Tujuan Instruksional
Meletakan dasar-dasar pemahaman mahasiswa terhadap Ilmu Pemerintahan. Melalui
pengetahuannya terhadap kajian yang ada dalam Ilmu Pemerintahan, mahasiswa
diharapkan mampu mengetahui dan menjadikannya dasar pemahaman terhadap
Ilmu Pemerintahan. Hasil proses perkuliahan menjadi dasar bagi pemahaman mata
kuliah keahlian tentang pemerintahan selanjutnya.
Materi Kuliah
I. Kontak Belajar
II. Pengertian Pemerintahan
III. Kekuasaan dan Kewenangan
IV. Negara dan Pemerintah
V. Paham-paham penyelenggaraan Negara
VI. Pemisahan Kekuasaan Negara
VII. Good Governance
VIII. Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia
IX. Hubungan Lembaga Kekuasaan di Pusat
X. Pemerintahan Daerah di Indonesia
XI. Dinamika Pemerintahan
XII. Diskusi Kelompok: Konsep Negara Bangsa (nation state) dan
Pembentukan Negara
XIII. Diskusi Kelompok: Bentuk negara dan Pemerintahan
XIV. Review Mata Kuliah
Buku Bacaan
• Budiardjo, Miriam, 1999, Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT
Gramedia, Jakarta.
• Guruh LS, Syahda, 2000, Menimbang Otonomi Vs
Federal, PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
• Huntington, Samuel P, 1995, Gelombang Demokratisasi
Ketiga, Rajawali Pers, Jakarta.
• Haryanto, Dkk, 1997, Fungsi-fungsi Pemerintahan, Badan
DIKLAT Depdagri, Jakarta.
• Iver, Mc, 1985, Jaring-Jaring Pemerintahan, Aksara Baru,
Jakarta.
• Ndraha, Taliziduhu,, Kybernology 1 dan 2 (Ilmu
Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta.
Buku Bacaan…
• Ranney, Austin, 1990, The Governing Of Men, The Dryden
Press, Hinsdale, Illinois. Rasyid, Muhammad Ryaas, 2000,
Makna Pemerintahan (Tinjauan dari segi Etika dan Kepemimpinan),
PT Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
• Said, M. Mas`ud (ed), 1997, State of The Art Ilmu Politik Dan
Pemerintahan, Cahaya Press, Malang.
• Surbakti, Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
• Syafiie, Inu Kencana, 1994, Pengantar Ilmu Pemerintahan,
Mandar Maju, Bandung.
• Trasformatif, 2003, Kuldesak Kajian Pemerintahan, , Jurnal Ilmu
Pemerintahan FISIPOL UGM Volume 1, No. 1,
Yogyakarta.
Metode Perkuliahan
Proses belajar dilakukan melalui kegiatan tatap muka, yang
meliputi perkuliahan di kelas berupa ceramah, diskusi, dan
presentasi makalah mengenai fenomena Pemerintahan dan
proses politik kontemporer selama kurun waktu
perkuliahan
Tugas
Setiap mahasiswa wajib membuat tugas, baik berupa
penjelasan teoretik, proposisi teoretik, maupun praktis
mengenai fenomena pemerintah dan pemerintahan di
Indonesia
Penilaian
Aspek penilaian meliputi:
• Absensi kuliah : 10 %
• Tugas : 30 %
• UTS : 25 %
• UAS : 25 %
• Aktivitas : 10 %
Obyek Pemerintahan
• Obyek Forma
• Obyek Materia
• Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas, meninjau persoalan
secara ontologi adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat
danrealitas dengan refleksi rasional serta analisis logika, Jadi
yang pertama dalam pengetahuan dikenal dahulu “ada” dan “apa”
sesuatu itu.
• Epistemologi adalah bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana
kita mengetahuinya serta bagaimana kita membedakannya dengan
yang lain. Bagaimana dalah pertanyaan yang berkaitan dengan
keadaan, jadi berkaitan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang
dan waktu sesuatu itu.
• Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari
klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu
sendiri, akhirnya dilihat perkembangannya. Dalam pengetahuan
inilah dikenal berbagai ilmu, berbagai moral, berbagai seni yang
keseluruhannya disebut dengan logika, estetika.
• Ilmu adalah tiap kesatuan pengetahuan di mana
masing-masing bagian bergantungan satu sama
lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas
tertentu (Van Poelje).
• Ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur
yang membahas sesuatu sasaran tertentu dengan
pemusatan perhatian kepada satu atau
segolongan masalah yang terdapat pada sasaran
itu untuk memperoleh keterangan-keterangan
yang mengandung kebenaran (The Liang Gie).
• Pengetahuan (Knowledge) yang dapat dikenali,
dapat diterangkan, dapat dilukiskan, dapat
diperkirakan, dapat dianalisis, dan dapat diawasi
(control) akan menjadi suatu ilmu (science)
(Taliziduhu Ndraha).
• Secara singkat Ilmu Pengetahuan adalah Ilmu
yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan
yang kebenarannya dapat diperiksa ditelaah
(dikontrol) dengan kritis oleh orang lain yang
ingin mengetahuinya.
Dari batasan di atas ada beberapa poin yang harus
dipenuhi oleh pengetahuan agar dapat menjadi ilmu
pengetahuan di antaranya :
pengetahuan (Knowledge), maksudnya dalah kesan dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan pancaindra, yang tentunya berbeda
sekali dengan kepercayaan atau keyakinan (superstition) dan informasi
yang salah (missinormation). Contohnya, tanaman yang dipupuk akan
lebih subur daripada tanaman yang tidak dipupuk. Hal ini tentunya
merupakan pengetahuan dari pengalaman yang dapat dibuktikan
kebenarannya, artinya pengalaman tersebut dapat dilihat dan didengar
oleh indera manusia. Lain halnya dengan gejala memberikan sesajian
ke pojok sawah sebelum masa tanam padi yang dipercayai akan
mendatangkan berkah. Memberikan sesaji kepada roh-roh bukan
pengetahuan tetapi kepercayaan atau keyakinan yang tidak dapat
dilihat dengan indera.
Tersususn secara sistematis, maksudnya adalah urut-urutan antar-elemen
sebagai satu kesatuan sehingga dapat memberikan gambaran garis besar
ilmu pengetahuan. Sistem merupakan komstruksi yang abstrak dan teratur
sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai. Artinya setiap bagian
dari suatu keseluruhan tersebut dapat dihubungkan dengan yang lainnya.
bagian-bagian tersebut diantaranya 1). realita, 2). logika/penalaran, 3).
Permasalahan, 4). metodologi pengetahuan, 5). Pengamatan dan 6).
Pembuktian.
Komponen-komponen ilmu pengetahuan tersebut dapat dianalisis bahwa
sumber ilmu pengetahuan adalah realita. Dari realita tersebut timbul
penalaran tentang suatu permasalahan, tentang apa, mengapa, bagaimana,
kapan, dimana realita itu terjadi. Jika dunia ini adalah realita, maka melalui
penalaran bisa ditayangkan bagaimana dunia ini dicuptakan, mengapa
dunia ini diciptakan, kapan diciptakan dan lain sebagainya. untuk
menjawab permasalahan itu sendiri tentunya tidak boleh hanya
menggunakan pikiran-pikiran saja tetapi jawaban-jawaban tersebut harus
didasarkan pada bukti yang nyata dengan menggunakan seperangkat
metodologi tertentu. Jawaban dari permasalahan tersebut harus terbuka
artinya boleh diuji kebenarannya oleh semua pihak.
Menggunakan pemikiran, maksudnya adalah pengetahuan tersebut
diperoleh melalui kenyataan atau fakta dengan melihat atau
mendengar sendiri melalui alat komunikasi seperti membaca,
mendengar, melihat dan sebagainya. Apa saja yang diperoleh dari
reaita trsebut diorganisasi di dalam otak untuk dianalisa melalui
logika. Dari realita terdapat gejala-gejala kehidupan sosial misalnya
kecenderungan masyarakat pedesaan yang cenderung ingin pindah ke
kota.
Dapat dikontrol kebenarannya. Secara kritis oleh siapapun dapat
dilakuka oleh siapapun sehingga ilmu tersebut benar-benar obyektif.
Artinya pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan, sehingga
kebenarannya dapat deketahui oleh umum, diperiksa, diuji
kebenarannya. sifat ilmu pengetahuan adalah terbuka, tidak ada
satupun dari ilmu pengetahuan tersebut yang dirahasiakan atau
disembunyikan. Sifat obyektif dan terbuka ilmu pengetahuan menjadi
kebenarannya dapat diuji oleh siapapun.
Ilmu pengetahuan memiliki sifat-sifat
antara lain :
a.1. Rasional, artinya ilmu tersebut harus mempunyai sifat
kegiatan berpikir yng ditundukkan kepada logika (penalaran).
Berpikir Rasional berarti berpikir secara sistematis yang
kompleks dan konsepsional dengan kemampuannya
menggunakan lambang untuk dapat memberi arti yang hampir
tidak terbatas kepada satu objek material, seperti pada suara,
gerak, warna dan rasa.
a.2. Empiris, artinya kesimpulan (konklusi) yang diambil harus
tunduk pada pemeriksaan atau verivikasi indera manusia, maka
kaidah logika formal dan hukum sebab akibat harus menjadi
dasar kebenaran yang bersifat realitas objektif (netral), yang
artinya ilmu pengetahuan tidak memihak kepada siapapun
kecuali kepada fakta dan bukti obyektif.
a.3. Ilmu pengetahuan berdiri atas dasar dua unsur
yang besar, yaitu fakta dan teori. Teori mendefinisikan
(mengartikan atau menjabarkan) fakta sebagai
observasi (pengamatan) empiris yang diverifikasikan
(diperiksa), sedangkan teori mempunyai tugas fungsi
menempatkan hubungan yang terdapat di antara fakta-
fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan
atas fakta saja, tetapi untuk menjadi ilmu fakta harus
disusun dalam suatu sistematik (urut-urutan),
dihubung-hubungkan, diinterpretasikan (dipahami)
atau ditafsirkan atau dianalisis, sehingga tanpa metode
tersebut suatu fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.
a.4. Bersifat umum, artinya kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu
harus dapat diperiksa atau diverivikasi oleh para peninjau ilmiah
dan dapat dipelajari atau diikuti secara umum dan dapat diajarkan
secara umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia, akan
tetapi justru mempunyai nilai sosial, dan kewibawaan ilmiah
didapat setelah hasil itu diketahui, diselidiki, dan dibenarkan
kebenarannya (validasinya) oleh sebanyak mungkin ahli dalam
bidang ilmu tersebut.
a.5. Bersifat akumulatif (saling berkaitan). untuk dapat mengerti
sifat ilmu yag akumulatif, perlu diketengahkan hubungan antara
ilmu dan kebudayaan, sebab ilmu merupakan salah satu unsur dari
kebudayan manusia. Contoh, untuk dapat belajar manusia
mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain itu ilmu
pengetahuan yang dikenal dewasa ini merupakan kelanjutan dari
ilmu yang ada sebelumnya.
• kemudian syarat yang paling penting untuk
kebenaran suatu pengetahuan disebut ilmu adalah
adanya obyek, baik obyek material bersifat umum
karena merupakan topik yang dibahas secara
global tentang pokok persoalan (Subyect Matter)
maupun obyek formal bersifat khusus dan specifik
karena merupakan pusat perhatian suatu disiplin
ilmu pengetahuan (focus of interest).
• Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
dibawah ini yang menjelaskan dan membedakan
obyek materia dan obyek forma dari beberapa
disiplin ilmu-ilmu kenegaraan.
Tabel 1
Obyek Materia dan Obyek Forma Ilmu-ilmu Kenegaraan
No Nama Disiplin Ilmu Obyek Materia Obyek Forma
Pengetahuan
1 2 3 4
Sifat
• Power Agency
Hakikat • Agreement Prod.
Tinjauan Yuridis
Negara • Law Agency
• Reality
• Condition
Tinjauan Obyektif • Element
• Otoritas
Tujuan Negara
Eschatology dan Spekulatif
• Tujuan Negara dihubungkan dengan tujuan
akhir hidup manusia.
