Butarbutar
Gerak UOUS
Idealisme, Komitmen, Intuisi, Cita
Tahun 2021
2|Martua P. Butarbutar
DAFTAR ISI
CATATAN
PENGANTAR
3|Martua P. Butarbutar
NOTE
GMKI hanya batu loncatan, bukan tujuan akhir. Mungkin banyak
yang setuju dengan pernyataan saya ini. Tetapi saya yakin juga banyak
yang tidak setuju, terutama teman-teman yang sedang asyik ber-GMKI,
sedang bereuforia melayani di GMKI sebagai pengurus atau anggota
biasa. Sepertinya adalah suatu kebanggaan bisa menggunakan kordon
dan baret GMKI. Sedanga semangat-semangatnya melalui GMKI bisa
berbuat banyak bagi gereja, perguruan tinggi dan masyarakat. Tidak
ada salah yang dengan itu semua. Namun jangan lupa, berGMKI ada
masanya, dan masa-masa yang lebih penting adalah justru ketika kita
sudah menyelesaikan kuliah, menyelesaikan berGMKI sebagai anggota
biasa dan masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. Ya, GMKI adalah
tempat belajar untuk mempersiapkan diri kita terjun ke masyarakat.
Jangan jadikan GMKI tujuan akhir.
Samuel Pasaribu, ST
4|Martua P. Butarbutar
Praktisi Telekomunikasi
Mantan Ketua Cabang GMKI Palembang
Mantan Pengurus Pusat GMKI
Martua P. Butar Butar saya kenal sebagai aktivis yang rajin dan
mau bercanda di tengah tengah acara GMKI yang berlangsung tahun
1990an lebih bernuansa formal. Ketekunan Martua mencatat dan
menghayati terminologi oikoumenisme dan nasionalisme pada 1990an
hingga 2000 an yang kompleks dan “berat“ sesungguhnya mesti
diacungi jempol. Tidak semua mahasiswa yang berorganisasi memiliki
energi dan kesanggupan untuk menekuni topik perbincangan yang
terkait dengan urusan negara, bangsa dan gereja. Martua adalah bagian
yang berbeda, ia diberikan kecukupan waktu dan pemahaman agar
mengumpulkan topik-topik perbincangan publik yang mengemuka di
kalangan aktivis mahasiswa kristen. Setidaknya terdapat dua hal dua hal
besar yang riuh rendah diperbincangan oleh mahasiswa kristen saat itu
yaitu oikoumene dan nasionalisme.
5|Martua P. Butarbutar
Tahun 1998 riuh dengan gelombang gerakan reformasi untuk
menurunkan rezim otoriter, di kalangan civitas GMKI juga arah diskusi
dan percakapan sedikit banyak menggali arah kontribusi aktivis GMKI
bagi konteks perjuangan pada zamannya. Oikoumene dan nasionalisme
seakan jadi kemudi bagi pemikiran yang berlaga dalam gelanggang
reformasi Indonesia kala itu. Beruntunglah mahasiswa yang memiliki
kedalaman pengetahuan memahami Oikoumene dan nasionalisme.
Manakala pemikiran tersebut melekat dan berurat berakar dalam hati
dan benak sebagian besar aktivis GMKI, mereka memiliki pengetahuan
dan keahlian bagaimana menyikapi topik hangat dan terkini mengenai
reformasi saat itu.
6|Martua P. Butarbutar
komunikasi yang elegan dengan pemimpin daerah maupun tingkat
pusat melalui audiensi yang elegan. Namun tak dapat disangkal tahun
1990an hingga 2000an warnanya dan ‘tone‘ gerakan mahasiswa
sungguh warna- warni. Tugas kitalah yang mengawal dan memastikan
bahwa reformasi yang diprakarsai oleh mahasiswa pada masa itu dapat
kita kawal hingga saat ini. Dan Martua satu dari sebagian dari aktivis
GMKI yang memelihara tradisi mengumpulkan pemikiran-pemikiran dan
terminologi yang berkembang pada masa mereka menjadi aktivis
mahasiswa. Upaya mengumpulkan dan mencatat aktivitas serta macam
ragam dari peristiwa masa lalu adalah upaya yang mesti diapresiasi.
Jangan sampai cerita itu menjadi puing-puing yang berserakan tanpa
arah, dan menyulitkan para penerus GMKI untuk menyelami dan
memahami peristiwa masa lalu agar dia mampu bercermin dengan
keaadaan mereka yang hari berkesempatan sebagai aktivis GMKI.
Yanedi Jagau
Mantan Pengurus Pusat GMKI
Direktur Borneo Institute
Selamat atas penulisan buku dari saudara Martua. Semoga apa yang
menjadi bagian isi buku ini, bisa menjadi perhatian dan pembelajaran
untuk kader GMKI. Saya senior GMKI Medan dan kini menjadi bagian
dari senior GMKI Batam, Provinsi Kepri. Saya melihat, keberadaan buku
ini bisa menjadi role dalam pembangunan organisasi. Buku ini
memberikan pesan moral dan garis-garis penting untuk menjaga
eksistensi GMKI tidak keluar dari kediriannya sebagai organisasi yang
bergerak, membawa nama mahasiswa (intelektual), kekristenan dan ke-
Indonesia-an (nasionalisme). Selamat dan sukses untuk kehadiran buku
ini dalam memberikan pencerahan bagi kaum muda kristen ditengah
tantangan globalisasi dengan perkembangan teknologi, yang juga terus
bergerak maju.
7|Martua P. Butarbutar
Ir Onward Siahaan, SH, MHum
Perkumpulan Senior GMKI Kepri
Pengusaha-Politisi
Juan Siagian, SE
Coach & Motivator
Mantan Ketua Cabang GMKI Palembang
8|Martua P. Butarbutar
melatih dirinya agar adaptif sehingga bisa menjawab arus perubahan
zaman. Pemuda Kristen juga bukan hanya punya tanggung pribadi tapi
juga jawab kebangsaan yaitu mendorong pluralisme juga
multikulturalisme menuju Indonesia yg damai sejahtera, semua ini
harus bertumpu pada Firman Tuhan dengan memprakarsai kebaktian
kebaktian sebagai pembentukan pribadi pribadi ilahi. Jadi buku ini
yhendak menyatakan bahwa proses perjuangan pemuda Kristen dalam
menggumulu panggilan dan pengutusanNya harus bertumpu pada nilai
nilai kekritenan. Selamat berkarya dalam karya Tuhan Yesus jurusslamat
kita adinda Martua Butarbutar. Ut Omnes Umum Sint'. Shalom.
Melalui buku ini, kedepan orang kristen, selain kader GMKI, bisa lebih
mengenal dan memahami GMKI. Seperti apa GMKI yang sebenarnya,
bisa kita pahami lebih dalam, melalui buku ini. Tentu selain
eksistensinya di luar, namun apa yang menjadi tuntutan organisasi, hisa
dipahami dalam buku ini. Perkembangan teknologi tidak akan
menghilangkan esksistensi GMKI. Perkembangan zaman, harus menjadi
bagian dari GMKI dan sebaliknya, GMKI menjadi bagian dari
perkembangan zaman itu. Tapi kekristenan yang menjadi roh GMKI
tetap harus eksis untuk menjaga kader-kader, sebagai anak Tuhan yang
bertumbuh. Buku ini bisa bisa menjadi bacaan untuk menambah
wawasan kader GMKI. Kembali, isinya buku ini bisa menjadi pegangan
dalam pergerakan di organisasi, terutama dalam medan pelayanan
GMKI. Syalom.
9|Martua P. Butarbutar
Senior GMKI Palembang
Viator Butarbutar
Dosen
Senior GMKI Pekanbaru
Saya mengenal Adinda Martua Butarbutar ini tahun 2003 akhir, saat dia
ke Batam. Setelah saya tahu dia pernah ber GMKI dan pernah Ketua
GMKI Palembang. Komunikasi kami intens. Menjadi teman diskusi
terkait dengan pergerakan di Batam, Provinsi Kepri. Hingga kami
bergabung di GAMKI tahun 2004 dan dibeberapa organisasi Kekristenan
lain sampai saat ini.
10 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Buku yang dirajut Martua ini, menjadi cerminan apa yang baik dan ideal
dalam pergerakan GMKI. Ada prinsip-prinsip yang harus tetap dalam
pergerakan GMKI. Semoga kehadiran buku ini, mampu membuat,
mendorong dan menjaga kadernya menjaga idealismenya. Hidup
ditengah tengah kondisi masyarakat Batam yang pluralisme tidak
membuat kita ini tercecer.
Pasca mahasiswa, kader atau senior GMKI bisa tetap bis menonjol
dalam dunia kita, seperti halnya saudara Martua dalam dunia kerjanya.
Saya berharap Martua ini terus konsisten dengan prinsip hidupnya yang
selalu dilandasi kebenaran dan idealis, begitu juga konsisten
membesarkan keberadaan GMKI di bumi segantang lada provinsi Kepri
ini dengan tetap konsisten membesarkan dan berperan aktif di
Perkumpulan Senior GMKI Kepulauan Riau.
Ferry M.Manalu
Wakil Ketua Komisi Informasi Provinsi Kepri
Forum Senior GMKI Kepri
Membaca buku ini membuat kita meyadari tantangan GMKI dalam era
globalisasi ini. Tidak dapat dipungkiri kehadiran teknologi membuat
pergeseran di berbagai elemen kehidupan, termasuk organisasi. Akan
tetapi pergeseran ini seharusnya menuju ke arah yang lebih baik,
termasuk GMKI. Dalam buku ini juga menuntun kita membuat GMKI
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
11 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Selain itu, kehadiran buku ini juga bisa menjadi penguatan bagi para
pembaca baik itu kader GMKI ataupun yang bukan. Karena tidak hanya
sekedar terori namun juga disertai sharing pengalaman yang berharga
dari penulis ketika menjadi pengurus ketika itu. Semoga pembaca juga
merasakan hal yang sama. Selamat berkarya selalu senior, bang Martua
Butar Butar. Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian, Ut Omnes
Unum Sint, Syalom.
Margaretha Nainggolan
Mantan Sekretaris Cabang GMKI Batam
Membaca buku ini membuat kita meyadari tantangan GMKI dalam era
globalisasi ini. Tidak dapat dipungkiri kehadiran teknologi membuat
pergeseran di berbagai elemen kehidupan, termasuk organisasi. Akan
tetapi pergeseran ini seharusnya menuju ke arah yang lebih baik,
termasuk GMKI. Dalam buku ini juga menuntun kita membuat GMKI
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, kehadiran buku ini juga bisa menjadi penguatan bagi para
pembaca baik itu kader GMKI ataupun yang bukan. Karena tidak hanya
sekedar terori namun juga disertai sharing pengalaman yang berharga
dari penulis ketika menjadi pengurus ketika itu. Semoga pembaca juga
merasakan hal yang sama. Selamat berkarya selalu senior, bang Martua
Butar Butar. Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian, Ut Omnes
Unum Sint, Syalom.
12 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Memikul salib sebagai pengikut Kristus adalah suatu hal yg sangat sulit
di masa sekarang. Kehidupan kaum muda yang penuh dengan
pengaruh lingkungan dan tantangan arus kehidupan kaum muda yang
cenderung menjauhkan kaum muda dari Tuhan menjadi tantangan
tersendiri. Melayani dan menjadi saksi kristus lewat pergerakan menjadi
wujud nyata pikul salib bagi kaum muda. Buku ini sangat menginspirasi
kaum muda Kristen yang bergabung di GMKI, bagaimana melayani
Tuhan di 3 medan pelayanan (gereja, masyarakat dan perguruan
tinggi). Semoga setiap orang yg membaca nya, khususnya kaum muda
dapat terus di ingatkan bahwa pergerakan kita belum selesai..Tinggi
Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian. UOUS...
13 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Buku ini menjadi kenangan atas pemahaman terhadap eksistensi pergerakan
bersama GMKI saat itu. Memahami, organisasi itu akan selalu dinamis. Ada
tantangan atau hambatan. GMKI itu bukan hanya sebuah organisasi, tempat
berkumpul mahasiswa kristen. Ada misi orang-orang percaya kepada Tuhan
Yesus, untuk menghadirkan Syalom Allah. Sebagai generasi muda Kristen,
ada proses yang terjadi, sehingga dia hidup dan bergerak sebagainamanya.
14 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Sukses Selalu Untuk Keluarga Besar Sigaol, Tobasa.
Selalu dalam doa untuk N Dermawan Manurung, G Hannah P Butarbutar,
Evelyn Tesalonika P Butarbutar, Matthew P Butarbutar, Hobby P
Butarbutar/Lasmaida Tampubolon dan keluarga. Keluarga Op Juventus
Butarbutar dan Keluarga Op Irma Butarbutar, Op Gloria (T Manurung)/br
Aruan dll
15 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
PENGANTAR
16 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
logo organisasi ini, yang tidak lepas dari visi dan misi organisasi, yang
hidup ditengah medan layannanya. Ut Omnes Unum Sint, berasal dari
bahasa Yunani, yang terjemahan bahasa Indonesia, Supaya Mereka
Semua Menjadi Satu. Asa pergerakan UOUS menjadi harapan, sekaligus
tantangan dimasa depan. Ditengah pergerakam organisasi. Saat masyarakat
akan sibuk dengan teknologi yang menghubungkannya dengan komunitas
digitalnya atau dunia digital, maka organisasi apapun akan mendapat tantangan
sendiri. Sehingga, kesiapan mereka akan mendesain pergerakan sangat penting.
Materi buku ini merupakan ide yang muncul pada tahun 1998 sampai
2000. Tulisan didalamnya, merupakan tulisan lama, yang sebagian besar belum
terpublikasikan. Ada juga diantara tulisan, yang terpublikasikan di media cetak.
Tulisan-tulisan saya yang lama itu, dikumpulkan tanpa mengubah lagi isinya,
dengan maksud untuk menjadikan, sebagai buku digital.
Menjadikan buku ini, sebagai kenangan atas ide atau pemikiran yang
muncul saat aktif di GMKI. Namun harapan, bisa menambah pemahaman atau
wawasan atas mereka yang membaca, terutama dari kalangan muda GMKI dan
yang masih aktif di GMKI. Sehingga, tata bahasa didalamnya belum berubah
seperti halnya saat aktif memimpin kepengurusan GMKI Palembang.
17 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Pada materi buku ini, ada saya bahas terkait kemasyarakat, ke-
Indonesia-an dan politik. Namun, topik-topik itu juga tidak lepas dari
kehidupan GMKI dan kadernya. Namun topik-topik itu saya sajikan, lebih pada
nilainya. Demikian dengan topik yang membahas terkait dengan kehidupan
gereja ditengah-tengah dinamika sosial politik di Indonesia saat awal reformasi.
Tapi masih tetap relevan untuk menjadi renungan dalam kehidupan GMKI
dewasa ini.
Tehnologi hanya bagian dari cara dan bukan tujuan. Nilai-nilai dasar
GMKI tidak bisa bergeser, apa lagi hilang. Nilai-nilai yang menjadi cermini visi
18 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dan misi GMKI itu, harus tetap hidup, terpelihara dan berkembang dalam dunia
ke-mahasiswa-an. Sehingga, mahasiswa dimasa mendatang, menjadi anak-anak
Tuhan, yang menyerahkan diri pada perkembangan teknologi.
Buku ini tidak tulisan menjadi tulisan hebat dan pemaparan mendalam,
namun setidaknya bisa menjadi satu refrensi, sebagai sumbangan pemikiran.
Buku ini juga tetap memperhatikan refrensi pendiri dan penggerak GMKI
dalam sejarah hidupnya.
19 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Kelompok Cipayung, tahun 1999-2001. Serta pimpinan cabang GMKI dari
wilayah lain serta Pengurus Pusat GMKI periode 2000 sampai 2002.
Martua P Butarbuta
20 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI KINI DAN MASA DATANG
21 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
secara positif akan membangun kedewasaan. GMKI hidup diantara tiga dunia
yang saling berkaitan yaitu : dunia mahasiswa, dunia kekristean dan dalam
masyarakat indonesia yang pada hakekatnya visi untuk mencapai dan
memelihara kesejahteraan manusia yang berkumpul didalamnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa isu KKN tidak terlepas dari kader GMKI
yang juga kader gereja. Aktualisasi kehadiran GMKI dalam kehadiranya
ditengah masyarakat harus dilihat sebagai bentuk kongkrit dari sebuah upaya
perwujudan syaloom Allah. Belakangan bahwa fenomena kehadiran GMKI
yang memposisikan sebagai gerakan moral kembali diguggat. Apakah cukup
bagi GMKI untuk membuat perubahan dimasyarakat dengan sebuah gerakan
moral?
22 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Sebagai sebuah organisasi yang mempersiapkan kader-kader gerakan
yang paripurna (kreatif, kritis, positif, realistis dan berperilaku etis) sebagai
terang dan garam maka upaya persiapan dan pembinaan merupakan ujung
tombak kehidupan organisasi disampim mempersiapkan genarasi penerus
bangsa juga demi kesinambungan hidupnya. Dengan demikian maka
mahasiswa (kader GMKI) menjadikan GMKI sebagai wadah untuk
meningkatkan kemampuan, ketrampilan serta kualitas intelektualnya.
23 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Satu pribadi akan memberikan perhatian terhadap pribadi lain
dikarenakan dia membutuhkan pribadi itu secara sosial politik, ekonomi dan
budaya. Apakah itu salah? Jawabanya tentu tidak tetapi hal itu kurang tepat.
Ketergantungan itu seharusnya bukan karena kita memikirkan diri kita tapi
karena kita memikirkan mereka.
24 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Solidaritas bagi sesama menjadi bagian yang sangat penting. Apakah
bentuk solidaritas itu cukup dilakukan dengan kajian, diskusi, pernyataan
sikap/seruan moral? Ditengah tuntutan akan partisipasi aktih dalam
membangun solidaritas kemanusiaan dalam bentuk diatas, GMKI perlu
mengkaji alternatif Jain dalam membangun solidaritas dalam bentuk kegiatan
yang lebih kongknit dirasakan oleh masyarakat.
Secara iman maka gerakan kita bukan gerakan individu yang terikat
ataupun mengikatkan diri dengan komunitas lainya dikarenakan eksistensi
komunitas lainnya mempengaruhi komunitas kita, akan tetapi gerakan kita
adalah gerakan individu yang tergabung dalam GMKI untuk membangun dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai tanggungjawab iman kita
(Pembukaan AD GMKI Alinea IV)
GMKI adalah bagian integral dari bangsa sehingga apa yang menjadi
pergumulan masyarakat adalah juga pergumulan GMKI. Dalam kehidupannya
GMKI mencoba untuk membuka diri, tidak bersifat ekslusif terhadap orang-
orang yang berbeda. Nilai-nilai perjuangan GMKI inilah yang menjadi
cerminan dari salah satu pilar GMKI yaitu Nasionalisme (sering disebut sikap
kebangsaan) yang merupakan satu identitas kebersamaan, satu sikap mencintai
bangsa dan siap berkorban untuk itu. Sebab, hidup atau hancur sebuah bangsa
25 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
sangat tergantung kepada intensitas nasionalisme rakyatnya. Kekompakan
rakyat berarti kekukuhan negara.
26 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
organisasi dan memandang pendidikan kader yang lebih penting adalah
pendidikan yang diperoleh oleh aktivisnya dari keterlibatan pada pergerakan
organisasi ditengah masyarakat yang dilanda masalah.
Untuk melaksanakan hal itu maka organisasi juga butuh kekuatan untuk
berdiri dan bergerak. Maka disinilah peraturan main organisasi yang
menertipkan untuk lebih teraturnya fungsi perangkat organisasi dan bukan
menghambat Jangan karena kecenderungan masyarakat Kristen kearah
fundamentalis maka GMKI juga mengubah pola pergerakannya, tetapi GMKI
harus bersama dengan masyarakat lainya memberikan penyadaran kondisi
masyarakat yang pluralistic dimana gereja hidup dan harus berbuah. Apakah
kita akan menebar kebencian? Atau cinta kasih yang hidup untuk semua
masyarakat?
27 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Pertanyaan seputar kekwatiran akan kehidupan GMKI dimasa yang
akan datang semakin berkumandang hendaknya tidak menyurutkan kita tetapi
lebih menguatkan dan memotivasi. GMKI yang dibangun diatas landasan yang
kuat yaitu nasionalisme dan oikumenisme dan membawa tanggungjawab dari
Tuhan Yesus Sang Kepala Gerakan yang kekal dan tak habis oleh waktu dan
perputaran roda kehidupan akan mampu bertahan apa bila eksistensi diri Sang
Penguasa Dunia itu mampu diaktualisasikan GMKI.
Hal ini hanya bisa tercapai jika timbul “kesadaran transformatif” untuk
mengembangkan konteks primordial menjadi konteks Indonesia yang melewati
batas-batas primordial tersebut, dimana tidak ada seorang atau suatu kelompok
yang menjadi dominan dan mensubordinasi terhadap yang lain. Dalam frame
seperti ini, fungsi dan peranan setiap institusi masyarakat sangatlah penting dan
diperlukan Kehidupan nasionalis ini juga harus kita warnai dalam GMKI dan
politik pecah belah seperti isu Timur vs Barat kita hindari. Dalam regenarasi
harus kita pegang teguh objektivitas karena organisasi yang dibangun puluhan
atau bahkan ratusan tahun sekalipun akan dapat musnah dalam satu
periode/generasi
28 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI bukanlah Tuhan Yesus yang kekal, GMKI adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari orang-orang dan mempunyai sistem yang
berdialektika dengan zaman dan sewaktu-waktu dapat bubar atau hilang
termakan zaman. Pdt, Eka Dharma Putera PhD dalam bukunya Menguji Roh
mengatakan “orang yang hidup visi dan misi yang pasti adalah hidup dengan
penuh isi dan mati dengan penuh arti. Hidup demi prinsip dan mati demi prinsi.
Dan mungkin inilah yang juga diamini oleh Jr. Edward Tanari (Ketua Umum
GMKI periode 1996-1998) pada media Perkantas yang mewawancarainya
ditengah gejolak tuntutan reformasi dimana beberapa pimpinan umat kristiani
menggugat sikap GMKI yang bersikap kritis terhadap pemerintahan pada saat
itu mengatakan,” lebih baik GMKI mati karena ditekan pemerintah daripada
GMKI mati karena tidak berbuat apa-apa sehingga ditinggalkan oleh
mahasiswa”.***
29 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
MENJADI GARAM DAN TERANG
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar dengan apakah dia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain di buang dan diinjak orang. Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak akan mungkin
tersembunyi “ Matius 5 : 13-16
Hal diatas juga saya alami setelah jadi pengurus cabang tetapi dalam hal
ini bukan saya lagi yang jadi penuntut tetapi saya yang di tuntut. Fenomena
yang seperti ini merupakan permasalahan yang begitu sering dihadapi terutama
di GMKI kususnya dalam internal organisasi serta sedikit berbeda dengan
pelayanan GMKI keluar organisasi. Pelayanan GMKI di ketiga pelayanan tidak
lah seperti halnya dalam tubuh organisasi yang cenderung menimbulkan siapa
yang melayani dan siapa yang di layani.
30 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
yang sama. Fenomena ini tentunya tidak akan timbul tanpa melupakan arti
tanggungjawab. Penyadaran akan tanggungjawab ini sesungguhnya menjadi hal
yang utama dan proses penyadaran ini lah perlu interaksi antar pengurus dan
juga anggota.
31 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Berangkat dari tujuan tersebut maka GMKI hanya merupakan sarana
yang mempersiapkan cara melaksanakan pelayanan di tengah ketiga medan
pelayanannya untuk menjadikan mereka sebagai pelayan-pelayan yang
bertanggung jawab bagi bangsa, masyarakat dan sesamanya sebagai tanggung
jawab yang di berikan Tuhan.
Kalau orang berlomba-lomba ataupun berkompetisi dalam menduduki
jabatan strategis untuk melayani di GMKI, itu sangat wajar dan bukanlah hal
yang melanggar arti dari sebuah pelayanan. Paling tidak efek atau akibat yang
ditimbulkan dan keterlibatan pelayanan itu menjadi sebuah harapan. Jadi
harapan itu ada kalau kita berbuat sesuatu dan bukan menunggu akan terjadi
sesuatu yang lebih baik dengan berpangku tangan karena kompetisi akan
membangkitkan gairah, semangat dan tentunya itu sangat berarti.
Kalau dalam dunia bisnis dia akan berbicara pada untung rugi atau
dengan kata lain “seandainya saya berbuat sesuatu atau memberikan sesuatu,
apa yang saya dapatkan?”. Padahal hakikat dasarnya adalah, ketika kita berbuat
sesuatu berarti itulah pelayanan kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang
berkewajiban untuk memelihara ciptaannya dan mengasihi sesama. Keterlibatan
civitas gerakan GMKI secara langsung dalam aktivitas kehidupan organisasi di
tengah masyarakat, gereja dan perguruan tinggi akan membentuk jiwa-jiwa
pelayan pada diri segenap civitas dan pribadi seorang nasionalis sekaligus
oikumenis.
Kesiapan dan ketangguhan kader ini tentunya tidak datang begitu saja,
dan dalam hal ini GMKI melakukan proses pendidikan kader yang akan
menciptakan kader gerakan sebagai garam dan terang. Proses pendidikan kader
ini dilakukan melalui tahapan sistim kaderisasi yaitu :
32 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
1. Pendidikan kader formal: pendidikan kader yang didapatkan ataupun
dilakukan melalui pendidikan yang terpola dan berkesinambungan
seperti mabim, pola dasar pendidikan kader (PDSPK) GMKI dll
2. Pendidikan kader non formal: seperti keterlibatan di kepanitiaan
ataupun kepengurusan.
3. Pendidikan kader informal: keterlibatan mengikuti diskusi-diskusi
baik antar intern organisasi maupun ekstern organisasi.
33 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
maupun individu. Dengan sebuah tanggung jawab yang terbeban di pundaknya
maka diharapkan akan tercipta kader-kader yang:
Pelayanan itu merupakan sebuah cara yang begitu jauh dari keinginan
untuk melakukuan sesuatu demi pribadi tetapi berorientasi pada pelaksanaan
tanggung jawab di tengah medan layanan GMKI dan juga dalam kehidupan
sehari-hari, karena Tuhan Yesus juga berkata , barang siapa ingin menjadi besar
di antara kamu, hendak lah ia menjadi pelayanmu dan barang siapa yang ingin
34 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
menjadi terkemuka hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya ( Markus 10:
436). Dari nats alkitab tersebut dengan jelas menggambarkan betapa besarnya
dan berarti kita diantara sesama kita dan dihadapan Tuhan ketika kasih itu
hidup dalam diri kita. Ketika kita menyadari tanggungjawab terhadap
kehidupan sesama ciptaan Tuhan dan memahami alkitab sebagai tangungjawab
yang harus di jalankan untuk kemuliaan Tuhan dengan cara ataupun metode
yang mungkin berbeda dengan seorang penginjil ataupun pendeta. Karena
bagaimana pun kita harus menyadari bahwa kita adalah seorang aktivis
oikumene dan aktivis pelayan Tuhan.
Antara kehidupan organisasi dan civitas nya tentunya tidak akan jauh
berbeda karena civitas akan mencerminkan organisasi. Tanggung jawab civitas
gerakan sebagai umat Tuhan yang bersekutu dalam wadah GMKI tentunya juga
akan membawa lembaga pada penampakan diri di tengah-tengah kehidupan
medan layannya. GMKI harus membawa kader yang di gerakkan kader itu
sendiri pada pelayanan di ketiga medan pelayanannya sehingga secara nyata
GMKI juga tidak hanya bergerak dan berpartisipasi pada komunitas nya
ataupun Kristen saja sebagai mana yang difirmankan oleh Tuhan pada Filipi 2 :
4 “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga”, dengan demikian kehidupan mahasiswa
Kristen yang melalui GMKI menghantarkan mahasiswa Kristen pada tempat
yang demikian terhormat dari apa yang mereka lakukan, akan membawa
mereka pada apa yang di sebut garam dan terang dunia.
35 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Untuk menjadi garam dan terang maka ada suatu tuntutan yang tidak
terhindarkan buat segenap umat kristiani untuk berinteraksi dengan masyarakat
ataupun linkungan nya (inklusif). Bagaimana pun ketika sudah bersikap
eksklusif maka tanggung jawab yang begitu besar akan terlewatkan dan
tentunya hal itu bukan lah suatu tindakan yang bijak sana dari hamba Tuhan
yang mengaku orang beriman.
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak akan pernah terlepas dari
saling ketergantungan dengan hidup orang lain biarpun dia bersandar kepada
kebesaran Tuhan tetapi dia harus menunjukkan diri sebagai contoh yang
bersandar kepadanya. Pola hubungan manusia ini dilandasi oleh cinta kasih
kepada sesama yang akan membawa manusia kepada keselamatan yang di
ijinkan melalui Kristus Yesus, dan interaksi ataupun rasa tolong menolong,
pengorbanan yang di sertai dengan keikhlasan merupakan manifestasi dari cinta
kasih itu sendiri.
Kasih yang menjadi ciri orang Kristen harus berwujud pada kebersamaan
dan tanggung jawab dari antara yang satu dan yang lain. Makanya pengartian
diakonia (melayani) itu tidak sempit pada komunitas tertentu ataupun lembaga
tertentu, tetapi pada semua umat manusia.
36 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Keberadaan ragam organisasi ataupun lembaga kristiani jangan dilihat
sebagai kemiskinan persatuan, tetapi itu merupakan kekayaan yang terbentuk
dari kreativitas yang harus di hargai dan kekayaan itu ada kalau itu dipahami
sebagai suatu kekuatan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu
dengan yang lain.
Perlu di ingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini baik para
hamba tuhan dalam gereja sekalipun seperti pendeta, penginjil, evangelis yang
menggerakkan kehidupan gereja. Pendeta sekali pun bukanlah Tuhan dan
sangat wajar kalau mereka membuat kesakahan atau kekeliruan. Sepantasnya
mereka juga menerima saran atau kritik dari orang-orang yang bertanggung
jawab atas kekristenan sebagai bahan intropeksi tanpa di iringi oleh egoisme
identitas.
37 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
CSV of java dan PMKI yang mungkin harus dilakukan di Indonesia, GMKI
jadilah tempat pelatihan (loerschool) bagi setiaporang yang peduli dan ingin
bertanggung jawab bagi kelangsungan hidup bangsa ini, dengan demikian ia
mengakar baik dalam gereja, maupun nusa dan bangsa Indonesia. Sebagai
bagian iman dan roh, ia berdiri di tengah-tengah dua proklamasi : proklamasi
Tuhan Yesus Kristus dengan injilnya dan proklamasi kemerdekaan nasional.
Dari apa yang disampaikan pendiri GMKI tersebut maka dapat kita lihat
beberapa harapan yang yang harus dilakukan GMKI yaitu :
a. GMKI jadi tempat pelatihan yang dalam hal ini menjadikan GMKI sebagai
inkubator pemimpin ataupun kader yang memiliki kompetensi pengetahuan
dan kecakapan ataupun keterampilan pembinaan keintelektualan civitas
gerakan.
b. Pelopor dari setiap kebangkitan dengan kader serta kehidupan organisasi
yang menunjukkan tanggungjawabnya bagi kelangsungan hidup bangsa ini
melalui pelayananya dimasyarakat sebagai tanggung jawab sosial dan moral
dalam kehidupan berorganisasi, bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Harapan yang di sampaikan oleh pendiri GMKI di atas tentunya tidaklah
berlebihan karena komunitas civitas gerakan juga memungkinkan hal itu dan
sebagai suatu cara untuk menjawab dan mewujudkan diri kader gerakan dan
juga secara organisasi sebagai garam dan terang.
Seperti halnya yang telah di sampaikan diatas bahwa GMKI harus
mempersiapkan kadernya demikian juga kader harus siap menjadi garam dan
terang dengan dilandasi motivasi memenuhi panggilan iman untuk bertanggung
jawab atas sesamanya seperti yang di firmankan dalam Yakobus 2 : 17-18,
38 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
“demikian juga dengan iman: jika iman itu tidak di sertai perbuatan, maka iman
itu pada hakekatnya adalah mati”.
