Anda di halaman 1dari 23

ILMU PEMERINTAHAN: PERKEMBANGAN DARI MASA KLASIK SAMPAI

KONTEMPORER (SERI REVIEW BUKU)

Muhammad Tanzil Aziz Rahimallah


Sekolah Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri
tanzar88@gmail.com

Resume Buku : Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan

Penulis : Prof. Dr. G.A. Van Poelje (Terjemahan Drs. B. Mang Reng Say)

Buku Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan yang dikarang oleh Prof. Dr. G.A Van
Poelje dianggap sebagai karya tulis pertama yang coba mendudukkan ilmu
pemerintahan sebagai sebuah ilmu yang mandiri. Ilmu pemerintahan menurutnya
adalah ilmu terapan (applied sciences), karena ilmu pemerintahan adalah ilmu
pengetahuan yang diterapkan maka ilmu pemerintahan harus bekerja dengan
bahan-bahan dari berbagai ilmu pengetahuan lain (hal ini berlaku sama untuk
semua ilmu pengetahuan yang bersifat ilmu terapan).

Ilmu pemerintahan membahas secara luas dan mendalam unsur manusia sebagai
bagian dari komunitas dalam struktur negara. Maka secara jelas disebutkan bahwa
pokok penelitian ilmu pemerintahan adalah di dinas umum (lembaga
pemerintahan) dalam arti kata yang seluas-luasnya. Ilmu pemerintahan adalah
ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memimpin hidup bersama manusia ke
arah kebahagiaan yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang lain secara tidak
sah. Adapun kebahagiaan masyarakat itu dapat dibedakan dalam dua arti yang
pertama adalah kebahagiaan rohani dan yang kedua adalah kebahagiaan jasmani.
Untuk memperoleh kebahagiaan, maka masyarakat harus didorong untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban seperti ketaatan kepada undang-undang dan
pembentukan budi pekerti. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh
pemerintah guna menciptakan masyarakat yang taat pada undang-undang dan
memiliki budi pekerti adalah dengan menjamin dan menyediakan pelayanan guna
pelaksanaan pendidikan secara formal dan informal bagi seluruh masyarakat.

Pemerintah memiliki tugas antara lain:

a. meningkatkan kualitas masyarakat dalam hal ini ini masyarakat memiliki


kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kepemilikan
skill atau keahlian yang dapat digunakan untuk memperoleh pendapatan
b. Memberikan jaminan atas kebebasan
c. Memberikan jaminan atas keamanan
d. Memberikan jaminan kesehatan
e. Memberikan jaminan kemakmuran

Pemerintahan itu pada dasarnya bersifat dinamis sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan artinya kecenderungan struktur-struktur pemerintahan itu dapat
berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan pemerintahan itu sendiri. Dalam
perkembangan negara, kita bisa melihat terbentuknya departemen-departemen
atau kementerian-kementerian pemerintahan yang masing-masing merupakan
lembaga yang secara administratif bekerja secara mandiri. Sistem pemerintahan
pun juga cenderung berubah dari yang pada awalnya bersifat sentralistik berubah
menjadi sistem pemerintahan yang yang terdesentralisasi. Perubahan sistem dari
sentralistik menjadi desentralisasi paling utama dipengaruhi oleh kemampuan dari
pemerintah khususnya yang berada di tingkat pusat untuk melaksanakan semua
urusan sendiri oleh karena itu di perlukan pemerintahan yang berada di level lebih
bawah untuk membantu pemerintah yang ada di pusat menyelesaikan tugas-
tugasnya. Hal ini membuktikan bahwa pemerintahan pada dasarnya bersifat
dinamis sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya.

Semakin kompleksnya struktur pemerintahan karena adanya pembangunan


pemerintahan maka kajian terkait dengan koordinasi pemerintahan dalam hal ini
antar lembaga-lembaga pemerintahan yang dibentuk secara sah juga menjadi salah
satu bidang kajian yang penting. Koordinasi pemerintahan dapat diartikan sebagai
kerjasama antara alat-alat kelengkapan pemerintahan dan hubungannya antara
satu sama lain. Pemerintahan negara terbagi-bagi ke dalam banyak Kementerian
atau departemen, banyak provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai dengan
desa yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu hubungan antara unsur-unsur
tersebut harus ada dalam koordinasi yang baik sehingga tujuan negara dapat
tercapai secara menyeluruh dan merata.

Dalam buku ini juga membahas terkait dengan etika pemerintahan. Etika
pemerintahan dan lebih mengarah pada etika profesi pegawai atau birokrat yang
menjalankan tugas pemerintahan. Ada beberapa tuntutan yang wajib dipenuhi
oleh pemerintah terhadap rakyat yaitu: kejujuran, konsekuensi, kejelasan, tidak
korupsi, profesional, patuh terhadap norma-norma etik. Dibahas pula terkait
teknik pemerintahan yang lebih mengarah pada pengambilan keputusan.
Disebutkan bahwa teknik pemerintahan yang baik menurut Van Poelje antara lain:

1. Menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dengan melakukan


telaah sebaik-baiknya
2. Mempertimbangkan segala sumber daya yang bisa dimanfaatkan
3. Keputusan yang baik adalah keputusan yang tepat waktu dan tidak
terlambat khususnya karena faktor-faktor internal pemerintahan
4. Keputusan harus dapat diartikan dengan baik, tidak multitafsir sehingga
keputusan tersebut dapat dilaksanakan dalam waktu yang sesingkat
mungkin
Buku Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan ini pada dasarnya menguraikan
bagaimana mengelola suatu pemerintahan dengan mengambil contoh-contoh
kasus paling banyak pada pemerintahan negara Belanda, sehingga uraian-uraian
yang disajikan dalam buku ini cenderung melihat kompleksitas pemerintahan itu
dalam sudut pandang pemerintah/birokrasi dan kurang memunculkan masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat sebagai bagian yang nyata dari unsur
pemerintahan. (Poelje, 1953)

Resume Buku : Jaring-Jaring Pemerintahan (Jilid 1 dan 2)

Penulis : Mc Iver

Buku jaring-jaring pemerintahan karya Mac iver dianggap sebagai salah satu karya
besar yang coba untuk memposisikan kedudukan ilmu pemerintahan sebagai
sebuah ilmu yang mandiri. Buku ini terdiri dari 13 bab yang terbagi menjadi 5
bagian (jilid 1 dan 2), pada bagian awal menguraikan bagaimana pemerintahan
sebagai kebutuhan dasar manusia sangat diperlukan dalam upaya menciptakan
keteraturan dan ketertiban dalam hubungan dan interaksi antar manusia. Mc Iver
coba keluar dari kungkungan terkait apakah pemerintahan itu sebagai suatu ilmu
atau hanya suatu seni saja karena menurutnya sangat banyak hal yang harus
dipelajari tentang pemerintahan dan kajian tentang pemerintahan itu tidak akan
pernah mencapai titik jenuh seiring dengan dinamika kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang terus bergerak.

Sejak awal keberadaan manusia di muka bumi maka manusia telah melakukan
banyak penemuan-penemuan yang menjadikan dirinya sebagai makhluk terkuat
yang menguasai bumi. Penemuan-penemuan manusia itu terbagi atas dua
kelompok yaitu teknik dan mitos. Teknik adalah segala macam alat dan
keterampilan yang memungkinkan manusia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi termasuk untuk memenuhi segala kebutuhannya sedangkan mitos ialah
kepercayaan-kepercayaan yang mengandung nilai dan gagasan yang dimiliki
manusia untuk mereka hidup atau untuk memerintah hidup mereka. Setiap
masyarakat dipersatukan oleh sistem mitos ini. Suatu bentuk pemikiran yang
berpengaruh dan kompleks yang menentukan dan memberi hidup pada semua
aktivitas dalam hubungan sosial.

Pada akhirnya Mac iver merumuskan bahwa pemerintahan adalah suatu gejala
yang muncul dalam kehidupan sosial, sifat sosial manusia adalah suatu sistem
respon dan kebutuhan yang kompleks dalam hubungan antara manusia dengan
manusia di mana saja akan selalu terdapat bibit-bibit pemerintahan. Bibit
pemerintahan ini mengambil bentuk lembaga yang berbeda-beda sesuai dengan
kadar pengaruh-mempengaruhi yang terdapat dalam hubungan tadi. Kadang-
kadang dalam masyarakat yang paling sederhana tidak terdapat menteri-menteri
ataupun badan-badan tetapi masyarakat itu dipertahankan oleh reaksi spontan
mitos rakyat yang masih hidup. Dimanapun manusia hidup di atas dunia ini pada
tahap eksistensi manapun selalu ada ketertiban sosial dan selalu pula keadaan ini
menyelinapkan sejenis pemerintahan sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa
pemerintahan adalah suatu aspek dalam sistem sosial masyarakat.

Pemerintahan sebagai sebuah aspek penting dalam kehidupan sosial bisa


ditemukan contohnya yang paling sederhana adalah dalam keluarga. Keluarga
dianggap sebagai miniatur sederhana dari organisasi yang jauh lebih kompleks
seperti negara. Di dalam keluarga selain terdapat struktur organisasi yang
sederhana (kepala keluarga dan anggota keluarga) juga terdapat aturan-aturan
yang dibuat untuk mencapai tujuan keberadaan keluarga tersebut. kepala keluarga
sebagai pemilik kekuasaan tertinggi dalam keluarga akan melaksanakan fungsi
pengawasan kepada seluruh anggota keluarga agar mereka menjalankan aturan-
aturan yang telah ditetapkan sehingga tujuan keluarga bisa tercapai. Mengelola
negara menurut Mac iver tidak ada bedanya dengan mengelola keluarga di mana
pemimpin negara cara akan mengupayakan segala hal agar tujuan keberadaan
negara itu bisa tercapai dengan membuat peraturan yang harus ditaati oleh seluruh
warga negara, kepala negara sekaligus melakukan pengawasan agar tidak terjadi
pelanggaran terhadap aturan aturan yang telah dibuat sehingga tujuan negara
untuk menciptakan kesejahteraan bersama bisa terwujud. Namun tidak bisa
dipungkiri membandingkan pemerintahan dalam keluarga sebagai sebuah struktur
yang sangat sederhana dengan negara dengan struktur yang sangat kompleks akan
sangat timpang.

Mc Iver merumuskan bahwa ada tiga unsur yang menjadi bagian utama
terlaksananya pemerintahan yaitu kekuasaan, status dan harta benda yang
kemudian disebut sebagai trinitas yang memimpin pemerintahan. Kekuasaan
dipandang sebagai kapasitas dalam hubungan manapun untuk meminta pelayanan
atau kerelaan orang lain yang dapat diperoleh melalui berbagai cara dan sumber.
kekuasaan menurut Mc Iver digambarkan dalam 3 bentuk piramida kekuasaanya
yaitu piramida tipe kasta, tipe oligarki dan tipe demokrasi yang kesemuanya
membagi kekuasaan berdasarkan struktur-struktur/kelas-kelas yang terpisah
dengan tingkat kekuasaanya masing-masing. kelas yang berada dibagian bawah
piramida cenderung memiliki kekuatan atas kekuasaan yang rendah, dan yang
berada dipuncak piramida adalah kelas dengan kekuasaan yang kuat.

Status dalam kepemimpinan pemerintahan adalah posisi relatif yang diduduki


seseorang atau kelompok dalam hierarki manapun yang telah ditegakkan posisinya
tidak hanya pada kualitas pribadi atau apa yang telah dicapai seseorang tetapi juga
pada pengakuan yang diterima seseorang atau kelompok dalam suatu rangkaian
evaluasi sosial. Status mempunyai hubungan yang dekat dengan kelas sosial
dimana kelas sosial yang dimaksudkan adalah stratifikasi masyarakat yang
ditetapkan oleh status. Dalam sejarah kenegaraan banyak negara yang terikat pada
kelas-kelas sosial. Negara umumnya disusun dan diawasi oleh suatu kelas yang
memerintah. Adanya kelas-kelas sosial inilah yang menjadi dasar Karl Marx
mengatakan bahwa pada dasarnya kelas-kelas sosial dibentuk berdasarkan kategori
ekonomi di mana kelas dengan ekonomi yang kuat sebagai kelas borjuis dan kelas
dengan ekonomi lemah adalah kelas proletar yang berujung pada cita-citanya
untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas.

Unsur ketiga adalah harta kekayaan. Kekayaan menurut Mac iver adalah
kepemilikan atas sumber daya termasuk di dalamnya adalah hak untuk
mengawasi, mengeksploitir, menggunakan dan menikmati kekayaan dan
kepemilikan sumber daya tersebut. Bahkan John Locke mengklaim bahwa manusia
mendirikan pemerintahan untuk menjaga dan melindungi harta kekayaannya.
Identifikasi harta kekayaan dengan pemerintahan mungkin ditemukan dalam suatu
bentuk feodalisme abad pertengahan dimana tingkat kepemilikan atas lahan akan
menentukan tingkat kekuasaan seseorang sedangkan mereka yang tidak memiliki
lahan dan hanya sebagai pengolah tanah saja mau tidak mau akan tunduk dan
patuh pada perintah dari para pemilik tanah tempat mereka bekerja.

Selanjutnya Mc Iver juga memilah dan mengkalsifikasan bentuk-bentuk


pemerintahan berdasarkan ikhtisar undang-undang dasar, ekonomi, komunal dan
struktur kedaulatan, klasifikasi Mc Iver ini masih relevan digunakan untuk
mengetahui bentuk negara saat ini. Pada bagian akhir buku ini (jilid 2) Mc Iver
menyimpulkan teori pemerintahan, dimulai dori doktrin-doktrin yang saling
bertentangan khususnya terkait kedudukan masyarakat dalam negara dan
bagaimana cara negara dalam menciptakan ketertiban untuk mencapai tujuannya.
Manusia (secara personal) dipandang sebagai makhluk yang akan melakukan
berbagai cara untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya, akan tetapi
saat manusia memilih untuk bermasyarakat (secara kolektif) maka secara sadar dan
sukarela manusia akan memikirkan kehidupan orang lain. Perubahan kedudukan
manusia menjadi masyarakat inilah yang menjelma sebagai konsep bernegara
dimana manusia akan tunduk pada aturan-aturan untuk kepentingan bersama dan
hanya pada saat manusia memilih untuk bernegaralah maka dia akan menemukan
tempat dan fungsi yang seharusnya (Iver, 1999)

Resume Buku : Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru)

Penulis : Taliziduhu Ndraha

Buku Kybernology karya Taliziduhu Ndraha dianggap sebagai salah satu karya
fenomenal dalam pengembangan ilmu pemerintahan khususnya ilmu
pemerintahan di Indonesia. Buku ini terdiri dari 38 bahasan yang terbagi menjadi
2 jilid buku.

Dalam perspektif kybernologi , pemerintahan didefinisikan sebagai proses


pemenuhan kebutuhan manusia sebagai konsumen atas produk-produk
pemerintahan akan layanan publik dan pelayanan sipil badan yang berfungsi
sebagai prosesor dalam hal ini pengelola atau penyediaan nya disebut pemerintah
consumer produk produk pemerintahan disebut yang diperintahkan hubungan
antara pemerintah dengan yang diperintah disebut hubungan pemerintahan
personil pemerintah disebut aktor pemerintah dan aktor yang melakukan tugas
tertentu disebut artis pemerintahan perlu diketahui yang dimaksud dengan produk
pemerintahan itu adalah keseluruhan output yang terjadi melalui proses baik yang
positif maupun negatif dan outcome adalah semua yang dialami oleh atau
pengalaman makhluk manusia sebagai konsumer dari produk pemerintahan yang
bersangkutan jadi kybernologi adalah ilmu yang mempelajari proses pemenuhan
kebutuhan manusia sebagai konsumen produk pemerintahan akan pelayanan
publik dan pelayanan sipil dalam hubungan pemerintahan. kybernologi dianggap
sebagai Bestuurswetenschappen Yang di mana melalui pendekatan mata disiplin
ditemukan basic platform melalui pendekatan multidisiplin ditemukan objek
material bersama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dan melalui pendekatan
interdisiplin dan lintas disiplin ditemukan objek Forma kybernologi yang
membedakannya dengan anggota keluarga ilmu-ilmu sosial.

Dalam buku kybernology ini secara jelas dipisahkan antara yang diperintah
(Reinventing People) dengan pemerintah (Reinventing Government) yang
kemudian pola interaksi antara yang diperintah dengan pemerintah inilah yang
kemudian menjadi hubungan pemerintahan. Yang diperintah (Reinventing People)
terdiri dari berbagai macam definisi baik itu makhluk, manusia, orang, penduduk,
warga masyarakat, civil society, warga bangsa, rakyat, warga negara, pemerintah
sebagai bagian integral yang diperintah, pelanggan, consumer, dan yang
diperintahkan sebagai sosok berparadigma jamak. Sebagai yang diperintah
(Reinventing People), unsur-unsur tersebut tentunya memiliki kebutuhan yang
menciptakan atau melahirkan tuntutan dari yang diperintah kepada pemerintah.
Tuntutan yang diperintah itu didefinisikan menjadi kebutuhan manusia, barang
dan jasa, layanan, layanan Civil, kepedulian, reinventing product, pelayanan
hukum, jasa publik dan layanan Civil yang kemudian mengarah pada pelayanan
yang diperoleh dari pemerintah atas tuntutan tuntutan tersebut.

Perkembangan ilmu pemerintahan dapat dilihat menggunakan pendekatan


ontological. Dari sisi pendekatan ontological ilmu pemerintahan terlihat sebagai
body of knowledge yang berkembang dari waktu ke waktu dan berbeda dari
tempat ke tempat.

Pada tahap pertama gejala pemerintahan sebagai objek material yang dikaji
melalui sudut pandang dan metodologi ilmu yang ada di masa itu itu seperti ilmu
hukum, ilmu politik, sosiologi, ilmu ekonomi dan lain-lain. Pendekatan ini disebut
dengan pendekatan multidisiplin karena masalah pemerintahan pada fase ini
dipelajari dan dipecahkan oleh berbagai disiplin baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama
Pada tahap kedua terbentuklah kelompok nilai-nilai pemerintahan yang di
konstruksi dari konsep-konsep sumbangan berbagai disiplin ilmu lain, maka
terbentuklah sebuah bahan-bahan ajaran baru yang bersifat ideografik-normatif
seperti Karya G.A. Van Poelje. Ilmu pemerintahan pada tahap ini berstatus sebagai
ilmu pengetahuan terapan yang bahan-bahan ajarannya dianggap sebagai ilmu
pemerintahan generasi pertama yang berkembang melalui pendekatan
monodisiplin

Pada tahap ketiga berbagai anggapan dasar tentang ilmu pemerintahan dibangun
titik berdasarkan anggapan dasar tersebut ilmu pemerintahan berangsur-angsur
membedakan dirinya dengan disiplin lain dan menegakkan identitasnya sendiri
sebagai monodisiplin artinya ilmu pemerintahan membebaskan dirinya dari
bayang-bayang ilmu lain seperti Ilmu Politik, Ilmu Hukum, dan Ilmu Administrasi
Negara dan semakin akrab dengan Ilmu Ekonomi. Pada tahap ini ilmu
pemerintahan disebut sebagai ilmu pemerintahan generasi kedua yang sudah
mampu menyusun berbagai anggapan dasar dalam bentuk metodologi ilmu
pemerintahan. Pada tahap ini ilmu pemerintahan an mendefinisikan dirinya dan
membangun objek formalnya sendiri (bestuurswetenschappen)

Pada tahap keempat terjadi interaksi antara ilmu pemerintahan dengan disiplin
lainnya atau interdisiplin dalam mengkaji gejala pemerintahan. Terjadi proses
saling meminjam konsep, variabel, teori, dan metodologi sehingga ilmu
pemerintahan semakin diperkaya. Dilihat dari sudut ontologi kondisi ini adalah
transisi atau jembatan menuju proses hybridizing.

Pada tahap kelima gejala pemerintahan dikaji oleh sejumlah disiplin ilmu
pengetahuan menjadi spesialisasi masing-masing. Ilmu pengetahuan lain bergerak
dari objek formalnya melintasi objek formal ilmu pemerintahan, titik inilah terjadi
pendekatan lintas-transdisiplin. Pada saat ini ilmu pemerintahan berkembang
membentuk sebuah masyarakat ilmu-ilmu pemerintahan (bestuurwetenschappen)
Tahap keenam, metodologi ilmu pemerintahan digunakan oleh ilmu-ilmu lain
sebagaimana ilmu pemerintahan menggunakan metodologi ilmu ilmu lain juga.
Titik sinergi antara ilmu pemerintahan dengan ilmu tertentu terbentuk dalam 4
model

Pada tahap ketujuh, body of knowledge yang merupakan produk pendekatan


lintas disiplin tahap ke-5 berkembang pesat dan menjadi dewasa, membedakan
diri dengan induknya, mandiri dan memasuki tahap keenam, menjadi hibrida yang
membentuk ilmu pemerintahan generasi kelima.

Buku Kybernologi ini menguraikan secara detail posisi ilmu pemerintahan


termasuk konsep-konsep yang dikembangkan, kajian terapan yang menjadi
wilayah kajian teoritik yang penggunaannya untuk memecahkan (solusi) atas
masalah-masalah pemerintahan (biasanya berupa laporan deskriptif dan evaluatif
serta normatif. Selain itu diberikan pula contoh-contoh studi kasus yang menjadi
ranah yang bisa diteliti dalam ilmu pemerintahan yang menjadi bahan penyusunan
seni pemerintahan, perbandingan pemerintahan, atau sejarah pemerintahan.

Taliziduhu Ndraha dalam menulis buku kybernologi kemungkinan besar


dipengaruhi oleh perkembangan paradigma ilmu administrasi khususnya new
public management dan new public service dimana dalam paradigma tersebut
terjadi perubahan besar dalam melihat kedudukan masyarakat yang tidak hanya
sebagai klien atau konstituen tetapi menjadi customer sekaligus warga negara. Hal
ini yang kemudian mendasari gagasan kybernologi dalam menempatkan
masyarakat sebagai yang diperintah tidak lagi sebagai bawahan dari pemerintah,
tetapi berada dalam posisi yang setara. Hal ini sangat sesuai dengan perkembangan
demokratisasi termasuk di Indonesia pasca reformasi yang yang menjadikan rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam kekuasaan. Oleh karena itu buku
kybernology ini sangat tepat dianggap sebagai karya yang menyertai lahirnya
paradigma kedua dari ilmu pemerintahan atau sebagai kontradiksi atas paradigma
pertama yang menempatkan masyarakat sebagai bawahan dari pemerintah seperti
yang diajukan G.A Van Poelje. (Taliziduhu, 2003)

Resume Buku : Makna Pemerintahan (Tinjauan dari segi Etika dan Kepemimpinan)

Penulis : Muhammad Ryas Rasyid

Buku yang ditulis oleh M. Ryas Rasyid ini pada bagian awal menguraikan makna
penting hadirnya pemerintahan, bahwa pemerintahan adalah sebuah kebutuhan
terlepas dari pandangan yang mengatakan bahwa apakah pemerintah harus
mempunyai kekuatan untuk mengatur semua urusan masyarakat ataukah
pemerintah cukup mengatur hal-hal yang sifatnya publik tanpa harus terlalu jau
masuk pada ranah privat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran
pemerintah dibutuhkan jika ingin menciptakan keteraturan karena hanya dengan
kekuatan pemerintahlah hukum dapat ditegakkan.

Pemerintah secara umum memiliki 7 bidang pelayanan sebagai tugas pokoknya


yaitu, pertama menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari
dalam dan luar; kedua memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya
Konflik di antara warga masyarakat; ketiga menjamin diterapkannya perlakuan
yang adil kepada setiap warga masyarakat; keempat melakukan pekerjaan umum
dan memberikan pelayanan dalam bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan
oleh lembaga non pemerintah; kelima melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial; keenam menerapkan kebijakan ekonomi yang
menguntungkan masyarakat luas; ketujuh menerapkan kebijakan untuk
pemeliharaan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Pada dasarnya buku ini coba menguraikan secara lebih mendalam bagaimana
kedudukan pemerintahan jika dikaitkan dengan kekuasaan khususnya dalam sistem
demokrasi. Prinsip-prinsip yang relevan dibahas dalam konteks pemerintahan
demokrasi yang ada dalam buku ini terkait pemisahan kekuasaan, supremasi
hukum atau pemerintahan berdasarkan hukum serta kesederajatan dan kebebasan.

Hal yang paling substansial yang dibahas dalam buku ini adalah berkaitan dengan
etika dalam praktik pemerintahan atau etika pemerintahan. Menurut Ryaas Rasyid
etika pemerintahan termasuk dalam lingkup etika praktis yang artinya etika pada
dasarnya berkenaan dengan upaya menjadikan moralitas sebagai landasan
bertindak dalam sebuah kehidupan kolektif yang profesional. Nilai-nilai etika yang
hidup dan berlaku dalam suatu masyarakat profesi bukanlah sekedar menjadi
keyakinan pribadi para anggotanya tetapi juga menjadi seperangkat norma yang
terlembagakan. Tugas pokok pemerintahan dapat diringkas menjadi tiga fungsi
yang hakiki yaitu pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan. Dipandang dari
kacamata etika keberhasilan seseorang dalam memimpin pemerintahan harus
diukur dari kemampuannya mengemban tiga fungsi yang hakiki tersebut. Etika
pemerintahan tidaklah berdiri sendiriakan tetapi terjalin erat norma dan hukum.
Oleh karena itu pemerintahan yang bersih segala tingkah laku dan kebijakannya
berangkat dari komitmen moral yang kuat hanya bisa diharapkan dalam negara
hukum. Dalam penyelenggaraan pemerintahan interkoneksi antara administrasi
konstitusi (hukum) dan politik itu menjadi sesuatu yang tak terhindarkan.
Pemerintahan dalam sistem yang demokratis memang dimulai dengan politik
dilandasi oleh hukum dan dieksekusi melalui administrasi. Namun tidak bisa
dipungkiri dalam pelaksanaan pemerintahan dan akan terjadi kekacauan koneksi
dan ketegangan antara unsur politik, hukum dan administrasi. Oleh karena itu
peran etika pemerintahan menjadi sangat penting untuk mengatasi ketegangan
karena terjadinya kekacauan koneksi tersebut. (Rasyid, 2009)
Resume Buku : Perkembangan Ilmu Pemerintahan (Dari Klasik Sampai Ke
Kontemporer)

Penulis : Prof. Dr. Sadu Wasistiono, M.Si

Buku ini terdiri dari 5 Bab yang secara keseluruhan menguraikan secara lengkap
kedudukan ilmu pemerintahan terhadap ilmu-ilmu sosial lainnya dan bagaimana
sejarah perkembangan ilmu pemerintahan termasuk kontroversi yang lahir
bersamaan dengan eksistensi dari ilmu pemerintahan khususnya berbagai macam
kritikan dari ahli-ahli ilmu sosial yang kerap menganggap bahwa secara ontologis,
epistimologis dan aksiologis ilmu pemerintahan cenderung kabur dan tidak dapat
memisahkan diri dari ilmu-ilmu sosial lainnya khususnya ilmu politik dan ilmu
administrasi.

Pada bagian awal dari buku ini coba menghadirkan bagaimana cara pandang
dalam melihat ilmu-ilmu sosial termasuk dalam melihat ilmu pemerintahan. Cara
pandang yang dimaksud adalah cara pandang dalam mempelajari gejala dan
peristiwa sosial yang menyangkut individu, kelompok, masyarakat maupun
bangsa. Cara pandang tersebut terbagi menjadi dua bentuk yaitu cara pandang
yang idiografik dan nomotetik.

Cara pandang idiografik dianggap bersifat lokal dan sangat kontekstual hal ini
karena cara pandang idiografik cenderung fokus pada kasus-kasus individual atau
kelompok tertentu pada suatu lokasi tertentu secara terperinci dan mendalam.
Akan tetapi kesimpulan atas analisa dari kasus tersebut belum tentu bisa digunakan
untuk menggambarkan kondisi/kasus sejenis ditempat dan waktu yang berbeda.
Ilmu-ilmu sosial sangat lama larut dan tenggelam dalam menggunakan cara
pandang idiografik dalam menguraikan sebuah masalah, hal inilah yang
menyebabkan ilmu-ilmu sosial dianggap ilmu yang cenderung kuno dan tidak
menarik, hal ini disebabkan karena keterbatasan alat komunikasi untuk
membandingkan suatu kasus dengan kasus lain sehingga ruang analisa dan
kesimpulan yang diperoleh ilmu-ilmu sosial atas sebuah kasus atau fenomena yang
diteliti terbatas. Keterbatasan inilah yang melahirkan prinsip cateris paribus yang
melahirkan cara pandang kedua.

Cara pandang kedua adalah cara pandang nomotetik yang memungkinkan untuk
memahami sebuah gejala dan peristiwa sosial secara umum sehingga dapat ditarik
kesimpulan secara meluas yang berarti bisa diterapkan secara umum. Syarat utama
yang diperlukan dalam menerapkan cara pandang nomotetik adalah penggunaan
prinsip cateris paribus yakni faktor-faktor relevan yang mempengaruhi suatu gejala
atau fenomena sosial namun tidak diamati dalam sebuah penelitian dianggap
bersifat tetap atau konstan. Hal ini karena objek penelitian pada ilmu sosial adalah
manusia yang memiliki sifat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai macam nilai.

Selanjutnya buku ini juga memperkuat kedudukan ilmu pemerintahan khususnya


terkait waktu kelahiran ilmu pemerintahan termasuk karya-karya besar yang
menjadi bukti kelahiran ilmu pemerintahan. Jika sebelumnya yang banyak kita
ketahui karya yang menandai lahirnya ilmu pemerintahan dimulai dari karya Van
Poelje tahun 1953 atau Mc Iver 1947, buku ini mengungkapkan bahwa ada
beberapa tulisan-tulisan yang lebih dulu dibuat yang mengungkapkan bahwa Ilmu
Pemerintahan telah dipelajari secara sistematis jauh sebelum Van Polje atau Mc
Iver yang selanjutnya disebut buku klasik terkait imu pemerintahan yakni buku
terbitan tahun 1822 berjudul “Introduction to the sciences of Government –
Written for The Youth of The Unitesd States” namun tidak jelas siapa yang
menyusun/menulis buku ini (hanya disebutkan by author). Selanjutnya buku “The
sciences of Government, Founded of Natural Law” yang ditulis olen Clinton
Roosevelt pada tahun 1841 dan buku “Archology or sciences of Government”
ditulis oleh S.V. Blakeslee tahun 1876.

Secara umum buku ini menguraikan perkembangan ilmu pemerintahan sekaligus


mendefinisikan kembali berbagai teori dalam upaya menyempurnakan kedudukan
ilmu pemerintahan sebagai sebuah ilmu baik secara ontologis, epistimologis dan
aksiologis dan bagaimana hubungan saling pengaruh antara ilmu pemerintahan
dan ilmu-ilmu sosial. Secara klasik, ilmu pemerintahan dipengaruhi oleh tiga
cabang ilmu yaitu sosiologi, ilmu hukum dan ilmu politik. Hal yang menarik adalah
bagaimana buku ini menguraikan beberapa contoh penggunaan grand theory dari
ilmu-ilmu lain seperti sosiologi dalam kajian aspek pemerintahan, kontribusi ilmu
hukum dalam ilmu pemerintahan yaitu proses perubahan kekuasaan menjadi
kewenangan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, sedangkan kontribusi
ilmu politik yaitu fokus pada kajian bagaimana memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan secara sah sedangkan fokus ilmu pemerintahan adalah bagaimana
menjalankan kekuasaan yang sah tersebut.

Selanjutnya dalam perkembangan ilmu pemerintahan kontemporer, ilmu


pemerintahan dipengaruhi oleh beberapa cabang ilmu antara lain:

a. Ilmu administrasi publik khususnya bagaimana perkembangan paradigma


ilmu administrasi (OPA, NPA, NPM, NPS)
b. Ilmu ekonomi khususnya yang berkaitan dengan privatisasi dan bagaimana
keterlibatan dunia bisnis/swasta dengan pemerintahan
c. Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkaitan
dengan pemanfaatan teknologi dalam pemerintahan yang melahirkan
pengelolaan pemerintahan baru seperti e-government, open government
dan bagaimana teknologi mempengaruhi model evolusi pemerintahan
digital dalam empat tahap yaitu: digitalisasi, transformasi, peralihan dan
kontekstualisasi

Pada akhir buku ini diuraikan pula bagaimana perubahan paradigma dari
paradigma partikularisme (yang hanya menggunakan konsep skala lokal) menuju
paradigma universalisme (menggunakan fenomena mondial sebagai pembanding).
Perkembangan dalam paradigma ilmu pemerintahan dari beberapa sudut pandang
birokrasi (model lama) menjadi paradigma dari sudut pandang warganegara
(model baru) dan yang mengarahkan pemerintahan pada pemerintahan kelas
dunia. Pendekatan kelas dunia bisa dilaksanakan dengan menggunakan lima
pendekatan yaitu:

1. Membuat pemerintahan menjadi lebih sederhana dan serba otomatis


menggunakan sistem ICT
2. Melakukan penyusunan ulang struktur dalam mengelola keuangan publik,
anggaran, investasi, pendapatan serta manajemen modal kerja dan
peninjauan ulang manajemen pengeluaran
3. Memperkuat fungsi kepemimpinan dan kapabilitasnya untuk mendukung
penyerahan brang dan atau jasa publik
4. Membuat struktur organisasi yang lebih optimis, membuat skala dan model
operasi lebih tepat
5. Mengembangkan visi, akuntabilitas dan kapabilitas guna transformasi sekala
besar (Wasistiono, 2017)

Resume Buku : Bunga Rampai Pemerintahan

Penulis : Muchlis Hamdi, MPA.Ph.D

Buku ini terbagi menjadi tujuh bagian dengan pembahasan pada bagian awal fokus
pada makna dan fungsi pemeritahan dimana konsep pemerintahan telah banyak
mengalami perubahan makna dan bentuk akan tetapi secara fungsi tetap sama
yakni sebagai alat untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban guna tercapainya
kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Konsep pemerintahan saat ini menurut
Muchlis Hamdi mengarah pada konsep good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik) dengan berbagai macam konsep dan indikator yang
diungkapkan oleh para ahli/lembaga.
Memahami konsep good governance dapat dimulai dari memahami perbadaan
konsep government dan governance. Government mengarah pada perangkat
institusi sedangkan governance berfokus pada sistem, sehingga good governance
adalah tingkat lanjutan dari good government dalam arti lain sistem pemerintahan
yang baik tidak akan pernah terwujud tanpa terbentuknya struktur institusi
pemerintahan yang baik, struktur institusi pemerintahan ini tentunya merujuk pada
organisasi yang efektif dan efisien dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun
institusi yang efektif dan efisien ini tidak serta merta mampu menciptakan sistem
pemerintahan yang baik utamanya dalam upaya menciptakan masyarakat yang
sejahter dan berdaulat, akan tetapi diperlukan unsur lain khususnya yang berkaitan
dengan terbukanya partisipasi dari aktor diluar pemerintah seperti sektor swasta
dan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Oleh karena itu syarat
selanjutnya dari terciptanya good governance adalah sistem politik yang
demokratis yang menjamin keterlibatan masyarakat dalam pemerintahan.

Pada bagian lain buku ini membahas etika dan ekologi pemerintahan sebagai dua
unsur pemerintahan yang berjalan beriringan. Etika dipandang sebagai ukuran atau
standar kepatutan prilaku atau tindakan baik secara individu maupun profesional
sehingga etika pemerintahan merupakan ukuran kepatutan dalam
penyelenggaraan pemerintahan termasuk kepatutan prilaku dan tindakan aparat
pemerintahan dalam upaya mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan.
Sedangkan ekologi pemerintahan dapat dipahami sebagai lingkungan baik yang
bersifat fisik maupun non fisik yang memberikan dampak dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentunya merupakan
respon atas lingkungan (ekologis) yang ada disekitarnya, sehingga sebuah
kebijakan pemerintah dapat dikatakan memberikan dampak apabila mampu
memberikan perubahan terhadap lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu
diperlukan sebuah pemerintahan yang mampu megidentifikasi dan merespons
kondisi lingkungannya dan mampu merumuskan tindakan dan hubungan yang
tepat dalam upaya memelihara dan mengembangkan keberadaannya.

Membahas tentang sistem pemerintahan maka tidak sah rasanya jika tidak
membahas tentang demokrasi dan pembagian kewenangan khususnya
desentralisasi. Muchlis Hamdi juga menempatkan pembahasan terkait demokrasi
dan desentralisasi dalam buku ini. Demokrasi sebagai sistem politik yang dianut
pada negara-negara yang menempatkan rakyat sebagai titik puncak dari kekuasaan
dimana negara wajib memberikan jaminan terhadap terpenuhinya hak-hak dasar
masyarakat sebagai warga negara. Pilihan untuk menjadi negara demokratis secara
langsung juga akan membentuk tatanan sistem politik guna menunjang
tercapainya nilai-nilai demokratisasi. Unsur politik ini minimal memiliki
infrastruktur politik dan suprastruktur politik. Dimana infrastruktur politik menjadi
wadah untuk menangkap, mengetahui dan penyaluran keinginan (aspirasi) rakyat
sedangkan suprastruktur politik merupakan alat untuk mewujudkan aspirasi rakyat
tersebut dalam bentuk lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif dan yudikatif).

Selanjutnya sistem pemerintahan demokratis mengupayakan tercapainya


kesejahteraan secara merata, oleh karena itu maka keberadaan pemerintah harus
sedekat mungkin dengan masyarakat dan salah satu caranya adalah membagi
pemerintahan pada level pusat dan daerah dengan harapan niat untuk
mendekatkan masyarakat dengan pemerintahnya dapat diwujudkan. Konsekuensi
dari adanya pemerintah pada level pusat dan daerah adalah diperlukan suatu
hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan
urusannya masing-masing. Konsep desentralisasi hadir sebagai bentuk pembagian
kewenangan sehingga pemerintah daerah memiliki dasar kewenangan dalam
upaya melaksanakan fungsi pemerintahannya.

Desentralisasi baik dalam arti administratif maupun politik secara keras menutup
kemungkinan adanya negara dalam negara, artinya desentralisasi harus selalu
dipahami secara hierarkis berbentuk piramida tingkatan-tingkatan kekuasaan yang
mengalir dari atas kebawah, karenanya tidak ada pemerintahan daerah yang
sepenuhnya berpemerintahan sendiri. Pemerintah daerah tidak mempunyai
kekuasaan atau kewenangan selain yang diberikan padanya oleh pemerintah pusat
atau dengan kata lain pelimpahan wewenangan dari pemerintah pusat kepada
daerah baik itu yang kewenangan pemerintah daerah yang disebutkan secara
terperinci maupun secara umum. (Hamdi, 2002)

Resume Buku : Analisis Kepemimpinan Strategi Pengambilan Keputusan (ASOCA-


Ability, Strength, Opportunity, Culture, Agility

Penulis : Ermaya Suradinata

Dunia saat ini berada di ambang gelombang ekonomi baru yang ditandai oleh
pesatnya pertumbuhan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan industri
berbasis produk budaya hal ini mengisyaratkan bahwa kelak negara yang berada
di puncak piramida kemakmuran adalah negara yang memelihara pertumbuhan
kualitas sumber daya manusia dan kreatif budaya yang berbasis unggulan. Oleh
karena itu dalam upaya membawa pemerintahan Indonesia memasuki
pertumbuhan baik secara ekonomi maupun sosial politik maka pemerintah harus
mengambil peran-peran dalam upaya memperbaiki tata kelola pemerintahan dan
untuk itu dibutuhkan reformasi birokrasi dalam pemerintahan yang ditunjang
dengan sosok-sosok pemimpin yang berkualitas.

Kepemimpinan pemerintahan adalah kemampuan seseorang sebagai pemimpin


selain berkemampuan pemerintahan juga memiliki kemampuan mengambil
keputusan secara cepat, tepat dan terukur serta memimpin tata pemerintahan yang
baik yaitu mengelola sumber daya menjadi sumber daya yang berkualitas tinggi
berdasarkan etika pemerintahan. Dalam mewujudkan good governance harus
dilandasi moral, etika dan paradigma nasional bangsa Indonesia yaitu Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, Bhinneka
Tunggal Ika, wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Salah satu upaya untuk menganalisa tata kelola pemerintahan yang baik menurut
Prof. Ermaya Suradinata dapat dilakukan tidak hanya dengan menggunakan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats), dalam
pengelolaan pemerintahan di Indonesia bisa diukur menggunakan analisis ASOCA
yaitu Ability (kemampuan), Strength (kekuatan), Opportunities (peluang), Culture
(budaya) dan Agility (kecerdasan). Analisis ASOCA menambahkan unsur culture
(budaya) dan agility (kecerdasan) sebagai unsur yang penting dalam menentukan
strategi pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan dapat dikembangkan
dalam mengikuti perubahan, perkembangan zaman dan kebutuhan

Ability (kemampuan). Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa,
bisa atau sanggup melakukan sesuatu, dapat juga orang yang berada atau kaya,
mempunyai harta berlebih. Kemampuan juga dapat diartikan kesanggupan,
kecakapan, kemampuan diri sendiri

Strength (kekuatan) atau ketangguhan. Ketangguhan berasal dari kata tangguh


yang berarti sukar dikalahkan, kuat, handal, kuat sekali, tabah. Ketangguhan
berarti pula kekuatan dan keuletan

Opportunity (peluang). Peluang berarti ruang gerak, baik yang bersifat konkrit
maupun abstrak dan memberikan kesempatan/kemungkinan untuk melakukan
kegiatan yang bermanfaat bagi usaha untuk mencapai cita-cita, tujuan dan
program .

Culture (budaya). Budaya merupakan adat istiadat dan sesuatu yang mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang beradab atau maju atau sesuatu yang
menjadi kebiasaan yang sulit diubah karena kesepakatan dalam lingkungan
tertentu yang terus-menerus dipelihara, dengan budaya orang akan maju dan
modern dan selalu hidup pada zamannya.

Agility (kecerdasan). Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti sempurna
perkembangan akal budi, tajam pikiran, kesempurnaan dalam pertumbuhannya,
kesempurnaan akal budinya, ketajaman pikiran dan kepandaian. kemampuan saja
tidak cukup, harus dengan kecerdasan dalam mengolah pikir, menganalisis suatu
informasi untuk dijadikan bahan putusan.

Dalam analisis ASOCA juga dilakukan Analisa terhadap lingkungan internal dan
eksternal. Analisis lingkungan internal (Ability, Strength, Agility) terdiri dari
manajemen sumberdaya, tersedianya dana penunjang kegiatan, tersedianya sarana
dan prasarana, sistem informasi dan capacity building. Sedangkan analisis
lingkungan eksternal (Oppurtunities, Culture) terdiri dari faktor ekonomi, faktor
sosial dan faktor teknologi.

Konsep ASOCA ini secara keilmuan menambah khazanah dalam mengukur proses
tata kelola pemerintahan, hanya saja konsep ASOCA yang diuraikan ini
menggunakan pendekatan kualitatif dalam penerapannya dan belum dijelaskan
secara teknis bagaimana perbandingan bobot antara masing-masing indikator.
Padahal sebenarnya dengan menentukan bobot dari masing-masing indikator
maka proses analisa tata kelola pemerintahan dengan faktor-faktor yang sangat
kompleks ini bisa lebih mudah dilakukan dan ditentukan hubungan antara satu
indikator dengan indikator lainnya. Pengembangan konsep ASOCA ini dapat
dilakukan sehingga analisanya tidak hanya dilakukan secara kualitatif saja namun
bisa juga menggunakan metode kuantitatif melalui penentuan skor/bobot dari
masing-masing indikator dan perbandingan antara indikator internal dan eksternal.
(Suradinata, 2016)
Referensi

Hamdi, M. (2002). Bunga rampai pemerintahan. Yarsif Watampone.

Iver, M. (1999). Jaring-Jaring Pemerintahan (The Web of Goverment). In Laila


Hasyim, Aksara Baru, Jakarta.

Poelje, V. G. A. (1953). Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan. In Terj. Djakarta:


NV Soeroengan.

Rasyid, R. (2009). Makna Pemerintahan ditinjau dari segi etika dan


kepemimpinan. In Yogyakarta: PT. Yarsif Watampone.

Suradinata, E. (2016). Analisis Kepemimpinan–Strategi Pegambilan Keputusan:


ASOCA–Ability-Strength, Oppurnitires, Culture, Agility. In Alqaprint
Jatinangor.

Taliziduhu, N. (2003). Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). In Rineka Cipta,


Jakarta.

Wasistiono, S. (2017). Perkembangan Ilmu Pemerintahan (Dari Klasik Sampai Ke


Kontemporer). Bandung: IPDN Press.

Anda mungkin juga menyukai