Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERSONAL CALON ANGGOTA

BAWASLU

PENGANTAR

Assalamu’alaikum..wr.wb

Tiada kata terindah diucapkan selain puja dan puji kepada Allah
SWT yang telah memberikan kita kesehatan, kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan aktivitas keseharian kita sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini. Salawat beserta salam kita hadiahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
merubah pola pikir manusia dari alam kegelapan hingga alam
terang benerang seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.

Pemilu Indonesia itu sungguh kompleks. Kompleksitasnya tidak saja


disebabkan oleh sistem pemilihan yang digunakan, jumlah pemilih
yang tersebar di berbagai wilayah dengan kondisi geografis
berbeda, jenis dan jumlah kursi yang diperebutkan, jumlah partai
politik, calon anggota legislatif, dan calon pejabat eksekutif yang
berkompetisi, tetapi juga oleh lembaga penyelenggara yang terlibat
mengurus pemilu.`

Dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum, anggota Bawaslu


Kabupaten/Kota juga dapat dipegaruhi oleh pihak-pihak yang
memiliki kepentingan tertentu, baik yang sejalan maupun tidak
sejalan dengan misi Bawaslu. Pihak yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam mendukung misi Bawaslu adalah Pemerintah dari tingkat
Provinsi sampai Desa, Aparat Penegak Hukum seperti kepolisian,
kejaksaan maupun Pengadilan, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Tim
Pemantau Pemilu yang telah terdaftar secara resmi pada
pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, Perguruan Tinggi,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tokoh agama. Sedangkan
pihak-pihak yang harus diwaspadai yang dapat mengganggu misi
Bawaslu adalah oknum tertentu yang ada di dalam Partai Politik
maupun calon perseorangan yang mempunyai kepentingan dan
melakukan kecurangan sehingga pemilu dapat terganggu.

Makalah ini dibuat merupakan persyaratan untuk menjadi anggota


Bawaslu Kota Subulussalam pada tahapan tes kesehatan dan
wawancara oleh Tim Seleksi sebagai calon anggota, semoga
bermanfaat dan menjadi acuan bagi penulis maupun bagi yang
membacanya dalam melaksanakan pengawasan dalam kepemiluan
khususnya di Daerah. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah ini kedepannya dan semoga kita menjadi
tauladan bagi sesama untuk mencapai apa yang kita harapkan kini
dan akan datang.

Subulussalam, 01 Juli 2022

TUMINEM
VISI, MISI DAN STRATEGI KEBIJAKAN CALON ANGGOTA
BAWASLU KOTA SUBULUSALAM

VISI :

Menciptakan Pengawasan pemilu yang berkualitas dan bermartabat


menuju Pemilu Demokrasi Kota Subulussalam yang tertib, aman,
dan sejahtera.

MISI :

 Mewujudkan Bawaslu yang mandiri dan non-partisan;


 Bekerja secara transparan, jujur, adil, dan bijaksana sehingga
mendapat legitimasi hukum dan publik;
 Melakukan pengawasan Pemilu sesuai dengan peraturan
Perundang-undangan;
 Meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pengawasan pemilu;
 Penguatan kelembagaan dengan membangun kerjasama dengan
pihak yang terkait; dan
 Mewujudkan pemilu yang luber dan jurdil.
STRATEGI KEBIJAKAN

 Menjadikan Bawaslu Kota Subulusalam sebagai lembaga yang kuat,


profesional, dan bermartabat sehingga dipercaya publik;
 Mencegah terjadinya pelanggaran Pemilu, karena mencegah lebih
baik dari pada menindak pelaku pelanggaran;
 Menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan berbasis pada masyarakat;
 Senantiasa melakukan proses dan tindak lanjuti temuan dan
laporan pelanggaran secara transparan dan proporsional yang
profesional;
 Tindak tegas pelaku pelanggaran pemilu sesuai perundang-
undangan dan aturan yang berlaku;
 Mendokumentasikan semua hasil kerja pengawasan dengan tertib
dan sistematis; dan
 Menciptakan Bawaslu yang harmonis dalam kebersamaan dan
kekeluarga.

BAGIAN PERTAMA

Saya seorang insan ciptaan Allah SWT yang terlahir 37 tahun yang
lalu dari keluarga petani/pekebun tinggal di salah satu kampung
terpencil di Dusun Karya Murni Desa Lae Oram Kecamatan Simpang
Kiri Kota Subulussalam, anak ketiga dari enam bersaudara yang
dilahirkan pada tanggal 01 Januari 1986 dari pasangan Bapak Salidi
dan Ibu Samiyem yang diberi nama oleh kedua orang tua saya
Tuminem, terlahir dari keluarga sederhana dan seorang anak
petani/pekebun karet dan padi darat (berladang) saya semasa kecil
sangat disenangi dan disayangi saudara-saudari dan sanak keluarga
saya.

Saya menempuh pendidikan formal SD tepatnya di SDN Pasir


Panjang Dusun Karya Murni Desa Lae Oram Kecamatan Simpang
Kiri sampai selesai walaupun berangkat ke sekolah dengan berjalan
kaki, namun hal tersebut tidak menjadi rintangan bagi saya untuk
menjalaninya demi ilmu, dengan semangat dan kegigihan akhirnya
bisa menamatkan sekolah dasar dengan baik.

Tidak sampai disitu demi menggapai cita-cita, saya melanjutkan


pendidikan ke SMPN 1 Simpang Kiri untuk menimbah ilmu
membuat kedewasaan dan kemandirian semakin tertanam dalam
diri saya pribadi dan juga menimbah ilmu agama untuk keteguhan
iman dan ilmu sosial demi menjadi seorang yang mempunyai
tanggungjawab terhadap tuntutan yang ingin digapai setinggi
mungkin demi masa depan yang lebih baik.

Setelah selesai menimbah ilmu tiga tahun mondok di SMP, saya


melanjutkan kejenjang menengah atas tepatnya di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri(SMK)1 Simpang Kiri, mematangkan diri
saya untuk menimbah ilmu kelanjutan atas dan mematangkan
kedewasaan, pola pikir dan kemandirian diri karena pada waktu itu
saya indekos yang jauh dari kedua orang tua dan keluarga. Selama
di SMK mengenali teman-teman dengan berbagai karekter dan
guru-guru yang berpendidikan tinggi yang membuat saya semakin
berpikir bahwa ilmu itu sangat penting untuk kemajuan diri kita
sendiri.

Setelah tiga tahun menuntut ilmu kejenjang menengah atas dengan


semangat dan kemauan tinggi saya pada tahun 2004 kemudian
melanjutkan kejenjang Perguruan tinggi/Universitas, berbekal
dengan ilmu dan sosial yang telah didapat selama enam
memberanikan diri untuk Kuliah di Yayasan GETSEMPENA kelas
jauh jurusan PGSD hingga tahun 2006 menyelesaikan Studi
Diploma II, selama proses perkuliahan saya aktif dalam organisasi
eksternal dan internal Kampus di eksternal saya aktif di organisasi
Pengkaderan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan di
Internal aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas sampai
dengan BEM tingkat Perguruan Tinggi/Institut. Dulu saya masih
aktif di Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan.

Ada beberapa orang yang pernah menjadi acuan kuat dalam


karakter diri saya hingga saat ini menjadi pegangan dalam
kehidupan sehari-hari saya yaitu kedua orang tua saya terutama
Ibunda tercinta yang sangat berperan kuat dalam kehidupan dan
jati diri saya hingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini, Suami
saya Mis Arbi Kamil, S.Pd salah satu Guru di MTsN 1 Kota
Subulussalam yang tidak pernah bosan memberikan perhatian dan
masukan-masukan kepada saya bagaimana menjalani kehidupan
ini, dan kakak-kakak kandung saya dan Adik saya Mereka memiliki
motivasi dan keinginan yang kuat dalam menggapai sesuatu hal
apapun itu untuk di raih contohnya persoalan pendidikan yang
selalu mengatakan bahwa pendidikan adalah hal yang penting
untuk kemajuan diri kita pribadi dalam menggapai cita-cita yang
ingin kita raih nantinya, bagaimana memberdayakan karakter yang
ada dalam diri kita untuk kita jalankan dan pegang teguh dimasa-
masa yang akan datang.

