Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN PERTAMA

Nama lengkap yang diberikan oleh kedua orang tua kepada saya Syawir Abdullah,
dilahirkan di Bangkinang Kabupaten Kampar pada Tanggal 01 Juli 1981, saya adalah anak ke tiga
dari delapan bersaudara dari pasangan Cholis dan Jusma Wati. Saya menempuh pendidikan dari
Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah Menengah Atas (SMA) di Bangkinang, setelah menyelesaikan
Pendidikan tingkat SMA saya melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Islam Riau di
Pekanbaru.

Salah satu hobby yang saya miliki sejak tamat SMA adalah berorganisasi, beberapa
organisasi yang perna saya ikuti yaitu sebagai ketua di Organisasi Formasi Kampar, sebagai
ketua Forum Mahasiswa Kampar Se-Indonesia (FKMKI), sebagai Kepala Sekretariat Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Kampar, sebagai Anggota Perhimpunan Advokat
Indonesia (Peradi) dan sebagai Anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Kegiatan sehari-hari saya adalah sebagai Komisioner Bawaslu Kabupaten Kampar


dengan jabatan sebagai Ketua. Di luar keluarga dan lingkungan tempat saya bekerja, ada
beberapa orang yang sering berinteraksi dengan saya adalah Bapak Muhammad Indra beliau
biasa dipanggil dengan Bapak Muhammad yang merupakan Pensiunan PNS di Dinas
Perhubungan, beliau sehari-harinya merupakan pengurus masjid Al Ikhlas disekitar lingkungan
saya berada, dari beliau saya banyak belajar tentang hidup sederhana, hal ini dapat saya lihat
dari cara beliau berinteraksi dengan masyarakat yang sangat heterogen dan banyak dari
masyarakat yang sangat menyukai beliau. Selanjutnya Abdul Rahman, beliau adalah seorang
Pengusaha yang sangat fokus dalam menggapai cita-citanya, beliau sangat menyayangi dan
menghormati kedua orang tuanya, apapun yang akan beliau lakukan beliau selalu meminta izin
kepada kedua orang tunya, baginya orang tua itu adalah segalanya, selain itu beliau juga setia
kawan, suka menolong, dan sangat tangguh dalam menghadapi berbagai masalah. Dan Bapak
Budi Darmawan yang merupakan seorang Pengusaha di bidang Pertambangan, beliau adalah
sosok seorang mentor dan motivator bagi saya, teman cerita dan berdiskusi banyak hal tentang
kehidupan, selain itu beliau selalu tenang dalam menghadapi berbagai macam masalah dan
tenang dalam mengambil keputusan, beliau juga sangat menyayangi keluarganya, sesibuk
apapun beliau, selalu meluangkan waktunya untuk keluarganya.

Ada beberapa orang yang dapat dikatakan berperan dalam membentuk karakter saya
yaitu kedua orang tua saya yang bernama Cholis dan Jusma Wati, Mereka memiliki disiplin yang
tinggi, jujur, tegas dan mempunyai keinginan yang besar dalam memajukan pendidikan anak-
anaknya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seluruh saudara
kandung saya yang berjumlah delapan orang, lima orang diantaranya  menyelesaikan
pendidikan sampai perguruan tinggi, hal ini merupakan buah dari kedisiplinan dan keinginan
dari orang tua saya agar anak-anaknya menjadi orang yang berpendidikan walaupun mereka
sendiri hanya seorang pedagang namun karena didukung dan kemauan yang tinggi tersebut
saya dapat menempuh pendidikan hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Di luar keluarga, orang
menjadi acuan saya tentang nilai-nilai/karakter luhur adalah bapak Dr. Mexsasai Indra, SH.,MH
yang merupakan Dekan Fakultas Hukum Universitas Riau dan juga sebagai Ahli Hukum dibidang
Hukum Tata Negara, beliau sangat jujur, konsisten, rendah hati, tegas, berani, dan sangat peduli
terhadap sesama, dengan ketegasan dan keberanian beliau dalam megungkapkan kebenaran
dan menyatakan yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar.

Saya mempunyai keyakinan bahwa saya 97% berintegritas (bersih dari korupsi, kolusi
dan nepotisme), keyakinan saya tersebut terutama didukung oleh faktor lingkungan tempat
saya bekerja yaitu Bawaslu Kabupaten Kampar serta lingkungan keluarga yang terbiasa mandiri
dan menjalani kehidupan apa adanya, karena yang namanya manusia tidak ada yang sempurna,
3% nya dulu sewaktu saya kuliah saya pernah mengambil uang orang tua secara diam-diam
untuk membeli buku karena segan sering meminta uang untuk membeli buku kuliah, akan
tetapi kalau dalam hal pekerjaan saya yakin saya berintegritas 100%, karena selama saya
bekerja saya tidak pernah melakukan korupsi dan menerima uang dalam bentuk apapun dalam
hal pekerjaan tanpa hak.

  

 
BAGIAN KEDUA

Dalam Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah seringkali terjadiPelanggaran


(kecurangan/manipulasi) seolah-olah tidak terelakkan. Ada pelanggaran (kecurangan) yang bisa
ditoleransi dan ada pelanggaran (kecurangan/manipulasi) yang sama sekali tidak dapat
ditoleransi. Saya tidak setuju jika ada pelanggaran (kecurangan) yang dapat ditoleransi, karena
pelanggaran (kecurangan) ataupun manipulasi sekecil apapun merupakan pelanggaran dan
setiap pelanggara harus ditindaklanjuti karena di dalam ilmu hukum setiap kesalahan ataupun
pelanggaran harus ditindak, masalah pelanggaran itu termasuk kategori berat atau ringan itu
merupakan putusan akhir. Seperti kasus pada saat Kampanye, apabila telah memasuki masa
Kampanye maka peserta Kampanye harus memiliki Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP)
Kampanye yang akan diberikan kepada Bawaslu, apabila tidak ada Surat Tanda Terima
Pemberitahuan (STTP) Kampanye maka harus ditindak tegas dan memberikan teguran secara
tulisan kepada yang bersangkutan.

Mencapai sesuatu sedapat mungkin untuk menghindari pelanggaran (kecurangan atau


manipulasi) karena apabila pelanggaran telah dilakukan satu kali maka untuk menutupi
kecurangan tersebut kita harus melakukan kecurangan lagi. Oleh karena itu saya tidak ingin
melakukan kecurangan karena msih banyak jalan keluar lainnya dalam mencapai sesuatu
tersebut, tinggal bagaimana usaha yang akan kita lakukan.

Dalam kehidupan bermasyarakat seringkali kita dihadapkan pada situasi untuk


memutuskan sesuatu sementara dasar hukum yang melandasinya kurang jelas. Bila saya
menghadapi hal demikian tentu saja saya tetap berpedoman pada Undang-undang atau
peraturan yang ada hubungannya dengan permasalahan tersebut dengan tetap melakukan
konsultasi dengan pihak-pihak yang kita anggap lebih mampu dan lebih menguasai persoalan
tersebut, kalaupun demikian bisa dilihat dari kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat seperti
hukum adat misalnya, karena di Indonesia disamping hukum yang tertulis ada juga yang tidak
tertulis seperti kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan lainnya.

 
BAGIAN KETIGA

Kegiatan sosial yang pernah saya lakukan adalah kegiatan Jum’at sedekah yang
bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, pakir miskin, khususnya diwilayah
Bangkinang Kabupaten Kampar yang terdiri dari 21 Kecamatan, dalam kegiatan ini saya
merupakan sebagai donator/pelaksana Jum’at Sedekah, kegiatan ini sangat membantu
masyarakat yang kurang mampu, pakir miskin yang ada di Bangkinang Kabupaten Kampar.
Namun yang menjadi kendala adalah kegiatan ini tidak tersebar di 21 Kecamatan dan hanya
bisa dilakukan di beberapa kecamatan karena jarak tempuh yang sangat jauh dan sulit untuk
dijangkau.

Meskipun kegiatan jum’at Sedekah ini tidak tersebar di 21 kecamatan yang ada di
Kabupaten Kampar namun saya berharap kepada masyarakat yang mampu yang ada di
Kabupaten Kampar untuk meningkatkan keinginan bersedekah dan peduli terhadap sesama,
agar bisa membantu masyarakat yang kurang mampu, pakir miskin yang ada di Kabupaten
Kampar.

Berorganisasi merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan orang lain, di dalam
organisasi juga kita belajar bagaimana melakukan kegiatan secara bersama-sama (team work),
berbicara dihadapan orang ramai, memimpin sidang, mencari jalan keluar apabila menemui
permasalahan, melakukan kegiatan administrasi, pengawasan, kontrol sosial terhadap
pemerintah. Sehingga pengalaman dalam berorganisasi sangat bermanfaat apabila kelak
menjadi salah satu Anggota Badan Pengawas Pemilu Provinsi Riau, sebab Bawaslu juga
merupakan organisasi sehingga diperlukan kerjasama, kegiatan administrasi, pengawasan,
penyuluhan dan lain-lain yang telah biasa kita lakukan di dalam organisasi lainnya.

  
BAGIAN KEEMPAT 

Dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, anggota


Bawaslu juga dapat dipegaruhi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, baik yang
sejalan maupun tidak sejalan dengan misi Bawaslu. Pihak yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam mendukung misi Bawaslu adalah Pemerintah dari tingkat Provinsi sampai Desa, Aparat
Penegak Hukum seperti kepolisian, kejaksaan maupun Pengadilan, Komisi Pemilihan Umum
(KPU) terutama tingkat Provinsi, Tim Pemantau Pemilu yang telah terdaftar secara resmi pada
pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, dan  tokoh agama. Sedangkan pihak-pihak yang harus diwaspadai yang dapat
mengganggu misi Bawaslu adalah oknum tertentu yang ada di dalam Partai Politik maupun
calon perseorangan yang mempunyai kepentingan dan melakukan kecurangan sehingga pemilu
dapat terganggu.

Apabila saya terpilih menjadi anggota Bawaslu, maka strategi yang tepat untuk
menghindari intervensi negatif dari pihak lain adalah dengan tetap berlaku indefenden artinya
tidak pernah memberikan janji-janji atau sebaliknya tidak pernah bersedia untuk menerima
janji-janji atau pemberian dari pihak manapun yang diperkirakan ada hubungannya dengan
pekerjaan di Bawaslu sehingga saya tidak tersandera oleh kepentingan tertentu. Selanjutnya
memperlakukan sama terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam Pemilu dan pemegang
kekuasaan.

Setiap anggota keluarga memiliki pengaruh penting  pada diri saya, karena keluarga
merupakan bagian dari kehidupan kita. Namun demikian tidak semua suara mereka dapat
mempengaruhi keputusan atau jalan yang akan saya tempuh, sepanjang suara keluarga atau
teman untuk arah yang baik maka patut untuk didengarkan tapi apabila telah menyangkut
pekerjaan apalagi untuk melakukan kecurangan maka suara itu tidak perlu didengarkan apalagi
dilaksanakan. Sebab setiap perbuatan memerlukan tanggungjawab dan yang akan
bertanggungjawab adalah diri kita sendiri.

 
BAGIAN KELIMA 

Ketertarikan saya dengan kepemiluan dan demokrasi diawali sejak tahun 2009, waktu itu
saya mendengar cerita di sebuah warung kopi tentang permasalahan hiruk pikuk pada Pemilu
tahun 2009, banyak sekali pelanggaran-pelanggaran (kecurangan) yang dilakukan oleh para
penyelenggara Pemilu, bahkan ada beberapa orang dari penyelenggara pemilu yang terlibat
dengan orang Partai politik, menurut saya hal itu sangat tidak berintegritas, dan seolah-olah
masyarakat menilai seseorang itu bisa duduk menjadi anggota legislatif bisa di atur oleh para
penyelenggara Pemilu “politik transaksional”, hal ini mengakibatkan terjadinya krisis
kepercayaan, menghancurkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, etika politik, moral dalam Pemilu
yang domokratis. Melihat fenomena tersebut, saya semakin tertarik untuk mengikuti
perkembangan kepemiluan dan demokrasi di Indonesia.

Buku-buku tentang pemilu dan demokrasi yang pernah saya baca antara lain “Pesona
Pengawasan Pilpres Tahun 2014” yang di tulis oleh Edy Syarifuddin, S.Ag, Fitri Heriyanti,
S.IP.,M.Si, dan Rusidi Rusdan, S.Ag.,M.Pd.I yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan
Umum Provinsi Riau, selanjutnya buku “Membumikan Pengawasan Pemilu”, yang di tulis oleh
M. Afifudin, sebab di dalam buku ini membahas tentang pelaksanaan tugas-tugas pengawasan
di lapangan dan pelaksanaan pengawasan yang berjalan dengan baik, tertib, aman dan lancer.
Buku tersebut saya anggap penting karena membuka wawasan tentang demokrasi dan
berbagai inovasi model pencegahan dan pengawasan yang akan dikembangkan oleh Bawaslu.

Selain buku-buku tentang demokrasi buku-buku yang biasa saya baca antara lain yaitu
“Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi” yang di tulis oleh Moh. Mahfud MD,
namun demikian ada buku yang sangat menarik dan selalu saya baca yaitu “Politik Hukum di
Indonesia” yang di tulis oleh Moh. Mahfud MD, yang membahas tentang “jika kita ingin
membangun hukum yang responsive maka syarat pertama dan utama yang harus dipenuhi
terlebih dahulu adalah demokratisasi dalam kehidupan politik.

  

 
BAGIAN KEENAM

Bahwa keberhasilan suatu pemilu dapat kita lihat jika masyarakat sudah merasa
kepentingannya dalam kepemiluan tidak dirusak/dicederai, jika pemilu itu tidak adil atau penuh
dengan kecurangan maka masyarakat akan merasa sendi-sendi kehidupannya akan rusak, dan
sebaliknya jika pemilu itu merupakan pemilu yang adil maka masyarakat akan merasa
kepentingannya tidak dicederai dan sendi-sendi kehidupannya tidak rusak. Faktanya hari ini
terjadinya pelanggaran (kecurangan) dalam pemilu membuat masyarakat merasa
kepentingannya sudah dicedrai dan telah merusak sendi-sendi kehidupannya. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka dapat saya uraikan dalam bentuk visi dan misi saya agar
kepentingan masyarakat dalam kepemiluan tidak dicederai.

Visi dan misi saya jika terpilih menjadi anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum
Provinsi adalah mewujudkan keadilan Pemilu untuk masyarakat dan peserta Pemilu sebagai
muara pengawasan dan penegakkan hukum pemilu. Agar terwujudnya visi dan misi saya maka
saya akan melakukan beberapa hal dalam bentuk misi yang diantaranya yaitu:

1. Membangunkan kesadaran masyarakat bahwa pemilu itu merupakan milik masyarakat;


2. Membuat masyarakat memahami bahwa pemilu adalah kepentingan masyarakat yang
harus berjalan sesuai aturan hukum agar tercipta pemilu yang adil bagi semua pihak;
3. Melakukan pengawasan yang menyeluruh di semua tahapan pemilu;
4. Melibatkan banyak komponen masyarakat dalam melakukan pengawasan dan
penyadaran pemilu;
5. Melakukan langkah pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran pemilu;
6. Melakukan langkah penegakan hukum pemilu terhadap pelanggaran pemilu yang secara
hukum sudah merupakan sebuah pelanggaran pemilu;
7. Bersinergi dengan lembaga-lembaga terkait kepemiluan untuk melakukan sosialisasi;
8. Memperkuat kerjasama strategis dengan mitra kerja bawaslu dalam hal penanganan
pidanan pidana pemilu yaitu kepolisian dan kejaksaan;
9. Membuka kesempatan bagi kampus untuk membantu bawaslu dalam mengedukasi
masyarakat mengenai pemilu;
10. Membuka ruang dan peran serta tokoh masyarakat dan/atau tokoh adat untuk
berpartisipasi dalam mengedukasi masyarakat mengenai pemilu;
11. Memberikan ruang kepada tokoh agama untuk terlibat mengedukasi masyarakat
menegani pemilu;
12. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pemilu yang berkeadilan.

Penilaian saya terhadap model pengawasan pemilu saat ini adalah saya menilai bahwa
model pengawasan saat ini belum mampu membuat masyarakat merasa memiliki kepentingan
dalam Pemilu, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan
pelanggaran Pemilu kepada pihak Bawaslu dan masyarakat takut melaporkan pelanggaran-
pelanggaran Pemilu kepada Bawaslu.

Gagasan saya terkait optimalisasi kerja kepengawasan pemilu adalah melakukan


sosialisasi yang sifatnya membangun kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pemilu
bagi masyarakat dan melakukan kerjasama dengan pihak yang terkait dengan kepemiluan
secara kontiniu, terukur, tidak ada batasan waktu, dan tidak hanya sekedar MOU.
 MAKALAH
CALON ANGGOTA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
PROVINSI RIAU
 
 
 
 
 
 
OLEH
SYAWIR ABDULLAH, SH
 
 
 
 
 

 
 
ALAMAT :
JL. JENDERAL SUDIRMAN KELURAHAN BANGKINANG, KECAMATAN BANGKINANG KOTA,
KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
HP. 0852-6554-2801
 
BIODATA
 
 
 
Nama : SYAWIR ABDULLAH, SH

Jenis kelamin : LAKI-LAKI

Pekerjaan/jabatan : KETUA BAWASLU KABUPATEN KAMPAR

Tempat Lahir : BANGKINANG

tanggal lahir/umur : 01 JULI 1981 / 41 TAHUN

Alamat : JL. JENDERAL SUDIRMAN KEL. BANGKINANG


KEC. BANGKINANG KOTA KAB. KAMPAR

No. HP. : 0852-6554-2801


 

Bangkinang,   Juli 2022

 
SYAWIR ABDULLAH, SH

Anda mungkin juga menyukai