Dalam kehidupan GMKI sebagai organisasi kader dan pelayanan maka
GMKI harus melakukan langkah-langkah seperti pendidikan kader yang pada
hakekatnya sebagai persiapan kader yang mampu menjawab tantangan jaman
dan tentunya tidak takluk oleh keganasan jaman.
Langkah pembinaaan kader di GMKI sendiri untuk mewujudkan pelayan-
pelayan yang tinggi iman dan pengabdian, pada hakekatnya mengandung
prinsip pembinaan yang di bagi dalam prinsip pendidikan kader yaitu seperti
halnya yang terdapat dalam modul pola dasar sistim pendidikan kader (PDSPK)
yaitu :
1. Kreativitas : seorang kader haruslah memiliki daya cipta yang tinggi
untuk dapat berbuat di lingkungannya
2. Retrainibilitas: tidak pernah ada pendidikan yang mampu menjawab
segala persoalan apalagi dalam jaman yang senantiasa berubah ini
demikian pula dalam menyelesaikan pendidikan yang tiada batas.
Prinsip yang baik dari suatu pendidikan adalah kalau dia mampu
menimbulkan ransangan bagi peserta didik untuk mengukur
kemampuannya, dengan kata lain peserta didik tergairahkan untuk
menambah dan menyempurnakan apa-apa yang telah diperolehnya.
3. Kritis: kemampuan dalam melahirkan kreativitas dan melatih diri
kembali (retrainibilitas) hanya dapat terjadi jikia sikap-sikap dan
pandangan kritis tidak di haramkan. Pendidikan kader harus
menyiapkan anggota-angota yang senang dengan kritik atau sikap
kritis, mengingat pemikiran bahwa tiada manusia yang sempurna.
4. Positif: sikap positif tentunya agar seorang kader dapat menerima
keberadaan orang lain menurut apa adanya. Juga agar setiap kader
39 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
tidak serta merta menolak atau apriori terhadap pandangan pemikiran
orang lain.
5. Realistis: sikap realistis adalah sikap yang penuh perhitungan, yang
mengetahui kekurang-kekurangan atau kelebihan yang terdapat
dalam sebuah pandangan atau sikap.
6. Perilaku etis: sikap-sikap etis yang di kembangkan itu antara lain
mencakup kebenaran, ketulusan, kejujuran dan belas kasihan.
Dengan kebenaran hati, sikap kader dituntut memperjuangkan
kebenaran dengan seluruh dimensinya yang mencakup, keadilan,
perdamaian dan kesejahteraan di dalam seluruh aspek kehidupan
mereka. Dengan ketulusan dan kejujuran berarti kader GMKI akan
akan berperilaku tulus dan jujur, tidak saja kepada diri sendiri
terutama kepada sesama dan Tuhan. Dengan belas kasihan
bermakna, seluruh kader akan selalu berupaya mewujudkan nilai-
nilai kasih dalam realita konkrit.
40 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Sebagai organisasi yang bersifat kekristenan, kemahasiswaan dan
keindonesiaan, GMKI memiliki potensi yang merupakan kapasitas yang
dimiliki GMKI untuk menjawab kebutuhan medan layanannya. Potensi yang
mengemuka di GMKI adalah gerakan pemikirannya (intelektualitas). Eksistensi
GMKI akan banyak ditentukan lingkungannya dan harus bisa bergerak tumbuh
dan berakar dalam lingkungannya. Eksistensi GMKI juga berkaitan dengan
ketiga ciri medan pelayanannya. Meskipun ada yang berpikir bahwa GMKI
harus menitik beratkan pada proses pendidikan kader sebagai tanggung jawab
atas identitas gerakan yang di sandangnya sebagai gerakan kader, tetapi saya
berpandangan bahwa antara pendidikan kader dengan gerakan pelayanan punya
hak untuk di jalankan secara bersamaan dan seimbang sehingga menghasilkan
kader yang siap menjadi saksi dengan ketangguhan imannya.
41 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
pertama-tama stastusnya adalah mahasiswa baru menjadi anggota GMKI,
bukan sebaliknya menjadi anggota GMKI baru menjadi mahasiswa).
42 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
mahasiswa untuk secara sinergi mampu membawa setiap gerakan kampus
dalam frame intelektual yang independent (gerakan moral). Disinilah letaknya
eksistensi GMKI yang mengaku sebagai gerakan pemikiran, harus mampu
menempatkan diri sebagai elemen penggerak, dan pola gerakan GMKI harus
tetap sebagai gerakan independen, artinya keberpihakan terhadap kebenaran
obyektif merupakan kepentingan yang tetap harus di jaga.
Pemaknaan kader sebagai garam dan terang maka dia harus ada sebagai
berkat untuk sesamanya (bukan hanya umat kristiani) tapi ditengah-tengah
segenap umat Allah. Kader gerakan harus menjadi kader yang inklusif di
tengah pluralitas bangsa, sehingga pilar oikumenisme dan nasionalisme menjadi
bermakna dan hidup melalui gerakan yang dilakukan sebagai garam dan terang
dunia. Sebagai garam maka dia harus larut sehingga garam itu memberikan
rasa.
43 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Menjadi garam dan terang yang mampu mewarnai perjalanan kehidupan
bangsa dan negara maka kader GMKI harus kreatif (memiliki daya cipta) untuk
dapat berbuat dilingkungannya, kritis namun positif (dapat menerima
keberadaan dan pandangan serta pemikiran orang lain), realistis dan berperilaku
etis. Dengan kepribadian kader seperti tersebut diatas dan mentalitas pengabdi
sebagai suatu sikap dasar yang cepat tanggap dengan kondisi yang karena hasil
yang di dapatkanya, maka ia mau membagi kepada orang lain sehingga dia
akan menjadi berkat yang akan selalu memberikan rasa yang lezat dan menjadi
cahaya dalam kekelaman.
44 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI DAN PERANAN SOSIAL
45 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Ketika masyarakat ekonomi lemah bereaksi, terihat jelas bagaimana
realitas kehidupan masyarakat di Indonesia, bagaimana interaksi antara
masyarakat sangat kurang ada yang mempermasalahkan tingginya pagar-pagar
rumah mewah yang ada dilingkungan masyarakat. Banyak yang menyadari
bahwa tidak selamanya berlindung dibalik kekayaan akan selalu aman dan
selamat.
Pada tahun 1998 saya mengikuti kuliah umum disalah satu hotel dengan
pembicara pada saat itu seorang pengusaha dia membawa rekannya seorang
etnis China dan memperkenalkannya sebagai seorang yang begitu perhatian
terhadap rnasyarakat ekonomi bawah dan masyarakat pribumi, hal ini memang
baru dalam tahun-tahun belakangan, bagaimana dia memperkenalkan seseorang
yang secara komunitas etnis dan golongan ekonomi dalam posisi tidak
menguntungkan ditengah masyarakat.
Pelajaran yang sangat berharga tentunya selalu melihat kesalahan dan
menjadikan pengalaman sebagai sesuatu yang sangat berharga. Para
konglomerat dan ekonomi menengah keatas berlomba-lomba untuk selalu dekat
dengan sesame mereka yang kaya mencoba adu kekuatan dengan suatu realitas
kemiskinan dilingkungannya. Mereka tidat menyadari bahwa mereka juga
merupakan komunitas yang tidak terpisahkan dari masyarakat kecil tersebut.
Apakah kasih itu benar-benar hadir ditengah mereka ketika interksi yang terjadi
hanya untuk sesama kelompok saja? Permasalahan social seperti ini tentunya
tidak memandang siapa dan kasih itu hadir untuk segenap masyarakat yang ada,
demikian juga gereja sebagai tubuh kristus yang juga dicerminkan oleh GMKI
sebagai bagian integral dari gereja.
Kehidupan GMKI sebagai sebuah organisasi yang hidup ditengah umat
“Kristen” beragama dan membawa ataupun menyandang nama merupakan
identitas begitu besar dan berat untuk dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi
46 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
karena memang untuk menjadi bagian dari umat beragama itu begitu beratnya
karena selain itu banyak tugas yang diemban oleh GMKI dalam kehidupannya
yang sudah menjadi konsekuensi dari nama yang dia miliki.
Sadar tidak sadar buat sebagian masyarakat kristen khususnya
mahasiswa kristen, membawa nama GMKI tentrmya akan lebih diterima
daripada membawa nama lembaga kristen lainnya ketika berinteraksi dangan
komrmitas umat beragama ataupun komponen lainnya. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari apa yang dilakukan oleh GMKI dalam kehidupannya sebagai
bagian dari kehidupan bangsa/Negara dan umat manusia yang merupakan
cerminan dari ideologi gerakannya (Nasionalis/kebangsasnnya).
Ketika saya harus berpikir tentang bagaimana menjadi garam dan terang
itu yang menjadi firman tuhan, saya menemukan banyak ruang yang harus
dimasuki GMKI dan begitu banyak sikap dan tindakan yang sejalan dengan
firman Tuhan itu yang bisa dilakukan oleh GMKI. Penyampaian suara kenabian
kebenaran dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia tentunya menjadi
salah satunya disamping begitu banyak peran yang harus dilakukan GMKI
termasuk pembinaan kader yang mampu menjadi garam dan terang, interaksi
dan sikap keberpihakan GMKI terhadap masyarakat lemah melalui gerakan
yang lebih menyentuh dan lain-lainnya.
47 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Gubernur Sumatera Selatan, Rosihan Arsyad saat menyampaikan sambutan pada
pembukaan Konsultasi Wilayah II di Palembang 2002
Kalau jalan menuju kerajaan Bapa hanya satu yaitu melalui Kristus Yesus
maka harus dipahami diri dari Kristus itu sendiri sebagai simbol kasih,
kebenaran dan keadilan. Perwujudan dari Yesus ditengah-tengah umat manusia
itu sendiri yang harus diterjemahkan lebih luas lagi. Tanggungjawab yang
terbeban dan bagaimana GMKI harus hidup sebagai gerakan untuk kemuliaan
tuhan tentunya dapat dilihat pada alinea II pembukaan anggaran dasar GMKI
sebagai respon GMKI terhadap anugrah Allah dan bentuk respon adalah syukur
“AnugrahNya yang dinyatakan dalam memanggil manusia untuk percaya dan
mengucap syukur dalam piñata pelaynan alam semesta, mewujudkan iman,
pengharapan dan cinta kasih dalam ke hidupan se hari-hari”
48 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI harus menunjukkan dan menghadirkan nilai-nilai tersebut sebagai
nilai-nilai kristiani yang hidup ditengah masyarakat melalui gerak langkah yang
diwarnai oleh GMKI bersama komponen lainnya. Partisipasi GMKI ketika
GMKI menyuarakan kebenaran dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara tentunya partisipasi yang masuk pada gerak kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Ketika GMKI harus memberikan seruan moralnya dalam
aspek kehiduapan masyarakat yang menyangkut kehidupan sosial,politik,
budaya dll tentunya bukan langkah yang akan membawa GMKI pada
kehidupan politik praktis. Begitu pentingnya pemahaman tanggungiawab kader
gerakan sebagai manusia yang dimandatkan oleh Tuhan untuk memelihara
mahluk yang bergerak di bumi.
Perihal batas gerak kehidupan organisasi yang seharusnya sebagai
organisasi yang tidak berorientasi pada politik praktis harus menjadi perhatian
yang serius karena dalam praktek kehidupannya hal yang menyimpang dari
identitas organisasi sangat dimungkinkan dalam perkembangan kehidupan
organisasi kedepan.
Pembukaan Dasar GMKI menjadi penegasan sekaligus pegangan
dalam memegang teguh komitmen pergerakan seperti halnya yang terdapat
pada alinea I yang menjadi pengakuan Iman GMKI” “sesungguhnya Yesus
Kristus, Anak Allah dan Juru selamat, ialah Tuhan manusia dan alam semesta.
KehadiranNya dalam sejarah ialah perbuatanAllah untuk menebus dan
menyelamatkan manusia melalui kematian dan kebangkitanNya yang
menjadikan semuanya baru dan sempurna.
Pada pembukaan Anggaran dasar tersebut terlihat jelas bahwa GMKI
terpusat kepada Yesus Kristus (Christocentris), dan hal ini tidak untuk dirubah
baik pada wacana pergerakan maupun dalalam praktek kehidupan sehari-hari
selama masih menyandan"kekristenan" Tentunya dalam kehidupannya
49 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
pembangunan iman merupakan yang terutama dalam kehidupan umat beragama
dan hal itu juga senantiasa dilakukan oleh GMKI,sebagaimana tiga tinggi yang
dicita-citakan GMKI yaitu tinggi Iman, Ilmu dan Pengabdian, maka iman
menjadi sesuatu hal yang paling mendasar.Tetapi perlu kita sadari bahwa iman
merupakan hal yang harus diaplikasikan dalam kehidupan dan tentunya seorang
yang beriman bertindak, berperilaku dan berbuat tentunya berdasarkan nilai
iman itu sendiri dengan suatu. Karena iman tanpa perbuatan ibarat kapal tak
bermesin dan GMKI sebenarnya merupakan gereja yang incognito dengan
pergerakan suara kenabiannya. Iman kita merupakan iman kritis, iman yang
senantiasa memperhitungkan konteks keberadaannya dan iman yang mampu
memberikan jawaban konstruktif terhadap persoalan sekitar kita. Untuk
menjadi garam dan terang maka dibutuhkan aktualisasi iman ditengah-tengah
bangsa dan masyarakyat.
Berbagai permasalahan yang timbul dalam setiap perjalanan kehidupan
mahasiswa karena memang itu menjadi suatu hal yang wajar terjadi pada masa
transisi sikologis dari seorang remaja beranjak menjadi dewasa.Ketika
memasuki bangku kuliah dia dihadapkan pada pilihan-pilihan yang akan
membawa dia pda situasi sulit untuk menentukan pilihan mana yang terbaik
untuk dilakukan.
Dalam kehidupan kita harus bijak dan kejujuran harus punya batas
tertentu dan disini kita sedikit-demi sedikit mengurangi keluguan kita untuk
menghadapi hidup tentunya dengan menjadikan firman Tuhan sebagai filosofis
kehidupan yang benar. Dalam tubuh GMKI mengalir darah gerakan dengan
cirinya sebagaiorang kristiani dan bagian dari masyarakyat yang senantiasa
mengalir dalam urat nadi kehidupan. Bagaimanapun juga pengenalan akan
GMKI sebagai satu organisasi. Kristen yang bergerak dalam masa dimana
Indonesia sebagai domilisinya mempunyai tanggung jawab imannya maka
50 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI menjadi bagian dari perjalanan kehidupan bangsa dan negara.GMKI
berdiri diatas pluralisme masyarakat Indonesia sesuaiamanat yang tercermin
dari pilar/ideologi gerakan yaitu Oikumenisme dan Nasionalisme.Tanggung
jawab yang terbeban dipundak itu merupakan juga cerminan dari namanya yang
jugamenjadi cirinya yaitu :
a. Ciri kemahasiswaan hendaknya menegaskan bahwa sebagai
lambang komunitas inteligensia muda ia senantiasa
menampakkan sikap analitis, kritis, keingintahuan dan
proaktif untuk mencari yang benar dari setiap apa yang
terjadi. Sebagaiorganisasi kepemudaan yang anggotanya
adalah mahasiswa, maka medan pelayanan Perguruan Tinggi
adalah tempat dimana GMKI menguji berbagai kebijakan dan
program pengkaderan yang menunjang tugas pokok
anggotanya,yaitu belajar. (Harus disadari bahwa seorang
anggota GMKI pertama-tama statusnya adalah mahasiwa
baru menjadi enggota GMKI, bukan sebalik nya menjadi
anggota GMKI baru menjadi mahasiswa). Dengan demikian
maka mahasiswa (kader GMKI) menjadikan GMKI sebagai
media untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan serta
kualitas intelektualnya yaag tidak diberikan oleh Perguruan
Tinggi. Cukupan medan pelayanan GMKIjuga tidak terlepas
dari asalnya dan dimana dia hidup yaitu, bahwa civitas
gerakan berasal dari kelompok intelektual yang
beridentitaskan mahasiswa,kelompok kristiani yang
mempercayai Yesus Kristus, civitas gerakan berasal dari
sebuah masyarakat dan hidup ditengah masyarakat.
51 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
b. Ciri kekristenan penekanannya pada fungsi pelayanan yang
dimainkan oleh GMKI, yaitu kehadirannya dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan rohani, bagi mahasiswa Kristen di
Perguruan Tinggi sehingga dengan demikian GMKI adalah
wujud kehadiran gereja di perguruan tinggi yang fungsional,
geraja yang incognito (tersamar).
c. Ciri ke-Indonesia-an hendaknya memberikan arti bahwa
GMKI adalah bagian inlegral dari bangsa sehingga apa yang
menjadi pergumulan masyarakat adalah juga pergumulan
GMKI. Dalam kehidupannya GMKI mencoba untuk membuka
diri, tidak bersifat ekslusif terhadap orang-orang yang
berbeda. Sehingga GMKI dalam memainkan peran oikumenis
dan Nasionalismenya tidak terbalas kepada suatu komunitas
tertentu saja. Demikianlah GMKI juga semua orang dituntut
mengakui perbedaan-perbedaan yang ada dalam maasyarakat
yang majemuk
52 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
masyarakat kristiani lainnya harus bersikap inklusif dan tidak partikularisme'
(menjauhkan diri dari komunitas lain).
Menggambarkan akan arti kehadiran serta bagaimana GMKI .hadir tidak
terlepas dari panggilan imannya sebagai kaum intelektual/mahasiswa Kristen
yang hidup ditengah bangsa Indonesia dan tidakdiperuntukkan untuk
masyarakat Kristen semata Sebagai tanggung jawabnya terhadap bangsa dan
negara maka di tuntut akan tanggung jawabnya mewujudkan syalom Allah
(kesejahteraan, keadilan dan kebenaran). Dalam setiap program yang
dilaksanakan oleh GMKI tidaklah melupakan Penciptanya.Setiap kegiatan yang
dilakukan terlebih dahulu dengan doa. Kalau ada yang mengatakan
organisasinya selalu berdoa, kebaktian penelaahan Alkitab, pemurnian dan
bentuk-bentuk kegiatan lain yang tujuannya, menjadikan komponen organnya
memahami Alkitab, mengerti Alkitab sehingga mengatakan rohaniah dan
mereka paling benar tentunya tidak sepenuhnya benar. Tidak bisa dipungkiri
bagaimana GMKI begitu kesulitan ketika harus melakukan partisipasi yang
nyata dalam bentuk pemberian bantuan dana ataupun sumbangan pangan
kepada masyarakat yang membutuhkan, tetapi sebagai kumpulan dari orang-
orang dan juga mahasiswa GMKI mempunyai strategi dan cara baik sebagai
media untuk menyalurkan bantuan dan tentunya ide-ide yaag disampaikan baik
kepada pemerintah ataupun gereja yang mampu.
53 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
kewajibannya GMKI harus bersama-sama dengan komponen
masyarakatlainnya. Ketika bergulirnya reformasi dengan diikuti euphoria
kebebasan ditengah kehidupan masyarakat dan ditandai dengan munculnya
kerusuhan, penjarahan ditengah kehidupan ekonomi yang sangat
memprihatinkan maka GMKI bersama kelompok pemuda kebangsaan lainnya
membentuk FKPI (Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia).
GMKI tentunya tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat
dan tentunya tidak dapat menutup mata melihat permasalahan socialyang ada.
Sebagai umat kristiani harus disadari akan arti salib yang dalam kehidupan
GMKI diterjemahkan sebagai tanggung jawab untuk berjuang dan berkorban
dalam memperbaharui kehidupan manusia dan masyarakyat, menyelamatkan
mereka yang menderita yang mendapatkan tekanan ekonomi, politik dan
pemerkosaan hak-hak azasi manusia baik ditengah-tengah perguruan tinggi
maupun ditengah-tengah masyarakatluas. Peranan GMKI dalam kehidupan
sosial masyarakat ini juga merupakan kesadaran GMKI akan panggilan Tuhan
terhadap masyarakat dan bangsa Arti salib bagi GMKI dalam lencana
organisasi adalah harus berjuang dan berkorban untuk memperbaharui
kehidupan manusia dan masyarakyat, menyelamatkan mereka yang menderita,
yang mendapatkan tekanan ekonomi, politik dan pemerkosaan hak-hak azasi
manusia baik ditengah-tengah perguruan tinggi maupun ditengah-tengah
masyarakat luas.
Warga GMKI yang juga merupakan warga gereja tentunya harus
mengerti akan tanggung jawabnya, jangan sampai kehidupannya sebagai garam
dan terang menjadi wacana yang tenggelam oleh fanatisme sempit. Ketika
sebagian orang mengatakan GMKI sekuler dan selalu menggugat akan
keberadaan GMKI sebagai organisasi Kristen, akan mejadi permasalahan yang
begitu berat karena bagaimanapun mereka akan begitu sulit untuk menyadari
54 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
tanggung jawabnya sebagai umat Tuhan. Tolak ukur yang selalu mereka pakai
dalam melihat keberadaan umat Kristen dan organisasi/lembaga Kristen sebagai
bagian dari gereja adalah intensitas pembinaan rohani seperti penelaahan
Alkitab, kebaktian, persekutuan doa serta cara lain yang mengkhususkan
dirinya pada penginjilan. Padahal proses tersebut hanya salah satu cara untuk
memahami kehendak Tuhan dan tentunya langakah selanjutnya
mengaplikasikan iman itu seperti apa yang dikehendakiNya.
Saya banyak menemui mahasiswa Kristen yang menjadikan Yesus
Kristus sebagai Idola dan saya pikir hal itu menjadi tidak baik ketika tidak
mencerminkan kehidupannya sebagaimana cermin kehidupan seorang Kristen.
Seorang Kristen tentunya mempercayai Kristus Yesus sebagai Juru Selamatnya,
tetapi apakah itu cukup? Firman Tuhan mengatakan "Engkau percaya bahwa
hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu
dan mereka gemetar". Firman Tuhan tersebut menjelaskan bahwa disamping
kepercayaan itu harus ada perbuatan yang menjadi cerminan kepercayaan itu.
Tunjukkan bahwa engkau mempercayai Tuhan Yang Esa, Yang Agung, Maha
Baik, Maha Pengasih dan Maha Pemurah.
Gereja sebagai lembaga yang menjadi tempat persekutuan orang yang
percaya kepada Yesus Kristus harus menyikapi hal ini, bahwa mereka hadir
sebgai garam dan terang dunia dan harus mampu mangarahkan kehidupan
jemaat kearah terang dan garam. Dilema kehidupan gereja yang seakan menjadi
sangat inklusif tersebut juga dirasakan bukan hanya di Indonesia sendiri, seperti
halnya John Stott dalam bukunya, Isu-isu Global, mengatakan betapa ironisnya
pandangan hanya untuk mengkonsentrasikan diri pada penginjilan saja. Dengan
menggeser pemecahan persoalan dunia ke Zaman akhir, mereka tanpa sengaja
telah mengeluarkan Allah dari sejarah Tanpa mereka sadari mereka telah
nenempatkan Allah diluar pagar sebagai pemilik yang absen dan tak berkuasa
55 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
lagi, yang sama sekali telah kehilengan kontrol atas dunia-Nya dan sejarah
umat manusia.
Karena gereja menitik beratkan kekudusannya gereja undur dari dunia,
dan ini langkah yang keliru karena ia menjadi terisolasi dengan dunia. warga
gereja juga merupakan bagian dari bangsa dan masyarakat dan peranan gereja
ataupun tugas yang gereja adalah menjadi garam dan terang dunia.
Kehidupan warga gereja dengan warga masyarakat lainnya hendaklah
diperhatikan sebagai kehidupan yang saling membutuhkan, saling melengkapi
dan tidak terpisahkan. Apa yang menjadi tugas gereja tentunya menjadi tugas
GMKI dan ini harus disadari sebagai satu ikatan untuk keduanya akan
keberadaanya. GMKI juga warga gereja dan pemuda kristen dalam pengenalan
akan Yesus Kristus danmengembangkan spiritualitas dan membina kesadaran
bergereja dan bermasyarakat. GMKI merupakan gerakan yang tidak sedikit
melakukan dan mencoba melakukan tugas dari gerejak karena tritugas
panggilan gereja juga merupakan rumusan dari tujuan GMKI.
Di tengah arus reformasi dan kepedulian gereja yang minim terhadap
kondisi sosial kemasyarakatan, GMKI telah mencoba mengaktualisasikan
dirinya sebagai umat lainnya yang peduli terhadap permasalahan di masyarakat.
Tentunya konsistensi dari pergerakan GMKI untuk mencapai visinya menjadi
harga mati dalam mempertahankan pergerakannya dan permasalahan sosial
menjadi permasalahan yang tidak akan boleh terlewatkan dan senantiasa harus
menjadi perhatian dan bahan studi sebagai bagian dari tanggung jawab gerakan
kepada Sang Kepala Gerakan.
Anda tidak boleh membiarkan kelaparan dan kesengsaraan menimpa
masyarakat dan pelayanan sosial juga tidak dilakukan atas kekwatiran dan
ketakutan.Saya hanya lebih kawatir ketika umat kristiani dan gereja
melakuakan aksi sosial dan solidaritas kepada masyarakat dilandasi oleh
56 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
keinginan untuk dipandang terhormat dan juga keinginan untuk tidak'diganggu
komunitas lainnya dan bukan karena keinginan menjalankan
tanggungjawabnya.
Ketika pelaksanaan aksi sosial dan interaksi sosial ditengah masyarakat
yang pluralistik seperti di Indonesia dilakukan atas keinginan yang egois seperti
itu maka bagaimanakah kehidupan umat kristiani sebagai daerah mayoritas
kristiani? Apakah tanggungjawabnya yang semu itu akan muncul? dan
mungkinkah Syaloom Allah itu hadir? dan yang pasti Syaloom Allah akan hadir
dari sebuah tanggungjawab yang dijalankan umatNya.
Demikian maka GMKI telah memposisikan dirinya dalam garda terdepan
perjuangan kernanusiaan. Berbagai persoalan kemaausiaan yang muncul dalam
masyarakat sangat diwarnai dengan potret kejahatan terhadap kemanusiaan.***
57 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI DAN OIKUMENISME
Tahun 1996 saya memasuki GMKI sebagai anggota bisa melalui masa
perkenalan yang saya sendiri tidak begitu nikmati sebagai suatu proses
memasuki kehidupan organisasi. Perkenalan saya dengan Oikumenisme dan
Nasionalisme dimulai ketika saya diterima di GMKI dan bukan dari gereja yang
salama ini menjadi tempat saya bersekutu dengan Tuhan. Pendidikan dari
lingkungan saya di desa tempat tinggal saya (Sigaol) yang mayoritas beragama
Kristen sesungguhnya tidaklah terlalu baik kalau harus berbicara Oikumenis,
biarpun belakangan ini semakin terbuka untuk itu. Tidak bisa dipungkiri dalam
kehidupan masyarakat Indonesia agama sangat berpengaruh dan begitu nyata
mempengaruhi pola piker masyarakat. Disamping agama, adat istiadat juga
begitu hidup terutama di daerah pedesaan.
Apabila ada agama ataupun gereja tertentu yang menentang adat istiadat
maka jangan harap gereja itu akan berkembang lebih baik dalam kehidupan
masyarakatnya dan ketika gereja juga dapat berinterraksi dengan
masyarakatnya maka geraja akan menjadi begitu hidup dalam diri masyarakat
tersebut. Ketika gereja sudah hidup dalam masyarakat maka akan nyata seperti
apa gereja itu memberikan kabar baik.
58 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Saya menyadari akan adanya ketidak hidupan jiwa Oikumenis dalam
umat gereja ketika saya sadari bahwa Oikumenis ataupun keesaan gereja itu
baru saya kenal di lingkungan yang sangat jauh tetapi dekat dengan gereja.
Keesaan gereja bukalah sebatas wacana yang dilemparkan kepada umat gereja
tetapi seharusnya dihidupkan dalam diri umat gereja. Kalau di desa tempat
saya, kurang bisa menerima gereja diluar Lutheran karena begitu kuat
menentang adat istiadat (menurut mereka) maka di daerah dimana saya mulai
diperkenalkan dengan Oikumenis terjadi perebutan jemaat ( penginjilan
terhadap orang Kristen sendiri). Seharusnya adat bukan menjadi pola
kehidupan utama tetapi seharusnya gereja dapat menjadikan adat istiadat
sebagai sarana penyampaian kabar baik dan kasih. Demikian halnya dengan
gereja, sangat tidak relevan menjadukan jemaat sebagai lahan untuk digarap
tetapi manjadikan meraka begitu menyadari akan kasih Kristus (membina dan
membiarkan mereka pada pilihan hatinya untuk menentukan tempat beribadah
di gerejanya.)
59 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
perwujudan syaloo, Allah. Ideologi tersebut semakin dipertegas dari Amsal
GMKI yaitu UT OMNES UNUM SINT. GMKI tentunya menyadari
keberadaan gereja yang terdiri dari berbagai denominasi san masyarakat yang
sangat pluralistic. GMKI sebagai bagian dari gereja dan masyarakat bukanlah
lahir dari kelompok orang untuk sekelompok orang. Syaloom Allah tidak akan
hadir ketika kasih itu kita hadirkan ditengah –tengah sebagaian orang karena
kasih itu untuk semua biarpun tidak semua dapat mengerti akan kasih itu dan
menerimanya.
60 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Ketika apa yang dilakukan oleh lembaga dan oerganisasi Kristen
khususnya GMKI yang merupakan salah satu organisasi yang dihuni oleh
gereja-gereja yang hidup dengan latar belakang keintelektualannya dan
kekritisannya dengan gerak yang layak mereka lakukan yaitu sumbangan
pemikiran sebagai bentuk kekritisannya maka terkadang hal ini menjadi
perdebatan pada sebagian kader dan gerej, siapakah GMKI?
Saya teringat akan apa yang disampaikan oleh seseorang tentang Barita
LH Simanjuntak, yang kurang disenangi oleh beberapa pendeta pada sidang
raya PGI tahun 2000 di Palangkaraya. Pada saat itu Barita menyampaikan
pernyataannya sebagai Ketua Umum GMKI dengan semangat dan tegas sebagai
mana biasanya dia. Dia menyampaikan pernyataannya yang memprotes
61 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
pergerakan PGI sebagai lembaga umat dalam menyikapi permasalahan sosial
politik yang terjadi di tanah air selama kepengurusannya. Menilai pergerakan
PGI tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat termasuk GMKI.
Menanggapi hal itu saya hanya menyampaikan bahwa dia sampaikan baik
sebagai seorang yang mewakili organisasi maupun sebagai umat Kristen
dengan tujuan untuk menghindari terulangnya kesalahan dimasa yang akan
datang. Hal itupun saya dengar dari seseorang (kader GMKI) pada kongres
XXVII GMKI di Bali tetapi tidak pernah saya tanggapi karena saya berpikir dia
punya pijakan yang berbeda dengan orang yang pertama. Orang yang pertama
memberitahukan dan ingin mendengar tanggapan saya (saat itu saya sekretaris
cabang GMKI Palembang) dan mungkin juga ingin dan juga mungkin karena
ketidaksetujan dia akan sikap pendeta itu.
Orang yang kedua yang menemui saya berpijak pada sentimen terhadap
pengurus pusat saat itu (menilai dari pembicaraan dia) dan saya tidak
menyalahkan dia sebagai yang ambisius dan orang yang sentimen tetapi saya
menyalahkan dia sebagai seorang kader gerakan yang harusnya realistis, positif
dan kritis terhadap permasalahan. Diatas beberapa sikap itu saya lebih
menyesalkan sikap para pendeta yang seharunya merenungkan dan bila perlu
menanggapi dengan sikap seorang hamba Tuhan. Itulah refleksi yang menjadi
bagian dari keberhasilan yang akan dicapai maka para pendeta juga harus kritis
(mampu mengkritisi dan mampu dikritisi)
62 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
tidak mungkin terlepaskan dari hidupnya karena ukuran kesalahan dan
kebenaran dinilai secara nyata oleh manusia itu sendiri.
Mengapa GMKI ada dan seperti apa wujudnya sebagai organisasi Kristen
yang Oikumenis dan nasionalis tentunya akan menjadi perbincangan yang
sangat panjang sebagaimana kehidupan yang berliku biarpun waktunya singkat.
Tetapi dalam hal ini saya memahami kehadiran GMKI dari apa yang dia
63 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
lakukan selama ini dalam suatu kehidupan nyata di tengah-tengah gereja,
perguruan tinggi dan masyarakat
Tiga aspek rumusan tujuan dari GMKI ini merupakan tri tugas
panggilan gereja dan tentunya tidak ada larangan bagi mereka yang mendirikan
GMKI untuk menjadikan ketiga hal tersebut diatas menjadi tiga rumusan
tujuannya. Hanya rumusan tujuan GMKI dalam proses aktualisasi untuk
mencapai tujuan GMKI akan sedikit berbeda dengan lembaga gereja tetapi
bukan berarti menyimpang dari kehendaknya Yesus Kristus. Perbedaan tersebut
me3njadi kekayaan yang dimiliki oleh umat Tuhan dan seperti halnya yang
terdapat dalam I kor 12: 4 yang berbunyi “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu
Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan satu tuhan” dan pada ayat selanjutnya
dijelaskan bahwa keberagaman pelayanan itu ada yang dengan melakukan
perbuatan, dengan hikmad dan ada dengan pengetahuan.
Tri tugas panggilan gereja yang juga menjadi rumusan tujuan GMKI
tersebut sebenarnya tidaklah berlebihan dan memang seharusnya demikian
mengingat keberadaan GMKI yang menjadi kumpulan dari orang yang beriman
kepada Yesus Kristus atau pun gereja yang hidup harus memahami tri tugas
tersebut di atas bukan hanya diemban oleh gereja secara lembaga tetapi akan
64 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
lebih dominan dilaksanakan oleh gereja yang hidup dan dengan demikianlah
makanya GMKI dinyatakan sebagai gereja yang incognito ataupun yang
tersamar.
a. Berdoa/beribadat
b. Belajar
c. Bersaksi
d. Bersosial
e. Berekreasi
Panca kegiatan inilah yang selama ini dilakukan GMKI dalam kehidupannya
sebagai anak kandung gereja dan bukan sebagai oposan gereja ataupun secara
lembaga gereja yang baru. GMKI harus selalu menjadi bagian dari gereja (anak
kandung) yang dewasa dan tentunya lebih dari sekedar anak kandung yang
berusia anak-anak yang selalu dibimbing dan terkadang diatur oleh gereja tetapi
GMKI dan gereja harus manjadi mitra dalam pelayanan.
65 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Tentunya tidak, karena menuju kerajaan Allah adalah melalui Yesus dan buka
melalui gereja ataupun orang-orang yang tercatat sebagai orang Kristen ataupun
tercatat di satu gereja tertentu tetapi gereja menjadi gereja yang hidup dengan
cerminan akan kasih Kristus.
66 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dalam membantu pelayanan gereja, seperti bakti gerejani, vocal grup
Penalaahan Alkitab, kebaktian , dan juga kegiatan lainnya yang sifatnya
kerohanian. Tentunya hal ini timbul bukan semata-mata karena gereja hanya
menuntut jemaatnya hanya boleh melayani di gereja sebagai pengabdian dan
pembinaan kerohanian dan persekutuan untuk Tuhannya, tapi juga karena
gereja tidak sepenuhnya mengenal dan memahami GMKI sebagai kumpulan
kaum intelektual Kristen yang hidup dan bertanggung jawab kepada Yesus
sebagai tanggung jawab Iman yang dia lakukan melalui pengabdiannya di
gereja sebagai bagian dari gereja, maha siswa sebagaimana indentitas kaum
inelektual yang disandangnya dan di masyarakat sebagai garam dan terang
sebagai cerminan dan tanggung jawabnyaterhadap bangsa dan Negara dimana
dia hidup dan sebagaimana diamanatkan oleh Kritus Yesus untuk saling
mengasihi bukan hanya kepada orang Kristen tetapi kepada sesamanya.
Saya ingat perbincangan dengan para beberapa pendeta pada waktu dan
tempat berbeda mengatakan bahwa GMKI harus berubah dalam menjalankan
tugas pelayanannya, tidak pada permasalahan sosial politik saja tetapi pada
bentuk pelayanan kepada mahasiswa Kristen dengan program yang berorientasi
kepada pemahaman dan penalaahan Alkitab/Firman Tuhan. Pernyataan seperti
ini tentunya tidak boleh ditolak begitu saja untuk menjadi masukan, tetapi harus
menjadi bahan refleksi terhadap pergerakan .
67 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
kandung gereja. GMKI harusnya bergerak dengan menunjukkan jati diri
sebagai anak kandung gereja.
68 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI terbeban untuk menjadi seperi itu dan secara lembaga GMKI
akan melakukan pembinaan kepada setiap mahasiswa yang mempercayai
Kristus Yesus sebagai juru slamatnya. Dalam perjalanannya GMKI tidak
menitik beratkan pergerakan pada pengenalan akan dogma ataupun aliran
gereja tertentu, karena memang hal tersebut menjadi pokok bahasan yang tidak
baik dalam kehidupan GMKI sebagai organisasi uang Oikumenis. GMKI harus
berdiri diantara denominasi gereja dan memahami kesatuan dalam kristus untuk
jalan keselamatan dan kristus sebagai cerminan dari kebenaran, kesejahteraan,
keadilan dan kasih.
Gereja adalah tubuh Kritus. Tubuh Kristus terdiri dari berbagai anggota
yang paling berbeda namun tidak saling terpisah, maupun tidak saling
bertentangan. Jadi dapat kita artikan bahwa gereja itu hidup hidup,sebagai mana
layaknya tubuh kita. Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar dari kesatuan
Umat-Nya yang beragam itu (Ef2 : 12 dan Gal 3 : 26-29).
69 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Perjalanan gereja-gereja di Indonesia dalam dekade terakhir ini diwarnai
dengan berbagai pergumulan konteks pelayanan baik secara internal maupun
eksternal gereja. Upaya untuk mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa (GKYE)
di Indonesia diperhadapkan dengan masih banyaknya Gereja anggota PGI yang
masih terbelenggu dengan tradisi dan latar belakang denominasi gereja masing-
masing, sehingga semangat Oikoumenisme masih dilihat secara formal dan
tidak menyentuh dimensi substansial.
70 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
hendaknya dilandasi dengan cinta kasih. Rasa tolong menolong pengorbanan
yang disertai dengan keikhlasan menrupakan manifestasidari cinta kasih itu
sendiri. Padangan hidup seperti ini merupakan wujud dari garam dan terang
dunia seperi yang diajarkan oleh agama kita. Cinta merupakan suatu tindakan
yang aktif, buka merupakan suatu perasaan yang pasif, kita berdiri diatas cinta
tidak jauth kedalamnya. Oleh sebab itu sikap aktif cinta itu dapat dilukiskan
dengan menekankan bahwa cinta itu terutama member bukan menerima.
71 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Indonesia. Sebagai gerakan oikumenis GMKI harus dapat mengaktualisasikan
dirinya sebagai media pemersatu diantara perbedaan lembaga gereja.
Sebagai bagian dari kehidupan gereja GMKI harus menjadi pelopor dan
penggerak terjadinya pembaharuan dalam kehidupan spiritual jemaat / gereja
dan konsep-konsep gereja yang esa. Hubungan yang baik antara gereja dan
GMKI haruslah menjadi kenyataan yang mengiringi sejarah perjalan hidup
GMKI dan gereja dan mampu untuk saling mendukung dalam mewujudkan
Syalom Allah di dunia.
72 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Relasi gereja dengan lembaga-lembaga keumatan merupakan suatu
posisi strategis yang perlu ditingkatkan, kenyataan selama ini menunjukan
bahwa sikap sendiri-sendiri adalah pilihan yang tidak strategis untuk
menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi gereja dan lembaga-lembaga
keumatan terkesan berada “mimpi” dan “ruang” yang berbeda dan mengarah
pada tujuan yang berbeda pula. Hal ini tergambar dari berbagai kasus yang
terjadi, dimana cara serta tujuan dari penanganan yang berbeda mengakibatkan
terjadi, “benturan” yang serius diantara gereja dan lembaga keumatan.
Oleh sebab itu yang perlu dikembangkan adalah suatu dasar perjuangan
bersama, dimana adanya pemahaman bersama tentang fungsi dan tugas masing-
masing secara jelas, yang dilandasi oleh prinsip”saling menopang”. Prinsip
saling menopang ini, merupakan strategi yang mampu mengakomodir berbagai
fungsi dan peran masing-masing lembaga, agar apapun gerak dan upaya
masing-masing, tetap dilandasi oleh kesadaran akan tujuan bersama untuk
saling menguatkan. Pada titik ini, adanya pemahaman bersama tentang gerak
dan arah perjuangan, menuju tujuan yang sama.***
73 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
POLITIK DITENGAH UMAT KRISTEN
74 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Siapapun tidak lah boleh menyalahkan peristiwa-peristiwa tersebut
karena peristiwa tersebut menjadi peristiwa yang akan membawa umat kristiani
pada suatu masa dimana ia selalu hati-hati melangkah dalam jalan kebenaran
dan menjadi suatu perjalanan bagi umat kristiani yang kembali mengingatkan
kita pada ketidak sempurnanaan manusia siapapun dia, baik seorang jemaat
biasa, majelis gereja, pendeta, pimpinan sinode gereja dan yang lebih tinggi
sekalipun.
75 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
politik di Indonesia, realitas yang terjadi di tengah masyarakat menunjukkan
bahwa dalam dunia perpolitikan kebenaran menjadi hal yang mudah menjadi
salah dan demikian sebaliknya. Bagaimana para politikus juga menjadikan
nama rakyat sebagai tameng untuk membenarkan diri dan berlindung di balik
kesalahan.
Dari realitas yang terjadi itu apakah kita bisa mengatakan politik itu tabu?
tentunya tidak karena pembelokan dari arti yang sebenarnya politik itu adalah
pelaku politik itu sendiri. Politik dalam arti sebenarnya tidaklah kotor. Politik
itu menjadi bagian dari seni (cara) untuk meraih tujuan. Namun, oleh pelakunya
yang bertindak tidak benar sehingga seakan-akan menjadi cerminan dari
kelicikan.
76 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Suatu realitas yang terjadi belakangan yang tanpa di sadari oleh agama
(termasuki gereja) adalah distorsi fungsi agama dalam masyarakat. Agama
dalam kehidupan masyarakat, pada dasarnya berfungsi untuk melakukan
kontrol sosial bagi jalannya pembangunan serta memberikan landasan etik,
moral dan spiritual. Tetapi kenyataannya, terjadi agamanisasi politik dan
politisasi agama (kepentingan politik sering menunggangi kepentingan agama,
dan sebaliknya kepentingan agama menunggangi kepentingan politik). Hal ini
mengakibatkan fungsi agama menjadi kabur, dan agama sering di jadikan
sebagai alat untuk menindas manusia dan kemanusiaannya.
77 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
1. Dasar christocentris : sebab kita mengakui bahwa pemerintah adalah
hamba Allah dan pemerintah menjalankan menjalankan kewajibannya
atas nama Tuhan. Kita mengetahui bahwa kita hidup dalam dunia yang
pecah belah oleh karena dosa, dan sebab itu kita harus berusaha untuk
meninggikan nama Tuhan di dalam dunia ini.
2. Dasar demokrasi, yang bertanggung jawab sebab demokrasi yang tidak
mengandung pertanggung jawaban berarti “demo crazy” kita berfikir
atas dasar demokrasi, yang mengandung pula arti keadilan sosial.
3. Dasar nasional, oleh sebab nasib seluruh bangsa Indonesia pada
permulaan perjuangan adalah menjadi pertaruhan bangsa kita, dan oleh
karena persatuan bangsa Indonesia menjadi tujuan kita semua.
4. Dasar kenegaraan, oleh karena kita insyaf bahwa jatuh bangunnya
republik Indonesia ini berarti pula jatuh bangunnya seluruh bangsa
Indonesia yang sudah menjadi bangsa yang merdeka.
Dok : Kompasiana
78 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
rakyat Indonesia sebagai mahluk yang merdeka. Hal ini di tandai dengan
pernyataan berikutnya dalam makalah itu yaitu :
Perlu terjadi transformasi nilai dan orientasi tujuan yang tuntas dari
semangat kelompok yang primodiolistik menuju semangat kebangsaan yang
nasionalistik, yang berakar pada prinsip dan kesepakatan bernegara 17 Agustus
1945. Hal ini hanya bisa tercapai jika timbul “kesadaran transformative” untuk
mengembangkan konteks primordial menjadi konteks Indonesia yang melewati
batas-batas primodial tersebut, dimana tidak ada seorang atau suatu kelompok
yang menjadi dominan dan mensubordinasi terhadap yang lain. Dalam frame
79 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
seperti ini, fungsi dan peranan setiap institusi masyarakat sangatlah penting dan
di perlukan.
Hal ini menjadi tantangan dan dalam kehidupannya umat kristiani akan
selalu diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Tentunya sangat begitu
nikmat apabila dapat menjadikan tantangan sebagai kebutuhan untuk
pendewasaan dan mengatasinya untuk kelanjutan kehidupan umat manusia dan
langkah selalu optimis menjadi warna dari langkah umat kristiani karena firman
Tuhan juga mengatakan untuk selalu hidup dalam pengharapan.
Hidup dengan penuh tantangan akan menjadi hidup yang sangat indah
apabila dalam diri kita selalu ada pengharapan dan tantangan yang dapat
80 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dilewati, tentunya merupakan keberhasilan yang istimewa. Hanya bagaimana
menjadikan umat Kristen mampu melewati rintangan itu maka disinilah
peranan GKMI dan lembaga kekristenan.
Pada intinya etika bersangkut paut dengan adanya kewajiban dari umat
manusia untuk melakukan pembedaan terhadap apa yang benar (Right) dan
yang salah (Wrong). Artinya, manusia diharuskan untuk berbuat yang benar
dan sebaliknya harus menghindarkan perbuatan yang salah. Namun layak pula
dicatat bahwa keharusan dalam konteks etika, harus dipahami dalam keharusan
moral (Moral Ought). Dalam rumusan lain keharusan dalam konteks berbeda
81 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dengan keharusan logis (Logical Ought) dan juga berbeda dengan keharusan
yang bijak (Prudential Ought).
82 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
moral adalah berbicara tentang keharusan yang berlaku bagi semua orang dan
dilakukan dengan suatu komitmen tanpa atribut gelar dan kekayaan.
83 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
nurani. Politik nurani dan kebenaran yang dilakukan GMKI tentunya sesuai
dengan keberadaan kadernya yang beridentitaskan mahasiswa.
84 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Dalam upaya mewujudkan visinya GMKI tidak akan lepas dari kehidupan
masyarakat dan itu harus dipahami sebagai bentuk pelayanan GMKI .
Kehidupan masyarakat tidak akan lepas dari permasalahan sosial dan politik
karena hal itu merupakan bagian dari masyarakat. Keterlibatan nama GKMI
dalam politik bukanlah politik praktis, tetapi politik moral dengan menyuarakan
suara kenabian ataupun kebenaran dalam menyikapi permasalahan yang ada
dimasyarakat. Keterlibatan GMKI juga terlepas dari keberadaan GKMI yang
merupakan bagian dari masyarakat, bangsa dan negara. Seperti yang dikatakan
Dr. J. Leimena (Pendiri GKMI), “Kita jangan menjauhkan politik, sebab kita
tidak memandang politik sebagai suatu cara untuk meraih kekuasaan tetapi
suatu seni untuk melakukan pelayanan”.
Kehidupan gereja dan warga gereja dalam negara juga mendapat respon dari
mengatakan : “Meskipun sekarang ini kita belum mempunyai satu paham sosial
politik, ekonomi, dan sosial namun kita sebagai kaum Kristen mempunyai satu
ikatan terhadap gereja, dan satu ikatan terhadap Negara, oleh karena kita
bukan saja sebagai anggota anggota gereja tetapi juga warga Negara
Indonesia.”
85 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
PEMILU 2019 sudah tidak ada lagi perwakilan Partai berbasis Kristen. Sementara
untuk posisi DPD hanya ada 134 Bakal Calon di seluruh Indonesia yang beragama
Kristen.
