Anda di halaman 1dari 58

makalah partai politik

Kamis, 04 Oktober 2012

Penjelasan Mengenai Partai Politik di Indonesia

PARTAI POLITIK

A. LATAR BELAKANG

Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah system politik. Karena pasti system politik-
lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju dapat dipastikan bahwa
system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu
mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur
politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat.

Dalam suatu sistem politik terdapat berbagai unsur, dan salah satu unsur tersebut adalah partai
politik. Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini memainkan berbagai fungsi,
salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi
politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah
sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan
di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh
masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan
keberadaannya hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk
menggapai jabatan-jabatan publik di Indonesia.

B. DEFENISI PARTAI POLITIK

Menurut UU Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang partai politik, partai politik adalah
organisasi politik yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.[1]

Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya
kememfaatan bersifat idiil maupun material.[2]

Leon D. Eisptern berpendapat partai politik adalah sekelompok orang yang secara peran terlibat
dalam politik dan mempunyai tujuan utama, terwakilinya secara formal dalam institusi dan pembuat
kebikan pemerintah.
Menurut Sigmund Neumann seorang ahli ilmu klasik dan kontemporer, mengemukakan partai
politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda.[3]

Secara umum dapat di katakan partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan programnya.

Partai politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia yang berdomisili di suatu daerah secara suka rela atas persamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan kepentingan, anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)/Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRK), Gubernur dan Wakil
Gubernur, serta Bupati dan Wakil Bupati/Wali Kota dan Wakil Walikota.

C. FUNGSI PARTAI POLITIK

1) Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Dalam hal ini partai politik juga berfungsi untuk memperbincangkan dan menyebarluaskan
rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Partai politik memainkan peran sebagai
penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah.

Partai politik merumuskan usulan-usulan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari masyarakat.
Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah
kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat dapar
dijembatani oleh partai politik. Dan bagi partai politik mengartikulasikan aspirasi rakyat merupakan
suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan, terutama bila partai politik tersebut ingin tetap eksis dalam
kancah politik nasional.

2) Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Partai politik menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke
generasi yang lain. Pelaksanaan fungsi sosialisasi ini di lakukan melalui berbagai cara yaitu media massa,
ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dsb. Funsi lain dari sosialisasi politik adalah
upaya menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.

3) Sebagai Sarana Rekruitment Politik


Dimana partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka
mengisi posisi dan jabatan politik tertentu. Dengan adanya rekruitmen politik maka dimungkinkan
terjadinya rotasi calon mobilitas politik. Tanpa rotasi dan mobilitas politik pada sebuah sistem politik,
maka akan muncul diktatorisme dan stagnasi[4] politik dalam sistem tersebut.Rekruitmen politik
menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan
melatih calon-calon pemimpin.

4) Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga negara
dengan pemerintahnya. Selain itu, partai juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan
yang beragam yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat.

D. KLASIFIKASI SISTEM KEPARTAIAN

Sistem kepartaian pertama kali dibentangkan oleh Maurice Duverger. Ia mengadakan klasifikasi menurut
3 kategori yaitu :

1) Sistem Partai Tunggal

Merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang mempunyai
kedudukan dominan di antara beberapa partai lain.

Termasuk dalam katagori ini adalah negara-negara yang hanya memiliki satu partai seperti di
negara-negara Komunis dan negara-negara yang memperbolehkan munculnya lebih dari satu partai
tetapi hanya ada satu partai dominan. Biasanya, yang terakhir ini muncul karena corak sistem politiknya
yang otoriter. Pola partai tunggal terdapat di beberapa negara : Afrika, Cina dan Kuba.

Dalam hal ini, fungsi partai adalah meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menerima
persepsi pimpinan partai mengenai kebutuhan utama dari masyarakat seluruhnya.

2) Sistem Dwi-Partai

Artinya partai-partai yang dominan hanya dua, yakni partai yang berkuasa dan oposisi, meskipun
bisa jadi di tengah-tengah dua partai itu terdapat partai-partai kecil lainnya. Amerika Serikat, Inggris dan
Australia, bisa dikatagorikan sebagai negara-negara yang menganut sistem dwi partai.

Bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas
dalam pemilihan umum secara bergiliran dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominan.

Sistem dwi-partai dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga syarat yaitu, komposisi masyarakat
bersifat homogen, adanya konsensus kuat dalam masyarakat mengenai azas dan tujuan sosial dan
politik, dan adanya kontinuitas sejarah.[5]
3) Sistem Multi-partai

Artinya, jumlah partai yang berkembang menjadi partai dominan itu lebih dari dua. Negerai
Belanda termasuk negara yang menganut sistem kepartaian seperti itu. Pola multi-partai umumnya
diperkuat oleh sistem pemilihan Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) yang memberi
kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan baru.

Para meter kedua yang bisa kita pakai adalah berkaiatan dengan jarak ideologi antara partai yang
satu dengan partai yang lain. Untuk ini, paling tidak, terdapat dua sistem yang muncul.

1) sistem kepartaian yang corak ideologis sentrifugal. Artinya, jarak ideologi yang dimiliki partai yang
satu dengan partai yang lain cukup jauh, bahkan bisa bertentangan antara yang satu dengan yang lain.
Misalnya saja, Partai Komunis dan Partaipartai yang berbasis keagamaan (islam, Kristen/Katholik, Hindu,
Budha dan yang lain) jelas memiliki jarak ideologis yang jauh.

2) sistem kepartaian yang bercorak ideologis sentripetal. Artinya, jarak ideologis antara partai yang
satu dfengan partai yang laian tidak jauh, bahkan bisa saling terkait antara yang satu dengan yang lain.

Untuk menjadi badan hukum, partai harus memiliki :

1) Akta notaris pendirian Partai Politik

2) Memiliki Nama, lambang, atau tanda gambar tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan nama, lambang atau tanda gambar yang telah di pakai secara Sah oleh partai
politik lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

3) Kantor tetap

4) Kepengurusan sekurang-kurangnya 60% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota
pada daerah yang bersangkutan

5) Memiliki rekening atas nama partai politik

6) Memiliki kantor tetap

E. PEMILIHAN UMUM
Pemilu merupakan sarana untuk menelorkan para wakil rakyat dan pemimpin yang kapabel, demokratis
dan berpihak kepada kepentingan rakyat. Pemilu merupakan salah satu prasyarat penting dalam sebuah
negara demokrasi. Pemilu lahir dari dua arus pemikiran yang saling bertentangan dalam demokrasi. Arus
pertama menyatakan bahwa esensi demokrasi adalah adanya pengakuan atas hak individ uuntuk turut
serta dalam proses politik. Namun, segera disadari, dan ini penyebab munculnya arus kedua, bahwa
tidak mungkin setiap individu bisa terlibat dalam setiap tahap proses politik.[6]

Terdapat tiga alasan mengapa pemilu bisa menjadi sarana legitimasi politik bagi pemerintah yang
berkuasa. Pertama, melalui pemilu, pemerintah sebenarnya sedang menyakinkan atau setidaknya
memperbaharuhi kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat. Kedua, melalui pemilu pemerintah
dapat pula mempengaruhi perilaku rakyat atau warga negara . para penganut fungsionalisme menyakini
pemilu bisa menjadi alat kooptasi bagi pemerintah untuk meningkatkan respon rakyat terhadap
kebijakan-kebijakan yang dibuatnya dan pada saat yang sama memperkecil tingkat oposisi
atasnya.Ketiga dalam dunia modern para penguasa dituntut untuk mengandalkan kesepakatan dari
rakyat ketimbang pemaksaan untuk mempertahankan legitimasi.

Antonio Gramsci menunjukkan kesepakatan yang diperoleh melalui hegemoni oleh penguasa
ternyata lebih efektif dan bertahan lama sebagai sarana kontrol dan pelestarian legitimasi otoritasnya
daripada penggunaan kekerasan dan dominasi.[7]

F. MEMAHAMI KEBERADAAN PARTAI POLITIK LOKAL

Menurut J. Kristiadi, timbulnya partai politik lokal setidaknya berkaitan erat dengan 2 (dua)
alasan pokok : Pertama, masyarakat Indonesia yang beragam dengan wilayah yang amat luas harus
mempunyai instrumen politik yang benar-benar dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat daerah.
Partai politik berskala nasional tidak akan dapat menampung dan mengagregasikan kepentingan
masyarakat di daerah yang beragam. Kedua, dengan diselenggarakannya pemilihan kepala daerah
langsung, seharusnya masyarakat di daerah diberi kesempatan membentuk partai lokal agar calon-calon
kepala daerah benar-benar kandidat yang mereka kehendaki, dan dianggap merupakan sosok yang
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat daerah.

Partai politik lokal dapat dipahami dalam dua hal. Pertama, adalah partai-partai politik
yang hanya eksis di daerah-daerah tertentu, misalnya saja di dalam kabupaten/kota tertentu atau
propinsi tertentu, Kedua parati politik lokal yang hanya eksis didaerah dan hanya ikut serta dalam
pemilu untuk memperebutkan jabatan-jabatan publik didaerah tersebut, baik legislatif, maupun
eksekutif.

Ada enam keuntungan politik apabila partai politik lokal dibiarkan tumbuh subur dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1) partisipasi politik masyarakat akan tersalurkan dalam wadah dan partai politik yang memiliki
warna yang sesuai dengan karakter dan lokalitas daerah dan wilayahnya. Partisipasi politik semacam ini
akan makin mendekatkan pemimpin dengan masyarakatnya, sehingga terbangun jembatan politik yang
mampu mewujudkan tata kelola kebijakan yang berbasis pada aspirasi politik masyarakat.

2) keberadaan partai politik lokal secara subtansi memagari keinginan untuk menuntut
kemerdekaan dan pemerintahan sendiri. Hal ini dikarenakan masyarakat secara terbuka dan aktif
terlibat dalam proses pemilihan pemimpinnya, tanpa campur tangan pemerintah pusat. Karakteristik
kepemimpinan politik yang dihasilkan akan mengikuti selera politik masyarakatnya, sehingga peran
pemerintah pusat hanya menjadi penegas dari hasil tersebut.

3) rekruitmen politik lebih jelas dan berbasis dari masyarakat sendiri. Rekruitmen tersebut menjadi
isu yang signifikan karena kerap kali calon-calon dalam pilkada tidak berbasis di daerah dan wilayahnya,
sehingga dapat dilihat sebagai langkah mundur dalam penguatan politik lokal. Rekruitmen politik untuk
mengisi posisi-posisi strategis di daerah, akan makin kuat legitimasinya apabila diperoleh dari seleksi
yang dilakukan di sejumlah partai politik lokal, dan hasil dari kontestasi pilkada. Dengan berbasis pada
dukungan partai politik lokal, seleksi kepemimpinan di wilayah yang bersangkutan akan lebih selektif
dan efektif. Hal ini dikarenakan partai politik lokal yang akan menyeleksi calon-calon diasumsikan lebih
tahu karakteristik dan potensi daerahnya. Sehingga dengan adanya partai politik lokal, saringan
terhadap potensi kepemimpinan daerah yang bersangkutan akan lebih baik lagi.

4) partai politik lokal secara prinsip menambah pilihan politik bagi masyarakat untuk menentukan
pilihan politiknya. Beragamnya pilihan calon yang diusung dengan berbagai kendaraan politik secara
inheren melakukan pendidikan politik masyarakat. Sehingga yang terbangun tidak hanya sekedar
sentimen daerah atau lokal saja yang terbangun, tapi juga pembangunan kesadaran dan pendidikan
politik bagi masyarakat perihal calon-calon yang ada kepada masyarakat. Sebab, harus diakui salah satu
peluang yang harus diminimalisir dalam pembangunan partai politik lokal adalah terbangunnya
sentimen kedaerahan yang membabi buta. Yang pada akhirnya menghilangkan semangat dan tujuan
positif dari adanya partai politik lokal.

5) tereksploitasinya segenap potensi daerah untuk bersama-sama membangun daerah dan


wilayahnya secara konstruktif. Keberadaan potensi daerah yang tidak muncul saat menggunakan sistem
kepartaian nasional, karena adanya campur tangan pusat, maupun dewan pimpinan pusat partai
bersangkutan dalam pencalonan dan seleksi kandidat akan tereduksi dengan diperbolehkannya partai
politik lokal. Hal ini menjadi salah satu peluang bagi potensi lokal yang selama ini tidak terakomodasi
untuk membuktikan kapasitasnya lewat kendaraan politik partai politik lokal.

6) dengan adanya partai politik lokal diasumsikan akan memberikan garansi regenerasi
kepemimpinan politik di daerah yang berkesinambungan. Regenerasi kepemimpinan politik di daerah
tidak lagi terinterupsi oleh kepentingan pemerintah pusat atau pengurus partai di tingkat pusat yang
hanya akan memaksakan calon-calon dropping dari dewan pimpinan partai atau rekayasa pemerintah
pusat. Regenerasi kepemimpinan politik yang berkesinambungan memberikan harapan bagi masyarakat
untuk secara bersungguh-sungguh memberikan aspirasi politiknya agar daerahnya lebih maju, dengan
tetap memperhatikan asas tata kelola pemerintahan yang baik.
[1] Harmut Hess PEKERJAAN PARTAI, hlm. 15.