Mythology dan Empiris/ Kenegaraan
• Power Oriented (Machiavelli)
• Power and Prosperity/ Unity (Dante
Alleghiere)
• Liberty and equity (Immanuel Kant)
• Welfare and Happiness (Sosialis, Kapitalis)
Teori-Teori Fungsi Negara
John Locke
• Fungsi Legislatif
• Fungsi Eksekutif
Trias • Fungsi Federatif
Politica Distribution
Theory of Power
Montesqiueu
• Fungsi Legislatif
• Fungsi Eksekutif
• Fungsi Federatif
Catur Praja (Van Vollenhoven)
• Regeling (fungsi perundang-undangan)
• Bestuur (fungsi pemerintahan)
• Recht spraak (fungsi Kehakiman)
• Politie (fungsi kepolisian)
Dwi Praja (Andrew Jackson)
• Policy Making (spoil system)
• Policy Executing (merit system)
Tipe, Bentuk, Susunan
Negara dan Pemerintahan
Pemahaman Teoretik
• Tipe-tipe negara erat kaitannya dengan
unsur-unsur negara (faktor menimbulkan
berbagai macam variasi negara) suatu
perkembangan dalam sejarah.
• Menggolongkan tipe negara dapat dilihat
dari ciri-ciri pokok yang dominan dari
negara yang ada.
• Uraian tipe negara dimulai dengan fase
negara timur kuno negara modern.
• Dalam tiap fase ditemukan bentuk-
bentuk negara: bentuk klasik
(monarki, aristokrasi, dan demokrasi);
bentuk modern (monarki, republik).
• Bentuk negara erat kaitannya
dengan tipe negara.
• Istilah bentuk negara harus dibedakan
dengan bentuk pemerintahan (M. Hutauruk)
• Bentuk negara = bentuk pemerintahan
(Mac Iver dan Duguit)
• Bentuk negara organisasi negara secara
keseluruhan (struktur negara dan unsur-
unsurnya).
• Bentuk Pemerintahan struktur organisasi
dan fungsi pemerintahannya (G.S.
Diponolo)
Terlepas dari perbedaan-perbedaan:
• Tipe negara menyoal ciri-ciri pokok yang
dominan dalam negara menurut sejarah
perkembangan negara;
• Bentuk negara menyoal negara baik secara
sosiologis maupun yuridis;
• Susunan negara menyoal pembagian
kedaulatan diantara beberapa bagian dari
negara.
Tipe Negara
Diklasifikasikan kedalam 5 Tipe Negara:
• Tipe Negara Timur Kuno
• Tipe Negara Yunani Kuno
• Tipe Nagara Romawi Kuno
• Tipe Negara Abad Pertengahan
• Tipe Negara Modern
Negara Timur Kuno
Ciri-ciri pokok:
• Negara didasarkan pada faham keagamaan
(religion).
• Kekuasaan absolut dan despotisme (lalim),
pemerintahan oleh raja-raja yang berkuasa
mutlak dan sewenang-wenang (the King can
do not wrong) negara-negara barat.
• Raja bertanggung jawab keburukan dan
kebaikan masyarakatnya.
• Theocracy dan absolute
Negara Yunani Kuno
• Negara kota (polis, city state, stad staat) dan
demokrasi langsung.
• Manusia adalah zoon politicon status activus
(aktif terlibat dalam urusan pemerintahan).
• Setiap warga memenuhi tugas kenegaraan
(masyarakat negara), juga memenuhi tugas
keagamaan (masyarakat agama).
• Penguasa atau pemerintah harus dari kalangan
orang-orang pintar (aristoktasi).
Negara Romawi Kuno
• Fase Sejarah Romawi Kuno: (a) fase kerjaan;
(b) fase republik; (c) fase principat; (d) fase
dominat.
• Fase Kerajaan dan Republik ajaran-ajaran
yunani, kerajaan (sparta), republik (athena)
city state.
• Demokrasi tidak mungkin terjadi rakyat harus
menyerahkan kekuasaannya pada Caesar
(caesarismus) berdasarakan kepercayaan rakyat
kepada caesar melalui perjanjian (lex regia)
fase principat dan dominat (ulpianus).
