Anda di halaman 1dari 13

Page |1

ILMU PEMERINTAHAN DALAM PENDEKATAN FILSAFAT


DAN TEORI POLITIK
Oleh: Ksatriawan Zaenuddin

A. PENDEKATAN FILSAFAT
Filsafat dapat diartikan sebagai sebuah cara berpikir secara radikal,
menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. (Jujun
Suriasumatri, 2006). Kajian secara filsafat pada dasarnya ingin menjawab hakekat
dari ilmu itu sendiri. Kajian ilmu secara filsafat terbagi atas landasan ontologi,
landasan epistemologi, dan landasan aksiologi.
Landasan ontologi berbicara pada objek apa yang ditelaah, landasan
epistemologi berbicara menjawab bagaimana proses terjadinya dan landasan aksiologi
beribicara mengenai manfaat dari ilmu yang dimaksud.
1. Ontologi Ilmu Pemerintahan
Landasan ontologi merupakan aliran filsafat yang berwujud hakiki atau
hakikat dari suatu objek yang diamati maupun ditelaah oleh suatu ilmu
pengetahuan. Ontologi mempelajari tentang hakikat yang ada dengan
menggunakan nalar atau berpikir, dan merasa dengan menggunakan indra yang
akan membuahkan hasil berupa suatu pengetahuan.
Aliran filsafat ontologi ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “apa” yang
akan mengkaji suatu ilmu pengetahuan itu dalam hal ini Ilmu Pemerintahan.
Sehingga berbicara pada Ontologi Ilmu pemerintahan adalah berbicara mengenai
definisi dan objek dari pada ilmu pemerintahan itu untuk memahami keberadaan
substansi pemerintahan.
a. Definisi Ilmu Pemerintahan
Ilmu pemerintahan berasal dari kata Pemerintah yang secara etimologis dari
kata Yunani, kuberman atau nahkoda Kapal. Artinya menatap kedepan.
(Martini dan Juwono, 2015:17). Secara umum, pemerintahan adalah organisasi
yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki tanggung jawab kewenangan
serta pandangan ke depan.
Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
melaksanakan pengurusan (eksekutif), pengaturan (legislatif), kepemimpinan
Page |2

dan koordinasi pemerintahan (baik pusat dengan daerah, maupun rakyat


dengan pemerintahannya) dalam berbagai persitiwa dan gejala
pemerintahannya, secara baik dan benar (Syafiie. 2011;23).
Menurut MacIver merumuskan pengertian Ilmu Pemerintahan sebagai ilmu
yang secara sistematis mempelajari pemerintahan suatu Negara dan
tentangasal-mula terjadinya pemerintahan,serta kondisi yang ditimbulkan
dariadanya bentuk-bentuk pemerintahan yang ada, hubungan antara pemerintah
dan yang diperintah, mekanisme pemerintahan, kepemimpinan peme-rintahan,
fungsi-fungsi pemerintahan.
Taliziduhu Ndaha mendefinisikanIlmu Pemerintahan sebagai ilmu
yangmempelajari bagaimana memenuhidan melindungi kebutuhan dan tun-
tutan tiap orang akan jasa publik danlayanan sipil, dalam hubungan pe-
merintahan (sehingga dapat diterima)pada saat dibutuhkan oleh
yangbersangkutan.
Inu Kencana Syafiie mendefini-sikan Ilmu Pemerintahan sebagai ilmuyang
mempelajari bagaimana melaksa-nakan pengurusan (eksekutif), penga-turan
(legislatif), kepemimpinan dankoordinasi pemerintahan (baik pusat dengan
daerah maupun rakyat denganpemerintahnya) dalam berbagaiperistiwa dan
gejala pemerintahan,secara baik dan benar.
b. Unsur-Unsur Pemerintahan
Berbicara mengenai perspektif ontologi, meminjam penjelasan
Suryaningrat (1998) mengenai Unsur yang paling mendasar dalam
pemerintahan adalah:
 Adanya Pihak Yang Memerintah dan Ada Yang Diperintah
 Dua Pihak berada dalam hubungan Fungsional
 Hubungan fungsional diikat oleh adanya ‘perintah’ dan
 Perintah itu sendiri
Maka dari itu, Surya Ningrat mengatakan pemerintahan adalah sekelompok
individu yang memiliki wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan
pemerintah adalah perbuatan, urusan atau memerintah.
c. Objek Ilmu Pemerintahan
Objek suatu ilmu pengetahuan menurut Inu Kencana adalah sesuatu yang
menjadi pokok pembicaraan, sehingga dengan demikian objek merupakan apa
Page |3

