Latar Belakang
Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidup dan
kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-benarnya dan
mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya. Namun demikian,
pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah diwujudkan karena
dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif maupun negatif yang
memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien.
Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri. Kedua
situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan kesadaran pada
bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan komprehensif. Di sisi lain,
energi negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi, yang biasanya menjadi
penghambat dan rintangan untuk membangun ketahanan nasional. Energi negatif biasanya
muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak hal merupakan suatu produk
yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam sistem operasional yang memakan waktu
lama.
Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan upaya
penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan
nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk menghambat dengan tujuan akhir
melemahkan bahkan menghancurkan suatu bangsa.
Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan dan atau
menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang yang disebut
dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk
dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan
dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu adalah makin
tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu dalam
pergaulan dunia.
Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak
lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional karena dalam
perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami pasang surut dalam
menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka
dan berdaulat. Apabila dilihat dari geopolitik dan geostrategi yang kemudian dikaitkan
dengan potensi-potensi yang dimilikinya maka bangsa Indonesia berada pada posisi yang
rawan dengan instabilitas nasional yang diakibatkan dari berbagai kepentingan seperti
persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal
itu sudah dipastikan akan memberikan dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Indonesia adalah negara yang bersandar pada kekuatan hukum sehingga kekuasaan dan
penyelenggaraan hidup dan kehidupan kenegaraan diatur oleh hukum yang berlaku. Dengan
kata lain, hukum sebagai pranata sosial disusun untuk kepentingan seluruh rakyat dan bangsa
yaitu menjaga ketertiban bagi seluruh rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi
salah satu kekuatan ketahanan nasional karena adanya jaminan kekuasaan hukum bagi semua
pihak yang ada di Indonesia dan lebih jauh daripada itu adalah menjadi cermin bagaimana
rakyat Indonesia mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah yang
menempatkan hukum sebagai asas berbangsa dan bernegara dengan menyandarkan pada
kepentingan dan aspirasi rakyat.
PEMBAHASAN II
Ketahanan Nasional di bidang ideologi dapat diartikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa.
Dengan ideologi Pancasila, diharapkan adanya keuletan dan keteguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi
suatu bangsa dan negara. Jika warga negara Indonesia memiliki pemahaman ideologi
Pancasila yang kuat, ketahanan nasional akan terjaga dengan baik, dan keutuhan NKRI dapat
dipertahankan.
1. Ideologi Pancasila
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia
yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang di Indonesia.
b) Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlevansikan dan diaktualisasikan agar
mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c) Istilah Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara perlu dikembangkan dan
ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangasa.
d) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa perlu dihayati dan diamalkan secara nyata oleh
setiap warga negara Indonesia.
e) Pembangunan harus menunjukkan keseimbangan antara fisik material dan mental spiritual
untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme.
f) Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya kedalam mata pelajaran lain. Pendidikan moral Pancasila juga perlu
ditanamkan kepada masyarakat luas secara non formal.
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik bangsa
yang berisi keuletan, ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan yang datang dari dalam maupun luar.
Perwujudan ketahanan dalam aspek politik memerlukan kehodupan politik bangsa yang
sehat, dinamis dan mampu memelihara stabilitas politik.
2) Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan
persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang serta antara negara berkembang
dengan negara maju sesuai kemampuan demi kepentingan nasional.
3) Citra positif Indonesia perlu ditingkatkan dan diperluas melalui promosi, peningkatan
diplomasi, pertukaran pelajar dan lain sebagainya.
4) Perkembangan dunia terus diikuti dan dikaji agar terjadinya dampak negatif yang dapat
mempengaruhi stabilitas nasional dapat diatasi sedari dini.
5) Langkah bersama negara berkembang dengan negara industri maju untuk memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian
perdagangan internasional.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, menciptakan kemandirian
ekonomi nasional yang berdaya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil
dan merata.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembinaan berbagai hal
yaitu antara lain :
1) sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemaknmuran dan
kesejahtaeraan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
2) ekonomi kerakyatan harus menghindarkan sistem free fight liberalism, etatisme dan
monopolistis.
4) pembangunan ekonomi memotivasi serta mendorong peran serta masyarakat secara aktif.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial budaya bangsa yang
mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat
Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat yang
rukun bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera. Masyarakat tersebut haruslah
mampu menangkal penetrasi terhadap budaya asing yang tidak sesuai kebudayaan nasional
Esensi pengaturan dan penyelenggaraaan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang
demikian adalah pengembangan kondisi sosial budaya Indonesia dimana setiap warga
masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya berdasarkan
Pancasila.
Ketahanan pertahanan dan keamanan yang diharapkan merupakan kondisi daya tangkal yang
dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat dan mengandung kemampuan
memelihara stabillitas pertahanan dan keamanan negara.
Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap warga negara Indonesia perlu :
1) memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang disertai
keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi tantangan.
2) sadar dan peduli akan pengaruh yang timbul pada aspek ipoleksosbudhankam sehingga
setiap warga negara dapat mengeliminir pengaruh buruk pada aspek-aspek tersebut.
Apabila setiap warga negara memiliki semangat perjuangan bangsa, sadar serta perduli
terhadap pengaruh yang timbul dan dapat mengeliminir pengaruh tersebut, maka ketahanan
nasional Indonesia akan terwujud
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang berupa
keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang mengandung kemampuan
memgembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala ancaman, gangguan,
tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasional.
2. Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideology, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga setiap warga negara Indonesia
baik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir pengaruh tersebut.
Apabila warga negara Indonesia memiliki semangat perjuangan bangsa dan sadar serta peduli
terhadap pengaruh yang timbul dalam bermasyarakat ,berbangasa, bernegara serta dapat
mengelimir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan tercemin keberhasilan ketahanan
nasional Indonesia.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang benar-benar memiliki sebuah komitmen nasional
dalam mengembangkan kekuatan, ketangguhan nasional untuk menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara demi mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Penting kiranya bengsa
Indonesia memiliki ketahanan nasional yang kokoh secara dinamis, serasi, dan seimbang
dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Implementasi ketahanan nasional suatu bangsa
pada umumnya mencakup sistem tata nilai yang sesuai dengan kondisi sosial-geografis serta
budaya bangsa Indonesia.
Sistem parangkat nilai yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu idea atau landasan
dalam implementasinya terhadap ketahanan nasional bangsa yaitu Pancasila. Pancasila
memiliki sistem tata nilai yang di dalamnya mengakui pluralitas berbagai aspek kehidupan
dalam masyarakat Indonesia. Pluralitas bangsa Indonesia dengan berbagai karakteristiknya
tersebut pada hakekatnya bukan menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan nasional karena
walaupun berbeda dalam keberagaman namun tetap satu tujuan dan satu cita-cita bersama
sebagai bangsa Indonesia.
Dalam menjawab tantangan globalisasi, ketahan nasioanal penting sekali diperlukan guna
tercapainya cita-cita nasional. Pengaruh nagetif yang muncul sebagai dampak dari globalisasi
jika kita tidak memiliki suatu ketahanan nasional yang kokoh maka akan mengakibatkan
pudar bahkan hilangnya sistem tata nilai bangsa Indoensia. Oleh karena itu, Pancasila dengan
sistem nilainya secara kokoh dapat dijadikan sebagai benteng ataupun filter dalam
mewujudkan ketahanan nasional yang kuat. Dengan sistem tata nilai dalam Pancasila, maka
arus globalisasi yang tidak sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia dapat segera diantisipasi
agar pembanguna nasional dapat tercapai secara optimal. Selain itu, hal terpenting dalam
ketahanan nasional adalah diperlukan upaya secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan
baik berupa kajian substantif maupun implementatif agar Pancasila dapat secara kokoh
menjadi jiwa bangsa Indonesia dan semakin bermakna demi terwujudnya ketahanan nasional
bangsa Indoensia.
Dalam seluruh proses perkembangan yang terjadi hingga sekarang, setidaknya ada empat
faktor yang menyebabkan Pancasila sulit diimplementasikan dan menjadi makin marjinal.
Pertama, Pancasila telanjur tercemar karena kebijakan rezim Orde Baru yang menjadikan
Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Orde Baru
memberi makna sendiri atas Pancasila dan mengindoktrinasikannya secara paksa melalui
Penataran P4. Di luar itu dianggap anti-Pancasila.
Kedua, liberalisasi politik yang berujung pada penghapusan ketentuan Pancasila sebagai satu-
satunya asas tiap organisasi pada masa Presiden BJ Habiebie. Ini kemudian memberi peluang
adopsi nilai-nilai ideologi lain, khususnya yang berlatar agama, yang tentu sangat
fragmentaris di atas realitas pluralitas masyarakat Indonesia. Pancasila pun kehilangan peran
sebagai common-platform dalam kehidupan politik.
Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi daerah sedikit banyak mendorong penguatan sentimen
kedaerahan, yang dapat tumpang-tindih dengan nasionalisme kesukuan. Proses ini, langsung
atau tidak, bisa menyebabkan Pancasila kehilangan posisi sentralnya.
Keempat, inkonsistensi yang sangat dalam dan luas pejabat-pejabat publik dalam
implementasi nilai-nilai Pancasila, tercermin dalam kebijakan-kebijakan publik yang kurang
memihak rakyat, atau dalam perilaku mereka yang justru menegaskan nilai-nilai Pancasila.
Masyarakat kehilangan panutan, kehilangan kepercayaan, dan akhirnya antipati terhadap
Pancasila.
BAB III
Didalam berbagai kegiatan yang kita lakukan dalam suatau negara, kita hendaklah harus
menaaati peraturan suatu negara tersebut. Didalam pancasila terdapat nilai-nilai yang dimana
kita sebagai warga negara Indonesia harus mengacu pada nilai tersebut, Sila pertama,
''Ketuhanan Yang Maha Esa,'' memberi landasan kuat bagi kehidupan beragama secara tulus
dan otentik. Sila kedua, ''Kemanusiaan yang adil dan beradab,'' ditafsirkan bahwa bangsa ini
wajib menegakkan keadilan dan keadaban dalam berperilaku, baik perorangan maupun dalam
kehidupan kolektif dalam politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Kemudian, sila ketiga berupa
''Persatuan Indonesia,'' bukan ''Kesatuan Indonesia,'' membimbing bangsa ini dalam
kebhinnekaan (pluralisme) yang kaya dalam mosaik budaya yang beragam. Sila keempat,
''Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan'',
memerintahkan bahwa demokrasi harus ditegakkan secara bijak melalui musyawarah yang
betanggung jawab dan dengan lapang dada. Terakhir, sila kelima, ''Keadilan sosial bagi
rakyat Indonesia,''
Mendasarkan diri pada pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, kita prihatin ketika
misalnya pejabat-pejabat publik di beberapa daerah merumuskan kebijakan yang mengacu
pada norma-norma agama tertentu, yang terjalin dengan sentimen kedaerahan dan kesukuan.
Dari kacamata semangat Pancasila, produk kebijakan seperti itu setidak-tidaknya inkonsisten
dalam dua hal.
Pertama, atas kepentingan politik tertentu dan ketakutan berlebihan, mengingkari bahwa di
daerah-daerah itu ada juga kelompok-kelompok masyarakat dari lain keyakinan dan etnis.
Kelompok ini pantas saja resah, khawatir karena dalam implementasi kebijakan nanti --
sebagaimana banyak kebijakan yang tidak peduli dengan hak-hak minoritas -- akan
memarginalkan mereka.
Kedua, nilai pancasila itu tidak dipahami dalam kalangan kelas menengah kota. Tapi masih
dalam benak orang-orang kampung: gotong royong, berani berkorban dan keikhlasan berbuat.
Namun kini, nilai-nilai itu pun kini hampir hilang di dunia pedesaaan. Hal ini pun tidak
dipungkiri akibat pengaruh gaya dan contoh yang ditonjolkan secara centang perenang di
kalangan kota, uatamanya para elit.
Ketiga, bangsa kita masih dipengaruhi oleh globalisasi dan kapitalisme. Hal ini menurut akan
memberi sumbangan besar terhadap daya tahan budaya dan kultur bangsa. Sebab jangan-
jangan budaya asing itu akan lebih baik dari budaya lokal. Otomatis bangsa Indonesia yang
masih miskin dan terbelakang (bodoh) ini akan makin rawan saja. Karena itu solusinya
adalah mengembangkan dan menggiatkan pendidikan yang dinamis.
Keempat, Pancasila lahir dari fakta bhineka tunggal ika. Keberagaman yang sangat gampang
melahirkan berbagai gesekan budaya ini mesti ada sebuah lem perkat antar budaya.
Kenyataan ini sebagaimana diungkap Denys Lombart, Indoensia dibangun di atas geologi
kebudayaan yang berlapis-lapis yang menghasilkan masyarakat plural dan multikultural yang
mengandung potensi konflik. Tak ada cara lain kecuali adanya pengikat.
Kelima, bangsa kitapun terbangun atas dasar pondasi geologi budaya. Karenanya, kata kang
Dawam sejak agama Budha, Hindu, Islam dan Konghucu juga Kristen berada di antara kita,
maka Pancasila juga merupakan jawaban pada tantangan masyarakat yang makin dewasa dan
majemuk.
Mengapa nilai-nilai Pancasila yang jelas-jelas tidak menanamkan nafsu keserakahan, anti-
ketidakdilan dan anti-kesenjangan tidak diimplementasikan oleh mereka-mereka yang
mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersebut? Bagaimana Pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa, termasuk sebagai filsafat ekonomi, mampu menjawab persoalan-persaoalan ekonomi
demikian? Jawabnya: Pengalaman masa lalu yang berupa penyalahgunaan Pancasila oleh
vested interest group; Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam
bidang ekonomi yang lebih banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan;
Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement
yang rendah.
B. Saran
Didalam Implementasi Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
sebaiknya kita sungguh-sungguh dan ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun. Dan sebagai
warga Negara Indonesia kita tidak diperkenankan dengan sesuka hati dalam melakukan suata
perbuatan atau pilihan apapun dan akan diperkenankan kita dalam melakukan suatu
perbuatan ataupan pilaihan harus berlandaskan pada nilai-nilai pancasila.
Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai
Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran
agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya
mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang saling mematikan untuk
memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi ajaran yg mengedepankan
kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia ekonomi (homo
ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial (homo socius)
dan mahluk beretika (homo ethicus).
Dalam konteks Pancasila sebagai komitmen kebangsaan kita, fakta-fakta demikian mesti
dibaca sebagai peluang untuk mengembalikan Pancasila pada kedudukannya sebagai ideologi
bangsa dan negara, pedoman hidup, dan sumber inspirasi. Revitaliasi nilai-nilai Pancasila
adalah keharusan. Tindakan kongkret diperlukan melalui hal-hal sederhana yang langsung
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, yang dikemas dalam bentuk kebijakan publik. Yang
diperlukan adalah sikap politik pemerintah yang lebih kukuh dalam rangka meneguhkan
kembali keyakinan kita kepada Pancasila.
Daftar Pustaka
http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengaruh-ideologi-pancasila-
terhadap.html ( Senin, 6 juli 2016. 2:00)
http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pancasila-tentang-
ketahanan.html (Senin, 6 juli 2016. 2:00)