• Caesar absolut dan berkuasa penuh
Negara Abad Pertengahan
• Lanjutan dari tipe negara Romawi Kuno
• Teori hukum perdata (dasar-dasar dalam
bernegara) faham dualisme (hak raja (rex),
hak rakyat (regnum).
• Teori Patrimonial (feodalisme) kekuasaan
berdasarkan hak milik.
• Teori Teokratis (perlawanan gereja) dan Teori
Sekularisme
• 2 aliran: (1) Kelanjutan absolutisme Romawi
Kuno; (2) Kedaulatan rakyat.
Negara Modern
• Tipe Negara Hukum (kaum borjuis liberal)
negara hukum yang demokratis.
• Demokrasi suatu bentuk politik bukan yuridis
(Rosseau) absolut demokrasi (mayoritas
absolut, minoritas tertindas) hukum
membatasi demokrasi.
• Kekuasaan dari rakyat (kedaulatan rakyat)
pemerintahan oleh rakyat (konstitusinalisme).
• Negara Demokrasi; sistem dan lembaga
perwakilan.
Tipe Negara Dalam Tabel
No Tipe Ciri Utama
1. Negara Timur Kuno Teokrasi Absolut
2. Negara Yunani Kuno city state democracy
3. Negara Romawi Kuno primus inter pares
Raja-raja Absolut (caesar)
tradisi kodifikasi hukum
4. Negara Abad Pertengahan Teokrasi
Feodal dan dasar dualisme
dalam negara
5. Negara Modern Kedaulatan rakyat
Demokrasi
Sistem lembaga perwakilan
Bentuk Negara
2 Sudut Pandang Negara:
• Sosiologis negara secara keseluruhan
(bangunan negara);
• Yuridis dari sudut struktur atau isinya.
• Sudut pandang sosiologis bentuk
negara.
• Sudut pandang yuridis bentuk
pemerintahan.
3 Aliran dalam menyoal bentuk negara:
• Aliran 1 (a tree partite classification of state):
memandang organisasi dihubungkan dengan
pemerintahannya, sehingga bentuk negara
bercampur dengan bentuk pemerintahan;
• Aliran 2 (a b partite classification of state):
memandang apriori terhadap dua bentuk yang
kontradiktif Machiavelli: Republik dan
monarki, atau demokrasi dan diktator.
• Aliran 3: mencoba memakai kriteria yang lain,
baik dalam menentukan bentuk negara, maupun
bentuk pemerintahan.
• Aliran 1: 3 bentuk negara ideal (klasik
tradisonal) monarki, aristokrasi, dan
demokrasi (Plato, Aristoteles, Polybius, dan
Thomas Aquinas)
• Aliran 2: 2 bentuk negara republik dan
monarki (Machiavelli demokrasi dan
diktator)
• Aliran 3: kriteria sendiri (C.F. Strong dan
R.M. Mac Iver)
Bentuk Negara Aliran 1
• Plato Aristocracy (smart), Timokrasi
(kepentingan penguasa), Oligarki (borjuis),
Demokrasi (kekuasaan rakyat) Anarki,
Tirani (kekuasaan satu orang) aristocracy.
• Aristoteles (a) berdasarkan jumlah orang
yang memegang pemerintahan: (1 Orang)
Monarki dan Tirani, (Beberapa Orang)
Aristokrasi dan Oligarki, (Banyak Orang)
Politeia dan Demokrasi; (b) berdasarkan
kualitas pemerintahannya (pribadi atau
umum).