yang diamati, diteliti, dipelajari, dan dibahas. Objek materil dari suatu disiplin
ilmu dapat sama dengan ilmu lain, karena bersifat umum dan merupakan topik
yang dibahas secara global tentang pokok persoalan (subject matter).
Sedangkan objek formal bersifat khusus dan spesifik karena merupakan
pusat perhatian (focus of interest) suatu disiplin ilmu pengetahuan.

Apa yang menjadi Objek dari Ilmu Pemerintahan?


Menurut Van Ylst mengemukakan bahwa objek materil ilmu pemerintahan
adalah realitas pemerintahan dalam arti luas yaitu fungsi kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Sedangkan objek forma ilmu pemerintahan yaitu
fungsi eksekutif.
Menurut Inu Kencana adalah objek forma dariI lmu Pemerintahan adalah
fungsi, hubungan hubungan pemerintahan. Walaupun terdapat perbedaan dari
pendapat para ahli, objek dari pada ilmu pemerintahan pada umumnya adalah:
 Objek materil ilmu pemerintahan adalah negara dan kekuasaan.
 Objek forma dalam ilmu pemerintahan adalah hubungan-hubungan
pemerintah dan gejala pemerintahan serta peristiwa pemerintahan.
2. Epistemologi Ilmu Pemerintahan
Berusaha menjawab pertanyaan bagaimana cara atau metode agar diperoleh
ilmu yang benar. Dengan kata lain landasan ini membahas secara mendalam
segenap proses yang terlihat dalam usaha kita memperoleh pengetahuan.
Menurut Dr. Suswanta, M.Si bahwa dalam ilmu pemerintahan,
epistemologi berwujud konsep, pendekatan, teori dan paradigma. Filsafat
epistimologi dalam Ilmu Pemerintahan dimaknai sebagai sumber, dan cara
bagaimana menemukan dan meneliti Ilmu Pemerintahan. Sumber-sumber
pengetahuan pemerintahan didalami untuk mengetahui asal muasal ilmu
pemerintahan sehingga nampak perkembangannya dari Ilmu Pemerintahan.
a. Asal Usul Pemerintahan
Dalam Modul yang ditulis oleh Drs. J.R.G. Djopari. dan Ratnia
Solihah, S.IP., M.Si yag menjelaskan bahwa Pemerintahan merupakan gejala
yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu hubungan antar
manusia dalam setiap kelompok termasuk keluarga.
1) Keluarga
Page |4

Keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat yang terkecil dan


paling sederhana tetapi bersifat universal dan yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak, di dalamnya kita bisa memperoleh dan mengalami bagaimana
pemerintahan telah berada dan terlaksana.
2) Masyarakat
Untuk apa manusia bermasyarakat dan bagaimana mereka diperintah, tidak
diketahui dengan pasti. Namun dari gambaran yang diperoleh dari
peninggalan situs-situs kehidupan bermasyarakat yang lebih primitif, dapat
diperoleh suatu gambaran tentang bagaimana permulaan pemerintahan telah
terbentuk dan bagaimana pemerintahan itu berkembang. Berikut akan
digambarkan tiga tipe masyarakat, yaitu masyarakat setara (samenlevingen
en gelijkheid), masyarakat bertingkat (samenlevingen met rangorde) dan
masyarakat berlapis (gelaagde samenlevingen).
 Masyarakat Setara (Samenlevingen en Gelijkheid)
Dalam masyarakat yang sangat primitif, seperti misalnya masyarakat
pemburu, terdapat suatu kebutuhan permanen akan para pemimpin.
Produksi makanan, pendidikan, keturunan, pembagian kerja, menuntut
akan adanya pemimpin. Setiap orang yang memiliki kemampuan, untuk
sementara waktu dapat memimpin bagian tertentu dari aktivitas
produktivitas atau aktivitas kehidupan manusia tersebut di atas. Manusia
yang satu lebih aktif, lebih cepat atau lebih cerdik dari yang lain
sehingga ia mampu dan diberi kesempatan untuk memimpin
kelompoknya. Kepemimpinannya terbatas dan dapat cepat melenyap
atau terjadi pergantian kepemimpinan berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang.
 Masyarakat Bertingkat (Samenlevingen met Rangorde)
Kaum lelaki yang ambisius dan energik dibandingkan dengan kaum
wanita, dan dalam beberapa masyarakat, kaum wanita, yang bisa
menghasilkan lebih banyak dari yang dikonsumsi sendiri dapat
memanfaatkan kelebihan produksi tadi untuk meraih dan
mempertahankan pengaruh dan kekuasaan atas warga kelompok mereka.
Dengan demikian jumlah posisi pimpinan mulai terbatas atau dibatasi.
Tidak semua yang berbakat bisa meraih posisi sebagai pemimpin. Lewat
Page |5

kekerabatan, keturunan, dan perkawinan, posisi sebagai pemimpin


dimapankan dan dilanjutkan oleh para pengikut kelompok masyarakat
tersebut.
 Masyarakat Berlapis (Gelaagde Samenlevingen)
Pada masyarakat berlapis, tidak saja posisi kepemimpinan telah
dimapankan, namun peluang untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang
paling pokok tidak sama dan merata bagi semua warga masyarakat.
Kelompok-kelompok memecahkan diri atau dipaksa untuk itu. Mereka
harus puas dengan dan dalam posisi yang lebih aman dan harus bersedia
diatur serta dapat diperhambat.
3) Peradaban Pemerintahan

Pemerintahan merupakan gejala yang berlangsung dalam kehidupan


bermasyarakat, yaitu hubungan antar manusia dalam setiap kelompok
termasuk keluarga. Keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat yang
terkecil dan paling sederhana tetapi bersifat universal dan yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak, di dalamnya kita bisa memperoleh dan mengalami
bagaimana pemerintahan telah berada dan terlaksana.

Jika melihat perkembangan pemerintahan lebih luas, diawali pada


Pemerintahan Zaman Yunani yang dikenal dengan Polis. Selain polis
Yunani, kerajaan Inka yang berdiri antara tahun 1200-1500 Masehi telah
memiliki sistem pemerintahan yang despotisme yaitu suatu bentuk
pemerintahan yang ditandai oleh kekuasaan sewenang-wenang dan tak
terbatas dari pihak penguasa.

Plato dan Aristoteles memperkenalkan konsep pemerintahan baik


dan buruk yang masih direfleksikan hingga kini. Demikian pula Bayu
Suryaningrat (1981: 1) menegaskan bahwa disipin ilmu tertua adalah ilmu
pemerintahan karena dipelajari sejak sebelum masehi oleh parafilsuf yaitu
Plato dan Aristoteles. Konsep itu juga yang dipadukan pada pemerintahan
Zaman Romawi. Abad pertengahan, Pengaruh agama Kristen masuk dalam
system pemerintahan hingga dikenal teori dua belah pedang.
Page |6

Zaman baru, sekalipun pemerintahan tidak menjadi jelas setelah


runtuhnya polis Yunani serta konflik antara Paus dan Raja berkepanjangan
namun pada akhir abad pertengahan muncul pemerintahan di zaman baru
dengan pengalaman perjalanan sejarah yang panjang dari masing-masing
negara sehingga lahirlah konsep tentang adanya kemandirian serta kekuatan
pemerintahan.

b. Tahapan-Tahapan Ilmu Pemerintahan


Pemerintahan sebagai konsep pada dasarnya telah hadir bersamaan dengan
adanya Negara dan system pemerintahan monarki. Pada saat itu, ilmuwan atau para
filsuf tentang Negara telah mempopulerkan teori dan pemikiran.Pengetahuan
pemerintahan berasal dari teori dan pemikiran yang diuraikan dalam berbagai
dokumen, baik ilmiah maupun non ilmiah merupakan suatu kesaksian yang dapat
diungkapkan.
Para otoritas yang memaparkan arti pemerintahan sebagai konsep yang
terkandung dalam praktik kenegaraan adalah mereka para pemikir filsafat
kenegaraan, namun hanya dalam batas makna arti konsep yang dipraktikan.
Kesaksian dan otoritas atas kehadiran konsep pemerintahan dalam dunia praktik
berlangsung mengikuti perkembangan system monarki dari monarki absolut
sampai dengan monarki parlementer.
Melewati proses yang begitu panjang hingga lahir sebuah konsep dan
pemikiran, pada pembahasan ilmu, melihat proses atau tahapan pemerintahan
terlahir sebagai ilmu. Taliziduhu Ndraha (1983) mengungkapkan bahwa ilmu
pemerintahan mengalami beberapa tahapan perkembangan yaitu:
1. Gejala pemerintahan dikaji melalui sudut pandang dan cara menurut ilmu yang
ada dimasa itu sehingga objek menjadi ruang-lingkup dan dipelajari sebagai
material atau bagian integral disiplin lain.
2. Pada tahap selanjutnya, gejala pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu
pengetahuan yang ada pada tahap yang pertama yang kemudian terbentuk
spesialisasi disiplin yang bersangkutan.
3. Terbentuknya kelompok pengetahuan yang berkonstruksi dari konsep-konsep
sumbangan disiplin ilmu spesifik. Dari tahapan ini kemudian lahir disiplin ilmu
Page |7

pemerintahan elestis. Pada tahap inilah lahir ilmu pemerintahan pada tahap
pertama seperti bestuurskunde, yang bersifat ideografik-elestis.
4. Tahap ini lahirlah ilmu pemerintahan yang mandiri bersifat mandiri yang
kemudian dikenal dengan bestuurswetenschap sebagai ilmu pemerintahan
generasi kedua.
5. Pada tahap ini muncul kemampuan denominatif dari ilmu pemerintahan yang di
mana metodologi ilmu pemerintahan digunakan oleh ilmu lain sebagaimana
ilmu pemerintahan menggunakan ilmu metodologi lain pada saat ilmu
pemerintahan dikaji sebagai suatu bidang kajian ilmiah. Pada tahap inilah
muncul ilmu pemerintahan generasi ketiga.
6. Munculnya ilmu pemerintahan generasi keempat yang dikenal dengan
bestuurswetenschappen dengan pendekatan multidisipliner dan lintas-disiplin.
7. Pada tahapan ini Bestuurswetenschappen berhasil menduduki posisi
denominasi, bias balik menyoroti bidang-bidang yang dahulu dikaji oleh
induknya. Ilmu Pemerintahan generasi keempat mengkaji gejala-gejala atau
peristiwa sosiologis. Maka lahirlah disiplin baru seperti Ilmu Pemerintahan
sosiologikal dan seterusnya.
c. Klasifikasi Ilmu Pemerintahan
Pada perkembangannya terdapat klasifikasi Ilmu Pemerintahan yaitu ilmu
pemerintahan murni atau teoritis, ilmu pemerintahan terapan atau praktis dan ilmu
pemerintahan hibridasi.

B. PENDEKATAN TEORI POLITIK


Ilmu politik selalu berkembang pendefinisiannya. Banyak cara dalam
mempelajari ilmu politik. Pada umumnya ada dua pendekatan yang dilakukan dalam
memahami ilmu politik yaitu pendekatan tradisional atau juga disebut dengan
pendekatan sejarah, dikatakan tradisional karena dalam memahami ilmu politik lebih
memfokuskan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pelaku politik yang ada
disetiap system. Selain pendekatan tradisional ada juga pendekatan tingkah laku yang
memfokuskan pada apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam tulisan ini akan membahas pendekatan-pendekatan menurut Mirriam
Budiardjo pendekatan legal atau institusional, perilaku, neo-marxis, ketergantungan,
pilihan rasional dan pendekatan institusional baru,
Page |8

I. Pendekatan-Pendekatan Dalam Ilmu Politik


Dibawah ini beberapa pendekatan dalam ilmu politik, diantaranya:
A. Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang pada abad
ke-19 pada masa sebelum perang dunia II. Pada pendekatan ini negara menjadi fokus
utama, terutama konstitusional dan yurisidisnya. Bahasan pendekatan ini menyangkut sifat
dari Undang-Undang Dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta
yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan
yudikatif.
Pendekatan ini lebih sering bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma
demokrasi barat serta negara lebih di artikan sebagai suatu badan dari norma-norma
konstitusional yang formal.
B. Pendekatan Prilaku (Behavioralisme)
Pendekatan ini muncul dan berkembang di amerika pada tahun 1950-an sesudah Perang
Dunia II. Adapun sebab munculnya pendekatan ini yaitu:
1. Sifat deskriptif dari ilmu politikdianggap tidak memuaskan
2. Ada kekhawatiran bahwa jika ilmu politik tidak akan maju dengan pesat
3. Di kalangan pemerintah amerika tealh muncul keraguan mengenai kemampuan
para sarjana ilnu politik untuk menerangkan fenomena politik. Pendekatan ini tidak
menganggap lembaga-lembaga formal sebagai sentral atau actor independen, tetapi
sebagai kerangka.
Perilaku ini mempelajari perilaku anggota parlemen seperti pola pemberian suara
rancangan undang-undang. Beberapa konsep pokok pendekatan prilaku menurut David
Easton dan Albert Somit :
1. Prilaku politik menampilkan keteraturan yang peril dirumuskan sebagai
generalisasi-generalisasi yang kemudian di buktikan atau diverifikasi
kebenarannya.
2. Harus ada usaha membedakan jelas anatra norma dan fakta.
3. Analisis politik tidak boleh dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi sipeneliti
4. Penelitian harus sistematis dan menuju pembentuka teori baru
5. Ilmu politik harus bersifat murni.
Page |9

C. Pendekatan Neo-Marxis
Kalangan Neo-Marxis berasal dari kalangan cendekiawan yang berasal dari kalangan
“Borjuis”. Seperti cendekiawan lainnya mereka enggan bergabung dengan partai politik
atau organisasi. Para Neo-Marxis ini, disatu sisi menolak komunisme dari Uni Soviet, di
pihak lain tidak setuju dengan kapitalisme.
Salah satu kelemahan pada golongan ini adalah bahwa mereka mempelajari Marx
dalam keadaan unia yang banyak berubah.
Marx meninggal pada tahun 1883. Pemikirannyalah yang yang ditafsirkan menjadi
Marxisme. Mereka berpendapat bahwa keseluruhan gejala sosial merupakan gejala
kesatuan yang tidak boleh dibagi-bagi menjadi bagian-bagian tersendiri.