[2] Friedrich, constitutional Goverment and Democracy, hlm. 419

[3] Sigmund Neumann. Modern Political Parties, dalam Comparative Politics: A Reader, diedit oleh
Harry Eckstein dan David E. Apter (London: The Free Press of Glencoe, 1963), hlm 352

[4] Hambatan atau kelambatan

[5] Peter G.J. Pulzer, Political Representation and Elections in Britain (London: George Allen and Unwin
Ltd., 1967), hlm. 41.

[6] Imawan, Riswandha, Membedah Politik Orde Baru Catatan Dari Kaki Merapi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1997.

[7] Simon, Roger. Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Trj. Pustaka Pelajar, 2004 hal. 133.

Diposkan oleh fitria liana di 23.48 Tidak ada komentar:


Cerita Cinta Shinta

Disini aku sering share berbagai kisah cinta aku,. cinta akan Tuhan, cinta terhadap orangtua (keluarga),
cinta kepada lawan jenis (pacar), cinta sesama sahabat (temen), cinta mata kuliah.. aku ga tau harus
curhat kemana lagi kalau bukan di blog yang sangat sederhanaku ini..

Ada kesalahan di dalam gadget ini

30 NOVEMBER 2011

MAKALAH PARTAI POLITIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai politik, selanjutnya disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang dimulai di Inggeris
pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pikiran Barat bahwa Negara adalah organisasi
kekuasaan untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang semua bebas dan berkuasa tidak
mengakibatkan masalah sekuriti pada Individu. Organisasi kekuasaan yang dibagi dalam kekuasaan
eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif atau Trias Politica, merupakan perimbangan
(checks & balances) antara tiga kekuasaan itu. Untuk menjadikan kekuasaan legislatif mampu melakukan
kontrol yang efektif terhadap dua kekuasaan lainnya, khususnya terhadap eksekutif, rakyat di Inggeris
pada tahun 1678 membentuk partai politik, yaitu Tory. Parpol ini dalam abad ke 19 berkembang
menjadi Partai Konservatif yang seringkali berkuasa di negaranya hingga masa kini.

Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke 20 menjadi wahana penting
dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Menjadi pertanyaan bagaimana
parpol sebagai produk Barat dapat menjadi organisasi dan wahana efektif dalam Republik Indonesia
dengan Dasar Negara Pancasila. Sesuai dengan Pancasila negara bukan organisasi kekuasaan, melainkan
organisasi kesejahteraan. Tulisan ini berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan itu untuk
kepentingan masa depan kehidupan bangsa Indonesia yang adil, maju dan sejahtera.

Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan kebutuhan
terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran
baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di beberapa negara
dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem
kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu menyerap dan menyatukan
semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat modernisasi. Dari sudut pandang ini, jumlah
partai hanya akan menjadi penting bila ia mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk saluran-
saluran kelembagaan yang diperlukan guna menampung partisipasi politik. Sistem kepartaian yang
kokoh, sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan partisipasi politik
melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan.
Kedua, mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang
dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik. Dengan demikian,
sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang
melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.

Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan
merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini
dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada
penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat. Gunanya penulis
membahas judul ini ialah untuk untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik di
indonesia, agar dapat mengetahui lebih jelasnya, penulis akan membahasnya pada bab-bab berikutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari partai politik, sejarah serta asal-usulnya ?

2. Apa saja basis dari partai politik itu sendiri serta bagaimana dengan tipe-tipenya ?

3. Apakah fungsi dari partai politik itu ?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini diharapkan bisa mengembangkan kajian studi Ilmu Pemerintahan khususnya berkaitan
mengenai partai politik.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan suatu pelajaran yang berguna mengenai realita partai politik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Partai Politik

Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat,
dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa dan kuasaan. Adanya partai politik
membuat rakyat dapat terlibat secara langsung dalam proses penyelenggaraan negara dengan
menempatkan wakilnya melalui partai politik. Secara umum partai politik dikatakan sebagai suatu
kelompok yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, yang berusaha memperoleh kekuasaan melalui
pemilihan umum.

Pengertian partai politik dalam UU No. 31 Tahun 2002 pasal 1 (1) adalah:
Organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa
dan negara melalui pemilihan umum.

Ramlan Surbakti mendefinisikan partai politik sebagai : Kelompok anggota yang terorganisasikan secara
rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari
dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan
alternatif kebijakan umum yang mereka susun. (Surbakti, 1992:116)

Inu Kencana dkk, mengemukakan definisi partai politik sebagai : Sekelompok orang-orang memiliki
ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk
memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level negara. (Kencana dkk, 2002:58)

Sigmun Neuman seperti yang dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam bukunya Partisipasi Politik dan
partai Politik mengemukakan definisi partai politik sebagai berikut : Partai politik adalah organisasi
artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang
memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda-beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan
kekuasaan-kekuasaan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang
mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas. (Neuman dalam
Miriam Budiardjo, 1998:16-17)

J. A. Corry dan Henry J. Abraham mengungkapkan pendapatnya tentang partai politik seperti yang
dikutip oleh Haryanto dalam bukunya Partai Politik Suatu Tinjauan Umum, yaitu : Political party is a
voluntary association aiming to get control of the government by filling elective offices in the
government with its members (Partai politik merupakan suatu perkumpulan yang bermaksud untuk
mengontrol jalannya roda pemerintahan dengan cara menempatkan para anggotanya pada jabatan-
jabatan pemerintahan). (Corry dan dalam Haryanto, 1984:9)

Dari berbagai definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan utama partai politik adalah menguasai
pemerintahan sehingga mereka dapat lebih leluasa melaksanakan keinginan-keinginan mereka serta
mendapatkan keuntungan. Partai politik berbeda dengan gerakan (movement). Suatu gerakan biasanya
menggunakan politik untuk mengadakan suatu perubahan terhadap suatu tatanan yang ada dalam
masyarakat, bahkan ada yang sampai ingin menciptakan tatanan masyarakat yang benar-benar baru.
Partai politik memiliki tujuan yang lebih luas dari sekedar perubahan, partai politik juga ikut mengadu
nasibnya dalam pemilihan umum.

Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan (pressure group) atau yang lebih dikenal dengan
kelompok kepentingan(inters group).Kelompok kepentingan hanya bertujuan untuk memperjuangkan
kepentingan tertentu dengan mempengaruhi pembuat keputusan. Kelompok kepentingan biasanya
berada di luar partai politik, yaitu berasal dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.

B. Sejarah dan Asal Usul Partai Politik

a) Sejarah partai politik

Sejarah Partai Politik di Dunia


Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan gagasan bahwa
rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai politik berperan
sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka dalam
perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi dari suatu sistem politik yang
demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat.

Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan aristokratis, dalam
arti terutama mempertahankan kepentingan golongan bangsawan terhadap tuntutan raja, namun
dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan berkembang ke segenap lapisan
masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari
semua golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke
peranan yang meluas dan populis.

Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang di negara-
negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara jajahan sering berperan sebagai
pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai
kemerdekaan. Hal ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam
perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga penting
terutama di negara-negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan
sistem demokrasi suatu negara.

Sejarah partai politik di Indonesia

Parpol yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang pada 25 Desember 1912 dibentuk
Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia masih dalam
penjajahan Belanda. Tujuan parpol itu adalah mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sekalipun
paham Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda, namun para pendiri
parpol ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia Belanda merupakan kesatuan.

Pada tahun 1911 Haji Samanhudi membentuk Sarikat Dagang Islam (SDI) sebagai organisasi untuk
mengejar perbaikan nasib rakyat Indonesia dalam daerah jajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1912 Haji
Oemar Said Tjokroaminoto memberikan kepada SDI nama baru, yaitu Sarikat Islam (SI), karena hendak
meluaskan perjuangannya tidak terbatas pada bidang ekonomi saja. Dengan begitu SI juga melakukan
perjuangan politik. Meskipun tidak secara resmi dinamakan partai politik, tetapi melihat sifat
perjuangannya SI adalah satu parpol. Maka boleh dikatakan bahwa sejarah parpol di Indonesia bermula
pada tahun 1912.

Setelah itu telah berkembang berbagai parpol di Indonesia, baik yang berorientasi nasionalisme, agama
maupun sosialisme. Di masa penjajahan Belanda jelas sekali bahwa mayoritas parpol bertujuan
mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia, kecuali beberapa parpol yang dibentuk orang-orang Belanda
atau orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda. Yang menonjol adalah Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, dibentuk pada 4 Juli
1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo dan Mr. Sunaryo .
Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan dipimpin Ir Sukarno
atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945 bersama Drs Mohamad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama rakyat Indonesia.
Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitya Persiapan Kemerdekaan
tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung). Uraian yang beliau beri nama Pancasila kemudian
diterima sidang dan kemudian dengan beberapa perubahan redaksional ditetapkan sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia ada partai politik. Semula
hendak dibentuk parpol tunggal, tapi kemudian dimungkinkan berdirinya banyak parpol. Itu berarti
bahwa parpol oleh para Pendiri Negara tidak dinilai bertentangan dengan pandangan hidup Pancasila,
sekalipun asal mulanya di masyarakat Barat yang dasarnya individualisme dan liberalisme. Namun
karena berada dalam masyarakat dengan dasar Pancasila, parpol itu menyesuaikan eksistensi dan
perilakunya dengan nilai dasar Pancasila, yaitu Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam
Perbedaan.

Tabel

Sejarah Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-1998

Periode
Periode Demokrasi Jumlah Partai
Pemerintahan

1908-1942 Zaman Kolonial Multipartai

Zaman Pendudukan
1942-1945 Tidak ada
Jepang

Sistem Presidensiil
22 Agustus 1945- Satu partai (PNI)
1. 22 Agustus 1945
14 November 1945 Multipartai
2. 3 November 1945

Demokrasi Parlementer Mulai sistem parlementer


14 November 1945-1950
14 November 1945 Pemilu dengan lebih dari 20
1950-1959
1955 partai

Dikeluarkan penpres 7/1959


(mencabut maklumat
Pemerintah 3 November
Demokrasi Terpimpin 1945 dan melakukan
penyederhanaan partai).
1959-1965 1959 Hanya 10 partai yang diakui
2. 1960 (PKI, PNI, NU, Partai Katolik,
Partindo, Parkindo, Partai
Murba, PSII Arudji, IPKI,
Partai Islam Perti),
sedangkan Masjumi dan PSI
dibubarkan pada tahun
1960..

dibentuk Front Nasional


yang mewakili semua
kekuatan politik termasuk
PKI, Front Nasional ini
memberikan kesempatan
kepada golongan fungsional
dan ABRI yang sebelumnya
kurang berpartisipasi. PKI
dapat masuk ke Front
Nasional karena didasarkan
prinsip NASAKOM

PKI dan Partindo dibubarkan

Konsensus Nasional a.1. 100


anggota DPR diangkat
Demokrasi Pancasila
Eksperimen Dwipartai dan
1966 Dwigroup dilakukan
7 Juli 1967 dibeberapa Kabupaten di
Jawa Barat, namun
1967-1969 dihentikan pada awal 1969.
1973 Penggabungan Partai
1965-1998
1977, 1982, 1987, 1992 menjadi tiga orsospol (9
dan 1997 partai + 1 Golongan Karya)

1982 Pemilu hanya diikuti oleh 3


orsospol (sistem multipartai
1984 terbatas)
1996 Pancasila satu-satunya asas

NU Khittah

PDI pecah

Reformasi dengan
1998 21 Mei 1998
multipartai

Partai Politik di Indonesia masa kini

Setelah terjadi Reformasi di Indonesia pada tahun 1998 kehidupan bangsa sangat berbelok ke sifat-sifat
yang mengarah ke pandangan hidup Barat, yaitu individualisme dan liberalisme. Politik luar negeri AS
yang sejak berakhirnya Perang Dingin sangat kuat mengusahakan agar bangsa-bangsa di dunia
mengikuti pandangan hidupnya, besar dampaknya di Indonesia. Hal itu juga dimungkinkan oleh
dukungan sementara pihak di Indonesia yang mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama
dengan AS. Usaha itu antara lain berhasil melakukan amandemen 4 kali terhadap UUD 1945 sehingga
isinya sudah amat mengarah kepada kehidupan berdasarkan individualisme dan liberalisme.

Sebagai akibat dari perubahan itu makin menguat pandangan tentang kebebasan individu yang mutlak
seperti yang ada di Barat, serta makin lemahnya sikap Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam
Perbedaan. Perubahan itu juga berdampak pada parpol di Indonesia. Parpol berperilaku sebagai individu
yang bebas dan kuasa penuh tanpa konsiderasi terhadap Kesatuan, yaitu kepentingan masyarakat dan
bangsa. Parpol secara terus terang mengejar pencapaian kekuasaan untuk mewujudkan kepentingan
yang tidak peduli kepada kepentingan umum. Anggota parpol yang duduk dalam Pemerintah dan
Legislatif bukan berfungsi sebagai wakil Rakyat, melainkan sebagai wakil parpol. Sikap dan perilaku
parpol yang sudah amat menyeleweng dari kaidah yang berlaku dalam Pancasila diperparah lagi oleh
sikap dan perilaku banyak anggotanya. Anggota parpol menunjukkan sikap dan perilaku sesuai dasar
kebebasan penuh-mutlak seperti dalam pandangan Barat dan tidak menghiraukan harmoni dan
keselarasan sebagaimana ditetapkan Pancasila. Kaum politik yang juga makin kuat dipengaruhi cara
berpikir Barat mengejar kepentingannya dengan membentuk parpol tanpa menghiraukan apakah parpol
itu memperjuangkan platform tertentu. Akibatnya adalah tumbuhnya jumlah parpol yang tidak
terkendali tanpa ada identitas politik tertentu bagi masing-masing parpol. Yang membedakannya adalah
hanya nama orang yang memimpin parpol itu. Keadaan demikian menimbulkan kehidupan politik yang
jauh dari mendukung terwujudnya kesejahteraan bangsa.

Untuk membangun kondisi parpol yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan bangsa diperlukan
syarat utama kembalinya Pancasila sebagaiDasar Negara RI secara nyata. Untuk itu haruslah pertama-
tama UUD 1945 dikembalikan kepada keadaanya yang asli sebelum ada amandemen. Kalau toh dinilai
perlu ada perbaikan pada isi UUD1945, hal itu dilakukan setelah kembali ke keadaan semula dengan
mengadakan perbaikan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pebaikan tidak dalam bentuk
amandemen, melainkan sebagai addendum. Kalau ada orang mengatakan bahwa Pancasila adalah satu
ideologi terbuka, itu tidak berarti bahwa Pancasila dapat diubah dengan nilai-nilai yang bertentangan
dan berbeda dengan Pancasila. Sebab Pancasila adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia, maka mengubah
Pancasila berarti menghasilkan Jati Diri lain yang bukan bangsa Indonesia.

Berdasarkan UUD 1945 yang asli dibuat UU Partai Politik yang sesuai dan tidak bertentangan dengan
UUD 1945 dan Pancasila. Hal ini merupakan landasan bagi tempat dan peran Partai Politik dalam sistem
Pancasila yang tidak mungkin sama dengan tempat dan peran parpol dalam sistem Barat. Hal ini pasti
mendapat perlawanan dari mereka yang sudah memperoleh keuntungan dari penyelewengan yang
terjadi di Indonesia. Mereka membanggakan Indonesia sekarang sebagai Negara Demokrasi Ketiga
Terbesar di dunia, setelah India dan AS. Buat mereka demokrasi hanyalah demokrasi Barat, demokrasi
liberal. Kalau tidak itu maka itu bukan demokrasi. Atas dasar itu mereka mengatakan bahwa merupakan
kesalahan besar mengubah keadaan sekarang, sebab mereka tidak peduli bahwa itu menimbulkan
kondisi yang merugikan secara mendasar kepentingan masyarakat dan bangsa. Mereka menjustifikasi
berbagai keadaan yang buruk sekarang sebagai hal yang lumrah dalam pertumbuhan demokrasi di
Indonesia. Sesuai dengan perkembangan internasional, mereka akan mendapat dukungan terbuka atau
terselubung dari negara-negara yang berorientasi Barat dan mempunyai kepentingan di Indonesia.
Sebab itu seluruh Rakyat Indonesia yang dirugikan oleh perkembangan sekarang yang menyeleweng dari
Dasar Negara RI harus menyatukan barisan dan memperjuangkan dengan tekad dan komitmen kuat
agar UUD 1945 yang asli berlaku kembali di NKRI.
b) Asal usul partai politik

Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik mengemukakan tiga teori tentang asal-usul
partai politik, yaitu :

1. Teori Kelembagaan

Teori ini mengatakan bahwa partai politik ada karena di bentuk oleh kalangan legislatif (dan atau
eksekutif) karena kedua anggota lembaga tersebut ingin mengadakan kontak dengan masyarakat
sehubung dengan pengangkatannya, agar tercipta hubungan dan memperoleh dukungan dari
masyarakat maka terbentuklah partai politik. Ketika partai politik bentukan pemerintah dianggap tidak
bisa menampung lagi aspirasi masyarakat, maka pemimpin kecil masyarakat berusaha membentuk
partai-partai lain.

2. Teori Situasi Historis

Teori ini menjelaskan tentang krisis situasi historis yang terjadi manakala suatu sistem politik mengalami
masa transisi karena perubahan masyarakat dari struktur masyarakat tradisional kearah struktur
masyarakat modern. Pada situasi ini terjadi berbagai perubahan yang menimbulkan tiga macam krisis,
yakni legitimasi, integrasi dan partisipasi. Partai politik lahir sebagai upaya dari sistem politik mengatasi
krisis yang terjadi. Partai politik diharapkan dapat berakar kuat dalam masyarakat untuk dapat
mengendalikan pemerintahan sehingga terbentuk pola hubungan yang berlegitimasi antara pemerintah
dan masyarakat. Terbukanya partai bagi setiap anggota masyarakat dari berbagai golongan
mengharapkan partai politik dapat menjadi alat integrasi bangsa. Dengan adanya partai politik juga
masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.

3. Teori Pembangunan

Menurut teori ini partai politik lahir sebagai akibat dari adanya proses modernisasi sosial-ekonomi,
seperti pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan
peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti birokratisasi,
pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi profesi, dan peningkatan kemampuan
individu yang mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan akan suatu organisasi politik yang
mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai aspirasi tersebut. Maka lahirlah partai politik,
dengan harapan agar organisasi politik tersebut mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai
aspirasi yang ada.

Berdasarkan teori asal-usul terbentuknya partai politik di atas, penulis dapat mengkategorikan bahwa
Partai Demokrat terbentuk berdasarkan teori situasi historis. Partai Demokrat lahir karena adanya
keinginan untuk memperbaiki bangsa yang sedang dilanda krisis multidimensi karena partai-partai
politik yang berkuasa sebelumnya dianggap gagal.

C. Basis Partai Politik

Suatu partai mendasarkan kekuatannya pada dukungan satu atau beberapa kelompok yang mempunyai
orientasi dan tujuan-tujuan politik yang sama, dengan kata lain partai berdiri di atas suatu dukungan
basis sosial. Di sini basis sosial diartikan sebagai satu atau beberapa orang yang menjadi pendukung
utama darisuatu partai politik. Hal tersebut mengaitkan tingkat atau kualitas kesetiaan partisipasi dan
pemberian suara oleh pemilih kepada partainya dalam pemilu. Menurut Angus Campbell, ada tiga
variable utama yang mampu mempengaruhi perilaku individu dalam memilih suatu partai, ketiga
variable tersebut adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi terhadap partai. Secara psikologis, individu memilih suatu partai karena adanya rasa
kesetiaan dan cintanya pada partai tersebut.

b. Isu yang sedang berkembang. Berdasar pada pertimbangan terhadap isu yang sedang berkembang,
individu memilih partai yang mereka anggap layak dan sanggup untuk memimpin pemerintahan.
Kelayakan dan kesanggupan suatu partai ditentukan oleh isu yang sedang berkembang saat ini.

c. Orientasi terhadap calon. Individu memilih suatu partai karena kualitas personal kandidat tanpa
memandang pada partai yang mendukungnya atau pada isu yang sedang berkembang. Perilaku ini
terbagi menjadi dua, pertama: kualitas instrumental di mana pemilih melihat kemampuan kandidat
dalam menangani suatu masalah tertentu. Kedua: kualitas simbolis di mana pemilih mempunyai
pandangan bagaimanakah seharusnya figur pemimpin yang baik..

Dalam politik, basis merujuk kepada sekelompok pemilih yang hampir selalu mendukung calon partai
tunggal untuk kantor terpilih. Basis pemilih sangat tidak mungkin untuk memilih calon dari pihak lawan,
terlepas dari pandangan spesifik masing-masing kandidat memegang.

Di Amerika Serikat, ini biasanya karena tingkat tinggi kandidat harus memegang sikap yang sama pada
isu-isu kunci sebagai dasar partai unruk mendapatkan nominasi partai dan dengan demikian akses suara
dijamin. Dalam kasus pemilu legislatif, pemilihan basa biasanya lebih memilih untuk mendukung
kandidat partai mereka melawan lawan dinyatakan menarik untuk memperkuat peluang partainya
memperoleh mayoritas sederhana biasanya gateway untuk daya menyeluruh-dalam legislatif.

D. Tipe Partai Politik

Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya secara umum dapat dibagi
mejadi dua kategori, yaitu:

1. Partai Massa, dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun
demikian, parta jenis ini memiliki program walaupun program tersebut agak kabur dan terlampau
umum. Partai jenis ini cenderung menjadi lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung dalam
partai tersebut mempunyai keinginan untuk melaksanakan kepentingan kelompoknya. Selanjutnya, jika
kepentingan kelompok tersebut tidak terakomodasi, kelompok ini akan mendirikan partai sendiri .

2. Partai Kader, kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal.
Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa karena memang tidak mementingkan jumlah, partai
kader lebih mementingkan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi
partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng, akan dipecat
keanggotaannya.

Sedangkan tipologi berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan, menurut
Ichlasul Amal terdapat lima jenis partai politik, yakni:

1. Partai Proto, adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa
ini. Ciri yang paling menonjol partai ini adalah pembedaan antara kelompok anggota atau ins dengan
non-anggota outs. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam
pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk berdasarkan
pengelompokkan ideologi masyarakat;

2. Partai Kader, merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto. Keanggotaan partai ini
terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini
adalah konservatisme ekstrim atau maksimal reformis moderat;

3. Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis
dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih
tersebut. Partai massa berorientasi pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan
kelompok agama, dan memiliki ideologi cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan
organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya;

4. Partai Diktatorial, sebenarnya merupakan sub tipe dari parti massa, tetapi meliki ideologi yang lebih
kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap pengurus
bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada
partai massa;

5. Partai Catch-all, merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all pertama
kali di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi pada kecenderungan perubahan
karakteristik. Catch-all dapat diartikan sebagai menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak
mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan
cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti ideologi yang
kaku. (Ichlasul Amal. Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta,
1996)

Menurut Peter Schroder, tipologi berdasarkan struktur organisasinya terbagi menjadi tiga macam yaitu;

1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang pada umumnya tidak
dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan yang pada kesempatan tertentu sebelum pemilihan
anggota parlemen mendukung kandidat-kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat;

2. Partai Massa, sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat industrial, maka
dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak anggota dengan tujuan utama mengumpulkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat membuat terobosan dan mempengaruhi pemerintah dan
masyarakat, serta mempertanyakan kekuasaan;

3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru dengan berdasar pada Lenin. Mereka dapat
dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena mereka termasuk kader/kelompok orang
terlatih yang personilnya terbatas. Mereka berpegangan pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus
melakukan pembaharuan melalui sebuah pembersihan yang berkseninambungan.

E. Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan memperrtahankan kekuasaan guna mewujudkan
program-program yang berdasarkan ideology tertentu. Ada pandangan yang berbeda secara mendasar
mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di negara yang otoriter. Perbedaan pandangan
tersebut berimplikasi pada pelaksanan tugas atau fungsi partai di masing-masing Negara. Di Negara
demokrasi partai relative dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya,
yakni menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara
dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetepi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.

Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis, otoriter, dan
Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi. Penjelasan fungsi partai
polituk di Negara otoriter akan di paparkan dalam contoh partai-partai Negara-negara komunis pada
masa jayanya.

a. Sebagai sarana komunikasi politik

Di masyarakat modern yang luas dan kompeks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang.
Pandapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok yang hilang tak berbekas seperti suara di padang
pasir, apabila tidak ditampung dan di gabung dengan pendapat atau aspirasi orang lain yang senada.
Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan,
pendapat dan aspirasi tadi di olah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur. Proses ini
dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation). Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan
mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan saling berbenturan,
sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan kesimpang siuran dan benturan dikurangi.
Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi partai politik. Setelah itu partai politik
merumuskannya menjadi usul kebijakann. Usul kebijakan ini dimasukkan ke dalam progam atau
platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau di sampaikan melalui parlemen kepada
pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy). Demikianlah tuntutan dan kepentingan
masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Di sisi lain, partai politik juga
berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas ke bawah dan dari
bawah keatas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai penghubung antara yang
memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat penting, karena I satu pihak
kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat, dan di pihak lain
pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut sebagai pesantara (broker) dalam suatu
bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi
pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras
suara. Menurut Sigmund Neumann dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik
merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology sosial dengan
lembaga pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat
politik yang lebih luas.

Akan tetapi sering terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi ini, sengaja atau tidak sengaja,
menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan meimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam
masyarakat. Misinformasi semacam itu menghambat berkembangnya kehidupan politik yang sehat.

b. Sebagai sarana sosialisasi politik

Dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan
orientasi tehadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Ia
adalah bagian dai proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme,
kelas sosial, suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban.

Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat menyampaikan
budaya politik yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan
demikian sosialisasi politik merupakan factor yang penting dalam terbentuknya budaya pilitik (political
culture) suatu bangsa.

Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) : Sosialisasi politik
adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenali system politiknya.
Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena politik (political
socialization may be depined is the prosess by which individuals in a given society become acquainted
with the political system and which to a certain degree determines their perceptions and their reactions
to political phenomena).

Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang melalui
keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi keagamaan,
dan partai politik, ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang
satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran sebagai sarana sosialisasi
politik.pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-
ceramah, penerangan, kursus karder, penataran dan sebagainya.

Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai
pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus memperoleh
dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas
yang kuat dengan partainya. Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan
fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggota-anggitanya menjadi manusia yang sadar akan
tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menepatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan
nasional. Secara khusus perlu disebutkan di sini bahwa di Negara-negara yang baru merdeka, partai-
partai politik juga di tuntut berperan memupuk identitas nasional dan integrasi nasional. Ini adalah
tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik. Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai
mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas
kepada partai, yang melebihi loyalitas kepada Negara. Dengan demikian ia mendidik pengikut-
pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks yang sangat sempit. Pandangan ini malahan dapat
mengakibatkan pengotakan dan tidak membantu proses integrasi, yang bagi Negara-negara
berkembang menjadi begitu penting.

c. Sebagai sarana rekuitmen politik

fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai
maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh
kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang
baik, partai tidak akan sulit menentukan pimpinannya sendiri dan mempunyai peluang untuk
mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional. Selain untuk tingkatan seperti itu
partai politik juga berkepentingan memperluas atau memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun
berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya. Dengan didirikannya
organisasi-organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani,
pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen
politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk
menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik
yaitu melalui kontrak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.

d. Sebagai sarana pengatur konflik

Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen, apakah
dari segi etnis (suku bangsa), social-ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan
potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di Negara yang menganut paham demokrasi,
persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di
dalam Negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah
mengundang konflik.

Disini paran partai diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur
sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat
menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan
pendukungnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok yang teroganisir
yang anggota-anggotanya memppunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang
biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan
mereka.

Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement) dan berbeda juga
dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak digunakan pada dewasa ini
yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok, atau memang ingin melakukan
perubahan terhadap paradigma masyarakat kearah yang lebih baik.

B. Saran

Untuk tetap memperbaiki citra partai politik sebagai institusi demokrasi, tentu partai politik lebih
maksimal memikirkan nasib masyarakat ketimbang memperebutkan kursi kekuasaan. Sedangkan dalam
konteks konflik internal partai politik, meminimalisir mungkin adanya sikap politik yang bisa merusak
citra partai politik itu sendiri, tetap membuka adanya ruang bagi kedua pihak yang bertikai untuk
melakukan komunikasi politik yang lebih sehat dan lebih konsisten pada aturan main organisasi.Konflik
tentu tidak bisa dihindari, tetapi partai politik juga harus memberikan ruang bagi terbangunnya suatu
sistem manajemen konflik yang lebih baik. Agar konflik personal maupun kelompok maupun yang terjadi
diluar partai tidak bisa berkembang, mampu kendalikan sehingga tidak melahirkan suasana ketegangan
yang apalagi perlaku negatif yang bisa merusak. Manajemen konflik juga penting dalam mengelola
masalah tersebut sebelum diselesaikan secara organisasi, atau minimal bisa secara efektif mencegah
adanya perpecahan ditubuh partai. Sebagaimana yang dipikirkan oleh Ross (1993) sebagai seorang ahli
dalam manajemen konflik, bahwa manajemen konflik berupa penyelesaian konflik dan bisa jadi
menghasilkan ketenangan, hal positif, mufakat dan lebih kreatif. Masih ada waktu bagi para pemimpin
partai untuk melakukan perubahan di dalam partainya. Kepemimpinan kharismatis haruslah diabdikan
untuk kepentingan semua kader, bukan kelompok. Kepemimpinan model itu harus dipadukan dengan
manajemen pengelolaan partai yang modern, terbuka dan demokratis, termasuk dalam mengelolah
konflik. Hanya dengan menerapkan manajemen modern, partai bisa eksis dan mendapat simpati
pendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ichlasul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996

Budiarjo,Mariam .Partisipasi dan Partai Politik.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1998.

__________. Dasar-Dasar Ilmu Politk. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Poltik. Grasindo, Jakarta, 1992.

http://masadmasrur.blog.co.uk/2007/08/17/peran_partai_politik~2824340/

http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/pengertian-partai-politik.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik

http://www.gudangmateri.com/2011/01/definisi-partai-politik-dan-sistem.html

http://www.gudangmateri.com/2011/02/fungsi-dan-peranan-partai-politik.html

http://afrizal.student.umm.ac.id/2010/11/23/sejarah-partai-politik-di-indonesia/

http://www.anneahira.com/tujuan-partai-politik.html

Diposkan oleh Shinta Aliftia Lestari di 11/30/2011 08:20:00 PM

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

8 komentar:

Obat Kutil Kelamin4 Februari 2014 23.57

wah... ini infonya menarik... thanks yah....

Balas

Cara Menghilangkan Kutil Kelamin4 Februari 2014 23.58

Bermanfaat sekali gan. Terimakasih.....

Balas
Obat Sipilis23 Oktober 2014 20.12

Artikelnya keren bos....

Obat Sipilis Herbal


Obat Sipilis Ampuh
Obat Sipilis Paling Manjur
Obat Sipilis Raja Singa

Balas

Obat Kutil Kelamin28 Oktober 2014 14.09

Terimakasih Atas informasinya, sedikit share dari kami.....

Obat Kutil Kelamin Paling Ampuh


Obat Kutil Kelamin Ampuh
Kutil Di Kelaminr
Kutil Kelamin

Balas

Obat Penyakit Kelamin9 Juni 2015 21.08

Cara Mengobati Penyakit Sipilis


Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis
Cara Mengobati Penyakit Sipilis

Balas
Asem Bro11 Juni 2015 13.53

Cara Mengobati Kencing Nanah


Cara Mengobati Herpes Paling Ampuh
Cara Mengobati Kutil Kelamin Paling Ampuh
Cara Mengobati Sipilis
Cara Mengobati Kencing Nanah Paling Jos
Cara Mengobati Herpes Paling Jos
Cara Mengobati Kutil Kelamin Paling Jos
Cara Mengobati Sipilis Paling Jos
Cara Mengobati Kencing Nanah Paling Jitu
Cara Mengobati Herpes Paling Jitu
Cara Mengobati Kutil Kelamin Paling Jitu
Cara Mengobati Sipilis Paling Jitu

Balas

vania cantika3 Mei 2016 18.36

nonton online film online film baru


nonton online film online drama romantic
nonton online film online indo sub english sub
nonton online film online real dubbing

Balas

Sell Tiket14 September 2016 11.10

Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini:
selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,.TEPAT,.DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di agen.selltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :


No handphone : 085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Balas

Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Robbie KhafiLah 31

Minggu, 02 Januari 2011

makalah tentang partai politik

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pengasuh mata
kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
PARTAI POLITIK.
Penulis berharap kepada pembaca agar bisa menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan yang lebih baik untuk makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan
makalah ini.

Pekanbaru,Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ..... 1
1.3 Tujuan dan Kegunaan ... 2
1.4 Tinjauan Pustaka 2
BAB II. PEMBAHASAN...
2.1 Fungsi Partai Politik.... 4
2.1.1 Fungsi di Negara Demokrasi .. 4
A. Sebagai Sarana Komunikasi Politik.. 4
B. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik . 6
C. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik .. 7
D. Sebagai Sarana Pengatur Konflik 8
2.1.2 Fungsi di Negara Otoriter 9
2.1.3 Fungsi di Negara-Negara Berkembang 11
2.2 Tipologi Partai Politik ...13
2.2.1 Asas dan Orientasi 13
2.2.2 Komposisi dan Fungsi Anggota ....14
2.2.3 Basis Sosial dan Tujuan 15
2.3 Klasifikasi Sistem Kepartaian ....17
2.3.1 Sistem Partai-Tunggal 17
2.3.2 Sistem Dwi-Partai 18
2.3.3 Sistem Multi Partai ..19
BAB III. PENUTUP 23
3.1 Kesimpulan ... 23
3.2 Saran ....... 22
DAFTAR PUSTAKA.. 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses
pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab di lingkungan kita. Sebagai lembaga
politik, partai bukan sesuatu yang sendirinya ada. Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang,
meskipun juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakn organisasi yang baru dalam
kehidupan manusia, jauh lebih muda dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada di negara
modren.
Sebagai subyek penelitian ilmiah, partai politik tergolong relatif muda. Baru pada awal abad ke-20 studi
mengenai masalah ini dimula. Sarjana-sarjana yang berjasa mempelopori antara lain adalah M.
Ostrogorsky(1902), Robert Michels(1911), Maurice Duverger(1951), dan sigmound Neumann(1956).
Setelah itu, beberapa sarjana behavioralis, seperti Joseph Lapalombara dan Mayron Weiner, secara
khusus meneropong masalah partai dalam hubungan nya dengan pembangunan politik. Dari hasil
sarjana-sarjana ini nampak adanya usaha serius kearah penyusunan suatu teori yang kompherensip
(menyeluruh) mengenai partai politik. Akan tetapi, sampai pada waktu itu, hasil yang dicapai masih jauh
dari sempurna, bahkan bisa dikatakan tertinggal, bila dibandingka dengan penelitian penelitian bidang
lain di dalam ilmu politik.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu hal yang cukup urgen untuk ditanyakan Apa saja fungsi partai politik dalam suatu Negara, tipologi
dan klasifikasi parpol ?

1.3 Tujuan Kegunaan

1. Makalah ini diharapkan bisa mengembangkan kajian studi Ilmu Pemerintahan khususnya berkaitan
mengenai partai politik
2. Diharapkan makalah ini dapat memberikan suatu pelajaran yang berguna mengenai realita partai
politi

1.4 Tinjauan Pustaka

Menurut Carl J. Friedrich partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini,memberikan kepada anggota paartainya kemanfaatan yang
bersifat idiil serta materiil (A political, party is a groupof human being,stably organized with the
objective of securing or maintaining for its leadersthe control of a government, with the further
objective of giving to members of the party,through such control ideal and material benefits and
advantages)4.

Menurut Sigmund Neumann partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuassaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan
satu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (A political party
is the articulate organization of societys active political agents;those who are concerned with the
control of governmental polity power,and who compete for popular support with other group or groups
holding divergent views)5.

Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-
kekuatan dan ideology social dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.

4Friedrich, Constitutional Government and Democracy, hlm 419.


5Sigmund Neumann.Modern Political Parties,dalam Comparative Politics:A Readers,diedit oleh
HarryEckstein dan David E. Apter (London: The Free Press Of Glencoe,1963), hlm . 352.
Ahli lain yang juga turut merintis studi tentang kepartaian dan membuat definisinya adalah Giovanni
Sartori, yang karyanya juga menjadi klasik serta acuan penting. Menurut Sartori Partai politik adalah
suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum itu, mampu menempatkan caloncalonnya
untuk menduduki jabatan-jabatan public ( A party is political group thet present at elections,and is
capable of placing through elections candidates for public office).6
6 G Sartori,, Parties and Party Systems, hlm. 63.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan memperrtahankan kekuasaan guna mewujudkan
program-program yang berdasarkan ideology tertentu. Ada pandangan yang berbeda secara mendasar
mengenai partai politik di Negara yang demokratis dan di negara yang otoriter. Perbedaan pandangan
tersebut berimplikasi pada pelaksanan tugas atau fungsi partai di masing-masing Negara. Di Negara
demokrasi partai relative dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan harkatnya pada saat kelahirannya,
yakni menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam mengelolah kehidupan bernegara
dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya di Negara otoriter, partai tidak
dapat menunjukkan harkatnya, tetepi lebih bahwa menjalankan kehendak penguasa.
Berikut ini diuraikan secara lebih lengkap fungsi partai politik di Negara-negara demokratis, otoriter, dan
Negara-negara berkembang yang berada dalam transisi ke arah dekokrasi. Penjelasan fungsi partai
polituk di Negara otoriter akan di paparkan dalam contoh partai-partai Negara-negara komunis pada
masa jayanya

2.1.1 Fungsi di Negara Demokrasi

A. Sebagai Sarana Komunikasi Politik


Di masyarakat modern yang luas dan kompeks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang.
Pandapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok yang hilang tak berbekas seperti suara di padang
pasir, apabila tidak ditampung dan di gabung dengan pendapat atau aspirasi orang lain yang senada.
Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah digabungkan,
pendapat dan aspirasi tadi di olah dan dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur. Proses ini
dinamakan perumusan kepentingan (interest articulation).
Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut
akan simpang siur dan saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan
kesimpang siuran dan benturan dikurangi. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi
partai politik.
Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakann. Usul kebijakan ini dimasukkan ke
dalam progam atau platform partai (goal formulation) untuk diperjuangkan atau di sampaikan melalui
parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy). Demikianlah tuntutan dan
kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.
Di sisi lain, partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas
ke bawah dan dari bawah keatas. Dalam pada itu partai politik memainkan peran sebagai penghubung
antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat penting, karena I
satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat, dan di pihak lain
pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut sebagai pesantara (broker) dalam suatu
bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga dikatakan bahwa partai politik bagi
pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras
suara.
Menurut Sigmund Neumann dalam hubungannya dengan komunikasi politik, partai politik merupakan
perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology sosial dengan lembaga
pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang
lebih luas. 1
Akan tetapi sering terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi ini, sengaja atau tidak sengaja,
menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan meimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam
masyarakat. Misinformasi semacam itu menghambat berkembangnya kehidupan politik yang sehat.