Tabel Bentuk Negara Aristoteles
• Kepartaian Tunggal
• Kemakmuran Rakyat banyak
• Tidak ada Hak Individu
• Pemerintahan Komunis
• Sistem Pemerintahan Totaliter
Pemisahan Kekuasaan Negara
(Separation of Power)
Teori-Teori Fungsi Negara
John Locke
• Fungsi Legislatif
• Fungsi Eksekutif
Trias • Fungsi Federatif
Distribution
Politica of Power
Theory Montesqiueu
• Fungsi Legislatif
• Fungsi Eksekutif
• Fungsi Yudikatif
3 Jenis Kekuasaan (Montesquieu)
• Question Hour
• Interpellation meminta
keterangan
• Enquete mengadakan
penyelidikan sendiri
• Mosi Sistem Parlementer
• Frederickson (1997:209-223) mangatakan
bahwa perwakilan kewarganegaraan dalam
pemerintahan akan memberikan keadilan
dan persamaan pada warganya dengan
penggunaan nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
• pola hubungan wakil yang diwakili, oleh
Riswandha Imawan (2000:2) mengemukakan
bahwa konsep perwakilan politik dapat ditelusuri
dari beberapa pemahaman yaitu: pertama,
mekanisme dimana warga negara dipandang
sebagai miniatur dari elemen masyarakat secara
keseluruhan, baik yang menyangkut perasaan,
pemikiran, penalaran maupun distribusi
geografisnya; kedua, prinsip agent dimana wakil
rakyat dipandang sebagai wakil tunggal dari
elemen keseluruhannya adalah masyarakat, karena
dapat bertindak berhubungan dengan pihak lain.
oleh Imawan (2000:2) mengungkapkan adanya dua teori
perwakilan politik yaitu:
• Teori mandat (sering disebut functional representation),
yakni wakil dilihat sebagai penerima mandat dimana ia
harus merealisasikan kekuasaan pihak yang diwakilinya
dalam proses kehidupan politik. Tindakan wakil harus
sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pihak yang
diwakilinya.
• Teori Kebebasan (sering disebut political representation),
yakni wakil dapat bertindak bebas tanpa tergantung
instruksi yang diberikan oleh pihak yang diwakilinya.
Wakil merupakan orang terpercaya, terpilih serta memiliki
kesadaran, akan kehendak dan kepentingan masyarakat
yang diwakilinya.
Sementara itu Pitkin (1957:209) dalam Riswandha
Imawan (2000:2) memberikan pemahaman bahwa
sistem perwakilan politik dapat ditelusuri melalui
beberapa indikator berikut ini yaitu: pertama,
tindakan wakil merupakan reaksi atas kepentingan
fihak yang diwakilinya; kedua, wakil harus
memiliki kebebasan bertindak, jadi tidak sekedar
melayani, tanpa melupakan pertimbangan
kebijaksanaan terbaik bagi kepentingan umum;
ketiga, wakil harus mampu meredam konflik yang
mungkin muncul antara dia dan rakyat yang
diwakilinya.
perwakilan politik itu adalah orang atau kelompok orang
yang dipercaya memiliki kemampuan dan kewajiban untuk
bertindak dan berbicara atas nama satu kelompok orang
yang lebih besar. Dengan demikian indikator yang bisa
digunakan untuk melihat apakah seorang wakil (atau
sekelompok orang) dinilai representatif oleh orang yang
diwakilinya adalah:
• Memiliki ciri yang sama dengan konstituen (pemilih).
• Memiliki ekspresi emosi yang sama dengan emosi
konstituen.
• Intensitas komunikasi yang tinggi dengan konstituen.
• Resistensi yang rendah dari konstituen.
• Rasa aman wakil bila berada ditengah konstituenya.
BEBERAPA CATATAN AKHIR
1. Dalam kolaborasi yg dibangun, negara/pemerintah tetap bermain sebagai figur
kunci namun tidak mendominasi,serta memiliki kapasitas mengkoordinasi
(bukan memobilisasi) untuk mencapai tujuan-tujuan publik;
2. Transformasi kekuasaan dari “kekuasaan atas” menjadi “kekuasaan untuk”
menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan menyelesaikan
masalah publik
3. Negara, NGO, swasta, dan masyarakat lokal merupakan aktor-aktor yg
memiliki posisi dan peran yg saling menyeimbangkan/setara
4. Mendisain ulang struktur dan kultur organisasinya agar siap dan mampu
menjadi katalisator bagi institusi lainnya untuk menjalin sebuah kemitraan
yang kokoh, otonom dan dinamis;
5. Melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan mulai dari
formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan serta penyelenggaraan layanan
publik
6. Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi, dan
akuntabilitas publik dalam menyelenggarakan kepentingan, pemenuhan
kebutuhan, dan penyelesaian masalah publik.
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH