Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT PEMERINTAHAN

No. Soal
1 Pertanggungjawaban pemerintah harus memenuhi berbagai asas, diantaranya asas evaluable.
a. Jelaskan maksudnya dari asas evaluable dan bagaimana kriteria pertanggungjawaban yang
evaluable !
b. Jelaskanlah apakah pertanggungjawaban pemerintah sudah menerapkan asas evaluabel
tersebut, berikan contohnya.

2 Dalam pemerintahan terdapat dua konsepsi yaitu kekuasaan dan pengaruh. Kedua konsepsi ini
saling berkaitan satu sama lain, meskipun secara definisi keduanya memiliki arti yang berbeda.
a. Jelaskan perbedaan hakikat kekuasaan dan pengaruh!
b. Jelaskan bagaimana kedudukan kekuasaan dalam struktur masyarakat !

3 Banyak negara yang menyebut dirinya sebagai negara yang demokratis. Namun pelaksanaan
demokrasi itu sendiri pada dasarnya berbeda-beda di berbagai negara. Kemukakan pendapat
anda mengapa penerapan demokrasi di tiap negara berbeda-beda, faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perbedaan tersebut !

4 Seiring dengan modernisasi dalam penyelenggaraan negara, maka keberadaan birokrasi


dibutuhkan sebagai sarana pemerintah melaksanakan pelayanan publik yang sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
a. Jelaskan hakikat dari birokrasi
b. Mengapa birokrasi seringkali dipandang sebagai organisasi yang tidak efisien!

1. a. Pertanggungjawaban pemerintah adalah pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, penepatan janji


dan tindakan sesuai dengan keputusan batin yang diambil berdasarkan kebebasan memilih. Oleh
karena itu, pertanggungjawaban dilakukan sejak seorang pelaku pemerintahan menerima suatu jabatan
dan dilantik (disumpah) atau sejak pemerintah menyatakan bahwa pemerintah (akan) mengerjakan
segala sesuatu hal (atas inisiatif sendiri).
2. Salah satu asas pemerintahan yang baik adalah asas pertanggungjawaban atau akuntabilitas
(accountability). Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun 1945) menegaskan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar ”merupakandasar hukum pertanggungjawaban
pemerintah dalam pengertian bahwa setiap pemegang kekuasaan (pejabat pemerintah) dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia harus dapat mempertanggungjawabkan implementasi kekuasaannya dalam
batas-batas konstitusi kepada rakyatnya. Dengan demikian, maka pertanggungjawaban selain diatur
dalam negara hukum juga diatur dalam negara demokrasi. Pertanggungjawaban evaluable berarti
pertanggungjawaban yang dapat dievaluasi.
b. Pada asas evaluable, pertanggungjawaban disebut evaluasi jika:
 Data pertanggungjawaban jelas, sufficient, dapat dan mudah diukur
 Ada alat ukur yang valid dan reliable
 Diukur oleh lembaga yang kompeten dan netral
 Cukup waktu untuk analisa, dan
 Feedback terkomunikasikan dengan efektif
3. a. Kekuasaan adalah kemampuan untuk menghasilkan efek kepada orang lain atau potensi untuk
mempengaruhi orang lain. Selain sebagai hak milik pribadi, kekuasaan adalah fungsi dari pemimpin,
pengikut, dan situasinya. Sedangkan pengaruh adalah perubahan dalam sikap, nilai-nilai, keyakinan,
atau perilaku seseorang sebagai hasil dari taktik mempengaruhi. Taktik mempengaruhi merujuk pada
perilaku seseorang yang sebenarnya dirancang untuk mengubah sikap, keyakinan, nilai, atau perilaku
orang lain. Jadi keterkaitan antara keduanya dapat ditulis suatu perumpamaan, yaitu jika kekuasaan
merupakan kemampuan untuk membuat perubahan, maka pengaruh adalah derajat perubahan aktual
yang terjadi pada sikap, nilai, keyakinan, atau perilaku seseorang yang menjadi insan.
b. Aspek kekuasaan dalam kehidupan tampak menonjol terutama di masyarakat yang tidak stabil. Pada
umumnya, masyarakat yang tidak stabil ditandai dengan adanya konflik antar anggota-anggotanya.
Biasanya, konflik tersebut akan dimenangkan oleh pihak yang memiliki kekuasaan berlebih apabila
dibandingkan dengan pihak lain yang memiliki kekuasaan terbatas.
Masyarakat dengan tingkat stabilitas relatif mapan, aspek kekuasaan akan mencuat ke permukaan
apabila kelompok yang tidak memiliki kekuasaan merasa keberatan dan kemudian mengajukan
gugatan atau perlawanan untuk tidak mematuhi kehendak kelompok yang berkekuasaan. Biasanya,
gugatan tersebut muncul dalam kondisi kelompok yang tidak memiliki kekuasaan merasa dirugikan
atas berlakunya tatanan atau kebijakan yang seharusnya dipatuhi. Kekuasaan yang ada pada
genggaman penguasa dapat digunakan untuk meredam kelompok yang seharusnya tunduk dan patuh
agar tidak mengadakan gugatan ataupun perlawanan. Kekuasaan membuat kelompok yang disebut
belakangan, suka atau tidak suka, dipaksa untuk tunduk dan patuh terhadap tatanan atau kebijakan yang
berlaku.
4. Hampir semua negara di dunia menyatakan dirinya sebagai negara yang demokratis, ini berarti pada
setiap negara berupaya mengedepankan rakyat sebagai elemen utama dalam pemerintahan, walaupun
dalam kenyataan pengertian demokrasi dapat diterjemahkan berbeda-beda pada setiap negara,
tergantung pada ideologi, latar belakang sejarah bangsa, kehidupan sosial dan ekonomi maupun
kultur atau budaya yang melatarbelakanginya.
5. a. Dalam kehidupan sehari-hari istilah Birokrasi dimaknai sebagai berikut (Albrow dalam Zauhar, 1996),
birokrasi sebagai Administrasi Publik disama artikan dengan administrasi publik. Administrasi Publik
adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat.
Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat
tercapai secara efektif, efisien dan rasional.
Birokrasi hanya dapat berlaku dalam organisasi besar seperti organisasi pemerintahan, karena pada
suatu organisasi yang kecil diperlukan hubungan informal, sedangkan birokrasi ditata secara formal
untuk melahirkan tindakan rasional dalam organisasi.

b. Bagi negara-negara yang perkembangannya lambat, kesukuan masih dipertahankan, percaya


kepada hal-hal mistik seperti dukun dan santet, keberadaan birokrasi tentu masih sangat diperlukan.
Tetapi bagi negara-negara yang kehidupannya sudah moderat, kesadaran lingkungan tinggi serta
membutuhkan pendemokrasian lebih mapan menginginkan balance berupa kelonggaran birokrasi.
Para pakar birokrasi bermula merumuskan pendapatnya karena melihat masih banyak organisasi yang
bekerja secara sembrono, tanpa pembagian tugas, tidak ada aturan hukum, terlalu pandang bulu
memilih personalia, nepotisme, tradisional, primordial, tidak logis mengambil keputusan, kurang
bertanggung jawab, bebas dan kurang disiplin, serta tidak sistematis dalam perumusan kebijakan.
Tetapi kemudian pada masing-masing organisasi yang mencoba menjalankan, dimodifikasi oleh budaya
dan kebiasaan setempat. Bentuk paling ekstrem dari birokrasi tersebut sudah barang tentu kekakuan
sentralistis, para tenaga kerja diperlukan sebagai robot yang terikat pada aturan ruang dan waktu,
sedangkan para pemikir di tingkat atas melulu hanya mengandalkan logika tanpa perasaan, kendati
antara logika, etika, dan estetika seharusnya saling berdialektika.
Karena itu diperlukan keseimbangan birokrasi itu sendiri. Maksudnya, birokrasi tersebut
diselenggarakan dengan tetap memperhatikanketentuan sebagai berikut:
- Tugas yang satu dengan lainnya dapat dikoordinasikan
- Terkadang perlu kebijaksanaan di luar peraturan yang telah berjalan
- Adanya kiat (semi cara) menyelenggarakan sesuatu yang mungkin berkonotasi rasa yang irrasional
- Wewenang bawahan untuk memberi saran yang produktif
- Pembagian tugas lebih desentralsasi demokratis
Warenn G. Bennis adalah salah seorang pakar yang menghendaki kebijaksanaan pengendoran
birokrasi tersebut.

1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai