Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN PERTAMA

Nama lengkap yang diberikan orang tua kepada saya adalah Suwardi, dilahirkan di Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah pada 01 Desember 1973 anak ke enam dari tujuh
bersaudara dari pasangan Amri gelar Tuan Raja Paksi (alm) dengan Maspula, yang bekerja
sebagai petani di Desa Buyut Ilir Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah. Walaupun
dilahirkan di Gunung Sugih namun masa kecil saya dihabiskan di perantauan, karena sejak kelas
3 Sekolah Dasar (SD) saya diajak berhijrah oleh kakak saya Dr. Suwandi, S.H., M.H. (alm) ke
Bandar Lampung, sehingga praktis saya dibesarkan oleh kakak saya tersebut dan tinggal jauh
dari orang tua. Saya menempuh pendidikan format dari Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas di Bandar Lampung, tepatnya di SD Negeri 1 Enggal, SMP Negeri 3 (sekarang
SMPN 4 Bandar Lampung) dan SMA Negeri 1 Telukbetung (sekarang SMAN 4 Bandar Lampung).
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SMA saya hijrah ke Lampung Utara tepatnya di
Kotabumi karena kakak saya juga dipindahtugaskan ke kota tersebut. Sehingga sejak tahun
1992 sampai dengan sekarang saya resmi menjadi warga Kotabumi. Di Kotabumi inilah saya
menempuh pendidikan tinggi pada Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Muhammadiyah
Kotabumi sampai 1997. Salah satu hobby yang saya miliki sejak SMA adalah berorganisasi, saat
itu saya aktif di Palang Merah Remaja (PMR), ditingkat perguruan tinggi aktif di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Sampai saat ini saya
masih aktif di organisasi kepemudaan yaitu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Kabupaten Lampung Utara sebagai Wakil Ketua, Pemuda Muhammadiyah Wilayah Provinsi
Lampung sebagai Sekretaris Bidang Advokasi, Hukum dan HAM, dan di Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kabupaten Lampung Utara sebagai Sekretaris.1

Kegiatan sehari-hari adalah sebagai Staf Administrasi di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH)
Muhammadiyah Kotabumi dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Tata Usaha. Di luar keluarga
dan lingkungan tempat saya saya bekerja, ada beberapa orang yang sering berinteraksi dengan
saya adalah Laksamana Bangsawan, S.Sos. yang bekerja pada STMIK Surya Intan Kotabumi

1
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
sebagai Dosen dan Pembantu Ketua III., Wahid Hamdan, S.Si. Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda
Muhammadiyah provinsi Lampung, Syamsudin, S,Ag., Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda
Muhammadiyah provinsi Lampung dan distributor pupuk, Herawadi Mega, S.Sos., Pengusaha,
Herwandexs aktivis LSM di Kabupaten Lampung Utara. Ada beberapa orang yang dapat
dikatakan berperan dalam membentuk karakter saya yaitu kedua orang tua dan kakak kandung
saya yang bernama Dr. Suwandi, S.H., M.H. Mereka memiliki disiplin yang tinggi, tegas dan
mempunyai keinginan yang besar dalam memajukan pendidikan anak-anak dan adiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh saudara kandung saya yang
berjumlah 7 orang, 6 orang menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi, hal ini
merupakan buah dari kedisiplinan dan keinginan dari orang tua saya agar anak-anaknya
menjadi orang yang berpendidikan walaupun mereka sendiri hanya seorang petani namun
karena didukung oleh kemauan yang tinggi dan bantuan dari kakak saya tersebut kami dapat
menempuh pendidikan hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Di luar keluarga, orang menjadi
acuan saya tentang nilai-nilai/karakter luhur adalah bapak Prof. Dr. HM., Amien Rais, M.A.,
ketegasan dan keberanian beliau dalam megungkapkan kebenaran dan menyatakan yang salah
adalah salah dan yang benar adalah benar. Saya mempunyai keyakinan bahwa saya 100%
berintegritas (bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme), keyakinan saya tersebut terutama
didukung oleh faktor perantauan, karena saya terbiasa merantau dan jauh dari sanak famili
sehingga sangat kecil kemungkinan untuk melakukan nepotisme, lingkungan tempat bekerja,
yaitu perguruan tinggi yang terbiasa dengan indefendensinya, lingkungan organisasi, yaitu
Muhammadiyah serta lingkungan keluarga yang terbiasa mandiri dan menjalani kehidupan apa
adanya.2

2
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
BAGIAN KEDUA

Dalam pemilihan umum seringkali kecurangan/manipulasi seolah-olah tidak terelakkan. Ada


kecurangan yang bisa ditoleransi dan ada kecurangan/manipulasi yang sama sekali tidak dapat
ditoleransi. Saya tidak setuju jika ada kecurangan yang dapat ditoleransi, karena kecurangan
ataupun manipulasi sekecil apapun merupakan pelanggaran dan setiap pelanggara harus
ditindaklanjuti karena di dalam ilmu hukum setiap kesalahan ataupun pelanggaran harus
ditindak, masalah pelanggaran itu termasuk kategori berat atau ringan itu merupakan putusan
akhir. Seperti kasus pembersihan tanda gambar peserta Pemilu, apabila telah memasuki masa
tenang maka seluruh alat peraga kampanye harus dibersihkan, apabila ada salah satu calon
yang masih melanggar hal itu makan harus ditindak tegas dengan menurunkan gambar tersebut
dan memberikan teguran secara tulisan kepada yang bersangkutan. Mencapai sesuatu sedapat
mungkin untuk menghindari kecurangan atau manipulasi karena apabila kecurangan telah
dilakukan satu kali maka untuk menutupi kecurangan tersebut kita harus melakukan
kecurangan lagi. Oleh karena itu saya tidak ingin melakukan kecurangan karena msih banyak
jalan keluar lainnya dalam mencapai sesuatu tersebut tinggal bagaimana usaha yang kita
lakukan. Dalam kehidupan bermasyarakat seringkali kita dihadapkan pada situasi untuk
memutuskan sesuatu sementara dasar hukum yang melandasinya kurang jelas. Bila saya
menghadapi hal demikian tentu saja saya tetap berpedoman pada Undang-undang atau
peraturan yang ada hubungannya dengan permasalahan tersebut dengan tetap melakukan
konsultasi dengan pihak-pihak yang kita anggap lebih mampu dan lebih menguasai persoalan
tersebut, kalaupun demikian bias dilihat dari kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat seperti
hukum adat misalnya, karena di Indonesia disamping hukum yang tertulis ada juga yang tidak
tertulis seperti kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan lainnya.3

3
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
BAGIAN KETIGA

Kegiatan sosial yang pernah saya lakukan adalah penyuluhan hukum yang bertujuan antara lain
memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya di desa tentang hak dan kewajiban
masyarakat baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah khususnya bidang hukum.
Materi yang disampaikan berkaitan dengan hukum pidana, hukum administrasi negara dan
hukum lingkunga. Bidang Hukum pidana bagaimana masyarakat menghadapi persoalan dan
jalan apa yang harus ditempuh, bidang hukum administrasi negara bagaimana masyarakat
memiliki kesadaran untuk melengkapi perangkat administrasi yang harus ia miliki seperti KTP,
surat nikah, kartu keluarga, dan lain-lain. Sementara dibidang Hukum Lingkungan bagaimana
masyarakat berlaku baik terhadap lingkungannya sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungan sekitar seperti kewajibannya untuk menjaga kebersihan sungai sehingga tidak
terjadi pencemaran, dan apabila ada pihak-pihak yang melakukan pencemaran terhadap
lingkungan maka menjadi kewajiban bagi msayarakat untuk mengingatkan dan melaporkan
kepada pihak-pihak berwenang. Kegiatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak
terutama masyarakat dan pemerintah, namun yang menjadi kendala adalah masalah dana
karena dalam setiap penyuluhan akan mengumpulkan masyarakat sehingga perlu diberikan
makanan ringan atau minuman mengingat mereka telah meluangkan waktu, meninggalkan
pekerjaan untuk mendengarkan pengarahan atau penyuluhan tersebut. Dalam kegiatan tesebut
ada beberapa orang yang sangat berperan antara lain pemerintah daerah khususnya
pemerintahan desa, karena penyuluhan langsung dilaksanakan di desa-desa sehingga kepala
desa menjadi sangat penting terutama dalam mengerahkan masyarakat untuk mengikuti
kegiatan tersebut.4

4
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
BAGIAN KEEMPAT

Dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum, anggota Bawaslu juga dapat dipegaruhi oleh
pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, baik yang sejalan maupun tidak sejalan
dengan misi Bawaslu. Pihak yang dapat dijadikan mitra kerja dalam mendukung misi Bawaslu
adalah Pemerintah darin tingkat Provinsi sampai Desa, Aparat Penegak Hukum seperti
kepolisian, kejaksaan maupun Pengadilan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) terutama tingkat
Provinsi, Tim Pemantau Pemilu yang telah terdaftar secara resmi pada pemerintah baik dari
dalam maupun luar negeri, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tokoh
agama. Sedangkan pihak-pihak yang harus diwaspadai yang dapat mengganggu misi Bawaslu
adalah oknum tertentu yang ada di dalam Partai Politik maupun calon perseorangan yang
mempunyai kepentingan dan melakukan kecurangan sehingga pemilu dapat terganggu. Apabila
saya terpilih menjadi anggota Bawaslu, maka strategi yang tepat untuk menghindari intervensi
negatif dari pihak lain adalah dengan tetap berlaku indefenden artinya tidak pernah
memberikan janji-janji atau sebaliknya tidak pernah bersedia untuk menerima janji-janji atau
pemberian dari pihak manapun yang diperkirakan ada hubungannya dengan pekerjaan di
Bawaslu sehingga saya tidak tersandera oleh kepentingan tertentu. Selanjutnya
memperlakukan sama terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam Pemilu dan pemegang
kekuasaan. Setiap anggota keluarga memiliki pengaruh penting pada diri saya, karena keluarga
merupakan bagian dari kehidupan kita. Mendengarkan suara mereka terutama yang lebih tua
adalah perbuatan terpuji. Namun demikian tidak semua suara mereka dapat mempengaruhi
keputusan atau jalan yang akan saya tempuh, sepanjang suara keluarga atau teman untuk arah
yang baik maka patut untuk didengarkan tapi apabila telah menyangkut pekerjaan apalagi
untuk melakukan kecurangan maka suara itu tidak perlu didengarkan apalagi dilaksanakan.
Sebab setiap perbuatan memerlukan tanggungjawab dan yang akan bertanggungjawab adalah
diri kita sendiri.5

5
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
BAGIAN KELIMA

Ketertarikan saya dengan kepemiluan dan demokrasi diawali sejak duduk dibangku kuliah.
Ketertarikan tersebut didorong oleh keanehan demokrasi di Indonesia saat itu, dimana Selama
orde baru, pilar-pilar demokrasi seperti partai politik, lembaga perwakilan rakyat, dan media
massa berada pada kondisi lemah dan selalu dibayangi oleh mekanisme reccal, sementara
partai politik tidak mempunyai otonomi internal. Media massa selalu dibayang-bayangi
pencabutan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP). Sedangkan rakyat tidak diperkenankan
menyelenggarakan aktivitas sosial politik tanpa izin dari pemerintah. Praktis tidak muncul
kekuatan civil society yang mampu melakukan kontrol dan menjadi kekuatan penyeimbang bagi
kekuasaan pemerintah yang sangat dominant. Praktis demokrasi pancasila pada masa ini tidak
berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan, bahkan cenderung ke arah otoriatianisme atau
kediktatoran. Kegagalan tiga partai besar dalam perannya sebagai lembaga control terhadap
jalannya pemerintahan dan tidak berfungsinya check and balance, akibat terpolanya politik
kompromistis dari elite politik, akhirnya demoktrasi yang sebenarnya tidak jalan. Demokrasi
menjadi semu. DPR tidak mencerminkan wakil rakyat yang sesungguhnya. Terjadi kolusi,
korupsi, dan nepotisme di segala bidang kehidupan, karena kekuasaan cenderung ke arah
oligarki. Hal ini mengakibatkan terjadinya krisis kepercayaan, menghancurkan nilai-nilai
kejujuran, keadilan, etika politik, moral, hukum dasar-dasar demokrasi dan sendi-sendi
keagamaan. Khususnya di bidang politik direspon oleh masyarakat melalui kelompok-kelompok
penekan (pressure group) yang mengadakan berbagai macam unjuk rasa yang dipelopori oleh
para pelajar, mahasiswa, dosen, dan praktisi, LSM dan politisi. Gelombang demonstrasi yang
menyuarakan reformasi semakin kuat dan semakin meluas. Melihat fenomena tersebut, saya
semakin tertarik untuk mengikuti perkembangan demokrasi dan pemilu di Indonesia yang sejak
tahun 1999 menjadi pemilu yang paling demokratis. Buku-buku tentang pemilu dan demokrasi
yang pernah saya baca antara lain Mengawasi Pemilu, Mengawal Demokrasi karya Topo
Santoso dan Didik Supriyanto. Kemudian buku Sosialisme Religius; Suatu Jalan Keempat, Editor
Muhidin M. Dahlan. Buku tersebut saya anggap penting karena membuka wawasan tentang
demokrasi dan kebebasan mengemukakan pendapat.
Selain buku-buku tentang demokrasi buku-buku yang biasa saya baca tentu saja yang berkaitan
dengan disiplin ilmu yang saya miliki yaitu ilmu hukum. Namun demikian ada beberapa buku
yang sangat menarik dan selalu saya baca yaitu The Road To Muhammad karangan Jalaluddin
Rakhmat dan Agenda Mendesak Bangsa; Selamatkan Indonesia oleh M. Amien Rais. Salah satu
buku demokrasi yang pernah saya baca dan saya anggap penting adalah Civil Islam: Islam dan
Demokratisasi di Indonesia (2001, Edisi Bahasa Indonesia) karya Robert W. Hefner. Hefner
mengajak pembaca untuk meletakkan wacana demokrasi pada proporsinya yang pas. Hal ini
penting karena hingga sekarang, demokrasi yang antara lain berisi nilai-nilai pluralisme,
kebebasan, persamaan, keadilan, toleransi, dan partisipasi di satu sisi mempesona banyak
orang, tapi di sisi lain juga mengundang skeptisisme. Kelompok yang skeptis biasanya
memandang demokrasi sebagai wacana yang berasal dari Barat, yang tentu saja tidak mungkin
sesuai dengan budaya lain di luar Barat. Bahkan ada yang menganggap bahwa demokrasi, juga
civil-society (dari sini mungkin Hefner mendapat istilah civil Islam), merupakan cangkokan
dari Barat, dan bagian dari proyek imperialisme Barat yang terselubung dengan retorika yang
manis, enak, dan menarik. Inilah kecongkakan dan kekejaman Barat yang membungkus proyek
Imperialisme dengan retorika yang indah dan luhur. Hefner sebagai orang Barat mungkin saja
bisa dianggap bias Barat. Demokrasi secara geneologis berasal dari Barat. Tapi, Hefner dan
Barat ternyata juga punya argumentasi yang (cukup) baik untuk menepis prasangka-prasangka
itu. Dalam dua titik ekstrem sikap terhadap demokrasi, baik yang menerima secara utuh
maupun menolaknya, maka biasanya muncul jalan tengah yakni sikap kritis untuk belajar dari
nilai-nilai demokrasi yang berasal dari Barat dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Yang
bisa dikontekstualisasikan dengan budaya lokal pun bisa dipakai, sementara yang tidak bisa
dikontekstualisasikan dengan budaya lokal sebaiknya ditepiskan. Hefner sendiri punya
keyakinan bahwa jika dikontekstualisasikan dengan tepat, wacana demokrasi bukanlah
konstruksi ikatan budaya yang hanya relevan dengan konteks masyarakat Barat.6

6
Makalah Calon Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, oleh : Sunardi S.Ag.,SH.MH.
MAKALAH PERSONAL

CALON ANGGOTA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH :

SUNARDI S.Ag.,SH.MH

ALAMAT :

..................................................................................

..................................................................................

..................................................................................

HP. .............................
BIODATA :

Nama : SUNARDI S.Ag.,SH.MH

Jenis kelamin : LAKI-LAKI

Pekerjaan : ..................................................................................

Tempat/tanggal lahir/umur : ..................................................................................

Alamat : ..................................................................................

No. HP. : ..................................................................................

Semarang, ....................................

SUNARDI S.Ag.,SH.MH

Anda mungkin juga menyukai