Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PEMERINTAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara


Dosen :
1. Dr. H. Utang Rosidin, SH.MH
2. Bubun Bunyamin, SH.MH

Oleh:
Ransya Ayu Zulvia, 1203050136
Muhammad Azka,1203050098
Peres Koca Ananda,1203050127
Ramdani Rosdiana Putra,1203050135

Ilmu Hukum II-C

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FALKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “SISTEM PEMERINTAHAN” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
informasi bagi para pembaca mengenai Sistem Pemerintahan.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Negara yang diamanatkan oleh Bapak Dr. H. Utang Rosidin, SH.MH dan Bapak Bubun
Bunyamin, SH.MHI. Makalah ini kami buat berdasarkan buku penunjang dan Jurnal yang
terpercaya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang
membaca makalah ini. Aamiin

Bandung, 30 Mei 2021

Ransya Ayu Zulvia

1
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2.2 Rumusan Masalah
2.3 Tujuan Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan
2.1.1 Pengertian Sistem
2.1.2 Pengertian Pemerintahan
2.1.3 Pengertian Sistem Pemerintahan
2.2 Jenis-jenis Sistem Pemerintahan
2.2.1 Sistem Pemerintahan Parlementer
2.2.2 Sistem Pemerintahan Presidensial
2.2.3 Sistem Pemerintahan Campuran (Quasi)
2.2.4 Sistem Pemerintahan Referendum
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, sistem pemerintahan menjadi salah satu
faktor penentu keberlangsungan kehidupan bernegara. Pemerintahan akan berjalan
efektif dan normal mana kala sistem yang dipilih dan digunakan sesuai dengan karakter
kondisi sosial politik negara. Jika sistem pemerintahan yang digunakan tidak sesuai maka
dipastikan akan menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Akibatnya
para pelaksana tugas pemerintahan semakin kerepotan dan kesusahan dalam menjalankan
fungsinya.
Jika dikaitkan dengan konsep sistem, maka pemerintahan adalah kesatuan unsur-
unsur yang saling berhubungan dan berfungsi dalam rangka pencapaian tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan negara tentunya adalah menjamin keberlangsungan eksistensi unsur
unsur yang ada dalam Negara tersebut. Pemerintahan dan rakyat menjadi unsur utama
penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu sistem pemerintahan dapat dikatakan
sebagai keseluruhan unsur–unsur yang terdapat dalam pemerintahan yang berfungsi dan
saling berhubungan untuk menjalankan kegiatan pemerintahan dalam rangka pencapaian
tujuan pemerintahan.
Dalam memahami sistem pemerintahan bisa diartikan dari sudut pandang sempit
dan luas. Secara sempit sistem pemerintahan diartikan sebagai penyelenggaraan
pemerintahan yang hanya dilakukan oleh legislatif. Sedangkan dari sudut pandang luas
system pemerintahan merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan tidak
hanya eksekutif melainkan juga melibatkan legislatif dan yudikatif. Sistem pemerintahan
secara sederhana diartikan sebagai tata cara penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan
negara oleh lembaga lembaga negara.
Secara teoritis sistem pemerintahan mengalami perkembangan dari klasik hingga
modern. Beberapa para ahli telah menguraikan sejarah perkembangan sistem
pemerintahan yang sudah dipraktekkan oleh berbagai negara. Mulai dari presidensial,
parlementer, campuran maupun referendum. Dari keempat pembagian sistem
pemerintahan tersebut, masing - masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Tentunya
dalam berkehidupan bernegara, maka konsekuensinya akan memilih salah satu dari
keempat sistempemerintahan tersebut.
Pengetahuan akan konsep dan teori sistem pemerintahan menjadi alasan mendasar
untuk memahami sistem pemerintahan yang telah berlangsung diberbagai negara. Salah
satunya adalah dengan mempelajari perkembangan penggunaan sistem pemerintahan
diberbagai negara pada masa –masa tertentu.

1
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dengan sistem pemerintahan?
2. Apa saja jenis jenis sistem pemerintahan

2.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu sistem pemerintahan
2. untuk mengetahui jenis-jenis sistem pemerintahan

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan

2.1.1 Pengertian Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti “hubungan yang saling
tergantung antara bagian yang satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan,
baik berasal dari alam ataupun yang diproduksi oleh manusia”. Sistem juga bisa
berarti tatanan, metode, kebiasaan ataupun prinsip. Untuk mencapai tujuan sistem,
sistem-sistem tersebut secara bersama-sama saling berhubungan. Sistem beroperasi
dalam sebuah lingkungan yang kompleks. Sistem politik dan pemerintahan
merupakan sistem yang beroperasi untuk mencapai tujuan yang bersifat politik dan
pemerintahan.

Pamudji menjelaskan definisi sistem sebagai “suatu kebulatan atau


keseluruhan yang kompleks atau terorganisasi, suatu himpunan atau perpaduan hal-
hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang
kompleks dan utuh.

Sumantri menjelaskan bahwa sistem merupakan “sekelompok bagian-bagian


yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu
bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak
dicapai tidak akan terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan
mendapat gangguan.

Menurut Kim, sistem merupakan “a system is any group of interacting,


interrelated, or interdependent parts that form a complex and unified whole that
has a specific purpose”. Kim selanjutnya mengemukakan ada empat karakteristik
sistem, yaitu:
1. System have purpose.
2. All parts must be present for system to carry out its purpose optimally.
3. The order in which the parts are arranged affects the petfotmance of a systent.
4. Systems attempt to maintain stability through feedback.

Menurut Inu Kencana, sistem merupakan kesatuan yang utuh dari suatu
rangkaian, yang kait mengait satu sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu
sistem, menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya
sampai pada bagian yang terkecil, rusaknya salah satu bagian akan mengganggu
sistem itu sendiri. Pemerintahan Indonesia adalah suatu contoh sistem

3
pemerintahan, dan anak cabangnya adalah sistem pemerintahan daerah, kemudian
seterusnya sistem pemerintahan desa/kelurahan

Pemerintah sebagai sebuah sistem harus memiliki keseimbangan dinamis,


agar sistemnya dapat bekerja dengan optimal serta mampu menjaga eksistensinya.
Keseimbangannya perlu dipelihara oleh seluruh komponen sistem tanpa kecuali.
Untuk kepentingan tersebut, maka semua anggota sistem harus “sadar sistem”,
artinya mereka harus memahami teori sistem dan bekeda secara sistemik. Semua
komponen sistem mempunyai peran fungsional, sehingga tidak perlu ada egoisme
komponen, karena merasa unitnyalah yang paling penting.

2.1.2 Pengertian Pemerintahan

Kata “pemerintah” atau “pemerintahan”, kedua kata tersebut berasal dari


kata “perintah” yang berarti sesuatu yang harus dilaksanakan. Di dalam kata
tersebut terkumpul beberapa unsur yang menjadi ciri khas dari kata “perintah”:
1. Adanya “keharusan”, menunjukkan kewajiban untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan
2. Adanya dua pihak yang memberi dan yang menerima perintah
3. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan yang menerima perintah
4. Adanya wewenang atau kekuasaan unmk memberi perintah

“Pemerintah” atau “pemerintahan” dalam bahasa Inggris dipergunakan kata


“govemment” kata yang berasal dari suku kata “to goverrt”. Tetapi “perintah” disalin
dengan “to order” atau “to command” dengan lain kata “to command” tidak
diturunkan dari “to govern”. Dari keempat ciri khas dari kata perintah di atas
mempunyai makna/pengertian yaitu: “keharusan” berarti dituangkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan; adanya “wewenang” berarti menunjukkan syahnya
perintah yang diberikan, tanpa adanya wewenang perintah dianggap tidak syah dan
hilanglah kekuatan hukum dari perintah itu. Sedangkan di beberapa negara, antara
pemerintah dan pemerintahan tidak dibedakan. Misalnya di Inggris, Inggris familiar
dengan sebutan “government”, kemudian Prancis menyebutnya sebagai
“Gouvernment”. Kedua kata tersebut disadur dari Bahasa Latin, yakni
“gubernacalum “atau yang biasa kita sebut sebagai gubernur. Dalam Bahasa Arab
sendiri disebut dengan “hukumat”, dan di Amerika Serikat disebut dengan
“administration “.

Pemerintahan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara
sendiri; jadi tidak diartikan sebagai pemerintahan yang hanya menjalankan tugas
eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan
yudikatif, sehingga sistem pemerintahan adalah pembagian kekuasaan serta
hubungan antara lembaga-lembaga negara yang menjalankan kekuasaan-kekuasaan
negara itu, dalam rangka kepenringan rakyat. Beda halnya dengan pemerintah dalam

4
arti sempit. Dalam arti sempit, pemerintah hanya meliputi lembaga yang mengurus
pelaksanaan roda pemerintahan di tataran eksekutif.

Berikut merupakan definisi pemerintahan menurut para pakar.


1. Menurut CF Strong, pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan
untuk memelihara perdamaian dan keamanan negara. Oleh karena itu, pertama
harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan mengendalikan angkatan
perang, yang kedua harus mempunyai kekuatan legislatif atau dalam arti
pembuatan undang-undang, ketiga harus mempunyai kekuatan fmansial atau
kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai
ongkos keberadaan negara dalam penyelenggaraan peraturan, hal tersebut
dalam rangka penyelenggaraan kepentingan negara.
2. Menurut Mac. Iver, Pemerintahan merupakan suatu organisasi orang-orang
yang mempunyai kekuasaan, serta bagaimana manusia itu bisa diperintah.
Artinya, pemerintahan dalam definisi Mac Iver merupakan lembaga yang
disepalcati oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan-untuk kemudian
dirumuskan dalam kebijakan dan regulasi tertentu untuk mengatur orang-orang
yang hendak dan bisa diperintah.
3. Menurut Woodrow Wilson, Pemerintah merupakan suatu pengorganisasian
kekuatan, tidak selalu berhubungan dalam organisasi kekuatan angkatan
bersenjata, tetapi dua atau sekelompok orang dari sekian banyak kelompok
orang yang dipersiapkan oleh suatu organisasi untuk mewujudkan maksud-
maksud bersama mereka, dengan hal-hal yang memberikan keterangan bagi
urusan-urusan umum kemasyarakatan.
4. Menurut W.S Sayre, pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi dari negara, yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya.
Pengertian dari Sayre tersebut otomatis menyederhanakan definisi pemerintah
dari dua palcar sebelumnya.
5. Menurut Apter, pemerintah merupakan satuan anggota yang paling umum yang
memiliki (a) mnggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang
mencakupnya, itu adalah bagian dan (b) monopoli praktis mengenai kekuasaan
paksaan.
6. Menurut Samuel Edward Finer, Pemerintah harus mempunyai kegiatan terus
menerus (process), negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang
memerintah (the duty), dan cara, metode, serta sistem (manner, method, and
system) dari pemerintah terhadap masyarakat.
7. U. Rosenthal, merumuskan bahwa pemerintahan secara umum merupakan
"keseluruhan struktur dan proses-prose,s, di dalam mana terlibat kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan yang bersifat mengikat untuk dan atas
nama kehidupan bersama" (De bestuurs-wetenschap is die wetenschap die zich
autonoom bezig houdt met de studie van de interne en externe werking van de
structuren enprocessen wan openbaar bestuur. Openbaar bestuur wordt
gedefinieerd als het geheel van structuren en processen, waarbinmen bindende
beslissingen voor en namens de samenleving getroffen worden).

5
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemerintahan merupakan kegiatan di mana di dalam nya terdapat proses terus
menerus tentang perlindungan dan penjaminan kesejahteraan masyarakat, serta
pemenuhan kebutuhan baik primer, sekunder, dan tersier yang kesemuanya dijamin
melalui mekanisme yang telah diatur oleh konsensus bersama bernama dasar negara
dan undang-undang. Pemerintahan juga merupakan kegiatan yang harus
menghendaki adanya wilayah eksklusif sebagai wujud legalitas kegiatan membangun
satu sama lain. Artinya, pemerintahan merupakan kebutuhan komunal dan kegiatan
sosial yang tinglcat kebutuhannya sudah masuk kategori penting bagi peradaban
umat manusia dewasa ini.

2.1.3 Pengertian Sistem Pemerintahan

Dalam perspektif ilmu ketatanegaraan umum (algemeine staatsclehre) yang


dimaksud dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan, baik
yang berbentuk monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan antara
pemerintah dan badan yang mewakili rakyat. Ditambahkan Mahfud MD, sistem
pemerintahan dipahami sebagai sebuah sistem hubungan tata kerja antara lembaga-
lembaga negara. Senada dengan pendapat para ahli tersebut, jimly Asshiddiqie
mengemukakan sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian regeringsdaad,
yaitu penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif dalam hubungannya dengan
fungsi legislatif.

Artinya sistem pemerintahan sendiri merupakan kesatuan ornamen


pemerintahan yang didalamnya mencakup kegiatan-kegiatan dari masing-masing
lembaga (baik legislatif, yudikatif, maupun eksekutif) terkait hubungan kegiatan satu
ke yang lainnya. Sederhananya sistem pemerintahan merupakan pemerintahan yang
terdiri dari sub-subsistem seperti presiden, senator, legislator, dan lain sebagainya,
yang satu dan lain-lainnya berkoordinasi dan saling bergandengan dalam upayanya
mencapai cita-cita negara.

Menurut sarundajang, sistem pemerintahan adalah sebutan populer dari


bentuk pemerintahan. Hal tersebut didasari dari pemikiran bahwa bentuk negara
adalah peninjauan secara sosiologis, sedangkan secara yuridis disebut bentuk
pemerintahan, yaitu sistem yang berlaku yang menentukan bagaimana hubungan
antara alat perlengkapan negara diatur oleh konstitusinya. Karena itu bentuk
pemerintahan sering dan lebih populer disebut sebagai sistem pemerintahan. Lebih
lanjut Sarundajang menghubungkan sistem pemerintahan dengan konsep sistem,
yaitu sebagai suatu susunan atau tatanan berupa suatu struktur yang terdiri dari
bagian-bagian atau komponen komponen yang berkaitan satu sama lain secara
teratur dan terencana untuk mencapai tujuan. Apabila salah satu bagian tersebut
berfungsi melebihi wewenangnya atau kurang berfungsi, maka akan mempengaruhi
komponen yang lainnya. Oleh karena itu sistem pemerintahan dapat disebut sebagai

6
keseluruhan dari susunan atau tatanan yang teratur dari lembaga-lembaga negara
yang berkaitan satu dengan yang lainnya baik langsung maupun tidak langsung
menurut suatu rencana atau pola untuk mencapai tujuan negara tersebut.

Sistem pemerintahan negara sendiri adalah sistem hubungan dan tata kerja
antara lembaga-lembaga negara, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem
pemerintahan berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya. Sistem pemerintahan ini pada era demokrasi modern dapat
dibagi dalam tiga kelas, tergantung pada hubungan antara organ-organ
pemerintahan yang mewakili tiga fungsi yang berbeda, yaitu: pertama,
pemerintahan rakyat melalui perwakilan dengan sistem parlementer. Kedua,
pemerintahan rakyat melalui perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan atau
sistem presidensial. Ketiga, pemerintahan rakyat melalui perwakilan dengan disertai
pengawasan langsung oleh rakyat.

2.2 Jenis-jenis Sistem Pemerintahan

2.2.1 Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan di mana hubungan


antara eksekutif dan legislatif sangat erat. Hal ini bertolak dari adanya
pertanggungjawaban para menteri terhadap parlemen. Maka setiap kabinet
dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari
parlemen. Dengan demikian kebijakan pemerintah atau kabinet tidak boleh
menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen. Parlemen memiliki
wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan menjatuhkan pemerintahan
dengan cara mengeluarkan mosi tidak percaya Dalam sistem parlementer, jabatan
kepala pemerintahan dan kepala negara di bedakan dan dipisahkan satu sama lain.
Kedua jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan itu, pada hakikatnya, sama-
sama merupakan cabang kekuasaan eksekutif. Negara yang menganut sistem
parlementer di antaranya adalah Inggris, Belanda, Malaysia, Thailand, Jennan, India,
dan Singapura.
Ciri-ciri dalam sistem parlementer, yaitu sebagai berikut.
A. Kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena lebih
bersifat simbol nasional (pemersatu bangsa).
B. Pemerintahan dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri.
C. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen, dan dapat dijatuhkan oleh
parlemen melalui mosi tidak percaya.
Kedudukan eksekutif (kabinet) lebih rendah dari parlemen, karena itu dia
bergantung pada parlemen. Karena posisi kabinet yang lemah, maka untuk
mengimbangi kekuasaan, kabinet dapat meminta kepada Kepala negara untuk

7
membubarkan parlemen dengan alasan parlemen dinilai tidak representatif. Kalau
itu yang terjadi, maka dalam waktu yang relatif pendek kabinet harus
menyelenggarakan pemilu untuk membentuk parlemen baru.

S.L Witman dan J.J Wuest menjabarkan ciri-ciri parlementer sebagai


berikut.
A. It is base upon diffusion of power principle. (Hal tersebut berdasarkan atas
prinsip-prinsip pembagian kekuasaan).
B. There is mutual responsibility between the executive and the legislature,
hence the executive may dissolve the legislature or the must resign together
with the rest of the cabinet when his policies are not longer accepted by the
majority of the membership legislature. (di mana terjadi tanggung jawab
berbalas-balasan antara eksekutif dan legislatif, oleh karena itu. Pihak eksekutif
boleh membubarkan parlemen (legislatif) atau sebaliknya eksekutif sendiri yang
harus meletakkan jabatan bersama-sama kabinetnya yaitu di waktu
kebijaksanaan pemerintah tidak lagi dapat diterima oleh kebanyakan suara para
anggota sidang yang ada parlemen (legislatif) tersebut).
C. There is also mutual responsibility between the executive and the cabinet.
(dalam hal ini juga terjadi pertanggung jawaban bersama (timbal balik) .tara PM
dengan kabinetnya).
D. The executive (prime minister, premier, or chancelor) is chosen by the titular
head of state (Monarch of president), according to the support of the majority
in the legislature. (pihak eksekutif (baik PM maupun menteri secara
perseorangan) terpilih sebagai kepala pemerintahan dan pemegang masing-
ma.sing departemen negara, sesuai dengan dukungan suara mayoritas
parlemen).

Sistem Parlementer mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah


sebagai berikut.
A. Dalam sistem parlementer apabila ada ancaman kemandegan hubungan antara
eksekutif dan legislatif selalu menemukan jalan keluar karena parlemen dapat
membuat mosi terhadap eksekutif.
B. Sistem parlementer dipandang lebih fleksibel karena tidak ada pembatasan
masa jabatan yang pasti. Sepanjang parlemen masih memberikan dukungan
terhadap eksekutif, maka eksekutif dapat terus bekerja, namun sebaliknya
apabila parlemen tidak memberikan dukungannya, maka kabinet akan jatuh.
Sistem ini memberikan fleksibilitas untuk mengubah atau mengganti
pemerintahan dengan cepat ketika keadaan atau kegagalan eksekutif yang
menuntut kepemimpinan baru.
C. Sistem parlementer lebih demokratis karena kabinet yang dibentuk adalah
koalisi dari berbagai partai yang ada di parlemen.

Sistem Parlementer di samping mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan.


Kelemahannya adalah sebagai berikut.

8
A. Dalam sistem pemerintahan parlementer identik dengan instabilitas eksekutif.
Karena adanya ketergantungan kabinet pada mosi tidak percaya legislatif.
B. Pemilihan kepala eksekutif tidak dilakukan secara langsung oleh rakyat, tetapi
oleh partai politik.
C. Tidak adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif dan eksekutif.
Hal ini dapat membahayakan kebebasan individu.

2.2.2 Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada


jabatan presiden sebagai kepala pemerintahan (head of govemment) sekaligus
sebagai kepala negara (head of state). Dalam sistem ini, badan eksekutif yang
diwalcili oleh presiden, tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif, yang jika
dicontohkan dalam sistem pemerintahan Indonasia diwakilkan oleh DPR. Kedudukan
badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Sistem presidensial
dapat dikatakan pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem
pemisahan kekuasaan secara tegas. Pemisahan antara kekuasan eksekutif dengan
legislatif diartikan bahwa kekuasaan eksekutif ini dipegang oleh suatu badan atau
organ yang di dalam menjalankan tugas tersebut tidak bertanggung pada badan
perwakilan rakyat. Badan Perwakilan rakyat ini menurut Montesquieu memegang
kekuasaan legislatif, sehingga bertugas membuat dan menentukan peraturan-
peraturan hukum.

Dengan demikian, pimpinan badan eksekutif ini diserahkan kepada seseorang


yang di dalam hal pertanggung jawabannya sifatnya sama dengan badan perwakilan
rakyat, yaitu bertanggung jawab langsung kepada rakyat, jadi tidak perlu melalui
badan perwakilan rakyat. Sehingga kedudukan badan eksekutif adalah bebas dari
badan perwakilan rakyat. Presiden dalam arti yang sebenarnya dalam menjalankan
tugasnya presiden dibantu oleh menteri-menteri. Oleh karena itu, menteri harus
bertanggung jawab kepada presiden, dan menteri tidak bertanggung jawab kepada
badan perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat tidak bisa memberhentikan
presiden atau menteri, meskipun badan perwakilan tidak menyetujui kebijakan-
kebijakan para menteri tersebut. Jadi, yang bertanggung jawab atas pelalcsan.n
tugas yang diberikan presiden kepada menteri adalah presiden sendiri.

Dalam konsep sistem presidensial yang utama adalah bahwa kedudukan


antara lembaga eksekutif dan legislatif adalah sama kuat. Untuk lebih jelasnya
berikut ciri-ciri sistem presidensial.
Ciri-ciri atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem Presidensial adalah:
a. Kepala negara menjadi kepala pemerintahan (eksekutif);
b. Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen, namun bertanggung
jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat;
c. Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden;
d. Elcsekutif dan legislatif sama-sama kuat;

9
e. Anggota parlemen tidak boleh mendudulci jabatan eksekutif dan begitu pula
sebaliknya; presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen;
f. Presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan
ek.kutif bertanggung jawab kepada konstitusi.
S.L Witman dan J.J Wuest juga mengemukakan empat ciri kabinet presidensial
sebagai berikut.
A. It is based upon the separation of power principles.
Hal tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip pemisahan kekuasaan.
B. The executive has no power to dissolve the legislature nor must he resign
when he loses the sup of the majority of it’s membership.
(Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan membubarkan parlemen dan juga tidak
mesti berhenti sewaktu kehilangan dukungan dari mayoritas anggota
parlemen).
C. There is no mutual responsibility between the presiden and his cabinet, the
latter is, wholly responsible to the chief executive.
(Dalam hal ini, tidak ada tanggung jawab yang beralasan antara presiden dan
kabinetnya, karena pada alchirnya seluruh tanggung jawab sama sekali tertuju
pada presiden (sebagai kepala pemerintahan).
D. The executive is chosen by the electorate.
(presiden terpilih langsung oleh para pemilih.
Adapun Jimly Asshiddiqie mengemukakan sembilan karakter pemerintahan
presidensial sebagai berikut.
1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif
dan legislatif.
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak
terbagi dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
3. Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala
negara aclalah sekaligus kepala pemerintahan.
4. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan
yang bertanggung jawab kepadanya.
5. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demilcian pula
sebaliknya.
6. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen.
7. Berlaku prinsip supremasi konstitusi, karena itu pemerintah eksekutif
bertanggung jawab kepada konstitusi.
8. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat.
9. Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat.

Dalam sistem pemerintahan presidensial ditegaskan harus ada pemisahan


kekuasaan perundang-undangan dan kekuasaan pemerintahan. Apabila ternyata di
kemudian hari ada perselisihan antara badan eksekutif dan legislatif, maka badan
yudikatif akan memutuskannya. Keberadaan sistem presidensial mempunyai

10
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah bahwa sistem presidensial lebih
menjamin stabilitas pemerintahan. Sedangkan kekurangannya, sistem ini cenderung
menempatkan eksekutif sebagai bagian kekuasaan yang sangat berpengaruh karena
kekuasaannya cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan konstitusional
untuk mengurangi dampak negatif atau kelemahan yang dibawa sejak lahir oleh
sistem presidensial tersebut.

Secara umum sistem presidensial mempunyai tiga kelebihan dan tiga kekurangan.
Kelebihannya adalah sebagai berikut.
a. Stabilitas eksekutif yang didasarkan pada masa jabatan presiden.
b. Pemilihan kepala pemerintahan oleh rakyat dapat dipandang Iebih demokratis
dari pada pemilihan tidak langsung.
c. Pemisahan kekuasaan berarti pemerintahan yang dibatasi (perlindungan
kebebasan individu atas tirani pemerintah).

Sistem presidensial di samping mempunyai kelebihan juga mempunyai


kelemahan. Kelemahannya adalah sebagai berikut.
a. Kemandegan atau konflik eksekutif-legislatif bisa berubah menjadi jalan buntu,
adalah akibat dari koeksistensi dari dua badan independen yang diciptakan oleh
pemerintahan presidensial yang mungkin bertentangan.
b. Masa jabatan presiden yang pasti menguraikan periode-periode yang dibatasi
secara kaku dan tidak berkelanjutan, sehingga tidak memberikan kesempatan
untuk melakukan berbagai penyesuaian yang dikehendaki oleh keadaan.
c. Sistem ini berjalan atas dasar aturan “pemenang menguasai semua” yang
cenderung membuat politik demokrasi sebagai sebuah permainan dengan
semua potensi konfliknya.

2.2.3 Sistem Pemerintahan Campuran (Quasi)

Sistem campuran atau quasi adalah sistem pemerintahan yang memadukan


kelebihan dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Dalam sistem ini
diusahakan hal-hal yang terbaik dari kedua sistem pemerintahan tersebut. Dalam
sistem pemerintahan ini, selain memiliki Presiden sebagai Kepala Negara, juga
memiliki Perdana Menteri sebagai kepala Pemerintahan untuk memimpin kabinet
yang bertanggungjawab kepada parlemen. Bila presiden tidak diberi posisi dominan
dalam sistem pemerintahan ini, presiden tidak lebih dari sekedar lambang dalam
pemerintahan. Akan tetapi presiden tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen, bahkan
presiden dapat membubarkan parlemen.
Sistem ini diusahakan hal – hal yang terbaik dari sistem pemerintahan
parlementer dan sistem pemerintahan presidesial. Sistem ini terbentuk dari sejarah
perjalanan pemerintahan suatu negara. Seperti halnya presidensial dan
parlementer, keuntungan dengan penggunaan istilah sistem pemerintahan
campuran yaitu dapat menimbulkan kesan bahwa jenis sistem pemerintahan

11
terakhir ini masih mempunyai hubungan yang erat dengan sistem pertama
(parlementer) dan sistem kedua (presidensiil) yang kesemuanya itu berada dalam
kerangka sistem politik demokrasi liberal atau demokrasi modern.
Negara-negara yang menganut sistem campuran ini, ada yang menonjol
sifat presidensialnya, sehingga dinamakan quasi presidensial, seperti yang
dipraktikkan di Republik Perancis mempunyai Presiden dan Perdana Menteri
sekaligus, Presiden bertindak sebagai kepala Negara yang dipilih langsung oleh
rakyat, sedanglcan perdana menteri diangkat oleh presiden dari partai politik atau
gabungan partai politik yang menguasai kursi mayoritas di parlemen. Dalam sistem
ini, yang lebih utama adalah presiden, sehingga dapat dikatakan bahwa elemen
sistem parlementer dicangkokkan ke dalam sistem presidensial. Karena itu, pada
pokoknya sistem ini dapat juga disebut sebagai sistem quasi presidensial
Ada juga yang lebih menonjol sifat parlementernya sehingga dinamakan
quasi parlementer. Seperti yang dipraktikkan di Jerrnan, India, dan Singapura, di
negara-negara ini yang lebih menonjol adalah sistem parlementernya. Di Singapura,
ciri yang utamanya adalah sistem pemerintahan parlementer dengan menerapkan
model “eksekutif ganda” (dual executive) di Ungan presiden dan perdana menteri,
akan tetapi kedudukan presiden hanya simbolik. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa sistem pemerintahan campuran adalah sistem pemerintahan yang
memadukan sistem pemerintahan pre.sidensial dan parlementer. Jika lembaga
eksekutif yang lebih dominan, maka disebut semi presidensial, tetapi jika parlemen
yang lebih dominan, maka disebut dengan semi parlementer.

2.2.4 Sistem Pemerintahan Referendum

Sistem pemerintahan referendum adalah sebuah sistem pemerintahan


dengan pengawasan langsung oleh rakyat terhadap badan legislatif atau sistem
Swiss. Dalam sistem referendum parlemen tunduk kepada kontrol langsung oleh
rakyat. Di dalam sistem pemerintahan referendum, badan eksekutif merupakan
bagian dari badan legislatif. Di Swiss badan eksekutif di sebut bundesrat (badan
bekerja legislatif) sedangkan legislatif disebut bundesversammlung. Dalam sistem ini,
badan legislatif membentuk sub badan di dalamnya sebagai pelaksana tugas
pemerintah.

Lembaga eksekutif (bundesrat) adalah badan pekerja dari lembaga legislatif


(bundesversammlung) yang dibentuk oleh lembaga legislatif sebagai pelaksana tugas
pemerintah. Kontrol terhadap lembaga legislatif dalam sistem ini dilakukan langsung
oleh rakyat melalui lembaga referendum. Dengan demikian apabila eksekutif dalam
menjalankan tugas atau kebijakannya tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
legislatif, maka eksekutif tidak mempunyai kebebasan lagi untuk meneruskan apa
yang menjadi kehendaknya, atau tidak sama sekali bekerja, melainkan eksekutif
harus mengubah sikapnya dan harus menjalankan apa yang menjadi kehendak
legislatif.

12
Legislatif ini terdiri dari nationalrat dan standerat. Nationalrat merupakan
badan perwakilan nasional, sedangkan standerat merupakan perwalcilan daripada
negara-negara bagian yang di sebut kanton. Dengan demikian, eksekutif (bundesrat)
tidak dapat dibubarkan oleh legislatif (bundesversammlung). Dalam sistem ini
eksekutif (standerat) semata-mata hanya menjadi badan pelaksana saja dari segala
kehendak atau keputusan legislatif (bundesversammlung), dalam hal ini, di antara
anggota-anggota legislatif itu ditunjuk tujuh orang, yang kemudian ketujuh orang ini
merupalcan suatu badan yang bertugas melaksanakan keputusan-keputusan dari
legislatif. Dengan demikian anggota-anggota eksekutif (standerat) itu diambil dari
sebagian anggota-anggota legislatif (bundesversammlung).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sistem pemerintahan referendum


adalah pelaksanaan pemerintahan didasarkan pada pengawasan secara langsung
oleh rakyat, terutama kebijakan yang telah, sedang, atau yang akan dilaksanakan
oleh badan eksekutif atau legislatif. Sistem pemerintahan referendum adalah variasi
dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial di mana tugas pembuat
undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak. Di dalam
pengawasan ini dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu:
a. Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk
memberikan keputusan setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan yang
ditempuh oleh Parlemen atau setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan yang
dimintakan persetujuannya kepada rakyat. Lebih lanjut Abu Daut Busroh
menyatakan, ada tiga macam referendum referendum yang dilakukan oleh
masyarakat, yaitu berikut ini.
1) Referendum wajib (referendum obligator)
Yaitu referendum untuk menentukan disetujui atau tidaknya suatu
peraturan atau undang-undang baru yang dibuat oleh Parlemen melalui
suara terbanyak dari rakyat. Referendum semacam ini dilakukan terhadap
undang-undang yang menyangkut hak-hak rakyat.
2) Referendum tidak wajib (referendum fakultatif)
Yaitu referendum untuk menentukan apakah suatu undang-undang yang
dibuat oleh parlemen setelah diumumkan, beberapa kelompok masyarakat
yang berhak meminta disahkan melalui referendum. Ini biasanya dilakukan
terhadap undang-undang biasa.
3) Referendum konsultatif
Yaitu referendum untuk masalah-masalah tertentu yang teknisnya rakyat
tidak tahu.

b. Usul Inisiatif Rakyat


Usul Inisiatif Rakyat adalah hak rakyat untuk mengajukan suatu rancangan
undang-undang kepada parlemen dan pemerintah. Sistem referendum ini
menurut Ni”matul Huda, ciri-ciri utamanya adalah:
a. Menteri-menteri dipilih oleh parlemen;

13
b. Lamanya masa jabatan eksekutif ditentukan dengan pasti dalam konstitusi;
c. Menteri-menteri tidak bertanggung jawab baik kepada parlemen maupun
kepada presiden.

Ciri yang pertama adalah merupakan ciri pokok dari sistern parlementer.
Sedangkan ciri yang kedua adalah merupakan ciri pokok dari sistem presidensial.
Ciri yang ketiga adalah ciri yang tidak terdapat baik dalam sistem presidensial
maupun dalam sistem parlementer. Justru ciri yang ketiga inilah merupakan
konsekuensi dari dianutnya ciri pertama dan kedua secara bersama-sama.

14
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Sistem merupakan “sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat
menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau
setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan.
2. Pemerintahan merupakan kegiatan di mana di dalam nya terdapat proses terus
menerus tentang perlindungan dan penjaminan kesejahteraan masyarakat, serta
pemenuhan kebutuhan baik primer, sekunder, dan tersier yang kesemuanya dijamin
melalui mekanisme yang telah diatur oleh konsensus bersama bernama dasar negara
dan undang-undang.
3. Sistem pemerintahan negara sendiri adalah sistem hubungan dan tata kerja antara
lembaga-lembaga negara, eksekutif, legislatif, dan yudikatif
4. Jenis-jenis Sistem Pemerintahan
● Sistem Pemerintahan Parlementer
● Sistem Pemerintahan Presidensial
● Sistem Pemerintahan Campuran (Quasi)
● Sistem Pemerintahan Referendum

3.2 SARAN
Dalam penggunaan sistem pemerintahan, sebaiknya disarankan untuk menyesuaikan
latar belakang sejarah dan situasi politik kenegaraan yang mendukung dalam
penggunaan sistem pemerintahan. Hal ini maksudkan agar sistem pemerintahan yang
digunakan sesuai dengan kehendak dan kebutuhan politik negara demi mencapai tujuan
yang dinginkan oleh negara

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Rendy., Alfian, Yani., & Rusdia,Ujud., 2018. Sistem Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish Publisher

Anangkota, Muliadi. (2017) KLASIFIKASI SISTEM PEMERINTAHAN Perspektif Pemerintahan Modern


Kekinian . Jurnal Ilmu Pengetahuan, Vol.3 No.2

Mariana, D., Paskalina, C., & Yuningsih, N. Y. (2007). Perbandingan Pemerintahan. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Sarundajang, S. H. (2012). Babak Baru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.

Syafiie, I. K. (2011). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.

15

Anda mungkin juga menyukai