Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK

“TEORI MEMPEROLEH KEKUASAAN”

Disusun Oleh :
Nama : Nadia Emilia Putri
NPM : D1E023077

Dosen Pengampu :
Delfan Eko Putra, S.sos., M.I.Kom

PRODI IMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-
Nya penulisan makalah ini dengan judul “Teori Memperoleh Kekuasaan” dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih
sebesar-besarnya kepada dosen pengajar dan semua pihak yang telah membantu memberikan
masukan, saran-saran positif dalam pembuatan makalah sehingga penulis dapat
merampungkan serta menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam makalah ini, saya akan menjelajahi teori-teori yang berkontribusi pada
pemahaman kita tentang bagaimana individu dan kelompok memperoleh dan menjalankan
kekuasaan. Saya akan melibatkan diri dalam refleksi kritis tentang kerangka pemikiran ini,
termasuk teori sosiologis, teori spekulatif, teori empiris, teori kontrak sosial, dan teori
ketuhanan. Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini untuk berbagi pengetahuan
dan gagasan tentang topik yang sangat penting ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan mendorong pemahaman yang lebih
baik tentang kekuasaan dalam masyarakat kita yang terus berubah. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini untuk ke depannya.

Bengkulu, 13 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekuasaan adalah elemen penting dalam politik, organisasi, dan banyak aspek
kehidupan sosial. Memahami bagaimana individu atau kelompok memperoleh kekuasaan
adalah hal yang krusial. Teori-teori tentang memperoleh kekuasaan telah berkembang
seiring waktu, teori dapat melibatkan tinjauan sejarah perkembangan pemikiran tentang
kekuasaan, peran tokoh-tokoh penting dalam teori ini, dan dampaknya dalam konteks sosial
dan politik.
Penelitian lebih lanjut tentang topik ini dapat membantu kita memahami dinamika
kekuasaan dalam berbagai konteks, termasuk pemerintahan, bisnis, dan hubungan sosial.
Dalam masyarakat kita, kekuasaan merupakan elemen yang sentral dalam menentukan cara
kita hidup, berinteraksi, dan memutuskan nasib bersama. Kekuasaan memainkan peran
kunci dalam politik, ekonomi, budaya, dan berbagai aspek kehidupan kita. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana kekuasaan diperoleh menjadi penting
dalam konteks sosial dan politik yang kompleks ini.
Kekuasaan merupakan aspek sentral dalam politik dan ilmu sosial yang telah lama
mendapat perhatian para peneliti dan pemikir. Bagaimana individu atau kelompok
memperoleh kekuasaan telah menjadi pertanyaan mendasar dalam memahami dinamika
politik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Teori-teori yang berkaitan dengan
memperoleh kekuasaan memiliki peran penting dalam memberikan wawasan tentang
proses-proses kompleks ini.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai teori yang telah diajukan oleh ahli
dalam upaya memahami bagaimana kekuasaan diperoleh dan dijalankan. Melalui tinjauan
mendalam terhadap teori-teori seperti realisme politik, pluralisme, elitisme, dan teori-teori
lainnya, kami akan menggali beragam pendekatan untuk memahami dinamika memperoleh
kekuasaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan ?
2. Apa itu Teori Sosiologi, Teori Spekulatif, Teori Empiris, Teori Kontrak Sosial, dan
Teori Ketuhanan?
3. Bagaimana Teori Sosiologis, Teori Spekulatif, Teori Empiris, Teori Kontrak Sosial dan
Teori Ketuhanan berkaitan dengan memperoleh kekuasaan ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kekuasaan.


2. Untuk mengetahui pengertian teori sosiologis, teori spekulatif, teori empiris,
teori kontrak sosial dan teori ketuhanan.
3. Untuk mengetahui kaitan teori sosiologis, teori spekulatif, teori empiris, teori
kontrak sosial dan teori ketuhanan dengan memperoleh kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekuasaan


Kekuasaan adalah kemampuan atau otoritas untuk mengendalikan,
mempengaruhi, atau memerintah orang, kelompok, atau proses tertentu. Ini adalah konsep
fundamental dalam ilmu politik, sosiologi, dan berbagai bidang ilmu. Kekuasaan melibatkan
kemampuan untuk mengontrol situasi, orang, atau sumber daya tertentu. Ini bisa mencakup
pengaruh langsung atas keputusan atau tindakan orang lain. Dalam banyak kasus, kekuasaan
juga berhubungan dengan otoritas atau legitimasi.

Artinya, seseorang atau entitas memiliki hak atau ijin untuk memegang kekuasaan. Ini
bisa didasarkan pada hukum, tradisi, atau persetujuan masyarakat. Kekuasaan sering
melibatkan pengaruh atas orang lain atau proses keputusan. Ini bisa dilakukan melalui berbagai
cara, termasuk persuasi, pemberian insentif, atau bahkan paksaan. Kekuasaan tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu terjadi dalam konteks sosial dan politik yang lebih luas. Ini berkaitan
dengan hubungan antara individu, kelompok, dan institusi dalam masyarakat.

Kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber. Ini bisa berupa kontrol atas sumber daya
ekonomi, informasi, dukungan publik, atau bahkan kekayaan pribadi. Kekuasaan bisa berubah
seiring waktu, dan itu sering kali menjadi subjek perdebatan. Seseorang atau entitas yang
memiliki kekuasaan saat ini mungkin kehilangan kekuasaan atau mendapatkan lebih banyak
kekuasaan di masa depan.

Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah.


Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia
membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek
dari kekuasaan). Konsep kekuasaan juga sering menjadi pusat perdebatan dalam ilmu sosial,
terutama ketika berkaitan dengan pertanyaan tentang distribusi kekuasaan, bagaimana
kekuasaan digunakan, dan apakah penggunaan kekuasaan tersebut adil atau tidak.
2.2 Pengertian Teori Sosiologi, Spekulatif, Empiris, Kontak Sosial, dan
Ketuhanan
1. Pengertian Teori Sosiologis

Teori Sosiologis dalam konteks memperoleh kekuasaan mencakup pemahaman tentang


bagaimana dinamika sosial, struktur masyarakat, dan faktor-faktor sosial mempengaruhi cara
individu atau kelompok memperoleh dan menjalankan kekuasaan. Ini adalah pendekatan yang
mendasarkan analisis politik pada faktor-faktor sosial, budaya, dan struktural dalam
masyarakat. Berikut adalah beberapa definisi teori sosiologis dalam konteks memperoleh
kekuasaan menurut beberapa ahli:

a. Definisi menurut Max Weber : Max Weber (1864-1920) adalah seorang sosiolog
yang sangat mempengaruhi pemahaman tentang kekuasaan dalam sosiologi. Weber
mengembangkan konsep otoritas dan tiga jenis otoritas yang dikenal sebagai otoritas
tradisional, otoritas rasional-legal, dan otoritas karismatik. Teori sosiologis Weber menjelaskan
bagaimana individu atau kelompok memperoleh kekuasaan berdasarkan berbagai tipe otoritas
ini. Misalnya, otoritas rasional-legal berkaitan dengan pemerintahan berdasarkan hukum dan
peraturan yang sah secara formal.

b. Definisi menurut Pierre Bourdieu : Pierre Bourdieu (1930-2002) adalah seorang


sosiolog Prancis yang mengembangkan konsep modal sosial dan lapangan sosial. Dalam teori
sosiologisnya, Bourdieu menjelaskan bagaimana modal sosial, seperti pendidikan, budaya, dan
kekayaan, memengaruhi akses seseorang ke kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.
Misalnya, mereka yang memiliki modal sosial yang lebih tinggi cenderung memiliki lebih
banyak peluang untuk memperoleh posisi berkuasa dalam masyarakat.

c. Definisi menurut C. Wright Mills : C. Wright Mills (1916-1962) adalah seorang


sosiolog Amerika yang mengembangkan konsep "keahlian sosial" dan "imajinasi sosiologis."
Teorinya menekankan pentingnya memahami hubungan antara kekuasaan elit (elit sosial,
politik, dan ekonomi) dan masyarakat luas. Menurut Mills, kekuasaan sering kali berkumpul
dalam tangan sejumlah kecil individu atau kelompok, yang memiliki pengaruh yang signifikan
dalam masyarakat.

Teori sosiologis dalam memperoleh kekuasaan membantu memahami bagaimana


faktor-faktor sosial, struktural, dan budaya memengaruhi dinamika kekuasaan dalam
masyarakat. Ini membuka jendela wawasan tentang bagaimana interaksi sosial dan struktur
sosial berperan dalam proses memperoleh dan menjalankan kekuasaan.

2. Pengertian Teori Spekulatif

Teori Spekulatif dalam konteks memperoleh kekuasaan adalah suatu pandangan atau
pendekatan yang didasarkan pada spekulasi atau pemikiran teoritis, bukan pada bukti empiris
yang konkret atau pengalaman yang dapat diamati. Dalam politik, teori spekulatif mungkin
mencakup ide-ide atau konsep-konsep yang tidak didasarkan pada pengalaman nyata, tetapi
digunakan untuk merancang sistem politik atau pandangan tertentu tentang pemerintahan.
Penting untuk diingat bahwa teori spekulatif dalam politik sering kali tidak memiliki legitimasi
yang sama dengan teori yang didasarkan pada bukti empiris atau praktik yang telah terbukti.
Namun, teori spekulatif dapat memainkan peran dalam merumuskan ideologi, konsep politik,
atau kerangka pemikiran alternatif. Berikut adalah beberapa definisi teori spekulatif dalam
konteks memperoleh kekuasaan menurut beberapa ahli:

a. Definisi menurut Karl Marx : Karl Marx (1818-1883) mengembangkan pandangan


kritis terhadap sistem kapitalisme yang bersifat spekulatif. Baginya, teori spekulatif dalam
politik mencakup gagasan-gagasan tentang penghapusan sistem kapitalisme dan penggantinya
dengan masyarakat sosialis yang lebih adil. Meskipun ide ini bersifat spekulatif pada
zamannya, ia memengaruhi perkembangan gerakan sosialis dan komunis.

b. Definisi menurut Jean Baudrillard : Jean Baudrillard (1929-2007), seorang filsuf dan
sosiolog kontemporer, dikenal dengan konsep "simulasi" dan "hiperrealitas." Baginya, politik
kontemporer sering kali terjebak dalam dunia yang lebih bersifat spekulatif daripada nyata, di
mana tanda dan citra menjadi lebih penting daripada kenyataan. Teorinya mencerminkan
pandangan bahwa dunia modern sering kali digerakkan oleh simbolisme dan spekulasi.
c. Definisi menurut Michel Foucault : Michel Foucault (1926-1984), seorang filsuf dan
sejarawan, memiliki pandangan tentang teori spekulatif dalam konteks kuasa dan pengetahuan.
Ia mengemukakan bahwa sistem kekuasaan sering kali didasarkan pada konstruksi teoritis atau
gagasan-gagasan spekulatif tentang moralitas, norma, dan kontrol sosial. Teori ini
mencerminkan bagaimana ideologi dan pemikiran teoritis dapat digunakan untuk
membenarkan atau mempengaruhi tindakan kekuasaan.

Teori spekulatif dapat memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemikiran politik,
terutama ketika muncul ide-ide baru atau pandangan alternatif tentang bagaimana kekuasaan
dan pemerintahan harus diatur. Namun, teori ini sering kali memerlukan dukungan lebih lanjut
atau bukti empiris untuk diadopsi sebagai dasar kebijakan atau sistem politik yang konkret.

3. Pengertian Teori Empiris

Teori empiris dalam konteks memperoleh kekuasaan adalah ide bahwa seseorang atau
sebuah pemerintahan mendapatkan kekuasaan berdasarkan bukti empiris atau pengalaman
yang dapat diamati. Dalam konteks politik, ini bisa merujuk pada dukungan publik, hasil
pemilihan, catatan kinerja, atau data empiris lainnya yang menunjukkan kompetensi atau
keberhasilan seorang pemimpin atau pemerintah. Teori empiris sering digunakan dalam
demokrasi modern sebagai cara untuk memilih dan menilai pemimpin politik. Berikut adalah
beberapa definisi teori empiris dalam konteks memperoleh kekuasaan menurut para ahli:

a. Definisi menurut David Easton : David Easton, seorang ilmuwan politik,


mengembangkan teori sistem politik yang menekankan pentingnya responsivitas pemerintah
terhadap masukan atau umpan balik dari masyarakat. Dalam teorinya, pemerintah
mendapatkan kekuasaan dan otoritasnya melalui interaksi empiris dengan masyarakat dan
kemampuannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan publik.

b. Definisi menurut Joseph Schumpeter : Joseph Schumpeter, seorang ekonom dan


ilmuwan politik, memperkenalkan konsep demokrasi kompetitif. Baginya, kekuasaan politik
diperoleh melalui kompetisi politik yang mengharuskan pemimpin atau partai politik untuk
mendapatkan dukungan publik dengan cara persuasi dan pemilihan. Ini adalah pendekatan
empiris untuk mendapatkan kekuasaan.

c. Definisi menurut Max Weber : Max Weber, seorang sosiolog dan ahli teori
organisasi, mengembangkan konsep otoritas rasional-legal. Baginya, otoritas pemerintah harus
didasarkan pada hukum dan aturan yang dapat diuji dan diterapkan secara empiris. Weber
melihat kekuasaan politik yang sah sebagai yang dibangun berdasarkan prosedur yang rasional
dan terukur.

Dalam konteks teori empiris, legitimasi dan otoritas pemerintah dilihat sebagai hasil
dari kinerja, tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat, dan pemenuhan tugas-tugas
pemerintah yang dapat diamati dan diukur. Ini adalah pendekatan yang sangat relevan dalam
sistem demokratis, di mana pemimpin politik sering kali harus memenangkan dukungan publik
dengan cara empiris seperti pemilihan dan pemenuhan janji kampanye.

4. Pengertian Teori Kontrak Sosial

Teori Kontrak Sosial dalam konteks memperoleh kekuasaan adalah gagasan bahwa
pemerintahan dan otoritas politik diberikan atau dihasilkan melalui perjanjian atau kontrak
khayali antara individu-individu dalam masyarakat. Kontrak sosial ini mungkin secara sukarela
atau bersifat implisit, dan itu menjadi dasar legitimasi otoritas politik. Ini adalah konsep penting
dalam sejarah pemikiran politik yang telah mempengaruhi cara kita memahami sumber
kekuasaan pemerintahan. Berikut adalah beberapa definisi teori kontrak sosial dalam konteks
memperoleh kekuasaan menurut beberapa ahli:

a. Definisi menurut Jean-Jacques Rousseau : Rousseau (1712-1778) adalah salah satu


pemikir paling terkenal dalam teori kontrak sosial. Menurut Rousseau, teori kontrak sosial
adalah gagasan bahwa individu-individu dalam masyarakat bersedia menyatukan diri mereka
dalam "kehendak umum" melalui kontrak sosial. Dalam kontrak ini, setiap individu
menyerahkan hak-hak individu mereka kepada masyarakat secara keseluruhan dan setuju untuk
tunduk pada hukum yang mereka ciptakan bersama. Kontrak sosial ini menciptakan legitimasi
pemerintahan dan memastikan bahwa kekuasaan politik bersumber dari rakyat.
b. Definisi menurut Thomas Hobbes : Hobbes (1588-1679) juga memiliki pandangan
teori kontrak sosial yang berbeda. Bagi Hobbes, kontrak sosial adalah alat untuk mengatasi
kekacauan dan konflik alamiah manusia. Ia berpendapat bahwa individu-individu setuju untuk
menyerahkan hak-hak alamiah mereka kepada pemerintah dalam pertukaran untuk
perlindungan dan ketertiban. Dalam pandangan ini, kontrak sosial menciptakan otoritas
pemerintahan untuk mengendalikan manusia yang cenderung kepada kekacauan.

c. Definisi menurut Immanuel Kant : Kant (1724-1804) mengembangkan pandangan


teori kontrak sosial yang berdasarkan moralitas. Ia berpendapat bahwa kontrak sosial adalah
cara untuk mewujudkan prinsip moralitas dan kebebasan rasional individu. Bagi Kant, individu
secara rasional akan setuju untuk hidup dalam masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip
moral yang mereka pilih bersama-sama.

Teori kontrak sosial adalah salah satu konsep inti dalam pemikiran politik dan telah
memengaruhi perkembangan sistem pemerintahan dan teori politik. Ini menekankan
pentingnya persetujuan dan legitimasi rakyat dalam mendirikan pemerintahan dan membatasi
kekuasaan otoritas politik.

5. Pengertian Teori Ketuhanan

Teori ketuhanan dalam konteks memperoleh kekuasaan mengacu pada ide bahwa
otoritas atau kekuasaan seorang pemimpin atau pemerintah berasal dari atau diberikan oleh
Tuhan atau entitas ilahi. Ini adalah konsep yang terkait dengan legitimasi otoritas politik dan
memiliki dampak signifikan pada sejarah politik dan masyarakat. Dalam berbagai budaya dan
agama, teori ketuhanan telah digunakan untuk mendukung klaim kekuasaan seorang penguasa
atau pemerintah. Berikut adalah beberapa definisi teori ketuhanan dalam konteks memperoleh
kekuasaan menurut para ahli:

a. Definisi menurut Paus Innosensius III : Paus Innosensius III (1160-1216) adalah
tokoh Gereja Katolik yang memainkan peran penting dalam teori ketuhanan dalam abad
pertengahan. Ia memegang pandangan bahwa otoritas paus dan kaisar Kekaisaran Romawi
Suci berasal dari tangan Tuhan. Konsep ini, dikenal sebagai "teori dua pedang," membagi
kekuasaan antara otoritas keagamaan dan otoritas sekuler, tetapi keduanya dianggap diberikan
oleh Tuhan.

b. Definisi menurut Raja James I dari Inggris : Raja James I (1566-1625) dikenal karena
menyokong "teori ketuhanan raja" atau "hak ilahi raja." Ia memandang bahwa otoritas seorang
raja adalah takdir ilahi dan bahwa raja memegang kedudukan tertinggi di bawah Tuhan.
Pandangan ini mendukung absolutisme monarki di Inggris pada masanya.

c. Definisi menurut John Calvin : John Calvin (1509-1564), seorang pemikir Reformasi
Protestan, memiliki konsep teologi yang mendukung otoritas dan kekuasaan pemerintah
sebagai bagian dari rencana Tuhan. Ia berpendapat bahwa Tuhan mengatur dunia dan bahwa
otoritas pemerintah adalah bagian dari tatanan yang oleh Tuhan.

Pandangan-pandangan ini mencerminkan cara berpikir berbagai pemimpin dan pemikir


dalam sejarah yang telah menggunakan teori ketuhanan untuk melegitimasi atau memperoleh
kekuasaan politik. Namun, penting untuk dicatat bahwa pemahaman teori ketuhanan dalam
konteks kekuasaan dapat bervariasi sesuai dengan budaya, agama, dan konteks sejarah tertentu.

2.3 Kaitan Teori Sosiologis, Spekulatif, Empiris, Kontrak Sosial dan Ketuhanan dengan
Memperoleh Kekuasaan

a. Teori Sosiologis dalam Memperoleh Kekuasaan:

Teori sosiologis mengkaji bagaimana kekuasaan dipahami dan diterapkan dalam


masyarakat. Ini memeriksa struktur sosial, seperti kelas sosial, kelompok, dan hierarki, yang
memengaruhi cara individu dan kelompok memperoleh kekuasaan. Misalnya, teori konflik
sosial menggambarkan persaingan antara kelompok-kelompok untuk mendapatkan kekuasaan
dalam masyarakat.

b. Teori Spekulatif dalam Memperoleh Kekuasaan:

Teori spekulatif memberikan pandangan konseptual dan abstrak tentang bagaimana


kekuasaan dapat diperoleh. Ini dapat menghasilkan pemikiran kreatif tentang strategi atau
taktik kekuasaan yang belum terpikirkan sebelumnya. Contohnya, teori spekulatif bisa
menciptakan gagasan tentang cara-cara baru untuk memengaruhi opini publik atau
menggabungkan teknologi untuk mencapai tujuan politik.

c. Teori Empiris dalam Memperoleh Kekuasaan:

Teori empiris berfokus pada pengumpulan dan analisis data nyata untuk memahami
bagaimana kekuasaan diperoleh. Ini melibatkan studi kasus, survei, dan observasi langsung
untuk mengidentifikasi pola dan tren dalam proses perebutan kekuasaan. Contohnya, teori
empiris dapat mengungkapkan pola pengaruh uang dalam politik.

d. Teori Kontrak Sosial dalam Memperoleh Kekuasaan:

Teori kontrak sosial menjelaskan bahwa kekuasaan politik berasal dari kesepakatan
atau kontrak antara individu dalam masyarakat. Ini memberikan legitimasi pada pemerintahan
atau otoritas. Misalnya, teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana sebuah negara
demokratis berfungsi dengan kontrak sosial yang melibatkan partisipasi publik dalam
pemilihan.

e. Teori Ketuhanan dalam Memperoleh Kekuasaan:

Teori ketuhanan menghubungkan kekuasaan dengan kepercayaan agama dan


keyakinan pada entitas ilahi. Pemimpin atau pemerintahan sering menggunakan agama untuk
melegitimasi kekuasaan mereka. Contoh nyata termasuk raja-raja yang dianggap berasal dari
keturunan dewa dalam beberapa budaya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari teori memperoleh kekuasaan adalah bahwa ada berbagai pendekatan
dan faktor-faktor yang memengaruhi bagaimana individu, kelompok, atau entitas politik
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Ini melibatkan dinamika
kompleks yang dapat dikaji melalui berbagai teori, termasuk teori sosiologis, teori spekulatif,
teori empiris, teori kontrak sosial, dan teori ketuhanan.

Pemahaman tentang proses memperoleh kekuasaan ini penting untuk menganalisis dan
memahami politik, sosial, dan struktur kekuasaan dalam masyarakat, serta untuk merancang
kebijakan yang efektif dan berkelanjutan. Selain itu, penggunaan teori-teori ini dapat
membantu dalam memprediksi perilaku individu atau kelompok dalam upaya untuk memahami
dan memanfaatkan kekuasaan dalam berbagai konteks.

3.2 Saran

Mendapatkan kekuasaan adalah tujuan yang dapat dikejar dalam berbagai konteks, baik
dalam kehidupan pribadi, profesional, atau politik. Ada beberapa teori dan pandangan yang
dapat membantu memahami bagaimana seseorang dapat memperoleh kekuasaan. Berikut
adalah beberapa saran berdasarkan teori-teori yang ada:

1). Teori Kepemimpinan

1.a Kepemimpinan Karismatik : Pelajari cara untuk menjadi seorang pemimpin yang
karismatik. Ini mencakup mengembangkan kemampuan berbicara, memahami orang lain, dan
menginspirasi mereka.

1.b Kepemimpinan Transformasional: Fokus pada transformasi dan perkembangan


orang lain. Bantu orang lain tumbuh dan berkembang, dan mereka cenderung memberikan
dukungan dan kepercayaan.
2). Teori Kekuasaan Sosial

2.a Teori Pertukaran Sosial :Membangun hubungan yang seimbang dengan


memberikan nilai kepada orang lain. Berikan bantuan, informasi, atau dukungan kepada
mereka.

2.b Teori Kekuasaan Sosial : Pelajari cara membentuk dan memengaruhi norma sosial
dalam kelompok. Ini dapat melibatkan penggunaan simbol-simbol, identitas kelompok, atau
pengetahuan tentang kekuatan dalam kelompok tersebut.

3). Teori Kekuasaan Politik

3.a Teori Realisme : Dalam konteks politik, realisme menekankan pada kekuatan
militer dan geopolitik. Jika ingin memperoleh kekuasaan politik, perlu memahami dinamika
internasional dan membangun sekutu yang kuat.

3.b Teori Kekuasaan Lunak : Kekuasaan politik juga dapat diperoleh melalui diplomasi,
ekonomi, budaya, dan hubungan antarbangsa. Belajarlah cara memanfaatkan alat-alat ini untuk
membangun hubungan yang menguntungkan.

4). Teori Perilaku Organisasi

4.a Teori Motivasi : Dalam lingkungan kerja, memotivasi dan menginspirasi karyawan
adalah kunci untuk memperoleh kekuasaan. Pahami kebutuhan dan motivasi individu, dan
berikan penghargaan serta pengakuan yang layak.

4.b Teori Pengaruh dan Wewenang: Pahami struktur kekuasaan dalam organisasi dan
pelajari cara beroperasi di dalamnya. Ini termasuk berinteraksi dengan atasan, rekan kerja, dan
bawahan dengan efektif.

5). Teori Psikologi

5.a Teori Psikologi Sosial : Pelajari cara berkomunikasi dengan efektif dan
memengaruhi pandangan dan sikap orang lain. Ini termasuk penggunaan retorika, persuasi, dan
keterampilan komunikasi interpersonal.
5.b Pemahaman Emosi dan Empati : Menunjukkan empati dan pemahaman terhadap
perasaan orang lain dapat membantu Anda memperoleh kekuasaan dalam hubungan pribadi
maupun profesional.

Selain saran di atas, penting untuk diingat bahwa memperoleh kekuasaan harus selalu
diiringi dengan tanggung jawab dan etika. Kekuasaan yang disalahgunakan dapat berdampak
negatif pada diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, selalu penting untuk
mempertimbangkan dampak dan tanggung jawab yang datang dengan kekuasaan.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................................


Daftar Isi ...................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................

1.3. Tujuan ....................................................................................................................


BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................................

2.1 Pengertian Kekuasaan ...............................................................................................


2.2 Pengertian Teori.........................................................................................................
1. Pengertian Teori Sosiologis
2. Pengertian Teori Spekulatif
3. Pengertian Teori Emipiris
4. Pengertian Teori Kontrak sosial
5. Pengertian Teori Ketuhanan

2.3 Kaitan Teori.......................................................................................................................


1. Kaitan Teori Sosiologis
2. Kaitan Teori Spekulatif
3. Kaitan Teori Emipiris
4. Kaitan Teori Kontrak sosial
5. Kaitan Teori Ketuhanan

BAB III

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................
Daftar Pustaka

Williams, K., Holmes, F., Kemper, S., & Marquis, J. (2003). Written language clues to cognitive changes
of aging: An analysis of the letters of King James VI/I. The Journals of Gerontology Series B:
Psychological Sciences and Social Sciences, 58(1), P42-P44.

Luthan, S. (2007). Hubungan Hukum Dan Kekuasaan. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 14(2).

Triyono, L. (2010). Wajah Ganda Kekerasan Negara. Wawasan.

Krisdinanto, N. (2014). Pierre Bourdieu, Sang Juru Damai. KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 189-
206.

Ríos, J. M. (1962). C. Wright Mills (1916-1962).

Kebung, K. (2017). Membaca ‘kuasa’michel foucault dalam konteks ‘kekuasaan’di


indonesia. Melintas, 33(1), 34-51.

Un, P. A. S., Th, M., & Pardede, P. J. Agustinus, John Calvin, & Abraham Kuyper.

Anda mungkin juga menyukai