Hal ini juga yang dilakukan oleh GKMI sebagai bentuk pelayanannya
ditengah masyarakat yang tentunya dilakukan untuk kepentingan umat kristiani
tetapi untuk keadilan, kebenaran menuju kesejahteraan. GMKI sebagai
organisasi non-partisan yang bergerak di ketiga medan pelayanannya yaitu
86 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
gereja, perguruan tinggi, dan masyarakat dengan pilar Nasionalisme dan
Oikumenisme dituntut untuk selalu eksis dalam kehidupan medan layannya dan
berdiri diatas seluruh kepentingan masyarakat gereja dan perguruan tinggi
dengan nilai kebenaran dan keadilan serta kasih yang selalu berada
dipundaknya. Keintelektualan pergerakan GMKI sebagai gerakan nilai harus
ditunjukkan dengan pergerakan yang menghargai nilai itu sendiri tanpa
memandang individu tetapi melihat sebuah kebenaran dengan kriteria keadilan
untuk menjawab kebutuhan medan layannya.
87 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
secara politik merasa ikhlas bersatu menjadi sebuah bangsa dan hidup dalam
kawasan sebuah negara. Pemahaman ini menekankan faktor keihklasan untuk
menjadi satu bangsa . Selama keihklasan tersebut masih ada, maka keutuhan
negara dan bangsa tersebut akan terus berlangsung.
88 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Disinilah GMKI sebagai gerakan yang berpilarkan nasionalisme
mengambil peranan dan menunjukkan Ideologi itu hidup dalam dirinya melalui
sikap kader dalam mempertahankan keutuhan bangsa dalam kerangka persatuan
melalui perjuangan kemanusiaan yang harus hidup juga dalam kehidupan
Organisasi.
89 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
agama dan pemeluknya, yang dilandasi oleh ras persamaan dan
kesamaderajatan, sebagai suatu bangsa yang menghargai eksistensi dan
kepelbagaian yang ada.
90 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
DEMOKRATISASI DAN KEKRISTENAN
91 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Saya tidak ingin membahas terlalu jauh tentang suatu proses demokrasi
dalam konteks kebutuhan masyarakat dunia, hanya bagaimana demokrasi hidup
ditengah umat kristiani dan mengapa hal itu perlu ada, ini yang ingin sedikit
saya bicarakan agar menjadi suatu pemikiran untuk menghidupkan demokrasi
dalam diri kader GMKI sebagai gereja yang terselubung dan kembali
mengingatkan akan pentingnya demokrasi itu, karena bagaimanapun mereka
harus menghargai eksistensi komunitas lainnya.
92 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
daerah. Transisi demokrasi dibuka, yang punya minat terjun kedunia
perpolitikan dan yang merasa terpandang dimata masyarakat berpesta dan
Indonesia masuki era partai. Membentuk partai sudah seperti membentuk
kelompok belajar, dan tentunya tidak begitu baik melihat kondisi social dan
pisikologis masyarakyat Indonesia.
Mungkin akan ada yang menolak partai politik yang berlabelkan agama
“Kristen” sebagai partai politik kisten tapi realitanya menunjukkan hal itu
tidak terbantahkan. Melihat jumlah partai yang cukup besar maka tidak pantas
kita mengatakan bahwa masyarakyat Indonesia mengalami krisis Ekonomi,
karena untuk membentuk satu partai butuh materi yang cukup banyak dan juga
pemerintah harus mengeluarkan dana yang banyak untuk dana partai dalam
menyukseskan pemilu.
Telah terjadi krisis moral yang sangat dasyat di Indonesia ditandai
dengan ketimpangan sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Bagaimana
jumlah pengangguan baik yang sudah tersedia di lndonesia maupun yang akan
pulang dari negeri Jiran Malaysia akan menambah beban ekonomi yang harus
direspon secara positif. Ditengah kondisi pahit dan sangat tidak baik itu tokoh
politik dan yang secara cepat/instant menjadi ditokoh politik membentuk partai
dengan milyaran rupiah.
Permasalahan dan kondisi riil perpolitikan Indonesia tersebut bukanlah
terlepas dari orang-orang kristen sebagai pelaku ketidak adilan ditengah
permasalahan sosial tersebut. Pertambahan dan pertumbuban partai politik
kisten juga cukup subur dengan berbagailatar belakang pembentukannya.
Banyaknya partai kristen pada awalnya tetapi dalam perjalanannya juga
tidak menutup kemungkinan menjadi partai terbuka dan itu akan dipengaruhi
hembusan angin politik, biarpun terbukanya kadang kecil dan kadang lebar dan
kadang pintunya tertutup. Ketika pimpinan partai berdiri di atas mimbar umum
93 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dia menyatakan partainya partai terbuka dan bukan partai aliran agama tertentu
tetapi ketika dia berdiri di mimbar satu komunitas agama Kristen maka dia akan
rnenyatakan bagaimana partai itu perlu didukung karena akan menjadi sarana
penyaluran aspirasi umat Kristen. Ibarat pepatah,”dimana bumi dipiiak di situ
langit dijunjung” atau menyesuaikan diri pada kepentingan partai.
Apakah kelahiran partai - partai politik kristen ini disebabkan oleh
tumbuh suburnya “ fundamentalisme” kristiani, ketidakpuasan dengan partai
politik yang ada dan tokoh politik yang sudah dimiliki Indornsia" atau
keinginan menunjukkan eksistensinya dan sampai yang cukup buruk yaitu
mencari penghidupan yang Iebih mewah dan kedudukan yang lebih tinggi?
Perlu dicermati dan disadari bahwa kemunculan partai politik kriistiani
ini bias juga dikatakansebagai kemunculan minoritas kuantitas tetapi mayoritas
kreatifitas. Pertimbangan melihat prospek partai Kristen ke depan dan tentunya
perlu kontrol yang ketat dari masyarakat agar partai kristen bisa dirinya sebagai
partai Kristen bukan dari namanya tetapi dari gerak kehidupannya.
Selalulah membela kebenaran untuk keadilan bukan umat Kristen yang
harus dibela, tetapi kebenaran yang juga merupakan salah satu dari nilai
kekristenanlah yang pantas dibela. Sebagai orang Kristen yang ditugaskan
menjadi garam dan terang dunia harus mejadi kaum intelektual yang inklusif
dan bukan eksklusif dengan partainya sendiri. Karena dengan berjuang bersama
keminoritasannya maka dia akan semakin minoritas.
Kemunculan partai politik Kristen dengan figur yang ditampilkan dalam
berbagai versi target-target pemilu untuk menjadi presiden,wakil presiden
ataupun sekedar mewamai, menunjukkan keragaman misi untuk mencapai visi
kekristenan itu sendiri. Dari apa yang mereka ingin capai perlu ada kritis dari
umat Kristen sebagai kontrol karena akan berpengaruh pada upaya untuk
menghadirkan kesejahteraan melalui perjuangan kebenaran dan keadilan.
94 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Realitas sosial politik umat Kristiani yang ada mencerminkan bahwa
kesadaran sebagai warga Negara dengan pelayannan bidang politik semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya kwantitas politisi kisten dan padai
politik kristen pada dasarnya banyak umat kristen yang menolak dan hal ini
ditandai sikap sebagian politisi yang lebih memilih partai-partai yang tidak
berlabelkan “agarm”. Seperti yang dikatakan Pdt Dr. Martin L. Sinaga bahwa
bukan partai Kristen yang perlu tetapi orong-orang Kristen secara politik yang
perlu.
Penolakanini bukan berarti politisi dan umat kristen akan menggadaikan
partai politik kristen tetapi perjalanan dan pergerakan partai politik kristen
harus tetap dikontrol sekalipun tidak menjadi bagian dari partai tetapi karena
menjadi bagian dari kekristenan itu. Dengan pernyataan tersebut bukan berarti
kita harus lari dari politik tetapi bagaimana kita memposisikan diri dalam
politik sebagai pembawa damai, maka kita berada pada suatu sikap seorang
negarawan yang menjadikan nasionalisme sebagai garda. Didalam perjuangan
itu memang perlu umat kristiani perlu partai politik tetapi hendaknya kita lebih
dewasa dalam rnenyikapi hal ini dengan pemahaman hidup diantara
masyarakat. Nilai hidup inklusif dan profesionalisme umat kistiani dan elite
gereja dibutuhkan sehinggakita menjadi pembawa damai, dan pembawa
harmoni hidup kondusif.
Kedepan perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya agar partai Kristen
jangan sampai eksklusif minoritas ataupun eksklusif mayoritas ditengah
masyarakat karena umat Kristen tidak selamanya benar. Pada akhimya dalam
proses politik yang dijalani partai politik eksklusif akan ditinggalkan.
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan tersebut maka perlu
penghargaan terhadap keberadaan sesame dan rakyat harus mendapatkan
haknya dalam bangsa sebagai pemilik yang dimandatkan Tuhan. Disinilah
95 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
firngsi masyarakyat kristiani dan lembaga kistiani sebagai bagian dari bangsa
dan tentunya karena politik merupakan bagian dari kehidupan masyarakat rnaka
kehidupan politik tidak bisa dihindari tetapi diwarnai oleh umat kristiani
sebagai gereja yang hidup dan peranan gereja menjadi institusi yang fungsional
memperjuangkan nilai kebenaran melalui suara kenabian sebagaimana yang
diungkapkan Dr. J. Leimena, “Kita jangan menjauhkan politik, sebab kita tidak
memandang politik sebagai suatu cara untuk meraih kekuasaan tetapi suatu seni
untuk melakukan pelayanan”. .
Dalam dunia politik ada banyak pendapat yang menggambarkan tentang
demokrasi, agama dan hubungannya seperti halnya Komarudin Hidayat yang
mengatakan dalam buku “Demokratisasi Politik , Budaya dan Ekonomi” ( Tiga
Model Hubungan Agama dan Demokrasi);
96 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
terbaik. Prakek seperti inilah yang berlaku juga dalam kehidupan umat
beragama khususnya gereja seperti halnya gereja yang memilih ketua sinode.
Demokrasi berasal dari kata Yunani, Demos dan Kratos. Demos berarti
Rakyat dan Kratos berarti Pemerintahan. Jadi Demokrasi berarti pemerintahan
rakyat. Mula mula istilah demokrasi dipakai di Yunani Kuno dan kemudian
meluas dinegara lain. Pengertian pokok demokrasi ialah hak-hak asasi manusia
dan peran serta masyarakat. Demokrasi berkaitan dengan berbagai aspek
kehidupan
97 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungannya antara yang satu
dengan yang lain.
98 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
terprediksi secara signifikan suatu proses perubahan yang pasti sebagaimana
diharapkan.
99 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Keterbukaan dari keleluasaan yang merupakan unsur dari demokrasi
tentunya tidak terlepas dari tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud
adalah melakukan tindakan-tindakan yang berasal dari dirinya sendiri tanpa
dipaksakan pihak luar dengan mengetahui dan menyadari apa yang
dilakukannya dengan melihat aturan-aturan yang ada. Maka proses demokrasi
adalah proses tidak terlepas dari tanggung jawab moral terhadap pelaksanaan
keterbukaan dan kebebasan itu. Demokrasi itu akan menunujukan
perkembangan apabila berlangsung sesuai dengan proses demokrasi yang
sesungguhnya, karena demokrasi itu akan berkembang seperti apa yang
dikatakan oleh Nurkholish Madjid bahwa demokrasi itu dinamis bukan statis
sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip demokrasi itu beragam. Suatu
demokrasi disebut demokrasi selama ia bergerak menuju kepada yang lebih
baik.
100 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Bertolak dari pemikiran etika semacam ini, menarik untuk mengkritisi
perjalanan proses demokratisi di GMKI dalam tiga tahun terakhir. Seperti
diketahui, dengan meminjam pendapat Bertrand Russuel (1940), landasan etika
politik demokrasi terletak pada pengakuan bahwa persoalan – persoalan yang
kontroversial harus diputuskan dengan argumen dan bukan dengan kekerasan.
Karena itu, secara etik, tindakan kekerasan adalah suatu tindakan yang salah
dalam proses berdemokrasi.
Karena itu pula landasan etik lainnya yang mendasari debat dalam
konteks demokrasi adalah nalar (reason) dan bukan purbasangka (prejudice).
Manusia dipandang memiliki nalar untuk melakukan pilihan yang terbaik bagi
dirinya. Purbasangka, apakah itu dalam bentuk sentimen agama, budaya dan
ras, bukanlah dasar dari penggelaran debat dalam proses demokratisasi. Namun
101 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
perlu pula digaris bawahi bahwa pendapat mayoritas, sebagai hasil dari
perdebatan yang bebas, tidak harus diterjemahkan sebagai pendapat yang
absolut.
Karena itu pula, dari sudut pandang etika, demokrasi dapat dikatakan
tengah mengalami proses penyepelean maka jika kekerasan lebih diutamakan
dari pada perdebatan yang bebas, jika purbasangka lebih dominan dari pada
nalar, dan jika suara mayoritas dianggap sebagai suara kebenaran yang lalu
membumi hanguskan kebutuhan akan sikap tenggang rasa. Pada gilirannya,
pengabaian terhadap landasan – landasan etika demokrasi ini dapat dengan
mudah dapat bermuara pada munculnya sikap yang tidak rasional berupa
kebencian kolektif (collective hatred) dan histeria masa (mob hysteria), serta
tindakan manipulasi proses demokrasi dalam pelembagaan politik formal.
Dalam konteks kekinian di Indonesia, pertanyaannya kemudian adalah tidakkah
proses penyepelean etika demokrasi itu kini tengah berjalan? Karena itu,
tanggung jawab untuk meletakkan landasan etika politik demokrasi tidak dapat
102 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dibebankan pada satu kelompok saja tetapi harus menjadi tanggung jawab
keeluruhan kekuatan politik, baik itu pada tingkat elit dan masa.
Di GMKI mungkin masih ada orang yang tidak berfikir tentang proses
demokrasi yang berjalan dan apabila demokrasi di perbincangkan, maka dia
akan mengasumsikan sebagai hal yang tidak wajar mengingat GMKI sebagai
organisasi pelayanan dan bukan politik.
Demokrasi juga merupakan suatu proses yang tidak akan lepas dari
pelayanan khusus GMKI yang merupakan organisasi. GMKI merupakan
organisasi yang mempunyai tujuan dan harus berproses dalam mencapai
tujuannya. Apa yang menjadi ciri demokrasi ada di GMKI seperti tuntunan
transparansi dan kedaulatan anggota. GMKI sebagai organisasi kader, bergerak
menuju tujuan untuk dihasilkan untuk kader. Sebagai organisasi pelayanan
GMKI berbentuk sebagai bentuk pelayanan wajibnya untuk kemuliaan Tuhan
sebagai Kepala Gerakan.
103 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
menghargai orang lain dan dengan sukarela tugas kepemimpinan tanpa pamrih
yang bersumber dari otoritas yang diberikan anggota terhadap pemimpinnya
dan GMKI.
Kalau demokrasi bukanlah tujuan tetapi suatu cara, maka hasil yang
didapatkan tujuan yang ingin dicapai tidak terlepas dari caranya karena caranya
merupakan gambaran dari tujuan seperti yang diungkapkan oleh Ferdinan
Lassalle (salah seorang pendiri gerakan buruh Jerman) “Jangan kami
ditunjukkan hanya tujuan, tanpa cara. Sebab tujuan dan cara di dunia ini
sedemikian terjalin mengubah salah satu akan berarti mengubah salah satu yang
lainnya juga. Setiap cara yang berbeda akan menampakkan tujuan yang lain”.
104 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
1. Segi yang statis : mencakup tugas untuk mempertahankan eksistensi,
integritas, kepribadian, stabilitas, keamanan masyarakat, bangsa dan
Negara.
2. Segi yang dinamis : mencakup tugas untuk mengusahakan
pertumbuhan, perkembangan, peningkatan dan demikian juga
perubahan dan pergantian disemua bidang masyarakat.
3. Segi Etis : Mencakup tugas untuk semakin menerapkan nilai – nilai dan
cita – cita dari masyarakat, bangsa dan Negara seperti kebebasan,
persamaan, persaudaraan, keadilan, partisipasi rakyat, dan ruang bagi
kritik, koreksi, dan pengawasan terhadap penggunaan kekuasaan.
105 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
lazim kalau melihat mekanisme taktis dari demokrasi, sehingga Antonio
Gramsci, yang merupakan filsuf Italia dan menelurkan pemikiran tentang
hegemoni, menggambarkan demokrasi sebagai kekuatan mayoritas dan
memberikan gagasan Hagemoni sebagai gagasan politiknya.
Namun terlepas dari itu maka demokrasi di GMKI tidak dapat hanya
dipahami pada sistim pelaksanaan konstitusi saja tetapi juga melalui dinamika
yang terjadi demi perbaikan berdasarkan prinsip keterbukaan dan nilai – nilai
pelayanan yang dapat menghargai kemanusiaan dan hak asasi dari setiap
orang.
Dengan memberikan kedaulatan pelayanan penuh terhadap anggota
maka anggota akan bebas dan terbuka dalam bertindak karena roh dari
demokrasi itu juga adalah kebebasan ataupun keterbukaan. Hanya kebebasan
dan keterbukaan itu harus didasari oleh kemandirian pikiran dan kemandirian
tindakan dengan melihat seperti apa kehendak dari organisasi itu.
106 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Ditengah masyarakat dengan politik anti demokrasi, kritik tidak akan
mendapat tempat yang baik domata penguasa dan jaringannya. Demikian juga
dalam sebuah Negara yang hegemoni kekuasaannya kuat. Dr. J. Leimena
dalam ceramahnya berjudul Bentuk Negara yang kita kehendaki mengatakan
“Demokrasi hanya bisa bertumbuh dan berkembang baik dalam satu Negara
dimana kekuasaan Negara disandarkan atas hukum dan kesadaran dan dimana
tiap warga Negara mempunyai hak terhadap Negara, maka Negara itu
haruslah merupakan Negara hukum demokrasi”.
107 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
GMKI Palembang saat ikut aksi demonstrasi tahun 1998, mendukung
reformasi.
Seiring dengan perjalanan reformasi yang terjadi di Indonesia hal ini juga
sedikit banyak berimbas terhadap GMKI, kalau saya katakan kekritisan anggota
itu semakin terlihat dengan menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya untuk
GMKI itulah kenyataannya. Tapi sesungguhnya sebagai pelayanan maka
kekeritisan itu tidaklah hanya berbicara tentang sesuatu hal tetapi harus diikuti
juga dengan tindakan dan perilaku seorang pelayan yang sesungguhnya di
GMKI semuanya adalah untuk melayani.
108 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Dengan diiringi oleh sikap anggota yang lebih terbuka dan bebas
menyampaikan pendapatnya maka demokrasi itu dapat berjalan karena
demokrasi itu sesungguhnya memerlukan sistim yang mendukung dan adanya
partisipasi aktif dari pelaku demokrasi.
Oleh karena itu, bertanggung jawab dalam arti tindakan dilakukan benar
– benar keluar dari dirinya dan tidak dipaksakan dari luar dan tentunya orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang berakal. Tanggung jawab pribadi
yang tinggi merupakan tuntutan untuk demokrasi. Seiring dengan tanggung
jawab ini, maka komitmen merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan
dari dua ini merupakan dasar dari kita untuk berbuat di luar motivasi yang
dimiliki.
Ada tiga hal yang tidak bisa dipisahkan kalau kita punya keinginan untuk
membangun GMKI menjadi organisasi yang kuat dan mampu bertahan untuk
mencapai visinya. Seperti yang dikatakan Abdurrahman Wahid bahwa
“demokrasi sudah menjadi keharusan karena itulah sistim yang mampu
mempertahankan pluralisme”. Mengapa demokrasi sangat penting bagi GMKI?
Kalau mengikuti pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur), maka di GMKI
juga demokrasi harus menjadi keharusan karena civitas GMKI ada diantara
keberbagaian gereja, suku, daerah dan pemikiran. Artinya dalam GMKI tidak
109 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
memandang perbedaan gereja yang mencirikan prinsip demokrasi yaitu
persamaan.
Ada yang berpendapat bahwa ilmu itu menjadi racun manusia. Memang
hal ini sering terjadi ketika ilmu itu dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Pemikiran Gramci tentang hegemoni sebenarnya menjadi kekuatan yang sangat
110 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
positif dalam kehidupan manusia apabila kita berbicara tentang kepentingan
yang lebih besar, hanya setiap pemikiran, kemajuan, perkembangan, selalu
mempunyai efek ataupun akibat yang ditimbulkan baik akibat buruk maupun
akibat baiknya.
111 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Belakangan ada pendapat dalam GMKI bahwa orang yang lurus – lurus
dalam artian mengesampingkan kepentingan orang lain dan pribadi dengan
mengutamakan kepentingan organisasi akan tergilas sendiri. Jadi berangkat dari
sini kader gerakan berusaha bertindak dan mengambil kebijakan harus berfikir
bagaimana dia nantinya akibat itu dan bukan bagaimana organisasi.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa ketidak berdayaan GMKI adalah
akibat dari ketidak berdayaan anggota dalam menjalankan status pelayan yang
disandangnya. Kemunduran GMKI ketika penyelesaian permasalahan internal
organisasi sudah mendominasi kebutuhan yang akan dipenuhi, maka GMKI
terkadang maju untuk mundur. Kecenderungan politik yang terjadi di GMKI
sebenarnya kecenderungan politik yang memundurkan proses pergerakan
karena demokratisasi itu belum tercermin sehingga hegemoni seorang dengan
yang lain dan proses pencapaian tujuan pribadi serta egoisme pribadi sangat
dominan.
Kalau kita ingin bergerak lebih jauh maka kita harus menghargai sebuah
proses dan demokrasi itu adalah proses. Tanggung jawab sebagai kader gerakan
112 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
bukan sebatas pada proses pengambilan keputusan, tetapi juga pada proses
pelaksanaan keputusan. Pahamilah kolektivitas sebagai tanggung jawab bukan
topeng perlindungan dari objektif melihat segala sesuatu yang terjadi
berdasarkan pemikiran dari nuranimu sendiri dan bukan orang lain karena itulah
kekuatan mahasiswa yang bercirikan intelektualitas. Yang saya takutkan ketika
ada yang berdiri di atas kepentingan pribadi dan berlindung pada kolektivitas
dan menyeret pelayanan. Jangankan untuk mewarnai kehidupan Gereja,
masyarakat dan perguruan tinggi, untuk berdiri sendiri adalah hal yang sangat
sulit.
113 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
kehidupannya sebagai lembaga masih mendua dalam hal ini, disatu sisi
pimpinan dan pengurus gereja berlaku otoriter tetapi disisi lain mereka berlaku
demokratis (sebagian).
114 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Dalam kehidupan demokrasi di GMKI sendiri hal ini akan menjadi
pertimbangan sekalipun seorang pemimpin itu diyakini sebagai pilihan Tuhan
melalui orang – orang yang berpartisipasi pada Kongres atau Konperensi
Cabang. Tetapi dalam kehidupan demokrasi termasuk GMKI harus dipahami
bahwa firman Tuhan merupakan pijakan dan tentunya fungsinya kekristenan itu
juga sebagai fungsi control dan fungsi pembentuk moral & etika.
115 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Proses Kongres atau Konferensi Cabang maupun beraudiensi merupakan
bagian iklim demokrasi yang dibangun oleh GMKI
Demokrasi yang begitu luas itu merupakan suatu kehidupan yang begitu
baik dalam suatu komunitas, masyarakat, bangsa dan termasuk GMKI apabila
masyarakat, dan civitas dalam GMKI mengerti akan kebenaran, mampu berfikir
positif dengan menghargai keberadaan yang lainnya, realisits dan tidak berpijak
diatas kepentingan sempit.
116 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
117 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
OIKUMENISME DAN KEKRISTENAN
KITA
118 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
sebagai tubuh dan bait Allah bersama-sama dengan komponen masyarakat
lainnya berupaya mewujudakan syalom Allah. Gereja tidak akan berfugsi
apabila bersikap inklusif dan juga bukan berarti menjadi sama dengan dunia.
Gereja tentunya harus memertahankan jati dirinya sehingga dapat rnenjadi
garam dan terang dunia. Persoalan tentang gereja yang menjadi tubuh dan
orang-orang dengan satu gerak kehidupan yang seolah-olah memisahkan diri
dari masyarakat dan dari perjalanan kehidupan masyarakat dengan
memfokuskan diri pada penginjilan dengan kekudusannya, telah menimbulkan
persoalan tentang hakekat manusia dan gereja. Harapan akan pola hidup
masyarakat kristen yang inklusif juga disampaikan oleh Pdt. Eka Darmaputra
PhD Menguji Roh. Penulis Pdt. Eka Darmaputera PhD
“Kita tidak mencoba tawar menawar dengan agama lain tapi kita perlu
mengubah citra agama sebagai monster menjadi lebih ramah. Jangan
mempertuhankan agama kita. Kita meyakini agama kita tetapi tidak perlu
mempersetankan agama lain. Kita bersedia mati demi agama kita tetapi tidak
perlu membunuh.
Gereja sebagai lembaga yang menjadi tempat persekutuan orang yang
percaya kepada Yesus Kristus harus menyikapi fenorena yang terjadi ditengah
dan harus menyadari arti kehadirannya yang menjadi garam dan terang dunia.
Umat kristen harus memposisikan dirinya delam garda terdepan perjuangan
kemanusiaan.
Berbagai persoalan kemanusiaan yang muncul dalam masyarakat sangat
diwarnai dengan potret kejahatan terhadap kemanusiaan. Menurut John Stott3
“hanya mempunyai dua pilihan sikap dalam kehidupan dunia yaitu, menolak
dunia dengan cara berpaling dari padanya dan komitmen keikut sertaan dalam
keprihatinan kita menghadapkan wajah kita pada dunia”
119 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Harus disadari bahwa segala mahluk yang ada di dunia ini merupakan
mahluk ciptaan Tuhan dan Tuhan telah memandatkannya kepada kita umat
manusia untuk memeliharanya. Inilah tanggungjawab iman kita sebagai mahluk
social dan kesadaran akan tanggung jawab social ini juga tidak terlepas dari
kewajiban umat kristiani dan manusia secara umum sebagaimana yang terdapat
pada “Kej 50:20 dan Maz 145:9”. John Stott4 mengatakan “betapa ironisnya
pandangan hanya untuk mengkonsentrasikan diri pada penginjilan tok Dengan
menggeser pemecahan persoalan dunia ke Zaman akhir, mereka tanpa sengaja
telah mengeluarkan Allah dari sejarah. Tanpa mereka sadari mereka telah
menempatkan Allah diluar pagar sebagai pemilik yang absen dan tak berkuasa
lagi, yang sama sekali telah kehilangan kontrol atas dunia-Nya dansejarah
umat manusia”.
Karena gereja menitikberatkan kekudusannya gereja undur dari dunia
dan ini langkah yang keliru karena ia menjadi terisolasi dengan dunia. Warga
gereja juga merupakan bagian dari bangsa dan masyarakyat dan peranan gereja
ataupun tugas yarga gereja adalah menjadi garam dan terang dunia, iman kita
merupakan iman kritis, iman yang senantiasa konteks keberadaannya dan iman
yang mampu memberikan jawaban konstruktif terhadap persoalan sekitar kita.
Untuk merjadi garam dan terang maka dibutuhkan aktualisasi iman ditengah-
tengah bangsa dan masyarakat.
Warga gereja yang merupakan warga masyarakat juga harus menyadari
bagaimana warga gereja merupakan bagian yang penting dari keutuhan
Indonesia. Pemahaman tentang oikumenisme jangan hanya tatara kehidupan
bergereja semata tetai oikumenisme ini hendaknya menjadi gerak kehidupan
umat kristiani dalam kesehariannya dengan semangat nasiormalisme
(oikumenisme kemasyarakatan).
120 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Urnat kristen adalah bagian integral dari bangsa sehingga apa yang
menjadi pergumulan masyarakat adalah juga umat Kristen. Dalam
kehidupannya umat kristen mencoba untuk membuka diri tidak bersifat
eksklusif terhadap orang-orang yang berbeda. Demikianlah umat kristen juga
semua orang dituntut mengakui perbedaan-perbedaan yang ada dalarn
masyarakat yang rnajemuk. Masyarakat krisiani lainnya harus bersikap inklusif
dan tidak partikularisme: (menjauhkan diri dari komunitas lain) bandingkan
dengan Filipi 2 : 4 “Dan janganlah tiap -tiap orang hanya memperhatihan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.
Umat kristen tentunya tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan
masyarakat dan tentunya tidak dapat menutup mata rnelihat permasalahan
sosial yang ada. Sebagai umat kristiani harus disadari akan arti salib yang
dalam kehidupannya diterjemahkan sebagai tanggungjawab untuk berjuang dan
berkorban dalam memperbaharui kehidupan manusia dan masyarakyat,
menyelamatkan rnereka yang menderita, yang mendapatkan tekanan ekonomi,
politik dan pemerkosaan hak-hak azasi manusia ditengah-tengah masyarakyat
luas.
B. Oikumenisme Kekristenan
Kata oikumenisme pada mulanya tidak terkait dengan kehidupan
gerejani pada konsili Nicea 325 yang merupakan konsili oikumenis pertarna
menjadi istilah pertama. Gerrit Singgih dari Universitas Duta wacana
mengemukakan gerakan “oikumene lahir dari kalangan yang menghayati misi
dan pekabaran injil pada dekade 1920an seperti John Mott, tokoh dari World
Student Christian Federation (WSCF) yang juga seorang founding father
Dewan Gereja-gereja Dunia5
121 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Keesaan gereja tidak semata-mata kesatuan umat kristen dalam suatu
lembaga persekutuan gereja-gereja dan pertukaran mimbar tetapi secara
bersama-sama dan menjadi tanggungjawab kolektif umat kristen ditengah
bangsa yang pluralistik.
Harus disadari bahwa hidup dalam sebuah komunitas masyarakat
dengan kepelbagaiannya (pluralitasnya) dan gereja dengan kepelbagaiannya
harus berjalan dengan kasih sehingga hidup semakin indah dan menjadikan
perbedaan sebagai kekayaan yang akan saling melengkapi dan membutuhkan.
Ketika perbedaan menjadi perdebatan yang membawa kepada perpecahan dan
menjadi salah satu dari sekian banyak kemungkinan terjadinya kehancuran,
maka tidak dapat dibayangkan bagairnana hidupnya manusia. Manusia
bukanlah mahluk yang sempurna dan selalu tidak akan sama antara satu dengan
yang lain baik yang satu agama, suku, ras, golongan,dan satu garis keturunan
sekalipun. Perbedaan tersebut menjadi kekayaan yang dimiliki oleh umat Tuhan
dan seperti halnya yang terdapat dalam I Kor 12 : 4 yang berbunyi “Ada rupa-
rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu
Tuhan.” Th. Sumartana menuliskan bahwa “oikumenikus menunjuk pada
seluruh tempat dibumi yang dihuni manusia. Ekumene rnenunjuk pada ruang
lingkup tugas dan hakekat gereja yaitu : gerakan untuk mempersatukan guna
menjaga kesatuan turutama panggilan untuk menyelenggarakan kehidupan
sejahtera bagi umat manusia dan seluruh ciptaan Tuhan”6.
Oikumene juga menjadi suatu reinkarnasi dari doa Yesus Kristus yang
terdapat dalam Yohanes 17 : 21a “Supaya mereka semua menjadi satu” yang
juga menjadi motto GMKI dan diadopsi dari motto WSCF. Gerakan oikumene
yang diharapkan sebagai pemersatu dan nrenjadi kesatuan gereja-gereja yang
menembus tembok-tembok gereja yang satu dengan yang lainnya. Kehidupan
gereja yang hidup ditengah-tengah masyarakat belum menunjukkan suatu
122 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
perkembangan yang maju dalam upaya mewujudkan persatuan diatas
kepelbagaian gereja dan persatuan diatas pluralistiknya masyarakat Indonesia.
Sekalipun akan sangat sulit untuk mencapai5 hal tersebut tetapi bagi kita
itu menjadi tanggungjawab. Betapa sulitnya mempersatukan kepelbagaian
gereja ini dirasakan juga oleh salah satu tokoh kristen dan jugu tokoh gereja Dr.
T.B. Simatupang yang mengatakan, “menyatukan laskar-laskar pejuang
menjadi angkatan perang RI ternyata lebih mudah dibanding menyatukan
gerejadi Indonesia”7.
Dalam perkembangan selanjutnya peran sentral yang akan diambil oleh
pemuda sebagai aktivis oikumene akan memberikan arti pada generasi yang
mendatang tentang kehidupan yang serasi. Beberapa pendapat mengatakan
bahwa permasalahan yang timbul juga adalah ketidak menjemaatnya dokumen
keesaan gereja. Penjemaatan keesaan gereja merupakan ujung tombak bagi
terciptanya keesaan gereja. Pada tataran irplernentasi upaya mewujudkan cita-
cita gereja yang esa harus lebih beroriertasi pada interaksi yang rnenembus
ruang dan batas dogma gereja yang satu dengan gereja yang lain. Implementasi
yang lebih menonjol pada saat ini hanya pada batas dan lembaga yang menjadi
wadah dari orang-orang dan lebih banyak keesaan itu dipahami pada tataran elit
gereja.
Sekalipun oikumenisme kekristenan menjadi isu sentral dari gereja
tetapi terciptanya keesaan gereja harus melalui kolaborasi sikap dan tindakan
warga gereja dan juga lembaga-lembaga kekristenan lainnya. Menurut teolog
Th. Sumartana, ada tiga pilar utama pendukung oikumenisme yaitu badan-
badan Zending, Gerakan Mahasiswa Kristen, Gerakan Nasional
Indonesia8. Upaya memaksimalkan lembaga-keumatan organimsi kepemudaan
/kemahasiswaan kristen dan relasi lainnya akan menjadi titik tolak yang cepat
menuju keesaan gereja. Relasi gereja dengan lembaga-lembaga keumatan suatu
123 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
posisi strategis yang sangat penting, kenyataan selama ini bahwa sikap sendiri-
sendiri adalah pilihan yang tidak strategis untuk menghadapi berbagai
permasalahan yang terjadi terjadi Gereja dan lembaga-lembaga keumatan
terkesan berada dalam “mimpi” dan “ruang” yang berbeda dan mengarah pada
tujuan yang berbeda pula. Hal ini tergambar dari berbagai kasus yang terjadi,
dimana cara serta tujuan dari penanganan yang berbeda mengakibatkan
terjadinya “benturan” yang serius diantara gereja dan lembaga keumatan.
Keesaan gereja harus ditempatkan dalam konteks masyarakat yang majemuk
dan secara langsung harus dicari fungsi dan peranannya
124 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
PANCASILA DAN STABILITAS POLITIK
125 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Disisi lain, ada elemen masyarakat yang bermental instan dan aparat
hukum dan keamanan, menjadi bagian dari kebobrokan yang terjadi. Satu per
satu politisi dan birokrat di daerah tersangkut kasus korupsi. Dilain pihak,
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, diwarnai perilaku hidup
instan. Kehidupan politik di daerah seperti tanpa etika. Publik disuguhkan
perilaku politik tanpa etika dari birokrat, politisi hingga penegak hukum.
Masyarakat seperti mengalami kondisi yang dilematis, dimana ada
kebutuhan sosial yang tidak direspon pemerintah. Aksi politik seperti tidak
memberikan harapan masyarakat dan tidak menjawab kebutuhan pembangunan.
Sikap dan tindakan pemerintah, politisi dan masyarakat, menjadikan produk
hukum, ibarat sekedar cendramata dari pengambil keputusan dan kebijakan.
Kondisi yang tidak tergambar saat reformasi tercetus, namun sudah diingatkan
untuk tidak terjadi.
Namun dalam perkembangannya, Bangsa Indonesia mengalami
degradasi identitas, saat memasuki era globalisasi. Era globalisasi, membawa
masyarakat pada kemudahan mendapat akses informasi, komunikasi dan
lainnya. Namun, nilai kebangsaan kita seperti terkikis, dan kehidupan mutakhir
mengarah pada individualistis. Indonesia yang memiliki banyak wilayah,
berbagai suku dan agama, menjadi negara dengan masyarakat plural. Ini
kekuatan sekaligus kelemahan jika tidak tertata dengan baik.
Pada hakikatnya politik adalah masalah kekuasaan, kekuasaan suatu
pemerintah terhadap warganegara dan rakyatnya berdasarkan hukum yang
berlaku dalam suatu pemerintahan negara. Dalam bidang politik dalam negeri
dimantapkan sesadaran kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 bagi setiap warga negara sehinggadapat terjamin
kelancaran usaha mencapai tujuan nasional.
126 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Sebagai sebuah demokrasi baru, perkembangan politik di Indonesia
sejak tiga tahun terakhir belum menampilkan munculnya norma-norma
demokrasi. Antara lain, yang sangat esensial adalah norma budaya demokratis
untuk menyelesaikan konflik secara damai (peaceful resolution of conflict).
Dalam rangka mencapai sasaran itu termasuk di dalamnya usaha-usaha
untuk menciptakan, mengkonsolidasikan, dan memanfaatkan kondisi serta-
situasi untuk memungkinkan terlaksananya proses-proses pembaharuan
kehidupan politik sehingga dapat diciptakan keadaan dengan sistem politik
yang benar-benar demokratis.
Stabilitas politik di daerah sebagai salah satu faktor penentu keamanan,
pertumbuhan ekonomi dan menjadi persoalan yang selalu mengemuka.
Dinamika poltik menjadi alasan dari proses yang berjalan, namun tidak bisa
dipungkiri jika stabilitas politik itu mempengaruhi kondisi psikologis
perekonomian, sosial dan berdampak pada kehidupan masyarakat.
Proses demokratisasi dalam kehidupan politik masyarakat saat ini,
stabilitas politik menjadi proses yang mempengaruhi investasi dan
perekonomian masyarakat. Namun disisi lain, kita merasakan kejenuhan
masyarakat atas tontonan yang mulai membosankan bagi masyarakat.
Pertarungan elite politik berjalan dengan pengatasnamaan masyarakat, walau
dalam perjalananya masyarakat dititik yang tertinggal. Tujuan mulia dari nilai
kebangsaan kita, tertinggal oleh kepentingan perseorangan dan kelompok.
Sistem demokrasi yang memberikan ruang publik dalam berpartisipasi,
sebagai pemilik otoritas, terkadang harus menyaksikan hasil akhir dari
mekanisme politik yang mengecewakan. Masyarakat didera persoalan ekonomi.
Namun, sadar atau tidak, sistem demokrasi ini memberikan ruang bagi
masyarakat untuk mencegah kehancuran ekonomi. Menurut pemenang Nobel
127 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
ekonomi beberapa tahun lalu, Amartya Sen, sistem demokrasi lebih mampu
diatasi sistem demokrasi dibanding sistem otoriter.
128 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Saat ini kasus korupsi, mewarnai pemberitaan disetiap media, baik
nasional dan lokal. Berita kekerasan baik karena alasan ekonomi, kecemburuan
sosial, perpecahan ditengah masyarakat dan lain-lainnya, berlangsung dan
mengancam keutuhah kita.
Perilaku parasit terhadap tugas kenegaraan, seperti berjalan tanpa
kendala, baik dilingkungan birokrasi, politisi hingga elemen masyarakat. Tidak
hanya dipusat, perilaku yang tidak jauh terjadi di daerah. Banyak kasus korupsi
yang diproses, termasuk dugaan korupsi yang menguap dengan sendirinya.
Gerakan politik, hukum, sosial dan keagamaan, harus bergerak secara
perlahan menuju perbaikan kehidupan masyarakat. Jika tidak, kondisi ini akan
membawa kita pada titik kehancuran. Satu hal yang mempengaruhi stabilitas
politik didaerah, selain elemen masyarakat, politisi, birokrat dan penegak
hukum di daerah itu sendiri, situasi politik di pusat. Perilaku politik ditingkat
nasional, masih terus berdampak pada masyarakat di daerah.
Efek bola salju dari perilaku politik, mampu memunculkan antipati
terhadap proses politik, sehingga mengganggu stabilitas politik di daerah. Perlu
pemantapan nilai-nilai kebangsaan tertanam dalam kebijakan pemerintah. Kita
tidak berhak menyalahkan satu elemen atau pemerintahan atas kondisi saat ini.
Kita punya kewajiban dalam menjaga stabilitas politik di daerah,
dengan etika politik yang berjalan. Pemerintah dan politisi daerah harus
menyadari, daerah masih kerangka nasional, dan raja kecil di daerah harus
dihindari. Pemerintah dan legislator daerah, hanya peserta dalam proses
discourse.
Kepemimpinan dan masyarakat di daerah harus mengambil peran
sebagai penentu keberlangsungan nilai kebangsaan Indonesia. Kepemimpinan
dan masyarakat di daerah, merupakan penentu pergerakan kebangsaan.
129 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Globalisasi yang berjalan, jangan sampai mendera Bangsa Indonesia.
Pintu terbuka untuk industrialisasi dalam mendorong perekonomian masyarakat
lokal. Namun, harus ada etika dan nilai yang menjadi kontrol pengembangan
ekonomi di daerah. Perlu langkah-langkah konkrit dalam mengatasi persoalan
kebangsaan, seperti menjadikan nilai kebangsaan, kontrol kehidupan ekonomi,
sosial dan politik. Nilai kebangsaan mencakup nasionalisme.
Kehidupan masyarakat di daerah, dimasa reformasi dan otonomi daerah,
tercenderung membawa masyarakat berada pada persimpangan jalan. Pancasila
yang seharusnya menjadi perekat antar elemen masyarakat dalam kehidupan,
belum hidup secara baik ditengah masyarakat. Nilai kebangsaan sering
terabaikan oleh primordialisme yang semakin marak.
Sadar atau tidak sadar, saat ini semua kekuatan masih terpecah hingga
daerah. Elite politik sibuk dengan orientasi politik, pragmatisme berfikir.
Bahkan, pragmatisme berfikir untuk kepentingan pribadi dan kelompok, seperti
hal yang lumrah berjalan saat ini. Masyarakat dan pemimpin mengalami krisis
kebangsaan dalam membangun. Nilai kebangsaan seperti mata uang dan
barang, yang dilakukan sebagai alat transaksi politik, untuk kepentingan sesaat.
Idealisme politik seperti digariskan Pancasila, menjadi nilai yang tawar.
Saat ini, kita dihadapkan pada potensi perpecahaan ditengah
masyarakat. Ada ancaman akibat degradasi moral pemimpin, menyebabkan
pengaruh negatif bagi masyarakat. Masyarakat seperti disuguhkan arti sebuah
perjuangan, yang tidak mencerminkan nilai kebangsaan. Pemimpon di daerah
harus bergerak dalam membangun nilai kebangsaan, yang strategis dalam
perkembangan masyarakat yang utuh.
Satu hal yang perlu ditanamkan, nilai kebangsaan ini akan menjadi
perekat kehidupan masyarakat. Beberapa hal yang perlu ditanamkan dalam
membangun dan mempertahankan nilai kebangsaan, masyarakat harus
130 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
mendapat perlakuan yang adil dan tidak menerima kebijakan yang
diskriminatif.
Nilai-nilai kebangsaan menjadi etika bagi penyelenggara negara.
Sedangkan sebagai ideologi nasional, nilai-nilai kebangsaan melandasi
pandangan atau falsafah hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan
tersebut mewujud dalam realita kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk
(pluralistik) yang menjadi kesepakatan dalam membangun kebersamaan.
Nilai kebangsaan merupakan penata dasar ketahanan nasional Indonesia.
Namun dalam perjalanannya, nilai kebangsaan ini seperti tekikis dengan
globalisasi yang membawa pelaku politik pada sikap individualistik, yang
kemudian menjalar masuk dalam kehidupan masyarakat .
131 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
Namun, sosialisasi itu tidak cukup mendorong penguatan ketahanan
nasional. Perlu gerakan melalui kebijakan politik, hukum dan ekonomi untuk
membangun ketahanan nasional, dengan nilai kebangsaan. Nilai kebangsaan
tidak cukup melalui teori namun harus gerakan pada substansi yang hidup
ditengah masyarakat.
Posisi ideal bagi bangsa kita, harus menjamin keadilan untuk
masyarakat. Masyarakat dan pemerintah harus sama-sama kuat dalam sebuah
sistem yang dibangun diatas potensi bangsa. Nilai kebangsaan ini yang penting
untuk dipahami dan dijalankan. Saat itu berjalan dan ketahanan nasional
terjaga, maka kita akan berdaulat atas negara kita.
Penting untuk menjaga dan mengembangkan hak masyarakat. Jika
tidak, akan muncul perlawanan terhadap ketidakadilan, yang mengganggu
stabilitas nasional. Gangguan atas stabilitas ketahanan nasional, akan menjadi
ancaman terhadap keutuhan bangsa. Ancaman ini akan membawa Indonesia
pada disintegrasi bangsa.
Potensi konflik horizontal dan vertikal harus diantisipasi dengan
kebijakan yang sesuai tuntutan hukum dalam menciptakan rasa keadilan. Jika
ketidakadilan berjalan, maka rasa tidak nyaman dan aman, akan mengancam
kepecayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sehingga dibutuhkan komitmen
dan kesadaran untuk hidup bersatu dari masyarakat.
132 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
- Keterkaitan Hubungan Sosial
133 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
dalam kultur dalam etos dan semangat nasional dan nilai fundamental
masyarakat di daerah. Gaya politik harus lebih inklusif seperti tuntutan
perkembangan kebutuhan sistem di daerah.
Keterkaitan hubungan sosial kita dengan orang lain, penting untuk
dipahami bersama. Perlu membangun hubungan sosial dan politik, sesuai
dengan etika politik Indonesia. Hubungan baru dibangun diantara blok-blok
kepentingan yang hadir ditengah masyarakat daerah.
Elite politik harus menanamkan nilai kebangsaan dan mendorong
hidupnya etika politik. Etika politik berkaitan erat dengan moral dalam dimensi
politis, kehidupan masyarakat. Perbedaan pendapat harus dipahami sebagai
bagian kehidupan masyarakat demokratis. Gejolak ditengah masyarakat, harus
diselesaikan dengan dialog. Budaya gotong royong yang terkikis, harus
dibangun kembali, sehingga keterkaitan antar elemen masyarakat, mengakar.
Penting untuk diingat, stabilitas politik di daerah, akan terjaga melalui
kehidupan politik yang ber-etika berjalan ditengah masyarakat. Elite politik,
baik pemerintah dan legislatif, harus menjaga nilai kebangsaan dalam
menjalankan tugas, sebagai aparatur dan wakil rakyat, untuk menjaga stabilitas
politik di daerah. Masyarakat di daerah harus didorong untuk memahami,
kehidupan di daerah harus berorientasi pada pengembangan kehidupan
masyarakat secara nasional.
Aparatur pemerintahan daerah harus berpikir progresif, sehingga
mampu memberikan kepuasan terhadap masyarakat yang dilayaninya.
Pemimpin di daerah, merupaka pemerintah yang paling dekat dengan
masyarakatnya. Harus mampu meletakkan telinga disetiap derap kaki
masyarakat dan bersama-sama berjalan, menelusuri lorong kebutuhan
masyarakat. Harus diciptakan kehidupan politik yang dinamis dan mendapat
134 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
kepercayaan masyarakat. Menjaga stabilitas politik di daerah, perlu pemantapan
nilai-nilai Kebangsaan dan menjaga etika politik.***
135 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
PENUTUP
136 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
gerakan. GMKI harus tetap menjadi kontrol dan mampu
menerjemahkan Syalom Allah yang dihadirkan di dunia, dengan
cara yang terus berkembang, sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan.
137 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
juga bagian penting untuk membangun hubungan dengan eksternal.
Komitmen tidak hanya membangun organisasi, namun diri kader
dalam memperkuat organisasi. Maju, berkembang atau sukses
perjalanan sebuah organisasi, tidak akan lepas dari komitmen yang
terbangun dan dijalankan, sebagai dedikasi untuk sampai pada
tujuan.
138 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
perjalanan di medan pelayanannya.Kembali, penting untuk diingat,
semaju apapun teknologi berkembang, namun nilai gerakan yang
dibawa tetap harus harus tetap eksis, sebagai kontrol. Menjaga
kemanusiaan ciptaan Tuhan atas umatnya, sehingga teknologi
berkembang, menjadi pendukung kehidupan masyarakat dan bukan
sebaliknya.
139 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
DAFTAR PUSTAKA
140 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r
PENULIS
141 | M a r t u a P . B u t a r b u t a r