Anda di halaman 1dari 4

1.

Indikator suatu profesi dapat dikatakan profresional


Indikator suatu profesi dapat dikatakan profesional yaitu sebagai berikut:
1) Pendidikan dan Pelatihan: Pendidikan dan pelatihan yang kuat adalah dasar
profesionalisme dalam banyak profesi, karena mereka menciptakan fondasi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang
kompeten dan berkualitas kepada klien atau masyarakat. Profesi yang profesional
biasanya memerlukan pendidikan dan pelatihan formal yang lebih dalam. Hal ini
sering melibatkan gelar atau sertifikasi dan lisensi khusus.
2) Kode Etik: Kode etik yang kuat adalah salah satu pilar utama profesionalisme, karena
membantu memastikan bahwa anggota profesi bertindak dengan integritas dan peduli
terhadap kesejahteraan klien atau pasien serta memenuhi tanggung jawab etis mereka.

2. Analisis perbedaan antara pekerjaan, profesi, dan mata pencaharian


a. Pekerjaan adalah jenis perbuatan atau kegiatan yang mendatangkan upah atau imbalan
untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pekerjaan dapat dilakukan oleh siapa saja selama
kemauan untuk melaksanakannya dengan kata lain tidak mengandalkan keahlian atau
keterampilan khusus tertentu. Contohnya adalah pedagang, nelayan, petani, pelayan
toko, youtuber.
b. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dengan mangandalkan keahlian atau kejuruan. Contohnya seperti
dokter, guru, masinis, TNI, pengacara, dan jaksa.
c. Mata pencaharian adalah pekerjaan yang menyesuaikan dengan kondisi alam tempat
tinggal mereka. Contohnya ialah nelayan merupakan mata pencaharian di daerah
pesisir dan petani yang hidup di daerah persawahan.

3. Aspek yang membedakan antara profesi guru dengan profesi lainnya


Guru merupakan sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian
tertentu seperti mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran. Dengan pekerjaan ini
pula seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Namun, profesi ini
tidak sama seperti profesi-profesi pada umumnya. Profesi guru merupakan profesi yang
luhur. Para guru atau pendidik harus menginsafi dan menyadari bahwa daya dorong
dalam bekerja adalah keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan
menjunjung kode etik yang telah diikrarkannya. Bukan karena semata-mata dari segi
materinya belaka.
Selain itu lebih lanjut dijelaskan dalam artikel “The Limit of Teaching Proffesion”,
profesi guru ialah profesi khusus yaitu bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk
pelayanan manusia atau Masyarakat. Orang yang hidup dengan profesi ini hendaknya
menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu haknya, ia dan keluarganya harus hidup akan
tetapi hakekat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup saja yang menjadi motivasi
utama, melainkan kesediaannya dalam melayani sesama.

4. 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan keterkaitannya
Guru memiliki kompetensi antara lain:
1) Kompetensi pendagogik
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa
kompetensi pendagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.
Pengelolaan peserta didik meliputi:
a) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat Pendidikan
b) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik
c) Guru mampu mengembangkan silabus/kurikulum baik dalam bentuk dokumen
maupun implementasinya dalam bentuk pengalaman belajar.
d) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
e) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan
interaktif
f) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan prosedur dan standar yang
dipersyaratkan
g) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan
intrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian
“Guru digugu lan ditiru” ini merupakan peribahasa untuk guru sebagai teladan atau
contoh bagi muridnya. Bagi guru, sikap berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
mengajar karena kepribadian yang baik akan menghasilkan sikap yang baik dan akan
bermanfaat dalam proses pembelajaran. Menurut Suprihatiningrum (2012:106)
“Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
siswa, dan berakhlak mulia”. Sebagai sosok panutan, seorang guru harus mempunyai
kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian, meliputi:
a) mantap dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum,
norma sosial, dan etika yang berlaku.
b) Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Arif dan bijaksana, yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta peserta didik, sekolah,
dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d) Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap
peserta didik.
e) Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik,
bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong.
3) Kompetensi profesional
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam”. Selain itu, menurut Surya (2003:138) kompetensi profesional adalah “berbagai
kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional”.
Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan
bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan
rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
4) Kompetensi sosial
Menurut Arikunto (2005:239) “kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan
komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata
usaha, bahkan dengan anggota masyarakat”. Dengan demikian, kompetensi sosial yang
dimiliki guru akan tercermin melalui indikator 1) interaksi guru dengan siswa, 2) interaksi
guru dengan kepala sekolah, 3) interaksi guru dengan rekan kerja, 4) interaksi guru dengan
orang tua siswa, dan 5) interaksi guru dengan masyarakat.

Dari uraian diatas, terdapat keterkaitan yang erat antara kompetensi guru yang satu
dengan yang lainnya. Terkait kompetensi pendagogik, guru mengajar artinya
menyalurkan ilmunya sehingga ilmu tersebut harus valid. Kemudian guru yang mengajar
di kelas secara otomatis bertemu dengan peserta didik, berinteraksi dengan peserta didik,
sehingga peserta didik melihat dan mencontoh kepribadian dari guru tersebut.
Berinteraksi dengan peserta didik juga merupakan kompetensi bersosial yang tinggi. Lalu,
guru profesional di kelas karena dalam situasi hati apapun guru harus selalu terlihat
gembira agar kelas selalu dalam suasana yang positif.

5. Kode etik guru


a. Fungsi dan tujuan dari kode etik guru:
- Kode etik guru mengutamakan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
- Kode etik guru atau para pelaksana profesi luhur sebagai pegangan atau pedoman
untuk bersikap dan berperilaku dalam mengajar yang ditaati dan diperlukan oleh
para anggota profesi agar kepercayaan para klien tidak disalahgunakan.
b. Yang akan terjadi jika guru tidak memahami kode etiknya:
Mengingat guru juga merupakan sebuah profesi, maka kode etik sangat penting bagi
guru seperti yang telah dijelaskan pada poin a. kode etik sebagai pegangan atau
pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam mengajar jadi apabila guru tidak
memahami atau menjalankan kode etik sebagai guru dapat dikatakan itu merupakan
bentuk perilaku menyimpang dan berdampak negatif terhadap pelanggaran etika,
merusak reputasi guru dan lembaga pendidikan, peserta didik dan guru rekan sejawat
akan tidak percaya lagi dengan guru tersebut, dan akan berdampak buruk pada karir
karena ia pasti akan mendapat sanksi serta berdampak negatif bagi prestasi peserta
didik.
c. Kode etik guru sudah diterapkan secara optimal di Indonesia atau belum beserta
contoh
Menurut saya penerapan kode etik guru di Indonesia masih belum optimal, pada
kenyataannya masih banyak kasus guru yang melanggar atau menyimpang kode etik
sebagai seorang guru. Contoh kasus yang marak terjadi adalah pelecehan seksual atau
pencabulan terhadap peserta didik. Seorang guru honorer mencabuli siswi SD di
Cirebon pada bulan Juli lalu. Dengan tega guru tersebut mencabuli serta merusak
mental siswinya yang berusia 11 tahun di sebuah penginapan. Hal ini merupakan
tindakan tercela dan tidak terpuji bagi seorang guru yang merupakan profesi yang
sangat mulia dan luhur. Dalam bertindak dan bersikap, guru seharusnya berpegang
pada pedoman kode etik guru dan dengan kesediaannya melayani dan mengabdi
untuk masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai