Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

UJIAN AKHIR SEMESTER


Mata Kuliah : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen : Ludovikus Bomans Wadu, M.Pd.
Petunjuk:

1. Ujian Akhir Semester ini dilaksanakan dalam bentuk Take Home Exam


2. Tuliskan Nama, NIM dan Kelas anda dipojok kanan lembar jawaban anda!
3. Jawablah semua pertanyaan ini dengan tepat dan argumentative!
4. Jawaban menggunakan file office word. Jawaban hendaknya menggunakan berbagai sumber dengan
mecantumkan kutipan dalam Daftar Rujukan (Daftar Pustaka) diakhir semua jawaban. Bukan per nomor.
5. Jawaban dikerjakan secara berurutan. (Tidak diacak)
6. Jawaban sebaiknya dalam bentuk paragraf bukan kalimat. (Baca cara menulis paragraf)
7.  Proses menjawab pertanyaan hendaknya dilakukan mandiri. Jika ditemukan jawaban diantara
anda yang memiliki kesamaan persis, maka dianggap gugur atau tidak mengikuti UAS.
8. Point 7 Sering terjadi karena peserta mengcopy paste dari internet pada laman yang sama dan
sangat memungkinkan dilakukan juga oleh peserta lainnya, sehingga jawabannya sama persis.
9.  Perhatikan Semua Petunjuk berkaitan dengan UAS ini.

Soal
1. 1. Bacalah berita dari media Indonesia dibawah ini!
Saatnya Kelompok Marjinal Mendapatkan Kesetaraan Hukum
Penulis: Media Indonesia
Minggu 08 Desember 2019, 12:26 WIB
EDITORIAL MI

PENDIDIKAN hukum bagi warga termarjinalkan harus terus dilakukan agar mereka bisa mendapatkan kesetaraan
hukum serta hak azasi manusia secara utuh. Rektor Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Prof Eddy Jusuf saat
menjamu peserta Global Alliance for Justice Education (GAJE), di Bandung, Sabtu (7/12/2019) malam. Pada 2019
ini, Unpas menjadi tuan rumah penyelengggaraan konferensi tersebut yang diikuti 350 peserta dari 48 negara.
Menurut Eddy, tidak bisa dipungkiri bahwa posisi warga termarjinalkan masih lemah terutama di mata hukum.
Perlindungan hukumnya masih sangat terbatas sehingga tidak jarang mereka tidak mendapatkan pemenuhan
HAM yang maksimal.

Dia menilai, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan kaum termarjinalkan akan upaya-upaya dalam
memperjuangkan HAM dan kesetaraan di mata hukum.

"Jadi fokusnya lebih mengutamakan upaya pendidikan hukum bagi kaum marjinal," kata Eddy.

Sebagai contoh adalah asisten rumah tangga akan kalah jika berurusan hukum dengan majikannya. Begitu pun
juga seorang nampak selalu kalah jika memiliki sengketa hukum dengan perusahaan.

Oleh karena itu, dia menyebut kelompok termarjinalkan ini harus diberi pendidikan hukum yang maksimal agar
mereka bisa memperjuangkan hak dan posisinya.

"Jangan hanya dibantu, tapi diberdayakan. Mereka harus mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, harus tahu apa
yang harus mereka lakukan jika bermasalah dengan hukum, bagaimana cara mengatasinya, dan lain-lain," kata dia.

Pada kesempatan sama Dekan Fakultas Hukum Unpas Anthon F. Susanto mengatakan, para peserta GAJE ini akan
mendatangi lokasi di Kota Bandung yang banyak dihuni kaum termarjinalkan. Para praktisi, aktivis, dan advokat yang
fokus memperjuangkan HAM ini mendatangi sekolah luar biasa (SLB), panti jompo, hingga kawasan-kawasan
kumuh yang penghuninya dirasa sulit memeroleh HAM dan keadilan lainnya.

"Mereka melakukan simulasi, game, trial metode-metode yang digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat
pentingnya memperjuangkan hak-hak dan hukum yang berkeadilan," katanya seraya menyebut konferensi yang
digelar 4-10 Desember ini akan menghasilkan metode baru dalam menangani kaum termarjinalkan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Hak Azasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM Mualimin Abdy
menyebutkan pada tahun ini memeroleh 40 pengaduan terkait HAM. Pihaknya memastikan semua aduan tersebut
telah diatasi dengan baik.

Tak hanya pada Kementerian Hukum dan HAM, pihaknya pun mendorong semua instansi publik agar memberikan
pelayanan berbasis pemenuhan HAM. Sebagai contoh, menurutnya kelompok rentan seperti anak-anak, kaum ibu,
dan perempuan harus dipastikan memeroleh posisi yang sama.

"Kita siapkan tempat bermain untuk anak, ruang laktasi juga kita siapkan. Hal ini yang harus
dikampanyekan, bagaimana penghormatan dan pemberian hak yang sama," katanya.

Lebih lanjut dia katakan, pada peringatan Hari HAM 2019 ini pihaknya memilih Jawa Barat sebagai tuan rumah.

"Penduduk Jawa Barat paling besar. Kita sosialisasi ke sekolah-sekolah. Ini hal-hal yang selalu kita edukasi, tentang
pelayanan berkeadilan seperti untuk disabilitas. Kita siapkan sarana prasarana di setiap kantor pelayanan," katanya.

Selain itu, pihaknya melakukan penilaian indeks pelayanan HAM terhadap seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

"Apakah kota ini dalam memberi pelayanan ke masyarakat, telah memenuhi kualifikasi sebagai kota HAM
dari beberapa variabel seperti perempuan, anak, kesehatan, lingkungan hidup, difabel," katanya.

Berdasarkan penilaian itu, menurut dia bari 60% dari 514 kabupaten/kota yang sudah menerapkan pelayanan
publik berbasis HAM.

"Target kami agar seluruh kabupaten/kota peduli terhadap HAM," katanya.

Menurutnya esensi dari pelayanan yang diberikan pemerintah itu dalam rangka pemenuhan perlindungan HAM
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.

"Sipil politik, ekonomi sosial, budaya. Itu membangun jalan tol, bendungan, itu pemenuhan HAM.
Kewajiban pemerintah untuk pemenuhan HAM," katanya. (OL-3)

a. Berkaitan dengan penegakan hukum yang berkeadilan, bagaimana tanggapan anda


terkait berita diatas !
b. Bagaimana saran yang dapat anda berikan agar penegakan hukum yang berkeadilan
dapat berjalan sesuai harapannya.!
2. 2. Bacalah 2 (dua) berita dari media Indonesia dibawah ini!
Antisipasi Bencana, Pemda Diwajibkan Susun Rencana
Kontinjensi
Jumat 03 Januari 2020, 19:45 WIB
Mediaindonesia.com | Politik dan Hukum

PRESIDEN Joko Widodo menggelar rapat bersama sejumlah menteri dan kepala lembaga membahas
tentang penanganan bencana banjir di sejumlah daerah saat ini. Pemerintah daerah diminta untuk menyusun
rencana kontinjensi untuk mengantisipasi bencana alam yang selalu terjadi setiap tahunnya, seperti banjir.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan payung hukum
mengenai kewajiban pemerintah daerah untuk menyusun rencana kontingensi bakal diatur dalam
instruksi presiden (inpres).

Melalui inpres ini, kata Doni, nantinya seluruh pemerintah daerah memiliki kewajiban membentuk rencana
kontinjensi dalam menghadapi bencana alam, termasuk banjir.

"Setiap tahun kita mengalami peristiwa rutin. Kemarau ada kekeringan dan kebakaran hutan, saat
penghujan kita alami banjir bandang dan tanah longsor. Dengan Inpres, pemda bisa diingatkan untuk
ambil langkah kesiapsiagaan," kata Doni usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana
Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/1).

Tak hanya itu, pejabat juga diminta lebih sigap untuk menentukan status bencana yang menimpa
wilayahnya. Satus bencana itu, lanjut dia, merupakan jalan bagi pemerintah pusat untuk bisa memberikan
bantuan, termasuk penganggaran untuk penanganan bencana kepada daerah.

Selain itu, presiden, kata dia, juga meminta seluruh pimpinan daerah berkoordinasi dengan kepala Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di masing-masing wilayah untuk mendapat informasi
aktual mengenai potensi bencana serta menyampaikan peringatan dini cuaca dan risiko bencana kepada
masyarakat agar tetap waspada.

Selain Kepala BNPB, hadir dalam rapat itu yakni, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, serta
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. (Mal/A-5)
Jangan Lembek Jaga Kedaulatan
Minggu 05 Januari 2020, 06:20 WIB
Mediaindonesia.com | Politik dan Hukum

SIKAP Menteri Pertahanan Prabowo


Subianto yang memilih jalan damai untuk
menghadapi polemik kepemilikan
perairan Natuna oleh Tiongkok dikritik
berbagai pihak. Sikap itu dinilai ‘lembek’
dalam melindungi kedaulatan Tanah Air.

Saat menanggapi persoalan itu, Juru


Bicara Presiden, Fadjroel Rachman,
menegaskan, berdasarkan arahan
Presiden, pemerintah Indonesia bersikap
tegas sekaligus memprioritaskan usaha
diplomatik damai dalam menangani
konflik di perairan Natuna.

“Pak Jokowi mengatakan tak ada


kompromi dalam mempertahankan
kedaulatan Indonesia,” kata Fadjroel,
Sabtu (4/1).

Fadjroel menegaskan, tidak ada perbedaan prinsip antara Presiden dan Prabowo dalam persoalan
perairan Natuna. “Pemerintah satu sikap,” kata Fadjroel.

Kritikan terhadap Prabowo disampaikan juru bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Kholid. Ia
menyayangkan sikap lembek Menhan Prabowo Subianto yang seolah menganggap enteng masalah
kedaulatan bangsa.

“Pak Prabowo sebagai menhan tidak boleh anggap isu kedaulatan sebagai isu yang enteng. Santai. Sikapnya
harus tegas dan punya wibawa. Kalau lembek, santai-santai, bangsa ini akan semakin direndahkan oleh
bangsa lain karena tidak punya keberanian dalam bersikap,” ujar Kholid, Sabtu (4/1).

PKS mendukung sikap tegas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang memprotes keras sikap Tiongkok yang
mengklaim sepihak kedaulatan wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna. Senada,
Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri, Ahmad Basarah, mendukung penuh sikap Kementerian Luar Negeri RI,
Bakamla, dan seluruh jajaran TNI di dalam menyikapi aksi kapal Tiongkok yang memasuki secara ilegal
perairan Natuna yang merupakan wilayah ZEE Indonesia.

Sikap dan kewajiban mempertahankan kedaulatan negara termasuk yang telah ditetapkan melalui Konvensi
PBB tentang Hukum Laut pada 1982 atau The United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS 1982) merupakan harga mati.

Karena itu, anggota Komisi I DPR Charles Honoris mengatakan, jika perlu, pemerintah harus mengkaji
ulang hubungan bilateral RI dengan Tiongkok. Berbagai kerja sama bilateral bisa ditunda atau dibatalkan.
(Mal/Cah/X-6)

a. Elaborasikan konsep ketahanan nasional yang anda pahami !


b. Apakah berita diatas termasuk dalam kategori ketahanan nasional?
Mengapa demikian, berikan alasan anda!
c. Bagaimana saran yang dapat anda berikan agar mengatasi
permasalahan diatas. (dari 2 berita diatas)
3. 3. Bacalah berita dari media Indonesia dibawah ini!

Yasonna Ajak Mahasiswa Tempuh Jalur Musyawarah dan Hukum


Selasa 24 September 2019, 17:41 WIB
Cahya Mulyana | Politik dan Hukum

4.
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Hamonangan Laoly

MENTERI Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Hamonangan Laoly
mengajak mahasiswa yang keberatan atas Undang-undang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) untuk berdiskusi dan menempuh
jalur hukum.
"Isu yang ada dalam RUU RKUHP, Pertanahan, Pemasyarakatan dan UU KPK ini di
luar sana dimanfaatkan untuk kepentingan politk maka saya berharap kepada ade-ade
saya mahasiswa jangan terbawa oleh agenda politik yang tidak benar. Kalau mau
debat dan bertanya soal UU datang ke DPR atau ke saya," terangnya usai menghadiri
rapat paripurna ke-10 yang salah satunya menghasilkan keputusan penundaan
pengesahan RUU Pemasyarakatan, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/9).
Menurut dia, masyarakat yang masih mempertanyakan atau keberatan terhadap produk
hukum bisa meminta informasi yang utuh kepada pemerintah atau mengajukan
judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK). Hal itu merupakan cara yang elok dan
menjunjung tatanan hukum yang berlaku.
"Saya mengingatkan kita ini mendengar dan melihat ada upaya-upaya yang
menunggangi dan jangan terpancing. Termasuk UU KPK yang sudah disepakati
maka ajukan judicial riview ke MK bukan ke mahkamah jalanan. Sebagai mahasiswa
taat hukum kita harus melalui mekanisme itu," pungkasnya.
Pada rapat paripurna DPR ke 10 yang dihadiri 288 Anggota DPR menyepakati
penundaan pengesahan RUU Pemasyarakatan. Itu sebagai respon pemerintah terhadap
sebagian masyarakat yang masih keberatan atas pasal-pasal yang ada di dalamnya. (OL-
4)
a. Berkaitan dengan konsep musyawarah untuk mufakat, berikan
tanggapan anda terkait berita diatas !
b. Apakah berita diatas termasuk dalam kategori musyawarah untuk
mencapai mufakat? Mengapa demikian, berikan alasan anda!
c. Bagaimana saran yang dapat anda berikan agar mengatasi
permasalahan diatas. (sebaiknya membaca berbagai berita terkait
sebelum memberikan saran anda)
4. Bacalah berita dari media Indonesia dibawah ini!

Berpotensi Dipecah Belah, Indonesia Harus Perkuat Pancasila


Selasa 10 Desember 2019, 22:15 WIB
Antara | Humaniora

REKTOR Universitas Widyatama (Utama) Prof Obsatar Sinaga menegaskan perlunya


memperkuat wawasan Nusantara dan Pancasila mengingat kondisi Indonesia yang berpulau-
pulau dengan etnis suku bangsa dan budaya yang beragam berpotensi dipecah-belah.

"Apa pun yang terjadi kita harus tahu bahwa kita ini bangsa Indonesia. Harus diingat bahwa
Indonesia ini bangsa yang terbagi dalam keanekaragaman suku dan budaya. Karena suasana yang
berbeda itu maka pasti bangsa kita sangat berpotensi untuk dipecah-belah. Kalau kita tidak hati-hati,
bahkan dari sekarang juga kita bisa saja pecah seperti Yugoslavia," katanya, Selasa (10/12).

Ia mengatakan, dalam wilayah yang dibatasi lautan dan kepulauan seperti Indonesia ini
dibutuhkan semangat kebangsaan yang sama. Karena jika semangat kebangsaan ini tidak
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia, tentunya bangsa ini bisa hancur.
Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad) mencontohkan
ketika Arab Spring terjadi banyak bangsa Arab yang terpecah. Ketika sebuah bangsa atau
negara itu terpecah maka akan sulit untuk bisa disatukan kembali. Karena itu, hal itu yang
harus dihindari dan jangan sampai terjadi di negeri ini.
"Karena itu untuk mencegah hal itu butuh kekuatan pemerintah yang bisa dilakukan dalam
bentuk kebijakan, khususnya dalam hal wawasan kebangsaan. Misalnya dibuat aturan di
sekolah wajib belajar pelajaran ini, kalau diwajibkan pasti bisa. Jangan kemudian nanti karena
milenial malah dibebaskan dan malah tidak menguasai apa-apa," ungkap pria yang akrab disapa
Prof Obi ini.
Prof Obi juga mengatakan bahwa dengan memperkuat wawasan kabangsaan ataupun wawasan
Nusantara, tentunya hal ini akan dapat membentengi masyarakat dari pengaruh penyebaran
paham radikalisme dan terorisme. Selain itu hal ini juga sebagai benteng bagi masyarakat
untuk penguatan ideologi bangsa.
Apalagi sekarang ini penyebaran paham radikalisme terorisme dan terorisme itu sangat
masif, utamanya melalui dunia maya. Masyarakat utamanya generasi milenial ini harus
memperkuat itu.
"Lembaga pendidikan harus terus memberikan pelajaran itu untuk memperkuat dan membentengi
para generasi milenial ini agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme itu
sekaligus untuk memperkuat persatuan terhadap nusantara kita ini," katanya. (OL-1)

a. Berkaitan dengan berita diatas, apa hubungan wawasan nusantara dan


Pancasila. berikan tanggapan anda!
b. Bagaimana saran yang dapat anda berikan agar memperkuat konsep wawasan
nusantara bagi generasi seumuran anda. (sebaiknya membaca berbagai berita
terkait sebelum memberikan saran anda)

Selamat bekerja, semoga sukses!

Anda mungkin juga menyukai