1 Sigmund Neumann Modern Political Parties, hlm. 352.


B. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Dalam ilmu politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan
orientasi tehadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Ia
adalah bagian dai proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme,
kelas sosial, suku bangsa, ideology, hak dan kewajiban.
Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat menyampaikan
budaya politik yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan
demikian sosialisasi politik merupakan factor yang penting dalam terbentuknya budaya pilitik (political
culture) suatu bangsa.

Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (1992) :

Sosialisasi politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenali
system politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena
politik (political socialization may be depined is the prosess by which individuals in a given society
become acquainted with the political system and which to a certain degree determines their
perceptions and their reactions to political phenomena). 2

Proses sosialisasi berjalan seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang melalui
keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi keagamaan,
dan partai politik, ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang
satu ke generasi yang lain. Di sinilah letaknya partai dalam memainkan peran sebagai sarana sosialisasi
politik.pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-
ceramah, penerangan, kursus karder, penataran dan sebagainya.

2 M.Rush,Politics and Society: An Introduction to Political Sociology(Hemel Hempstead: Harvest


Wheatsheap,1992),hlm. 92.
Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai
pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu partai harus memperoleh
dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas
yang kuat dengan partainya.
Ada lagi yang lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini,
yakni mendidik anggota-anggitanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga
Negara dan menepatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Secara khusus perlu
disebutkan di sini bahwa di Negara-negara yang baru merdeka, partai-partai politik juga di tuntut
berperan memupuk identitas nasional dan integrasi nasional. Ini adalah tugas lain dalam kaitannya
dengan sosialisasi politik.
Namun, tidak dapat disangkal adakalanya partai mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan
nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada partai, yang melebihi loyalitas kepada Negara.
Dengan demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks yang sangat
sempit. Pandangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak membantu proses integrasi,
yang bagi Negara-negara berkembang menjadi begitu penting.

C. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik


fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai
maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh
kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang
baik, partai tidak akan sulit menentukan pimpinannya sendiri dan mempunyai peluang untuk
mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.
Selain untuk tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan memperluas atau memperbanyak
keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi anggotanya.
Dengan didirikannya organisasi-organisasi massa (sebagai onderbouw) yang melibatkan golongan-
golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi
diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah
satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Ada berbagai cara untuk melakukan
rekrutmen politik yaitu melalui kontrak pribadi, persuasi, ataupun cara-cara lain.

D. Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)


Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen, apakah
dari segi etnis (suku bangsa), social-ekonomi, ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan
potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di Negara yang menganut paham demokrasi,
persaingan dan perbedaan pendapat dianggap hal yang wajar dan mendapat tempat. Akan tetapi di
dalam Negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan mudah
mengundang konflik.
Disini paran partai diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur
sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elite partai dapat
menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan
pendukungnya.
Pada tataran yang lain dapat dilihat pendapat dari ahli yang lain, Arend Lijphart (1968). Menurut
Lijphart: Perbedaan-perbedaan atau perpecahan ditingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama
diatara elite-elite politik. (Segmented or subcultural cleavegas at the mass level could be overcome by
elite cooperation). 3 Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elite politik.

3 Arend Lijphart, Electoral Systems and Party Systems, ed. Ke-2 (Oxpord University Press,1995)
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa partai politik dapat ,menjadi penghubung psikologis dan
organisasional antara warga Negara dengan pemerintahannya. Selain itu partai juga melakukan
konsolidasi dan srtikulasi tuntutan-tuntutan yang beragam yang berkembang di berbagai kelompok
masyarakat. Partai juga merekrut orang-orang untuk diikutsertakan dalam kontes pemilihan wakil-wakil
rakyat dan menemukan orang-orang yang cakap untuk menduduki posisi-posisi ekskutif. Pelaksanaan
fungsi-fungsi ini dapat dijadikan instrument untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik
dinegara demokrasi.
Di pihak lain dapat dilihat bahwa sering kali partai melahan mempertajam pertentangan yang ada. Dan
jika hal ini terjadi dalam suatu masarakat yang redah kadar consensus nasionalnya, peran semacan ini
dapat membahayakan stabuilitas politik.

2.1.2 Fungsi di Negara Otoriter


Hal-hal yang dijelaskan dibagian terdaluhu adalah fungsi-fungsi partai menurut pandangan yang
berkembang dinegara yang menganut paham demokrasi. Kini, marilah kita lihat bagaimana paham
Negara otoriter, misanya bagaimana komunisme di Uni Soviet memandang paham politik. Pada
kenyataanya pandangan tersebut memang berbeda. Contoh lain Negara yang otoriter adalah China dan
Kuba. Tetapi disini hanya dibahas komunisme di Uni Soviet masa lampau.
Menurut paham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi apakah parati komunis
berkuasa di Negara di mana partai komunis tidak berkuasa, partai-partai politik lain dianggap sebagai
mewakili kepentingan kelas tertentu yang tidak dapat bekerja untuk kepentingan umum. Dalam situasi
seperti itu, partai komunis akan mempergunakan setiap kesempatan dan fasilitas yang tersedia (seperti
yang banyak terdapat di Negara-negara demokrasi) untuk untuk mencari dukungan seluas-luasnya.
Partai ini menjadi paling efektif di Negara yang pemerintahannya lemah dan yang rakyatnya kurang
bersatu.4

4Gwendolen M. Carter dan John H. Herz, Government and Politics in the Twentieth Century (New
York:Friederick A. Praeger,1965),hlm. 111
Akibat karakter nya yang demikian, partai komunis sering dicurigai dan dibeberapa Negara bahkan
dilarang. Akan tetapi tindakan semacam itu juga ada bahayanya. Sebab dalam keadaan seperti itu partai
akan bergerak di bawah tanah, sehingga justru sukar diawasi. Apabila tidak menemukan jalan untuk
merebut kekasaan, partai akan mencoba mencapai tujuannya melalui kerja sama dengan partai-partai
lain dengan mendirikan Front Rakyat atau Front Nasional (popular front tactics).
Berbeda halnya apabila partai komunis berkuasa. Disini partai komunis mempunyai kedudukan
monopolistis, dan kebebasan bersaing ditiadakan. Dapat saja ia menentukan dirinya sebagai partai
tunggal atau sekurang-kurangnya sebagai partai yang paling dominan, seperti yang terjadi di Uni Soviet,
China, dan Negara-negara komunis Eropa Timur.
Tujuan partai komunis adalah membawa masyarakat ke arah terciptanya masyarakat yang modern
dengan ideology komunis, dan partai berfungsi sebagai pelopor revolusioner untuk mencapai tujuan
itu. Partai Komunis Uni Soviet yang berkuasa dari tahun 1917 sampai 1991 merupakan partai seperti itu.
Partai komunis memengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat melalui konsep jabatan rangkap.
Begitu pula halnya dengan pemimpin semua badan kenegaraan seperti bdan ekskutif dan badan
yudikatif. Sekretaris Partai Komunis lebih berkuasa dari presiden (ketua presidium). Maka dari itu Uni
Soviet sering dinamakan Negara totaliter.
Fungsi sebagai sarana sosialisasi politik lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga Negara kea rah
kehidupan dan cara berpikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan oleh partai. Dinegara-negara
demokrasi partai berperan untuk menyelenggarakan integrasi warga Negara kedalam masyarakat
umum.
Partai juga berfungsi sebagai sarana rekrutan politik.calon anggota harus menjalani masa percobaan di
mana ia harus memenuhi standart-standart ketat mengenai pangabdian dan kelakuan. Yang ditetapkan
oleh partai komunis. Akan tetapi karena iklim politik tidak kompetitif maka pemilihan umum tidak
merupakan sarana untuk memilih pemimpin Negara. Razim ini dapat dikategorikan sebagai :Sosialisme
negara dimana control politik ada di tangan partai komunis yang bersifat monopolistic dan hierakis, dan
di mana ekonomi

diatur atas dasar kolektivitas dan perencanaan ekonomi terpusat dari Negara. 5
Pada akhir decade 80-an terjadi pergolakan melawan rezim represif, yang berakhir dengan budayanya
Uni Soviet pada tahun 1991 dengan terbetuknya Commonwealth of Independent States.
Dari uraian tadi dijelaskan kalau dikatakan bahwa fungsi partai politik di Negara komunis berbeda
dengan partai dalam Negara yang demokratis. Mengenai perbedaan ini Sigmund Neumann
menjelaskannya sebagai berikut : jika di Negara demokrasi partai mengatur keinginan dan aspirasi
golongan-golongan dalam masyarakat, maka partai komunis berfungsi sebagai pengendali semua aspek
kehidupan secara monolitik. Jika dalam masyarakat demokratis partai berusaha menyelenggarakan
integrasi warga Negara kedalam masyarakat umum, peran paartai komunis ialah untuk memaksa
individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang sejalan dengan kepentingan partai
(enforcement of conformity). Kedua fungsi ini diselenggaraakan melalui propaganda dari atas kebawah.
6

2.1.3 Fungsi di Negara-negara Berkembang


Dinegara-negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama lain. Partai-partai politik
umumnya lemah organisasinya dan jarang memiliki dukungan massa yang luas dan kukuh.partai politik
berhdapan dengan berbagai masalah seperti kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, pembagaian
pendapatan yang timpang dan tingkat buta huruf yang tinggi.
Di beberapa Negara fungsi yang agak sukar dilaksanakan ialah sebagai jembatan antara yang
memerintah dan yang Diperintah. Sering golongan pertama banyak orang kaya, sedangkan golongan
yang diperintah banyak mecakup orang miskin.dengan demikian jurang di antara kedua belah pihak
sukar dijembatani.masalah seperti ini dapat mengalihkan perhatian, jauh dari usaha mengatasi masalah
kemiskinan dan masalah-masalah pembangunan lainnya yang menjadi sasaran utama dalam
masyarakat-masyarakat berkembang.
5Heywood, Key Concepts in Politics (New York : Palgrave,200),hlm. 49.
6 Neumann, Modern Political Parties, hlm. 353.
Satu peran yang sangat diharapkan dari partai politik adalah sebagai sarana untuk meperkembangkan
integrasi nasional dan memupuk identitas nasional. Akan Tetapi pengalaman dibeberapa negara
menunjukkan bahwa partai politik sering tidak mampu membina integrasi, akan tetapi malah
menimbulkan pengotaan dan pertentangan yang mengeras.
Karena pengalaman tersebut diatas, banyak kritik telah dilontarkan kepada partai-partai politik, dan
bebrapa alternatif telah diikhtiarkan. Salah satu jalan keluar diusahakan dengan jalan meniadakan partai
sama sekali. Hal ini telah dilakukan oleh Jendral Ayun Khan dari Pakistan dari tahun 1958; bahkan
parlemen dibubarkan. Akan tetapi setelah beberapa waktu partai-partai muncul kembali melalui suatu
undang-undang yang diterima oleh parlemen baru, dan Presiden Ayub Khan sendiri menggabungkan diri
dengan salah satu partai politik. Pengalaman ini menunjukkan bahwa sekalipun partai politik banyak segi
negatifnya, pda dasarnya kehadiran sert perannya dinegara-negara berkembang masih penting dan
sukar dicarikan alternatifnya.
Pengalaman lain dibeberapa negara berkembang ialah bahwa jika lembaga-lembaga politik gagal
memainkan peran yang diharapkan, akan terjadi campur tangan oleh pihak militer, hal ini sering terjadi
jika masa instabilitas berjalan agak lama dan pergolakan politik sangat insentif. Dalam situasi seperti itu
golongan militer mungkin merupakan satu-satunya kelompok yang terorganisir dan yang, berkat disiplin
dan fasilitas yang dimilikinya, berada dalam kedudukan yang lebih menguntungkan dari pada kelompok
lain. Campur tangan dari pihak militer biasanya terjadi dengan dalih untuk menghindarkan kemunduran
yang leabih gawat atau timbulnya perang saudara. Sekali kekuasaan diambil alih oleh kaum militer,
maka sukar sekali untuk mengembalikan kekuasaan ketangan orang sipil.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa di negara-negara berkembang partai politik, sekalipun
memiliki kelemahan, masih tetap dianggap sebagai sarana penting dalam kehidupan pelitiknya. Usaha
melibatkan partai politik dan golongan-golongan politik lainnya dalam proses pembangunan dalam
segala aspek dan dimensinya, merupakan hal yang amat utama dalam negara yang ingin membangun
suatu masyarakat atas dasar pemerataan dan keadilan sosial. Jika partai dan golongan-golongan politik
lainya diberi kesempatan untuk berkembang, mungkin ia dapat mencari bentuk partisipasi yang dapat
menunjang untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di negara itu. Mungkin bentuk ini dalam banyak
hal akan berbeda dengan partai di negara yang sudah mapan, karena disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan dalam negeri. Setidak-tidaknya dinegara yang keabsahan pemerintahnya sedikit banyak diuji
oleh berjuta-juta rakyat dalam pemilihan umum berkala, partai-partai politik dan organisasi kekuatan
sosial politik lainya menduduki tempat yang krusial.

2.2 Tipologi Partai Politik


Tipologi partai politik adalah pengklasifikasian berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu,
seperti asas dan orientassi, komposisi dan fungsi anggota, basis social dan tujuan. Klasifikasi ini
cenderung bersifat tipe ideal karena dalam kenyataan tidak sepenuhnya demikian. Tetapi untuk tujuan
memudahkan pemahaman, tipologi ini sangant berguna.Di bawah ini diuraikan sejumlah tipologi partai
politik menurut kriteria-kriteria tersebut.

1.2.1. Asas dan Orientasi


Berdasarkan asas dan orientasinya, partai politik diklasifikasikan menjadi 3 tipe. Yaitu:
1. Partai Politik Pragmatis
2. Partai Politik Doktriner
3. Partai Politik Kepentingan.

1. Partai Politik Pragmatis


Yaitu suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada satu doktrin dan
ideology tertentu. Artinya, perubahan waktu,situasi,dan kepemimpinan akan juga mengubah
program,kegiatan,dan penampilan partai politik pragmatis cendrung merupakan cerminan dari program-
program yang disusun oleh pemimpin utamanya dan gaya kepemimpinan sang pemimpin. Partai ini
biasanya terorganisasikan secara agak longgar. Hal ini tidak berarti partai politik pragmatis tidak
memiliki ideology sebagai identitasnya.
Dalam program dan gaya kepemimpinan terdapat beberapa pola umum yang merupakan penjabaran
ideology tersebut. Namun, ideology yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum daripada
sejumlah doktrin dan program konkret yang siap dilaksanakan. Partai pragmatis biasanya muncul dalam
system 2 partai berkompetetisi yang relative stabil. Partai democrat dan partai Republik Di Amerika
Serikat merupakan contoh partai pragmatis.

2. Partai Politik Doktriner


Yaitu suatu partai politikyang memiliki sejumlah program dan kegiatan konkret sebagai penjabaran
ideology. Ideology yang dimaksud adalah seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara konkret dan
sistematis daalam bentuk program-program kegiatan yang pelaaksanaanya diawasi secara ketat oleh
aparat partai. Pergantiaan kepemimpinan mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat tertentu, tetapi
tidak mudah mengubah prinsip dan program dasar partai karena ideology partai sudah dirumuskan
secaraa konkret dan partai ini terorganisasikan secaraa ketat. Partai Komunis dimana saja merupakan
contoh Partai Doktriner.

3. Partai Politik Kepentingan.


Yaitu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu, seperti
petani,buruh,etnis,agama,atau lingkungan hidup yang secaara langsung ingin berpartisipasi dalam
pemerintahan. Partai ini sering ditemui dalam system baanyak partai tetapi kadangkala terdapat pula
dalam system dua partai berkompetensi namun tak mampu mengakomodasikan sejumlah kepentingan
dalam masyarakat. Misalnya, Partai Hijau di Jerman, Partai Buruh di Australia, dan Partai Petani Di Swiss.

2.2.2 Komposisi dan Fungsi Anggota


Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua. Yaitu :
1. Partai Massa atau Lindungan
2. Partai Kader

1. Partai Massa atau Lindungan


Partai politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi
massa sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi berbagai kelompok dalam
masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dengan mudah dimenangkan, dan kesatuan nasional dapat
dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat dimobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan
tertentu. Partai ini sering kali merupakan gabungaan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada
dalam lindungan paartai guna memperjuankan dan melaksanaakan program-program yang pada
umunya bersifat sangat umum.
Kelemahan partai ini tampak pada saat pembagian kursi (jabatan) dan perumusan kebijakan karena
karakter dan kepentingan setiap kelompok dan aliran akan sangat menonjol. Ketidak mampuan partai
dalam membuat keputusan yang dapat diterima semua pihak merupakan ancaman bagi keutuhan
partai. Partai ini umumnya terdapat dalam Negara-negaara berkembang yang menghadapi
permasalahan intergrasi nasional. Partai Barisan Nasional di Malaysia, yang merupakan koalisi anatara
Kelompok Melayu , Cina, dan India merupakan salah satu contoh partai massa.

2. Partai Kader
Partai yang mengandalkan kualitas anggota, ketaatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber
kekuatan utama. Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu melalui kaderisasi
yang berjenjang dan intensif, serta penegakkan disiplin partai yang tanpa pandang bulu. Struktur
organisasi partai ini sangat hirarkis sehingga jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas. Karena
sifatnya yang demikian partai kader acapkali disebut sebagai partai yang sangat elitis. Contoh partai
kader ini terdapat pada Nazi di Jerman dan partai komunis dimanapun.

2.2.3. Basis Sosial dan Tujuan


Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis social dan tujuannya. 7
Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi 4 tipe. Yaitu:

7Gabriel Almond,,Kelompok Kepentingaan dan Partai Politik. hlm. 58-60.


1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan social dalam masyarakat, seperti kelas atas,
menengah, dan bawah.
2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti
petani,buruh dan pengusaha.
3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti
islam,katolik,protestan dan hindu.
4. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu,seperti suku bangsa
,bahasa dan daerah tertentu.

Dalam kenyataanya kebanyakan partai politik tak hanya mempunyai basis social dari kalangan tertentu,
tetapi juga dari berbagai kalangan dengan satu atau dua kelompok sebagai pihak yang dominan.
Pendukung npartai democrat di Amerika Serikat pada umumnya berasal dari kalangan menengah dan
bawah,berkulit hitam dan Katolik. Hal ini tidak berarti pendukung partai ini tidak ada yang berasal dari
kalangan atas, kulit putih dan Protestan.
Berdasarkan tujuan, partai politik dibagi menjadi tiga. Yaitu :
1. Partai Perwakilan Kelompok
Partai yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi
dalam parlemen seperti Barisan Nasional di Malaysia.
2. Partai Pembinaan Bangsa
Partai yang betujuan menciptakan kesatuan nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan
sempit seperti Partai Aksi Rakyat di Singapura.
3. Partai Mobilisasi.
Partai yang berupaya memobilisasi masyarakat kearah tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin
partai, sedangkan partisipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan. Partai ini cenderung
bersifat monopolistis karena hanya ada satu partai dalam masyarakat. Partai komunis di Negara-negara
komunis merupakan contoh partai mobilisasi.

2.3 Klasifikasi Sistem Kepartaian


Diatas telah dibahas bermacam-macam jenis partai. Akan tetapi beberapa sarjana menganggap perlu
dianalis ini ditambah dengan meneliti prilaku partai-partai sebagai bagian dari suatu sistem , yaitu
bagaimana partai politik berinteraksi datu sama lain dajn berintrksi dengan unsur-unsur lain dari sistem
itu. Analisis semacam ini dinamakan sistem kepartaian pertama sekali dibentangkan oleh Maurice
Duverger dalam bukunya Portilikal Parties. Duverger mengadakan kalasifikasi menurut tiga kategori,
yaitu sistem partai tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem multi partai.

2.3.1 Sistem Partai-Tunggal


Pola partai tunggal terdapat dibeberapa negara: Afrika, China, dan Kuba, sedangkan dalam masa jayanya
Uni Soviet dan beberapa negara Eropa Timur termasuk dalam kategori ini. Suasana kepartoaian
dinamakan non-kompetitif kearena semua partai harus menerima pimpinan dari partai yang dominan
dan ridakd dibenarkan bersaing dengannya. Terutama dinegara-negara yang baru lepas dari
kolonialisme kecenderungan kuat untuk memakai pola sistem partai-tunggal pimpinan diharapkan
dengan masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang
berbeda corak sosial serta pandangan hidupnya. Fungsi partai adalah menyakinkan atau memaksa
masyarakat untuk menerima persepsipimpinan parti mengenai kebutuhan utama dari masyarakat
seluruhnya. Dewasa ini banyak negara afrika pindah kesistem multi partai.
Negara yang paling berhasi dalam menyingkirkan partai lain ialah Uni Soiet pada masa jayanya. Partai
Uni Soviet bekerja dalam suasan yang non-kompetitif, tidak ada partai lain yang diperbolehkan bersaing,
oposisi dianggap sebagai penghianatan. Partai-tunggal serta organisasi yang bernung dibawahnya
berfungsi sebagai pembimbing dan penggerak masyarakat dan menekankan perpandauan dari
kepentigan partai kepentingan rakyat secara menyeluruh.
Di indonesia pada tahun 1945 ada usaha mendirikan partai tunggal sesuai dengan pemikiran yang ada
pada saat itu banyak dianut dinegara-negara yang baru melepaskan diri dari rezim kolonial. Diharapkan
partai itu akan menjadi motor perjuangan. Akan tetapi sesudah beberapa bulan usaha itu dihentikan
sebelum terbentuk secara konkret. Penolakan ini antara lain disebabkan karena dianggap berbau fasis.
2.3.2 Sistem Dwi-Partai
Dalam kepustkaan ilmu politik pengertian sistem dwi-partai biaasanya diartikan bahwa ada dua partai,
yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan
demikian mempunyai kedudukan dominan. Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam
partai yang berkuasa (karena menanh dalam pemilihan umum) dan partai oposisi ( karena kalah dalam
pemilihan umum).dengan demikian dengan jelas dimana letak tanggung jawab kmengenai pelaksanaan
kebijakan umum. Daplam sistem ini partai yang kalah berperan sebagai pengancam utama tapi yang
setia (loyal opposition) terhadap kebjakan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian
bahwa peran ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan pemilihan
umum kedua partai berusaha untuk merebut dukunygan orang-orang yang ada ditengah kedua partai
dan sering dinamakan pemilihan terapung (floating vote) atau pemilih ditengah (median vote).
Sistem dwi-partai pernah disebut a konvenient system for contented people dan memang kenyatanya
ialah bahwa sistem dwi-partai dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga dsyarat, yaitu komposisi
masyarakat bersifat homogen (sosial homogenity), adanya konsensus kuat dalam masyarakat
mekngenai asas dan tujuan sosial dan politik (political consensus), dan adanya kontinuitas sejarah
(historial continuity).8
Inggris biasanya digambarkan sebagai contoh yang paling ideal dalam menjalankan sistem dwi-partai ini.
Partai buruh dan partai konservatif dikatakan tidak mempunyai pandangan yang banyak berbeda
mengenai asas dan tujuan politik, dan perubahan pimpinan umumnya tidak terlalu mengganggu
kotinunitas kebijakan pemerintah. Perbedaan yang pokok antara kedua partai hanya berkisar pada cara
dan kecepatan melaksanakan berbagai program pembaharuan yang menyangkut masalah sosial,
perdagangan, dan industri. Partai buruh lebih condong agar pemerintah melaksanakan pengendalian
dan pengawasan terutama dibidang ekonomi, sedangkan partai konservatif cendrung memilih cara-cara
kebebasan berusaha.

8Peter G.J. Pulzer, Political Representation and Elections in Britain (London: George Allen and Unwin
Ltd,1967),hlm. 41.
Disamping kedua partai ini, ada beberapa partai kecil lainnya, diantaranya partai liberal demokrat.
Pengaruh partai ini biasanya terbatas, tetapi kedudukanya berubah menjadi sangat krusial pada saat
perbedaan dalam perolehan suara dari kedua partai besar dalam pemilihan umum sangat kecil. Dalam
situaasi seperti ini partai pemenang terpaksa membentuk koalisidengan partai leberal demokrat atau
partai kecil lainnya.
Pada umumnya dianggap bahwa sistem dwi-partai lebih konduktif untuk terpeliharanya stabilitas karena
ada perbedaan yang jelas antara partai pemerintah dan partai oposisi. Akan tetapi perlu juga
diperhatikan peringatan ilmu sarjana ilmu politik Robert Dahl bahwa dalam masyarakat yag terpolarisasi
sistem dwi-partai malahan dapat mempertajam perbedaan pandangan antara kedua belah pihak, karena
tidak ada kelompok ditengah-tengah yang dapat meredakan suasana konflik.9
Sistem dwi-partai umumnya diperkuat dengan dipergunakan sistem pemilihan single-member
counstituency (Sistem Distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu
saja.sistem pemilihan ini cendrung menghambat pertumbuhan partai kecil, sehingga dengan demikian
memperkokoh sistem dwi-partai.10
Di Indonesia pada tahun 1968 ada dusaha untuk mengganti sistem multi-partai yang telah berjalan lama
dengan sistem dwi-partai, agar sistem ini dapat membatasi pengaruh partai-partai yang talah lama
mendominasi kehidupan politik. Beberapa asas dirasakan menghilagi beban eksekutif untuk
menyeleggarakan pemerintahan yang baik. Akan tetapi eksperimen dwi-partai ini, sudah diperkenalkan
dibeberapa wilayah, ternyata mendapat tantangan dari partai-partai yang merasa terancam
eksistensinya. Akhirnya gerakan ini dihentiakan pada tahun 1969.

2.3.3 Sistem Multi-Partai


Umumnya dianggap bahwa keaneragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan kearah
sistem multi-partai. Perbedaan tajam antara ras, agama, atau suku bangsa mendorong golongan-
golongan masyarakat lebih cendrung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primoedial) dalam suatu
wadah yang sempit saja. Dianggap bahwa pola

9Robert A.Dahl, Political Oppositions in Western Democracy (New Heaven,Connecticut: Yale University
Perss 1966) hlm. 394.
10 Duverger,Political Parties, hlm. 217
multi-partai lebih sesuai dengan pluralitas budaya dan politik dari pada pola dwi-partai. Sistem multi-
partai ditemukan antara lain di IndodesiaMalaysia, Nederland, Australia, Prancis, Swedia, dan Federasi
Rusia. Prancis mempunyai jumlah partai yang berkisar 17 dan 28, sedangkan di Federasi Rusia sesudah
jatuhnya partai komunis jumlah partai mencapai 43.
Sistem multi-partai, apalagi jika dihubuingkan dengan sistem pemerintahan parlementer, mempunyai
kecendrungan untuk menitikberatkan kekuasan pada badan legislatif, sehingga peran badan eksekutif
sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini sering didebabkan karena tidakd ada satu partai yang cukup kuat
untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-
partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyrawarah
dan kompromi dengan mitranya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari
partai yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya dalam parlemen hilang.
Di lain pihak, partai-partai oposisi kurang memainkan peranan yang jelas karena sewaktu-waktu masing-
masing partai dapat diajak duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Hal semacam ini menyebabkan
sering terjadinya siasat yang berubah-ubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi partai masing-
masing. Lagi pula, sering kali partai-partai oposisi kurang mampu menyusun suatu program alternatif
bagi pemerintah. Dalam sistem semacam ini masalah letak tanggung jawab menjadi kurang jelas.
Dalam situasi dimana terdapat satu partai yang dominan, stabilitas politik dapat lebih dijamin. India
dimasa lampau sering dikemukakan sebagai negara yang didomonasi satu partai (one-perty dominance),
tetapi karena suasana kompetitif, pola dominasi setiap waktu dapat berubah. Hal ini dapat dilihat pada
pasang surutnya kedudukan partai kongres. Partai ini mulai dari zaman kemerdekaan menguasai
kehidupan politik india. Jiumlah wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat pada saat itu melebihi jumlah
total wakit partai-partai lainnya, dan karena itu sering disebut sistem satu setengah partai (one andhalf
party system). Sedangkan partai kongres mengelami kemunduran sesudah pemiliahan umum tahun
1967, namun ia berhasil memerintah india pada tahun 1977. pada tahun 1978 sampi 1980 partai
kongres mengadakan koalisi dengan Bharatya Janata Party.
Akan tetapi hal ini berarti bahwa pemerintah kolisi selalu lemah. Belanda, Norwegia, dan Swedia
merupakan contoh dari pemerintah yang dapat mempertahankan stabilitas dan kontinunitas dalam
kebijak publiknya.
Pola multi-partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan pemerintahan berimbang (proportional
Representational) yang memberi kesempatan luas bagi petumbuhan partai-partai dan golongan-
golongan baru.11 Melalui sistem perwakilan berimbang partai-partai kecil dapat menarik keuntungan
dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang diperolehnya suatu daerah pemilihan dapat ditarik
kedaerah pemilihan lain untuk mengenapkan jumlah suara yag diperlukan guna memenagkan stu kursi.
Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi-partai. Sistem ini telah
melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai 1989 indonesia berupaya
untuk mendirikan suatu sistem multi-partai yang mengambil unsur-unsur positif dari pengalaman masa
lalu, sambil menghindari unsur negatifnya.
11 Ibid. hlm. 245. Lihat juga PJ. Oud, Het Constitutioneel Recht van het koninkrijk der Nederlanden
(Zwolle: Tjeenk Willink,1947), Mid I, hlm.248.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok yang teroganisir
yang anggota-anggotanya memppunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang
biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan
mereka.
Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement) dan berbeda juga
dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak digunakan pada dewasa ini
yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok, atau memang ingin melakukan
perubahan terhadap paradigma masyarakat kearah yang lebih baik.

FUNGSI-FUNGSI PARTAI POLITIK


1. partai sebagai sarana komunikasi politik
2. partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
3. partai politik sebagai sarana rekruitmen politik
4. sebagai sarana untuk mengatur konflik (conflict manajemen)
3.2.Saran
Untuk tetap memperbaiki citra partai politik sebagai institusi demokrasi, tentu partai politik lebih
maksimal memikirkan nasib masyarakat ketimbang memperebutkan kursi kekuasaan. Sedangkan dalam
konteks konflik internal partai politik, meminimalisir mungkin adanya sikap politik yang bisa merusak
citra partai politik itu sendiri, tetap membuka adanya ruang bagi kedua pihak yang bertikai untuk
melakukan komunikasi politik yang lebih sehat dan lebih konsisten pada aturan main organisasi.
Konflik tentu tidak bisa dihindari, tetapi partai politik juga harus memberikan ruang bagi terbangunnya
suatu sistem manajemen konflik yang lebih baik. Agar konflik personal maupun kelompok maupun yang
terjadi diluar partai tidak bisa berkembang, mampu kendalikan sehingga tidak melahirkan suasana
ketegangan yang apalagi perlaku negatif yang bisa merusak. Manajemen konflik juga penting dalam
mengelola masalah tersebut sebelum diselesaikan secara organisasi, atau minimal bisa secara efektif
mencegah adanya perpecahan ditubuh partai. Sebagaimana yang dipikirkan oleh Ross (1993) sebagai
seorang ahli dalam manajemen konflik, bahwa manajemen konflik berupa penyelesaian konflik dan bisa
jadi menghasilkan ketenangan, hal positif, mufakat dan lebih kreatif. Masih ada waktu bagi para
pemimpin partai untuk melakukan perubahan di dalam partainya. Kepemimpinan kharismatis haruslah
diabdikan untuk kepentingan semua kader, bukan kelompok. Kepemimpinan model itu harus dipadukan
dengan manajemen pengelolaan partai yang modern, terbuka dan demokratis, termasuk dalam
mengelolah konflik. Hanya dengan menerapkan manajemen modern, partai bisa eksis dan mendapat
simpati pendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amal, Ichlasul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik.PT Tiara Wacana, Yogyakarta. 1996
Budiarjo,Mariam .Partisipasi dan Partai Politik.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1998.
.Dasar-Dasar Ilmu Politk. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Poltik. Grasindo, Jakarta, 1992.

Diposkan oleh Robbie kafiLah 31 di 21.14

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

Sell Tiket14 September 2016 11.10

Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini:
selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,.TEPAT,.DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di agen.selltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :


No handphone : 085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!


Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Robbie kafiLah 31

Airtiris, Riau, Indonesia

jangan tanyakan apa yang telah negara beri kepada anda, tapi tanyalah apa yang telah anda beri kepada
negara anda

Lihat profil lengkapku

RSS Subscribe

Blog Archive

2010 (2)

2011 (9)

Januari 2011 (5)

Jan 02 (1)

makalah tentang partai politik

Jan 20 (3)

Jan 21 (1)

Februari 2011 (1)

Maret 2011 (1)

April 2011 (1)

Agustus 2011 (1)

2012 (4)

Photo Cube Generator


Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Makalah Mahasiswa

Beranda

Cerita Islami

Curhatan

Pulsa Gratis Dari Android

Berburu Bitcoin

Download Lagu

Jumat, 21 Maret 2014

PARTAI POLITIK, PEMILIHAN UMUM, DAN DEMOKRASI DALAM SEJARAH INDONESIA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
dan melimpahkan rohmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan lancar.

Mengingat kurangnya kemampuan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis meyakini bahwa tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Atas bimbingan dan bantuan tersebut tiada yang dapat penulis ucapkan selain ucapan
terimakasih, kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan segala Barokah-Nya

2. Dosen Pembimbing, Drs. H. Baidi, M.Pd

3. Seluruh pihak yang membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Demikian penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat kita ambil manfaatnya bersama, khususnyabagipenulis dan umumnya bagi
para pembaca.

Surakarta,25 Septembr 2012

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB 2.PEMBAHASAN

A.Partai Politik

1. Pengertian

2. Fungsi

3. Partai Politik di Indonesia

B.Pemilihan Umum

1. Pengertian

2. Fungsi

3. Pemiluhan Umum di Indonesia

C.Demokrasi

1. Pengertian

2. Fungsi
3. Demokrasi di Indonesia

BA B 3.PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sangatlah menarik perjalanan politik bangsa Indonesia, sejak tahun 1950 hingga sekarang ternyata ada
sejumlah faktor yang memainkan peranan secara konstan. Faktor-faktor tersebut, yang sering pula kita
anggap sebagai masalah, tidak lain daripada pluralitas, orientasi politik, kepemimpinan, demokrasi, dan
pembangunan politik. Keseluruhan faktor itu tercermin dengan jelas didalam dinamika kehidupan
politik, sebab kesemuanya memang mewarnai bentuk, sifat dan penampilan sistem politik di Indonesia.

Kenyataan bahwa bangsa ini masih berdiri dengan tegak, memang terkadang membuat kita lengah dan
mengabaikan peranan yang dimainkan faktor-faktor itu, sehingga kita cenderung mengecilkan makna
kehadirannya. Pengalaman sistem politik Indonesia didalam 10 tahun terakhir ini cukup memberi
pelajaran mengenai bagaimana rawannya situasi yang diakibatkan oleh kondisi yang demikian.

Begitu juga dengan pemilihan umum, pemilihan umum di Indonesia hingga sekarang ternyata ada yang
telah memainkan peranan dan fungsi dari pemilu.

Persoalan demokrasi di Indonesia selalu hangat dibicarakan, bahkan jauh sebelum kita merdeka.
Setidaknya secara formal semua pihak tidak ada yang keberatan bahwa sistem politik Indonesia mestilah
demokrasi. Sebab kalau tidak, sila keempat dalam Pancasila yaitu nilai kerakyatan, akan kehilangan
makna dan subtansi. Yang menjadi persoalan bukan pengakuan formalnya, tetapi perlunya bahasa yang
sama dalam memahami hakikat demokrasi itu dan tentang cara operasionalnya dalam sistem
kenegaraan kita. Selama 52 tahun kita merdeka, berbagai bentuk dan nama demokrasi telah kita kenal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian partai politik?

2. Apa fungsi partai politik?

3. Bagaimana partai politik di Indonesia?


4. Apa pengertian pemilu?

5. Apa fungsi pemilu?

6. Bagaimana pemilu di Indonesia?

7. Apa pengertian demokrasi?

8. Apa fungsi demokrasi?

9. Bagaimana demokrasi di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian partai politik

2. Untuk mengetahui fungsi partai politik

3. Untuk mengetahui partai politik di Indonesia

4. Untuk mengetahui pengertian pemilu

5. Untuk mengetahui fungsi pemilu

6. Untuk mengetahui pemilu di Indonesia

7. Untuk mengetahui pengertian demokrasi

8. Untuk mengetahui fungsi demokrasi

9. Untuk mengetahui demokrasi di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A.Partai Politik
1. Pengertian

a. Secara Umum

Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-
cita yang sama.

b. Menurut para ahli

Carl. J. Friedrich

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan
berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil
maupun materiil.

R.H. Soltau

Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak
sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan
menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

Sigmund Neumann

Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-golongan
lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

Maurice Duverger

Partai politik adalah sekelompok manusia yang mempunyai doktrin politik yang sama.

Edmund Burke

Partai politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-keinginan bersamanya,
yaitu kepentingan nasional melalui prinsip-prinsip khusus yang sudah disepakati.

c. Menurut Undang-Undang

Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008. Partai politik adalah organisasi yang
bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Fungsi

a. Fungsi partai politik menurut Miriam Budiardjo

Partai sebagai sarana komunikasi politik


Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat
berkurang.

Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dan pemilihan umum, partai politik
harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai berusaha menciptakan image bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum. Di samping menanamkan solidarias dengan partai, partai politik
juga mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga
Negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional.

Partai sebagai sarana rekruitmen politik

Rekruitmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sisem politik pada umumnya dan
politik pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu merupakan partai
tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai itu merupakan partai mayoritas
dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik
demokrasi. Fungsi rekruitmen politik dilakukan dengan cara kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga
kader diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang
akan mengganti pimpinan lama.

Partai sebagai sarana pengatur konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal
yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha mengatasinya.

b. Fungsi partai politik menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 11

Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

- Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar
akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

- Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan
masyarakat.

- Penyerap, penghimpun, penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan
kebijakan Negara.

- Partisipasi politik warga Negara Indonesia.

- Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

c. Fungsi partai politik secara umum

- Sebagai sarana komunikasi politik (penyalur aspirasi dan pendapat rakyat kepada pihak pemerintah)
- Sebagai sarana sosialisasi politik (penanaman nilai dan norma terhadap masalah-masalah politik)
- Sebagai sarana rekruitmen politik (mencari dan mengajak untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai anggota partai)
- Sebagai sarana pengatur konflik (turut mengatasi kesalahpahaman yang terjadi pemerintahan maupun
masyarakat)

3. Partai politik di Indonesia

Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Masa penjajahan Belanda

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu Hindia
Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi baik
yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang berazaskan politik agama
dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan
nasional untuk Indonesia merdeka.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasional untuk
mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat, gerakan ini oleh
beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi di dalam
Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai
Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische Nationale Groep di bawah
pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan menjadikannya
semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite Rakyat Indoneisa) yang
terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan gabungan dari partai-partai yang
beraliran nasional, MIAI (Majelis Islamil Alaa Indonesia) yang merupakan gabungan partai-partai
yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan
gabungan organisasi buruh.

Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam volksraad yaitu
Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera, dan Indonesische Nationale Groep.
Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari Partai-Partai Politik dan
menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di
dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Majelisul Islami A'laa Indonesia (MIAI) dan
Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai politik partai
politik yang pertama kali terbentuk di Indonesia.

Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam yang diberi kebebasan
untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Partai Masyumi) yang lebih banyak
bergerak di bidang sosial.
Masa pasca proklamasi kemerdekaan

Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk
mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan demikian kita
kembali kepada pola sistem banyak partai.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa tahun
1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui sistem parlementer.
Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program
kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik pula. Masa demokrasi
parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa-masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di
pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan NASAKOM
(Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini
nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat, terutama melalui G 30 S/PKI (akhir
September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih leluasa
dibanding dengan masa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah munculnya organisasi
kekuatan politik baru yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar muncul
sebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim
Indonesia) serta PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai politik
Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai Persatu
Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba dan
Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia.
Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi kekuatan politik Indonesia dan terus berlangsung
hinga pada pemilu 1997.

Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim
Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia. Dan terus berlanjut
hingga pemilu 2014 nanti.

Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk banyak sekali Partai
Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 -1998), Partai Politik di Indonesia hanya berjumlah 3 partai
yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia. Di masa
Reformasi, Indonesia kembali menganut sistem multi partai.

Pada 2012, DPR melakukan revisi atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik di Indonesia sejak masa
kemerdekaan adalah:

1. Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1955).


2. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan Penyederhanaan Kepartaian.

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan, dan Pembubaran Partai-
Partai.

4. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

5. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1975
tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.

8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (berlaku saat ini).

B.Pemilu

1. Pengertian

a. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

b. Pengertian Pemilu secara Umum

Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil
rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu
dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun
untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan. Sistem pemilu asas yang digunakan adalah asas
luber dan jurdil. Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta
Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan
selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan
suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau
sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.

2. Fungsi

Fungsi Pemilihan Umum Pada pemerintahan yang demokratis, pemilihan umum


merupakan pesta demokrasi. Secara umum fungsi pemilihan umum adalah :

Melaksanakan kedaulatan rakyat

Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat


Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif serta memilih Presiden dan
wakil Presiden

Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara aman, damai, dan tertib

Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

3. Pemilihan Umum di Indonesia

Pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD
Provonsi,dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan
langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian
dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu
legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Sejarah

Pemilihan umum diadakan sebanyak 10 kali yaitu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997,
1999, 2004 dan 2009.

Asas Pemilihan Umum di Indonesia

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung,
Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru.Langsung berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan
umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti
pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun,
kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si
pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan
Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan
untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan
kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang
akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil
mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Bung Karno Pada pemilu 1955

C. Demokrasi
1. Pengertian

a. Secara Etimologi

Demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat
atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakya berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat.

b. Secara Terminologi

Demokrasi adalah rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan penentu keputusan dan
kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan Negara dan pemerintahan serta pengontrol terhadap
pelaksanaan kebijakannya baik yang dilakukan secara langsung oleh rakyat atau mewakilinya melalui
lembaga perwakilan.

c. Menurut para ahli

Josefh A. Schmeter

Demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas
suara rakyat.

Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting


secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari rakyat dewasa.

Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga Negara, yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.

Henry B. Mayo

Demokrasi adalah sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas
dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efekif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

2. Fungsi
Demokrasi dapat menyelesaikan berbagai perselisihan di Indonesia dan di luar Indonesia secara damai.

Demokrasi dapat menyelenggarakan pergantian pemimpin secara adil makmur dan teratur.

Demokrasi dapat juga mengakui dan menganggap adanya kebudayaan dan keaneka ragaman.

Demokrasi dapat menegakkan keadilan dan menjamin kemakmuran disetip Negara yaitu di luar negeri
dan di dalam negeri.

3. Demokrasi di Indonesia

a. Masa Orde Lama

Masa 1945-1959 (Demokrasi Liberal)

Demokrasi di Indonesia pada masa 1945-1959 adalah demokrasi liberal. Sistem pemerintahan yang
diterapkan pada masa tersebut adalah sistem parlementer. Sistem demokrasi yang mulai berlaku
sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950,
ternyata kurang cocok untuk Indonesia, meskipun dapat berjalan memuaskan dalam beberapa Negara
Asia lain. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan tidak
dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan. Karena lemahnya benih-benih
demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Undang-undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana eksekutif terdiri dari
presiden sebagai kepala Negara konstitusionil (constitutional head) beserta menteri-menterinya yang
mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap kabinet berdasarkan
koalisi yang berkisar pada satu atau dua partai besar dengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata
kurang mantap dan partai-partai dalam koalisi tidak segan-segan menarik dukungannya sewaktu-waktu,
sehingga kabinet sering jatuh karena keretakan dalam koalisi sendiri.

Di samping itu ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang tidak memperoleh saluran dan
tempat yang realistis dalam konstelasi politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting, yaitu
seorang presiden yang tidak mau bertindak sebagai rubberstamp president (presiden yang
membubuhi capnya) belaka dan tentara yang karena lahir dalam revolusi merasa bertanggung jawab
untuk turut menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya.

Faktor-faktor semacan ini ditambah dengan tidak mampunya anggota-anggota partai-partai yang
tergabung dalam Konstituante untuk mencapai konsensus mengenai dasar Negara untuk undang-
undang dasar baru, mendorong Ir. Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
yang menentukan berlakunya kembali Undang Undang Dasar 1945.

Masa 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)

Ciri pada masa ini ialah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur social politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat
di pandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat. Undang-Undang Dasar 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden
untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No. III/1963 yang
mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima
tahun. (Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang presiden untuk dipilih kembali) yang ditentukan
oleh Undang-Undang Dasar.

b. Masa Orde Baru (Demokrasi Pancasila)

Landasan formil dari periode ini adalah pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta ketetapan MPRS.
Semangat yang mendasari kelahiran periode ini adalah ingin mengembalikan dan memurnikan
pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Karena sebelum periode ini telah terjadi penyelewengan dan pengingkaran terhadap kedua landasan
formal dan yuridis dalam kehidupan kenegaraan. Dalam usaha untuk meluruskan kembali
penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar yang telah terjadi dalam masa Demokrasi Terpimpin,
kita telah mengadakan tindakan korekif. Ketetapan MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan
seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan efektif
setiap lima tahun. Ketetapan MPRS No. XIX/1966 telah menentukan ditinjaunya kembali produk-produk
legislaif dari masa Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu Undang-Undang No. 19/1964 telah diganti
dengan satu undang-undang baru (No. 14/1970) yang menetapkan kembali azas kebebasan badan-
badan pengadilan Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong diberi beberapa hak kontrol, disamping ia
tetap mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pimpinannya tidak lagi mempunyai status
sebagai menteri.

Begitu pula tata tertib DPR yang memberi wewenang kepada presiden untuk memutuskan
permasalahan yang tidak dapat dicapai mufakat antara anggota badan legislatif dihapuskan. Golongan
Karya, di mana anggota ABRI memerankan peranan penting, diberi landasan konsitusionil yang lebih
formil. Selain itu beberapa hak asasi diusahakan supaya diselenggarakan secara lebih penuh dengan
memberi kebebasan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat dan kepada partai-partai politik
diberi hak untuk bergerak dan menyusun kekuatannya, terutama menjelang pemilihan umum 1971.
Dengan demikian diharapkan terbinanya partisipasi politik dari golongan-golongan dalam masyarakat.
Disamping itu diadakan program pembangunan ekonomi secara teratur dan terencana.

Pada periode ini praktik demokrasi di Indonesia senantiasa mengacu pada nilai-nilai pancasila dan UUD
1945. Karena itu Demokrasi pada masa ini disebut dengan demokrasi pancasila.

Namun demikian Demokrasi Pancasila dalam rezim orde baru hanya sebagai retorika dan gagasan
belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan
pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberi ruang bagi kehidupan demokrasi.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Pancasila

2 komentar:
FBS Indonesia9 November 2015 20.36

FBS Indonesia FBS ASIAN adalah salah satu Group Broker Forex Trading FBS Markets Inc
yang ada di ASIA dimana kami adalah online support partner fbs perwakilan yang sah dipercayakan oleh
perusahaan FBS untuk melayani semua klien fbs
di asia serta fbs yang ada di indonesia.
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANK LOKAL Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com.
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009

Balas

Sell Tiket13 September 2016 21.10

Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini:
selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,.TEPAT,.DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di agen.selltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :


No handphone : 085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

Balas

Tinggalkan Komentar anda di sini

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Total Tayangan Laman

206443

CARA DAPET PULSA GRATIS

Daftar Makalah

Etika Profesi

Evaluasi

Filsafat Umum

Fiqih

Ilmu Hadits

Ilmu Kalam

Kumpulan Makalah

Metodologi Penelitian

Pancasila

Tasawuf

Ulumul Qur'an

Usul Fiqih

Ad.Fly
Rahasia Dapat Duit Dari Internet

Jaket Couple

buy now

Klik "ikuti" Okey Sobat

Entri Populer Pulsa Gratis HP Android

Teknik
Penyajian Data

Teknik
Pengumpulan
Data

FENOMENA
PELANGGARAN
KODE ETIK
PROFESI GURU
DAN
Android memberi pulsa gratis.
SOLUSINYA
Jual-Beli Dalam Buktikan sendiri kalau tidak
Islam percaya.

KOMPETENSI
GURU

SUNNAH

pilihan anda:

Solusi Tuntas Hutang 500 Juta s/d 17 Milyar!

Anda Terlilit Hutang? Bth Modal Usaha? atau Ingin Berge


http://www.danagb99.blogspot.com

Lihat Details

Panjang lebar dan tahan lama

Rahasia tambah ukuran Otong! Bergaransi


http://asliarab.com/sharksuperpower/index.html

Lihat Details

PEMBESAR PENIS ARAB. Full Testi KASKUSER Dewasa

Blogers & KASKUSers! | Pembesar Penis dari Arab Saudi,


http://asliarab.com/sharksuperpower/index.html

Lihat Details

Panjang lebar dan tahan lama

Pembesar PENIS u/ Agan, FULL TESTI KASKUSERS!


http://asliarab.com/sharksuperpower/index.html

Lihat Details

Template Awesome Inc.. Gambar template oleh dino4. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai