Disusun Oleh:
A. Pendahuluan
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu terlalu miskin makna jika
dipraktekan sekedar seremonial yang dilakukan lima tahunan guna mencoblos
sejumlah kertas dengan nama dan gambar wajah seseorang yang jangankan riwayat
hidupnya, untuk nama dan wajahnya saja rakyat tidak mengenalnya sama sekali.
Tetapi, pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih para wakil yang
akan mengurusi segala urusan rakyat disetiap tingkatan, baik legislatif maupun
eksekutif. Pemilu berkwalitas melahirkan para wakil berkwalitas. Sebaliknya, pemilu
yang tidak berkwalitas melahirkan para wakil yang tidak berkwalitas.
1. Di Kelas
Kata karakter merupakan istilah kata berasal dari bahasa Latin “Kharassein”, kharakter.
Berdasarkan istilah karakter adalah Sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran,
perilaku, budi pekerti, tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup. Seorang atau
kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dlm sebuah organisasi,
baik sipil maupun militer, yg berfungsi sebagai “pemihak” atau membantu tugas pokok
organisasi (Nano Wijaya). Kader bisa menjadi ujung tombak organisasi. Bila kader
pengawas pemilu, maka setidaknya ia memahami tugas dan wewenang pengawas
penyelenggara pemilu. Memahami sistem pemilu/demokrasi.
Gender sebagai konstruksi sosial tentang peran, sifat, ciri laki-laki dan perempuan yang
bisa berubah karena budaya, politik, pengetahuan, pandangan agama, ekonomi dst.
HAM Berperspektif Gender mempertimbangkan kelompok rentan secara ekonomi,
sosial, politik, budaya (ecosob, sipol). UUD NRI 1945, UU Nomor 7 tahun 1984, UU
Nomor 39 tahun 1999, mengatur tentang langkah-langkah khusus bagi negara dan
Suatu sikap atau perilaku yang mencerminkan kekuatan prinsip moral/integritas atau
etika kerelawanan dengan tanpa membedakan kelompok, individu, tetapi
mempertimbangkan yang lemah dan dilemahkan secara sosial, politik, budaya. Turut
mengawal jalannya prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemilu dan aturan
pemerintahan.
Sejarah kepengawsan Kelembagaan Pengawas Pemilu baru muncul pada tahun 1952
dengan nama PANWASLAK (panitian pengawas pelaksana pemilu) dengan
melatarbelakangi Distrust terhadap Pemilu yang di kooptasi kekuasaan, Protes
pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara oleh petugas (pemilu 1971), Protes
pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara oleh petugas (pemilu 1971). Metode
Pengawasan menggunakan : GOWASLU,data pemilih,alat peraga
kampanye,kampanye,politik uang,pemungutan suara.Hambatan dan tantangan dalam
pengawasan yaitu harus bersikap adil dalam berdemokrasi,demokrasi harus bersifat
pluralisme,serta harus mempunyai peran partisipatif bersama untuk mengawasi
berjalannya selama kepemiluaan.
Apa itu system politik? Dalam geopolitik, sistem politik mendefinisikan proses
pengambilan keputusan resmi pemerintah. Biasanya dibandingkan dengan sistem
hukum, sistem ekonomi, sistem budaya, dan sistem sosial lainnya. Sistem Kepartaian
Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal 6A(2) UUD 1945
yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan paling tidak ada
Mengapa perlu organisasi? Karena organisasi mempunyai posisi tawar yang di asumsi
lebih kuat,kerja advokasi tidak dilakukan sendiri,dsb.Peran dan fungsi organisasi yaitu
untuk mengembangkan pola pikir kritis,mencapai keinginan bersama sama yang sudah
dari visi misi keorganisasian,yang dimaksud dengan manajemen organisasi adalah
Ringkasan Materi
Pembelajaran yang dilakukan di kelas masih di dominasi oleh pemateri, alangkah lebih
baiknya jika pembelajaran banyak di isi dengan diskusi dan studi kasus.
2. Di Lapangan
IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia), suatu asosiasi yang menghimpun para jurnalis
televisi yang didirikan pada era reformasi, yakni pada bulan Agustus 1998. Di
Kabupaten Cianjur IJTI baru didirikan pada Tahun 2017. Fokus IJTI adalah
Kunjungan yang dilakukan oleh penulis pada 26 September 2019 pukul 14.00 sampai
pukul 16.00 WIB, , kami berbicara panjang mengenai money politic, isu sara dan Hoax
khususnya pada saat pemilu di Kabupaten Cianjur. Dari ketiga tema tersebut, muncul
beberapa kasus yang terjadi di pemilu kabupaten cianjur yaitu: Di tangkapnya Sri
Rahayu Ningsih (sarasen) pada 5 Agusutus 2017, Isu WAHABI pada pilkada tahun
2014 kepada salah satu calon yang di usung oleh Partai PKS, Diskriminalisai terhadap
calon perempuan dan kanus PANWASLU kabupaten yang dipecat tahun 2015
(FAJAR) bersama 5 anggota lainnya.
Pada pemilu 2019, anggota IJTI ikut serta dalam mensosialisasikan tahapan pemilu,
tata cara mencoblos dan pengawal proses pemilu. Upaya yang dilakukan anggota IJTI
berupa membagikan stiker kepada masyarakat dan memberitakan berbagai informasi
kepemiluan kepada masyarakat
IJTI juga sering melakukan pelatihan jurnalistik dan advokasi kepada para siswa
SMK/SMA dan mahasiswa agar para pelajar mengetahui cara menulis informasi dan
menyebarkannya dengan baik sebagai upaya menetralisir setiap berita Hoax. Di bulan
oktober, IJTI sudah merencanakan kegiatan serupa untuk para siswa di tingkatan
SLTA se Kabupaten Cianjur.
Menurut Kang Rendra (Ketua IJTI Kabupaten Cianjur) wilayah cianjur ini sangatlah luas
dan tidak semua wilayah memiliki akses yang baik. Maka informasi mengenai
kepemiluan seharusnya dilakukan dengan sistem informasi geografi (SIG) seperti yang
dilakukan oleh perusahaan televisi dalam membegi wilayah para jurnalistiknya, agar
semua masyarakat bisa menerima informasi sehingga miskomunikasi atau hoax bisa
diminimalisir sebaik mungkin.
Hasil berbincang dengan Saka Adhiyasta dan IJTI saat studi lapangan, memberi
gambaran betapa masyarakat masih perlu banyak beradaptasi dengan sistem politik di
Indonesia. PR besar bagi BAWASLU dan Kaum Cendikia untuk terus memberikan
wawasan kepada masyarakat bukan hanya sebatas tatacara nyoblos, tetapi mengenai
sistem politik, sistem pemerintahan dan kepemiluan.
D. Penutup
Semoga Pengawasan Partisipatif yang digagas oleh BAWASLU bisa menjaring seluruh
komunitas agar dengan pendidikan pemilu yang berikan bisa melahirkan pemilih yang
berdaulat sekaligus proaktif mengawasi proses pemilu, agar terwujud pemilu yang
berintegritas.