teknik SEO untuk Blog - July 19, 2016
Travel
Ladang-ladang jagung di Marga, Tabanan, Bali yang lebat dan tinggi menjadi benteng terakhir
pertahanan pasukan Tjiung Wanara pinpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngoerah Rai. Marga di Kabupaten
Tabanan adalah babak terakhir hidup penuh perjuangan Ngoerah Rai, pemuda kelahiran Carangsari,
Badung, 30 Januari 1917 ini.
Usianya baru 29 tahun ketika itu. Setelah Proklamasi Kemerdekaaan dikumandangkan, Ngoerah Rai
menjadi Komandan Resimen Sunda Ketjil. Ia dan pasukannya, Tjiung Wanara, kemudian melakukan
longmarch merayakan proklamasi ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Pasukan ini kemudian
dicegat serdadu Belanda di Desa Marga.
Ketika itu, pagi hari pada 20 November 1946. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung ladang
jagung di daerah perbukitan, sekitar 40 kilometer dari Denpasar itu.
Pasukan pemuda Tjiung Wanara yang siap dengan pertahanannya menunggu komando Gusti Ngoerah
Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda
menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA)
bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, Tjiung Wanara berhasil memukul musuh.
Namun, pertempuran belum usai. Kali ini, bukan hanya letupan sejata yang terdengar, NICA
menggempur pasukan muda Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan sawah
dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian penuh asap dan darah.
Perang sampai habis atau puputan inilah yang mengakhiri hidup Ngurah Rai. Ini yang kemudian dicatat
sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah sejarah
penting perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonial Belanda.
Ladang jagung itu kini berubah menjadi Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana. Sebuah
tugu segi lima setinggi 17 meter dibangun di tengah areal monumen. Foto I Gusti Ngurah Rai terpasang di
sisi depan tugu yang disebut Candi Pahlawan Margarana. Berdiri depan tugu ini seperti melompat ke
masa lalu, mengingat para pemuda Bali yang kini namanya terpahat di nisan-nisan monumen.
Sesaji berupa canang (persembahan terbuat dari anyaman janur dan bunga) dan ceceran bungan terlihat
di sekitar tugu. Sejumlah remaja juga tengah menyiapkan sesaji penghormatan pada Ngurah Rai dan 1371
orang pahlawan lainnya yang juga dimakamkan di kawasan ini.
Jiwa Gusti Ngurah Rai akan terus abadi, walau sudah puputan. Beliau masih muda, ujar Jero Mangku
Margarana, seorang pria tua yang delapan tahun memimpin persembahyangan di area tugu di Candi
Pahlawan Margarana.
Proklamsi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945 tercakup dalam sejumlah simbol di tugu ini. Tinggi tunggu
dibuat 17 meter, lalu jumlah meru atau tumpukkan tugu 8 (bulan kedelapan), jumlah anak tangga empat
buah, dan tugu bersegi lima. Suasana sejuk, rindang, dan perbukitan di utara menambah asri kawasan
monumen ini.
Setiap tahun, saat pergantian tahun ajar, ribuan siswa secara rutin menguntungi tempat ini. Selain situs
sejarah, kawasan ini memang sangat enak menjadi tempat rekreasi pendidikan. Bahkan untuk keluarga
juga.
Kawasan ini terbagi menjadi beberapa bagian. Depan pintu masuk adalah Patung Panca Bakti. Yakni lima
buah patung gerilya terdiri atas pemuda, buruh, alim ulama, tani, dan wanita tengah bergerilya,
menggambarkan persatuan dalam perjuangan kemerdekaan. Bagian tengah berdiri Candi Pahlawan
Margarana berisi foto Ngurah Rai dan surat penolakan berundingnya pada Belanda.
Bagian belakang adalah Taman Bahagia, terdiri dari 1372 buah nisan dari pejuang yang gugur. Nisan
berarsitektur simbol agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen, mencerminkan keyakinan yang dianut
pahlawan-pahlawan itu. Di sisi timur ada Gedung Sejarah berisi museum kecil yang merangkum jejak
perjuangan I Gusti Ngurah Rai, persenjataan sederhana pasukan Tjiung Wanara, dan lainnya yang cukup
menarik.
Selain itu ada Taman Suci, Taman Seni Budaya, dan Taman Karya Alam yang diperuntukkan untuk
kegiatan rekreasi dan edukasi.
Kolam-kolam penuh ikan, balebengong, pohon-pohon rindang, dan perbukitan di utara kawasan ini
menjadikan kawasan ini nyaman. Makam pahlawan yang terawat dan halaman rumpu yang bersih akan
mendukung berbagai kegiatan edukasi sejarah bagi siswa dan masyarakat yang berkunjung. Suasana ini
sangat mendukung kegiatan diskusi atau refleksi sejarah ketika kita berusaha merekonstruksi peristiwa
puputan 20 November itu. Yang kurang hanya informasi dan suasana interaktif bagi pengunjung.
Sementara di Denpasar, sebuah monumen megah juga didirikan untuk memudahkan kita mengenal
perjuangan rakyat Bali merebut kemerdekaan dari penjajah. Sebuah museum dalam monumen, bernama
Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi. Berlokasi di Jl. Puputan Niti Mandala Renon.
Museum ini tak hanya merekam jaman perjuangan kemerdekaan tapi jaman pra sejarah dan kehidupan
orang Bali. Jejak perjuangan Ngurah Rai diperlihatkan dalam diorama yang memperlihatkan babakbabak penting sejarang Bali. I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya digambarkan sedang menyusun taktik
dan ketika perang Puputan Margarana.
Suatu perjalanan napak tilas yang menarik. Membuka ingatan pada jiwa-jiwa kepahlawanan masa lalu,
untuk direkonstruksi sesuai konteks masa kini. [b]
Sharing
Twitter0
Facebook2
Google +0
Linkedin0
Authors
Luh De Suriyani
Luh De Suriyani
Lahir dan besar di Denpasar. Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto
karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah
jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Sambil mengasuh Bani dan Satori,
juga menulis lepas untuk sejumlah media seperti Bali Buzz dan portal Mongabay.
BaleBengong
Travel
Site index
META
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.org
IDENTITAS
Tentang Kami
Kontak
Panduan Logo
INFORMASI
Iklan
Peringatan
Kontributor
Bagi Beritamu!
Tanya Jawab
JARINGAN
Kisara Bali
Startup Bali
Taman 65
NEWSLETTER
First Name:
Email address:
Sign up
1471482472
mc4w p-form-1
4782a4481e