D. Pendekatan Ketergantungan
Bertolak belakang dengan konsep Lenin mengenai imprealisme, mereka beranggapan
bahwa imprealisme masih hidup tapi dalam bentuk lain seperti ekonomi yang didominasi
negara-negara kaya. Pembangunan negara kurang maju selalu berkaitan dengan
kepentingan pihak lain seperti:
1. Negara jajahan dapat menyediakan sumber daya manusia atau sumber daya alam.
2. Negara kurang maju dapat menjadi pasar untuk hasil produksi Negara maju.
Ander Gunder Frank berpendapat bahwa penyelesaian masalah hanyalah melalui
revolusi social secara global. Mereka berpendapat bahwa gejala ini sudah menjadi
gejala seluruh dunia.Yang menarik adalah pandangan mereka yang membuka mata
kita terhadap akibat dari dominasi ekonomi ini. Dan itu dapat dilihat dari
membumbungnya hutang dan kesenjangan sosial.
E. Pendekatan Pilihan Rasional
Pendekatan ini muncul dan berkembang setelah pertentangan anatara pendekatan-
pendekatan sebelumnya. Dan juga bebas dari peperangan besar yang selama ini terjadi.
Dalam ilmu politik dikenal nama pendekatan Pilihan Rasional. Pada akhir-akhir ini
perkembangan satu bidang ilmu politik itu tersendiri.
Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai actor terpenting dalam dunia
politik. Sebagai mahkluk rasional mereka selalu memiliki tujuan tersendiri. Pelaku
rasional ini terutama politisi, birokrat, pemilih, dan actor ekonomi, pada dasrnya egois dan
segalanya tindakannya berdasarkan kecenderungan ini.
Dasar dari pendekatan ini adalah:
P a g e | 10

1. Tindakan manusia adalah instrument agar perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai
usaha untuk mencapai suatu tujuan yang sedikit banyak jarak jauh.
2. Para actor merumuskan perilakunya melalui perhitungan rasional mengenai aksi
mana yang akan memaksimalkan keuntungannya.
3. Proses social berkala besar termasuk hal-hal seperti ratings, institusi dan praktik-
praktik merupakan hasil dari kalkulasiseperti itu. Pendekatan ini sanagat berjasa untuk
mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat empiris yang
adapat dibuktikan kebenarannya. Ia merupakan suatu studi empiric, ketimbang abstrak dan
spekulatif.
F. Pendekatan Institusional Baru
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain. Ia lebih merupakan
suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu
pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Institusional baru mempunyai banyak
aspek dan variasi.
Disebut Institusionalisme baru karena menyimpang dari Institusioanalisme yang lama.
Selain itu Institusionalisme baru melihat institusi Negara sebagi hal yang dapat diperbaiki
kearah tujuan tertentu. Pendekatan ini sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis
yang melihat politik dari kebijakan public sebagai hasil dari perilaku dari kelompok besar
atau massa, dan pemerintahan sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa
itu.
Bentuk dan sifat dari institusi tergantung dari aktornya. Ada semacam consensus bahwa
inti dari institusi politik adalah rules or the game (Aturan main). Institusi tidak hanya
merupakan refleksi dari kekuatan social. Institusi seperti pemerintahan, parlemen, parpol,
dan birokrasi. Dapat dikatakan suatu institusi adalah organisasi yang tertata melalui pola
prilaku yang diatur oleh peraturan.
Inti dari institusionalisme baru yang dirumuskan Robert E. Goodin sbb:
Actor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang dibatasi secara
kolektif. Pembatasab-pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi.
Pembatasan-pembatasan ini dalam banyak hal juga member keuntungan bagi individu
atau kelompok dalam mengejar proyek mereka masing-masing.
Faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu dan kelompok,mempengaruhi
pembentukan preferensi dan motivasi dari actor dan kelompok.
P a g e | 11

Pembatasan ini mempunyai akar historis sebagai peninggalan dari tindakan dan pilhan
masa lalu.
Mewujudkan, memlihara, dan member peluang serta kekuatan yang berbeda kepada
individu dan kelompok masing-masing.
Perbedaan institusionalisme baru dan lama terletak pada nalisis ekonomi, kebijakan
fiscal dan moneter, pasar dan globalisasi di mana institusionalisme tertuju ke sana,
ketimbang masalah konstitusi yuridis.

Institusionalisme
Pendekatan ilmu politik dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
institusionalisme baru, karena menurut Miriam budiardjo pendekatan institusionalisme
baru menjelaskan bagaimana organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap peran
dan bagaimana peran dan institusi berinteraksi.

Pengertian
Pengertian Pendekatan Institusionalisme Baru adlaah pendekatan yang muncul sebagai
reaksi terhadap pendekatan sebelumnya serta lebih mengarah kepada negara dan institusi
sebagai unsur utama yang menentukan dan membatasi.

Maksudnya

Pendekatan yang muncul sebagai reaksi pendekatan sebelumnya dalam hal ini
pendekatan perilaku (behavioralisme) dan pendekatan pilihan rasional.
Ada anggapan bahwa perilaku individu adalah otonom dan tidak dipengaruhi faktor
dari luar. Sedangkan banyak fakta yang dimunikan bahwa alasan politik individu justru
karena adanya perilaku manusia yang dipengaruhi faktor luar contohnya perilaku para
pemilih.
Karena adanya pergeseran tersebut, maka lahirlah pendekatan insititusionalime baru
untuk memperkaya metode yang telah dikembangkan pendekatan sebelumnya yang secara
spesifik membatasi gerakan manusia.
Contoh di dalam bernegara ada prosedur-prosedur ada norma yang dibuat tentunya
untuk kepentingan bersama. Bahasan dalam pendekatan institusionalisme baru Contoh
P a g e | 12

dalam perekrutan suara para calon tidak menunjukkan sikap yang sesuai budaya politik.
tidak mengindahkan struktu-struktur yang sudah berlangsung.
Sehingga institusionalisme baru dimana Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh
insititusi sedangkan institusi sendiri diciptakan untuk menjaga struktur dalam masyarakat.
Oleh karena itu untuk menciptakan struktur yang baik, di dalamnya harus diisi oleh
manusia yang berkompetisi baik.
Sehingga institusi dapat memberikan pedoman tindakan yang baik bagi individu tanpa
"mensetir" perilaku individu. Sebagai pembaharuan dari institusionalisme lama yang
statis, pendekatan ini juga melihat institusi negara dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan
tertentu misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur. Olehnya itu, dalam fokus
kajian dari institusionalime adalah ekonomi.

II. Simpulan
Dari apa yang telah dibahas mengenai pendekatan-pendekatan dalam ilmu politik,
perbedaan yang terjadi diakibatkan berbedanya pandangan para ilmuwan politik dalam
memahami ilmu politik. Objek yang dibahas atau diteliti adalah sama, namun cara dalam
memahaminyalah yang berbeda. Dengan berbagai pandangan dan pendekatan yang
berbeda inilah yang membuat ilmu politik lebih beragam pengertiannya. Namun dengan
banyaknya pendekatan ini tidak mengakibatkan pemahaman yang salah dalam
mempelajari ilmu politik.

III.Referensi
Buku
Budiarjo, Miriam.,dkk. 1996. Teori-teori Politik Dewasa Ini. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Wibowo, Eddi.,dkk. 2004. Ilmu Politik Kontemporer. Yayasan Pembaruan Administrasi
Publik Indonesia (YPAPI). Yogyakarta.

Internet
http://handiarto.com/beragam-pendekatan-dalam-ilmu-politik
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 13:30 WIB
P a g e | 13

http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2114294-pendekatan-dalam-politik/
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 13:30 WIB

http://muspiarsaputra.blogspot.com/2010/12/paper-pendekatan-dalam-ilmu-politik.html
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 13:30 WIB

Anda mungkin juga menyukai