Integritas merupakan suatu konsep yang menunjuk konsistensi


antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika
integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan
seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau
munafik). Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila
tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang
dipegangnya. Mudahnya, ciri seorang yang berintegritas ditandai
oleh satunya kata dan perbuatan bukan seorang yang kata-katanya
tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas bukan
tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan
yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya.

Menurut saya, integritas pribadi selalu akan diuji oleh realitas


sosial, dan sesuatu yang dihasilkan dari dalam diri, maka kekuatan
di luar diri bisa saja tidak memiliki integritas. Sering sekali realitas
kehidupan sosial, politik, ekonomi selalu mempersembahkan
integritas yang sangat miskin dan lemah. Dampaknya, integritas
pribadi yang kuat harus menjadi sangat bermoral dan berkualitas
tinggi. Untuk itu, saya memberanikan diri agar dapat mengalahkan
tantangan dari realitas integritas di luar diri, yang lemah dan tak
berdaya. Keberanian saya untuk menerima tanggung jawab pribadi,
selalu saya ikuti dengan kemampuan untuk memperkuat integritas
pribadi, dan saya harus dapat menjadi pribadi yang dibutuhkan
banyak orang untuk mengekspresikan kejujuran, keadilan,
menghormati pandangan yang berbeda dengan integritas pribadi
untuk kemanusiaan dan cinta.

Dari teori integritas tersebut diatas saya menyakini dan menilai


bahwa tingkat integritas saya 100%. Mengapa? Pertama, saya selalu
melakukan tindakan berdasarkan norma agama, hukum dan aturan
yang berlaku baik umum maupun khusus. Kedua, dalam tugas dan
kegiatan sehari-hari saya, selalu mengutamakan kepentingan
banyak orang daripada kepentingan pribadi. Ketiga, melihat
persoalan secara netral sesuai dengan pokok persoalan dengan
santun dan tidak mencapur adukan perasaan, hubungan keluarga
dan sebagai pengganggu dalam penyelesaian persoalan orang
lain. Keempat, hubungan yang baik tentu saja hanya dapat dicapai
bila ada unsur trust dari warga masyarakat, dan hal itu hanya dapat
kita peroleh ketika kita mempunyai integritas, setidaknya
“integritas” di mata masyarakat umum. Keyakinan saya dari point
tersebut diatas didukung oleh faktor perantauan, karena saya
terbiasa merantau dan jauh dari sanak famili sehingga sangat kecil
kemungkinan untuk melakukan nepotisme, dan lingkungan
keluarga yang terbiasa mandiri dan menjalani kehidupan apa
adanya.
BAGIAN KEDUA

Pemilu merupakan proses politik yang dinamis dan hanya bisa


berjalan lancar dan tertib apabila dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan merupakan
suatu hal yang amat penting bahwa kehendak rakyat tidak
dikecewakan dengan cara memastikan bahwa pemilu
diselenggarkan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil demi perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan
pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

Dalam konteks Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Pemilihan


Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota
dan Wakil Walikota sering kali terjadi pelanggaran (kecurangan atau
manipulasi) dengan berbagai modus operasi yang seolah-olah tidak
dapat terelakkan, ada kecurangan yang bersifat ditoleransi dan ada
sama sekali tidak bisa ditoleransikan, hal ini merupakan sebuah
problematika dalam pemilu baik dari aspek pengawasan dan
pelaksanaan/Penyelenggaraan. Oleh karena itu saya tidak setuju
jika ada kecurangan yang dapat ditoleransi karena kecurangan atau
manipulasi sekecil apapun itu merupakan pelanggaran dan setiap
pelanggara harus ditindak lanjuti karena di dalam ilmu hukum
setiap kesalahan ataupun pelanggaran harus ditindak tegas,
permasalahan pelanggaran tersebut termasuk kategori berat atau
ringan itu merupakan putusan akhir yang harus dipedomani dan
dilaksanakan.

Seperti contoh : Pertama, kasus pembersihan tanda gambar peserta


Pemilu, apabila telah memasuki masa tenang maka seluruh alat
peraga kampanye harus dibersihkan, apabila ada salah satu calon
yang masih melanggar hal itu makan harus ditindak tegas dengan
memberikan teguran secara tertulis kepada yang bersangkutan dan
menurunkan gambar tersebut. Kedua, soal pembuatan berita acara
penghitungan suara, yaitu terjadi rekayasa tertentu sehingga target
suara dapat terpenuhi. Rekayasa tertentu itu bisa berupa pemberian
sejumlah uang kepada para petugas TPS termasuk para saksi yang
diberikan makan di warung agar menyetujui berita acara yang
sudah dipersiapkan sebelumnya. Ketiga, saksi. Pada waktu
penghitungan suara para saksi ditempatkan pada posisi tertentu
sehingga tidak bisa secara jelas melihat kondisi atau keadaan surat
suara atau para saksi dari parpol dihambat sedemikian rupa
(intimidasi atau tindak kekerasan) sehingga tidak dapat hadir dan
pada gilirannya digantikan dengan saksi lain dari masyarakat yang
notabenenya adalah orang sendiri. Keempat, pengiriman berita
acara dan kotak suara dari TPS ke KPPS. Tahap ini juga rawan
karena bisa saja ditengah jalan kotak suara yang asli diganti kotak
lain atau isi kotak suara ditukar dengan surat suara lain yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Kelima, penghitungan sementara suara
untuk tingkat nasional seringkali data yang dimasukkan ke
komputer berdasarkan berita pertelepon, bukan berdasarkan data
yang tercantum di berita acara perhitungan suara. Jadi jumlah suara
yang sesungguhnya tidak akurat.

Pemilu tidak lepas dari kecurangan, dan terjadi bukan saja karena
terbukanya peluang untuk itu, tetapi juga karena kurangnya
kesadaran serta pemahaman akan peraturan perundang-undangan
yang mengaturnya sebab mencapai sesuatu sedapat mungkin
untuk menghindari kecurangan atau manipulasi tergantung
kepribadian seseorang karena apabila kecurangan telah dilakukan
satu kali, maka untuk menutupi kecurangan tersebut kita harus
melakukan kecurangan lagi. Oleh karena itu saya tidak ingin
melakukan kecurangan/Manipulasi untuk mencapai sesuatu karena
masih banyak jalan keluar lainnya dalam mencapai sesuatu tersebut
tinggal bagaimana usaha dan upaya yang akan kita lakukan menuju
kebenaran yang hakiki tersebut karena kita adalah orang yang
beragama.
Dalam menjalankan tugas sebagai Anggota BAWASLU terdapat
sesuatu peristiwa yang apabila tidak ditangani akan mengganggu
proses Penyelenggaraan Pemilu sementara dasar hukum ataupun
aturan yang melandasinya kurang jelas. Bila saya menghadapi hal
demikian tentu saja saya tetap berpedoman pada Undang-undang
atau peraturan yang ada/berlaku yang terkait dengan permasalahan
tersebut dengan tetap melakukan kerjasama tim, konsultasi dengan
pihak-pihak yang terkait dan yang kita anggap lebih mampu dan
lebih menguasai permasalahan tersebut, hal yang demikian bisa
dilihat dari kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat seperti
hukum adat misalnya, karena di Indonesia disamping hukum yang
tertulis ada juga yang tidak tertulis seperti kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan lainnya.

BAGIAN KETIGA

Kegiatan menurut saya penting yang pernah saya lakukan dalam


kehidupan sehari-hari antara lain : Bidang Sosial penyuluhan Duta
Pelajar lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh DPD KNPI Kota
Subulussalam dengan peserta perwakilan SMA/SMK se-Kota
Subulussalam, saya sebagai panitia dan moderator, kegiatan
tersebut bertujuan untuk memberikan penyuluhan betapa
pentingnya lingkungan disekitar kita yang bersih dan sehat.
Dampak para pelajar dapat mengetahui dan mensosialisaikan
kepada keluarga dan masyarakat disekitarnya pentingnya
lingkungan yang hijau dan sehat, kegiatan tersebut didukungan
oleh pemkab dalam hal ini badan Lingkungan Hidup sebagai
narasumber. Insya Allah untuk moment-moment selanjutnya ingin
melakukan hal tersebut lebih besar lagi dengan peserta dari tingkat
SD hingga PT yang ada.

Kegiatan Bidang Politik, yaitu Pendidikan Politik bagi Pemuda/i Kota


Subulussalam tahun 2014, tujuannya untuk memberikan
pemahaman dan wacana keilmuan tentang supra struktur politik
dan infra struktur politik. Peran saya sebagai panitia penyelenggara
melalui DPD KNPI Kota Subulussalam. Dampak yaitu toleransi antar
pemegang kendali politik dari partai maupun politik keorganisasian
kemasyarakatan. Kendala dari pemerintah kurang adanya respon,
namun dari kalangan muda sangat banyak respond dan pesertanya.

Dalam kegiatan dan aktivitas saya ada beberapa orang yang sangat
berperan antara lain pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah
Kota Subulussalam dan OKI/OKP, Pelajar dan Mahasiswa, karena
kegiatan yang dilaksanakan tersebut langsung menjadi objeknya
mereka sebagai peserta, oleh karena itu mereka sangat penting
terutama dalam mengabdi dan mensosialisasikan kepada
masyarakat dari hasil yang diperoleh dari kegiatan yang mereka
ikuti. Selain itu yang dijadikan sebagai narasumber, disamping
pihak-pihak terkait lainnya dari pemerintahan seperti Pengadilan
Negeri, Badan Lingkungan Hidup, dan pihak Kepolisian.

Berorganisasi merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan


orang lain, di dalam organisasi juga kita belajar bagaimana
melakukan kegiatan secara bersama-sama (team work), berbicara
dihadapan orang ramai, memimpin sidang, mencari jalan keluar
apabila menemui permasalahan, melakukan kegiatan administrasi,
pengawasan, kontrol sosial terhadap pemerintah. Sehingga
pengalaman dalam berorganisasi sangat bermanfaat apabila kelak
menjadi salah satu anggota Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)
Kota Subulussalam, sebab Bawaslu merupakan organisasi juga,
sehingga diperlukan kerjasama, kegiatan administrasi, pengawasan,
penyuluhan dan lain-lain yang telah biasa kita lakukan di dalam
organisasi sebelumnya.

Referensi hidup dan aktualisasi serta aktivitas selama sekolah dasar


hingga kini tentunya sangat membantu pembentukan karakter
seseorang, terutama saya yang sedang menjalaninya. Menjadi
anggota Badan Pengawas Pemilu Kota Subulussalam bukanlah hal
yang mudah dan ringan, namun satu keyakinan bahwa kerja jujur,
ikhlas dan siap mewakafkan jiwa dan raga untuk jalan kebaikan
merupakan modal utama dalam bekerja nantinya jika diamanahkan.

BAGIAN KEEMPAT

Dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum Pemilihan Presiden dan


Wakil Presiden,Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, Walikota dan Wakil Walikota, Pileg,anggota Bawaslu
Kabupaten/Kota juga dapat dipegaruhi oleh pihak-pihak yang
memiliki kepentingan tertentu, baik yang sejalan maupun tidak
sejalan dengan misi Bawaslu. Pihak yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam mendukung misi Bawaslu tersebut adalah Pemerintah dari
tingkat Provinsi sampai Desa, Aparat Penegak Hukum seperti
kepolisian, kejaksaan maupun Pengadilan, Komisi Pemilihan Umum
(KPU), Tim Pemantau Pemilu yang telah terdaftar secara resmi pada
pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, Perguruan Tinggi,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tokoh agama. Sedangkan
pihak-pihak yang harus diwaspadai yang dapat mengganggu misi
Bawaslu adalah oknum-oknum tertentu yang ada di dalam Partai
Politik, Tims Sukses Calon Gibernur dan Wakil Gubernur, Calon
Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota yang diusung
partai politik maupun tim sukses calon dari perseorangan yang
mempunyai kepentingan pribadi maupun kelompok dengan
melakukan kecurangan sehingga pemilu yang diharapkan aman
dan tertib dapat terganggu penyelenggaraannya.

Apabila saya terpilih menjadi anggota Bawaslu Kota Subulussalam,


maka strategi yang tepat untuk menghindari intervensi negatif dari
pihak lain adalah dengan memegang teguh atas komitmen apa
yang telah disepakati dan diatur oleh undang-undang, Peraturan,
keterbukaan, saling kerjasama dengan sesama anggota dan tim
work di internal Bawaslu itu sendiri, dan tetap menjaga integritas
dan independensi, artinya tidak akan pernah memberikan janji-janji
atau sebaliknya tidak pernah bersedia untuk menerima janji-janji
atau pemberian dari pihak manapun yang diperkirakan ada
hubungannya dengan pekerjaan di Bawaslu sehingga saya tidak
tersandera oleh kepentingan tertentu, dalam arti kata independensi
yang utuh dan berintegritas. Selanjutnya memperlakukan hal sama
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam Pemilu dan
pemegang kekuasaan.

Setiap anggota keluarga memiliki pengaruh penting pada diri saya


terutama ibu dan Suami yang selalu memperhatikan dan
mengingatkan bahwa jangan pernah berbohong apapun itu harus
selalu jujur dan adil. Keluarga merupakan bagian dari kehidupan
kita mendengarkan suara mereka terutama Ibu, Ayah dan Suami
dan yang lebih tua (senior) adalah perbuatan terpuji, namun
demikian tidak semua suara mereka dapat mempengaruhi
keputusan atau jalan yang akan saya tempuh, sepanjang suara
keluarga atau teman untuk arah yang baik maka patut untuk
didengarkan tapi apabila telah menyangkut pekerjaan apalagi
untuk melakukan kecurangan maka suara itu tidak perlu
didengarkan apalagi dilaksanakan. Sebab setiap perbuatan
memerlukan tanggungjawab dan yang bertanggungjawab adalah
diri kita sendiri di hadapan Allah SWT nantinya.

Pada prinsipnya kita harus selalu berpedoman kepada apa yang


telah di ajarkan oleh kedua orang tua kita dengan agama Islam,
baik dan buruknya selalu mereka berikan masukan ataupun teguran
untuk tidak melalukan hal yang demikian, tinggal bagaimana kita
untuk mengaplikasikannya dari kita mengetahui hal yang baik dan
buruk hingga sekarang ini.
BAGIAN KELIMA

Ketertarikan saya pada isu/masalah/praktik kepemiluan dan


demokrasi diawali sejak duduk dibangku kuliah. Ketertarikan
tersebut didorong oleh keanehan demokrasi di Indonesia saat itu,
dimana Selama orde baru, pilar-pilar demokrasi seperti partai
politik, lembaga perwakilan rakyat, dan media massa berada pada
kondisi lemah dan selalu dibayangi oleh mekanisme reccal,
sementara partai politik tidak mempunyai otonomi internal. Media
massa selalu dibayang-bayangi pencabutan surat izin usaha
penerbitan pers (SIUPP). Sedangkan rakyat tidak diperkenankan
menyelenggarakan aktivitas sosial politik tanpa izin dari
pemerintah. Praktis tidak muncul kekuatan civil society yang mampu
melakukan kontrol dan menjadi kekuatan penyeimbang bagi
kekuasaan pemerintah yang sangat dominan. Praktis demokrasi
pancasila pada masa ini tidak berjalan sesuai dengan yang dicita-
citakan, bahkan cenderung ke arah otoriatianisme atau
kediktatoran.

Kegagalan tiga partai besar dalam perannya sebagai lembaga


kontrol terhadap jalannya pemerintahan dan tidak berfungsinya
check and balance, akibat terpolanya politik kompromistis dari elite
politik, akhirnya demoktrasi yang sebenarnya tidak jalan. Demokrasi
menjadi semu. DPR tidak mencerminkan wakil rakyat yang
sesungguhnya. Terjadi kolusi, korupsi, dan nepotisme di segala
bidang kehidupan, karena kekuasaan cenderung ke arah oligarki.
Hal ini mengakibatkan terjadinya krisis kepercayaan,
menghancurkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, etika politik, moral,
hukum dasar-dasar demokrasi dan sendi-sendi keagamaan.
Khususnya di bidang politik direspon oleh masyarakat melalui
kelompok-kelompok penekan (pressure group) yang mengadakan
berbagai macam unjuk rasa yang dipelopori oleh para pelajar,
mahasiswa, dosen, dan praktisi, LSM dan politisi. Gelombang
demonstrasi yang menyuarakan reformasi semakin kuat dan
semakin meluas. Melihat fenomena tersebut, saya semakin tertarik
untuk mengikuti perkembangan demokrasi dan pemilu di Indonesia
yang sejak tahun 1999 menjadi pemilu yang paling demokratis.

Buku-buku yang pernah saya baca tentang Kepemiluan dan


Demokrasi antara lain : Kritis Meliput Pemilu Karya Hanif Suranto,
J. Judi Ramjodo, P. Bambang Wisudo. Pengawasan Pemilu
Problem dan Tantangan Penyusun Mohammad Najib, Bagus
Sarwono, Sri R. Wardaningsih. Api Pemilu Menuju Smart
Election Penulis Harun Husein, Perjalanan Panjang Pilkada
Serentak Penulis Rambe Kamarul Zaman

Dalam buku-buku tersebut memberikan pemikiran, mengurai


sejarah dan gagasan pilkada serentak, serta memberikan catatan-
catatan pilkada tahun 2015 dan rekomendasinya agar
memantapkan proses demokrasi dalam pilkada mendatang agar
lebih baik. Dari buku-buku tersebut saya anggap penting sebagai
referensi bagi semua kalangan karena membuka wawasan tentang
Demokrasi dan pengawasan dalam Kepemiluan kini dan akan
datang di Negara Kesatuan Republik Indonesia kita tercinta ini.

Selain buku-buku tentang demokrasi dan kepemiluan buku-buku


yang biasa saya baca tentu saja yang berkaitan dengan disiplin ilmu
yang saya miliki yaitu ilmu Filsafat, ada beberapa buku yang sangat
menarik dibaca yaitu Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk
Kontruksi Moral Kebangsaan Editor Siti Syamsiatun dan Nihayatul
Wafiroh; Selamatkan Indonesia oleh M. Amien Rais.

Salah satu buku demokrasi yang pernah saya baca dan saya anggap
penting adalah Civil Islam: Islam dan Demokratisasi di
Indonesia (2001, Edisi Bahasa Indonesia) karya Robert W. Hefner.
Hefner mengajak pembaca untuk meletakkan wacana “demokrasi”
pada proporsinya yang pas. Hal ini penting karena hingga sekarang,
demokrasi yang antara lain berisi nilai-nilai pluralisme, kebebasan,
persamaan, keadilan, toleransi, dan partisipasi di satu sisi
mempesona banyak orang, tapi di sisi lain juga mengundang
skeptisisme. Kelompok yang skeptis biasanya memandang
demokrasi sebagai wacana yang berasal dari Barat, yang tentu saja
tidak mungkin sesuai dengan budaya lain di luar Barat. Bahkan ada
yang menganggap bahwa demokrasi, juga civil-society (dari sini
mungkin Hefner mendapat istilah “civil-Islam”), merupakan
cangkokan dari Barat, dan bagian dari proyek imperialisme Barat
yang terselubung dengan retorika yang manis, enak, dan menarik.
Inilah kecongkakan dan kekejaman Barat yang membungkus proyek
Imperialisme dengan retorika yang indah dan luhur.

Anda mungkin juga menyukai