Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PEMERINTAH NEGARA MENURUT DEMOKRASI PANCASILA

MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Pancasila
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Fitri Susanti, MT

Di Susun Oleh :
Pusika
(21-001-1969)
Umi Rati
(21-001-1969)
Ratna Sari
(21-001-1988)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN ILMU TARBIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
RAUDHATUL ULUM
(STITRU)
2020/1442

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan ridho dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Pemerintah Negara Menurut Demokrasi Pancasila”
ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan Allah SWT dan ustadz Fitri Susanty, MT, untuk itu dalam kesempatan ini
kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik, oleh
karna itu kami mohon untuk masukan dan saran guna menyempurnakan makalah
ini. Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamu’alaikum, wr,wb

Pengabuan, November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH ................................................................................................ I


KATA PENGANTAR ............................................................................................ II
DAFTAR ISI ......................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Sistem ......................................................................................... 2
B. Pengertian Pemerintah ................................................................................. 4
C. Pengertian Sistem Pemerintahan .................................................................. 7
D. Pengertian Negara ........................................................................................ 9
E. Sistem Pemerintahan Demokrasi berdasarkan Pancasila ........................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

III
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pemerintahan Indonesia merupakan sebuah kesatuan perihal
bagaimana sub-subsistem dalam pemerintahan Indonesia seperti Lembaga
eksekutif (presiden), legislatif (MPR/DPR/DPD), yudikatif (Mahkamah
Konstitusi, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial) ditambah dengan komisi-
komisi serta badan-badan penunjang pemerintah serta pemerintah daerah
hingga desa, bekerja sama saling mengaitkan satu sama lain demi terwujudnya
alur birokrasi maupun kebijakan yang berguna bagi sebesar besarnya
pencapaian cita-cita bangsa Indonesia. Buku ini kemudian mencoba
menghadirkan secara sistematis dan komprehensif terkait pengertian sistem,
penjelasan dalam bentuk pengantar tentang pemerintahan dan negara, hingga
Lembaga-lembaga seperti apa yang menunjang konstelasi pemerintahan
Indonesia baik sejak masa pemerintahan Soekarno, rezim orde baru, hingga
masa reformasi. Buku ini diharapkan menjadi pengantar bagi para pembaca
untuk mampu mengenali institusi-institusi ketatanegaraan yang menyokong
sistem pemerintahan di Indonesia, agar kemudian pembaca dapat memaknai
pemerintahan Indonesia sebagai suatu keniscayaan demi tercapainya
efektivisme birokrasi dan alat pencapaian perjuangan sebagai amanat konstitusi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sistem
2. Pengertian Pemerintah
3. Pengertian Sistem Pemerintahan
4. Pengertian Negara
5. Sistem Pemerintahan Demokrasi berdasarkan Pancasila

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem1
Dalam berbagai aspek kehidupan, kita kerap dihadapkan dengan
terminologi-terminologi yang berkaitan dengan sistem. Kita mengenal sistem
ketatanegaraan, sistem pemerintahan, sistem politik, sistem pemerintahan,
bahkan pula sistem dalam spektrum yang lebih aplikatif seperti halnya sistem
informasi, sistem mekatronika dan lain sebagainya. Istilah tersebut mengacu
pada bagaimana suatu sub-sub sistem, saling mengaitkan satu sama lain untuk
kemudian membentuk suatu sistem tunggal yang terdiri dari subsistem
berkaitan satu sama lain. Sistem merupakan koordinasi, kerja sama, serta
kesinambungan antara satu subsistem dengan subsistem lain.
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti “hubungan yang saling
tergantung antara bagian yang satu dengan yang lainnya membentuk satu
kesatuan, baik berasal dari alam ataupun yang diproduksi oleh manusia”
(Brockhaus, 1973). Sistem juga bisa berarti tatanan, metode, kebiasaan ataupun
prinsip. Untuk mencapai tujuan sistem, sistem-sistem tersebut secara bersama-
sama saling berhubungan. Sistem beroperasi dalam sebuah lingkungan yang
kompleks, dan melanjutkan penjelasan pada alinea sebelumnya, masing-masing
sistem memiliki karakteristik dan elemen elemen yang spesifik sesuai dengan
jenis sistemnya. Sistem politik dan pemerintahan merupakan sistem yang
beroperasi untuk mencapai tujuan yang bersifat politik dan pemerintahan,
sistem ekonomi merupakan sistem yang beroperasi untuk mencapai tujuan yang
sifatnya ekonomi, demikian pula sistem informasi merupakan sistem yang
bertujuan untuk mencapai tujuan efektifitas penyampaian informasi.
Melengkapi pernyataan sebelumnya, Pamudji juga menjelaskan definisi
sistem sebagai “suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau
terorganisasi, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian bagian yang
membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan utuh. Dan

1
Adiwilaga, R. Sistem Pemerintah Indonesia. (Bandung: CV Budi Utama).hal.1-3

2
dalam pengertian lain, Sumantri juga menjelaskan bahwa sistem merupakan
“sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan
suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan
tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau setidak-
tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan.
Definisi sistem lainnya dikemukakan oleh Kim, menurutnya, sistem
merupakan "a system is any group of interacting, interrelated, or interdependent
parts that form a complex and unified whole that has a specific purpose". Kim
selanjutnya mengemukakan ada empat karakteristik sistem, yaitu:
1. System have purpose
2. All parts must be present for a system to carry out its purpose optimally
3. The order in which the parts are arranged affects the performance of a
system
4. Systems attempt to maintain stability through feedback.
Terakhir, Inu Kencana memaparkan definisi sistem. Menurutnya sistem
merupakan kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian, yang kait mengait satu
sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem, menjadi induk sistem dari
rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya sampai pada bagian yang terkecil,
rusaknya salah satu bagian akan mengganggu sistem itu sendiri. Pemerintahan
indonesia adalah suatu contoh sistem pemerintahan, dan anak cabangnya adalah
sistem pemerintahan daerah, kemudian seterusnya sistem pemerintahan
desa/kelurahan.
Dalam perspektif pemerintahan, rasanya pengertian dari Sumantri lebih
mendekati cocok mengingat sistem pemerintahan merupakan sebuah bagian-
bagian yang saling mengisi dan saling mengoreksi satu sama lain. Ihwal jika
eksekutif tidak diawasi oleh legislatif, maka akan hadir pemerintahan yang
otoriter, pun halnya jika legislatif berkuasa tanpa eksekutif, perselisihan-
perselisihan antar fraksi akan sulit dihindari dan negara akan berada pada
kondisi yang tidak stabil. Pusat pun kemudian akan kewalahan jika daerah tidak
mampu mengemban tugasnya sebagai kepanjangan tangan pusat. Jika daerah
mengalami gejolak, pusat pun akan menerima imbas nya karena pusat

3
merupakan representasi kebijakan negara secara keseluruhan. Artinya, sistem
merupakan satu hal yang saling terkait demi suatu tujuan bersama.
Pemerintah sebagai sebuah sistem harus memiliki keseimbangan dinamis,
agar sistemnya dapat bekerja dengan optimal serta mampu menjaga
eksistensinya. Keseimbangannya perlu dipelihara oleh seluruh komponen
sistem tanpa kecuali. Untuk kepentingan tersebut, maka semua anggota sistem
harus "sadar sistem", artinya mereka harus memahami teori sistem dan bekerja
secara sistemik. Semua komponen sistem mempunyai peran fungsional,
sehingga tidak perlu ada egoisme komponen, karena merasa unitnyalah yang
paling penting.

B. Pengertian Pemerintah2
Jika dilihat dari pendekatan segi bahasa kata “pemerintah” atau
“pemerintahan”, kedua kata tersebut berasal dari kata “perintah” yang berarti
sesuatu yang harus dilaksanakan. Di dalam kata tersebut terkumpul beberapa
unsur yang menjadi ciri khas dari kata “perintah”:
1. Adanya “keharusan”, menunjukkan kewajiban untuk melaksanakan apa
yang diperintahkan;
2. Adanya dua pihak yang memberi dan yang menerima perintah;
3. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan yang menerima
perintah
4. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memberi perintah;
“Pemerintah” atau “pemerintahan” dalam bahasa Inggris dipergunakan kata
“government” kata yang berasal dari suku kata “to govern”. Tetapi “perintah”
disalin dengan “to order” atau “to command” dengan lain kata “to command”
tidak diturunkan dari “to govern”. Dari keempat ciri khas dari kata perintah di
atas mempunyai makna/pengertian yaitu: “keharusan” berarti dituangkan dalam
bentuk peraturan perundang undangan; adanya “wewenang” berarti
menunjukkan syahnya perintah yang diberikan, tanpa adanya wewenang

2
Ibid.hal.3-6

4
perintah dianggap tidak syah dan hilanglah kekuatan hukum dari perintah itu.
Sedangkan di beberapa negara, antara pemerintah dan pemerintahan tidak
dibedakan. Misalnya di Inggris, Inggris familiar dengan sebutan “government”,
kemudian Prancis menyebutnya sebagai “Gouvernment”. Kedua kata tersebut
disadur dari Bahasa latin, yakni “gubernacalum” atau yang biasa kita sebut
sebagai gubernur. Dalam Bahasa arab sendiri disebut dengan “hukumat”, dan
di Amerika Serikat disebut dengan “administration”.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
negara sendiri; jadi tidak diartikan sebagai pemerintahan yang hanya
menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas tugas lainnya
termasuk legislatif dan yudikatif, sehingga sistem pemerintahan adalah
pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga lembaga negara yang
menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu, dalam rangka kepentingan
rakyat. Beda halnya dengan pemerintah dalam arti sempit. Dalam arti sempit,
pemerintah hanya meliputi lembaga yang mengurus pelaksanaan roda
pemerintahan di tataran eksekutif.
Menurut CF Strong, pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan
untuk memelihara perdamaian dan keamanan negara. Oleh karena itu, pertama
harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan mengendalikan angkatan
perang, yang kedua harus mempunyai kekuatan legislatif atau dalam arti
pembuatan undang-undang, ketiga harus mempunyai kekuatan finansial atau
kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai
ongkos keberadaan negara dalam penyelenggaraan peraturan, hal tersebut
dalam rangka penyelenggaraan kepentingan negara.
Menurut Mac. Iver, Pemerintahan merupakan suatu organisasi orang orang
yang mempunyai kekuasaan, serta bagaimana manusia itu bisa diperintah (Iver,
1947: 26). Artinya, pemerintahan dalam definisi Mac Iver merupakan lembaga
yang disepakati oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan-untuk kemudian
dirumuskan dalam kebijakan dan regulasi tertentu untuk mengatur orang-orang
yang hendak dan bisa diperintah.

5
Menurut Woodrow Wilson, Pemerintah merupakan suatu pengorganisasian
kekuatan, tidak selalu berhubungan dalam organisasi kekuatan angkatan
bersenjata, tetapi dua atau sekelompok orang dari sekian banyak kelompok
orang yang dipersiapkan oleh suatu organisasi untuk mewujudkan maksud-
maksud bersama mereka, dengan hal-hal yang memberikan keterangan bagi
urusan urusan umum kemasyarakatan.
Menurut W.S Sayre, pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi dari negara, yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya.
Pengertian dari Sayre tersebut otomatis menyederhanakan definisi pemerintah
dari dua pakar sebelumnya.
Menurut Apter, pemerintah merupakan satuan anggota yang paling umum
yang memiliki (a) tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang
mencakupnya, itu adalah bagian dan (b) monopoli praktis mengenai kekuasaan
paksaan.
Menurut Samuel Edward Finer, Pemerintah harus mempunyai kegiatan
terus menerus (process), negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat
yang memerintah (the duty), dan cara, metode, serta sistem (manner, method,
and system) dari pemerintah terhadap masyarakat.
U. Rosenthal merumuskan bahwa pemerintahan secara umum merupakan
“keseluruhan struktur dan proses-proses, di dalam mana terlibat kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan yang bersifat mengikat untuk dan atas
nama kehidupan bersama” (De bestuurs-wetenschap is die wetenschap die zich
autonoom bezig houdt met de studie van de interne en externe werking van de
structuren enprocessen wan openbaar bestuur. Openbaar bestuur wordt
gedefinieerd als het geheel van structuren en processen, waarbirnnen bindende
beslissingen voor en namens de samenleving getroffen worden).
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemerintahan merupakan kegiatan di mana di dalam nya terdapat proses terus
menerus tentang perlindungan dan penjaminan kesejahteraan masyarakat, serta
pemenuhan kebutuhan baik primer, sekunder, dan tersier yang kesemuanya
dijamin melalui mekanisme yang telah diatur oleh konsensus bersama bernama

6
dasar negara dan undang-undang. Pemerintahan juga merupakan kegiatan yang
harus menghendaki adanya wilayah eksklusif sebagai wujud legalitas kegiatan
membangun satu sama lain. Artinya, pemerintahan merupakan kebutuhan
komunal dan kegiatan sosial yang tingkat kebutuhannya sudah masuk kategori
penting bagi peradaban umat manusia dewasa ini.

C. Pengertian Sistem Pemerintahan3


Dalam perspektif ilmu ketatanegaraan umum (algemeine staatslehre) yang
dimaksud dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan, baik
yang berbentuk monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan antar
pemerintah dan badan yang mewakili rakyat. Ditambahkan Mahfud MD, sistem
pemerintahan dipahami sebagai sebuah sistem hubungan tata kerja antar
lembaga-lembaga negara. Senada dengan pendapat para ahli tersebut, Jimly
Asshiddiqie mengemukakan, sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian
regeringsdaad, yaitu penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif dalam
hubungannya dengan fungsi legislatif.
Artinya sistem pemerintahan sendiri merupakan kesatuan ornamen
pemerintahan yang di dalamnya mencakup kegiatan-kegiatan dari masing
masing lembaga (baik legislatif, yudikatif, maupun eksekutif) terkait hubungan
kegiatan satu ke yang lainnya. Sederhana nya sistem pemerintahan merupakan
pemerintahan yang terdiri dari sub-subsistem seperti presiden, senator,
legislator, dan lain sebagainya, yang satu dan lainnya berkoordinasi dan saling
bergandengan dalam upayanya mencapai cita-cita negara.
Menurut Sarundajang, sistem pemerintahan adalah sebutan populer dari
bentuk pemerintahan. Hal tersebut didasari dari pemikiran bahwa bentuk negara
adalah peninjauan secara sosiologis, sedangkan secara yuridis disebut bentuk
pemerintahan, yaitu sistem yang berlaku yang menentukan bagaimana
hubungan antara alat perlengkapan negara diatur oleh konstitusinya. Karena itu
bentuk pemerintahan sering dan lebih populer disebut sebagai sistem

3
Ibid.hal.6-7

7
pemerintahan. Lebih lanjut menghubungkan sistem pemerintahan dengan
konsep sistem, yaitu sebagai suatu susunan atau tatanan berupa suatu struktur
yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen – komponen yang berkaitan satu
sama lain secara teratur dan terencana untuk mencapai tujuan. Apabila salah
satu bagian tersebut berfungsi melebihi wewenangnya atau kurang berfungsi,
maka akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Oleh karena itu menurut
sistem pemerintahan dapat disebut sebagai keseluruhan dari susunan atau
tatanan yang teratur dari lembaga – lembaga negara yang berkaitan satu dengan
yang lainnya baik langsung ataupun tidak langsung menurut suatu rencana atau
pola untuk mencapai tujuan negara tersebut.
Sistem pemerintahan negara sendiri adalah sistem hubungan dan tata kerja
antara lembaga-lembaga negara, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Sistem pemerintahan berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya. Sistem pemerintahan ini pada era demokrasi
modern dapat dibagi dalam tiga kelas, tergantung pada hubungan antara organ-
organ pemerintahan yang mewakili tiga fungsi yang berbeda, yaitu: Pertama,
pemerintahan rakyat melalui perwakilan dengan sistem parlementer. Kedua,
pemerintahan rakyat melalui perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan
atau sistem presidensial. Ketiga, pemerintahan rakyat melalui perwakilan
dengan disertai pengawasan langsung oleh rakyat. Walaupun dalam tatanan
implementasinya ada sistem pemerintahan yang bersifat campuran. Pada
prinsipnya sistem pemerintahan itu mengacu pada bentuk hubungan antara
lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif. Dengan demikian menurut
penulis, sistem pemerintahan yang dikenal di dunia saat ini adalah empat
macam, yaitu: (a) sistem pemerintahan parlementer; (b) sistem pemerintahan
presidensial; (c) sistem campuran; dan (d) sistem Referendum.

8
D. Pengertian Negara4
Istilah Negara merupakan terjemahan kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi, negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang
dimiliki oleh suatu negara berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat. Negara identik dengan hak dan kewenangan.
Menurut Krasner merumuskan negara sebagai sejumlah peran dan institusi
yang memiliki dorongan dan tujuan khusus yang berbeda dari kepentingan
kelompok tertentu mana pun dalam masyarakat.
Menurut Aristoteles, negara adalah persekutuan dari pada keluarga dan desa
guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.
Menurut Jean Bodin, negara adalah suatu persekutuan dari keluarga dengan
segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat.
Menurut Eric Nordlinger dalam bukunya On the Autonomy of the
Democratic State (1981: 11) melihat negara sebagai semua individu yang
memegang jabatan di mana jabatan tersebut memberikan kewenangan kepada
individu-individu untuk membuat dan menjalankan keputusan–keputusan yang
dapat mengikat pada sebagian atau keseluruhan dari segmen-segmen dalam
masyarakat.
Menurut Hugo de Groot, negara adalah suatu persekutuan yang sempurna
dari orang-orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan hukum.
Menurut Hans Kelsen, negara adalah suatu susunan pergaulan hidup
bersama dengan tata paksa.
Menurut Marxian memandang negara pada awalnya sebagai bentuk dari
kepentingan pribadi dari para kapitalis yang berfungsi sebagai instrumen untuk
meraih tujuan tertentu. Dengan demikian, negara dipandang sebagai pelaksana
dari kepentingan kelas tertentu.

4
Adiwilaga, R. Sistem Pemerintah Indonesia. (Bandung: CV Budi Utama).hal.18-19

9
E. Sistem Pemerintahan Demokrasi berdasarkan Pancasila 5
Indonesia adalah negara kesatuan dan bentuk pemerintahannya republik
dengan sistem pemerintahan presidensial. Indonesia merupakan negara
demokrasi, Pancasila sebagai sebuah idelogi dan acuan sistem demokrasi di
Indonesia. Pancasila dijadikan acuan untuk berdemokrasi karena dinilai pas
untuk melakukan penyelenggaraan negara dengan ideal. Sila-sila yang terdapat
dalam Pancasila yaitu
1. Ketuhanan yang maha esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan,
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Memiliki arti penting karena Kelima sila-sila dasar tersebut adalah jiwa
dari seluruh rakyat Indonesia yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia dan pandangan hidup berbangsa bernegara untuk mencapai cita-
cita bangsa bersama dan menjadi lebih baik.
Demokrasi sendiri memiliki beberapa unsur, unsur tersebut adalah
adanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Begitupula dengan demokrasi Pancasila, unsur-
unsur dari demokrasi Pancasila sendiri yaitu Demokrasi berdasarkan
kedaulatan rakyat, demokrasi berdasarkan kepentingan umum, demokrasi
menampilkan sosok negara hukum, di dalam negara demokrasi kepala
negara adalah atas nama rakyat negara, demokrasi mengakui hak asasi,
kelembagaan negara didasarkan kepada pertimbangan yang bersumber pada
kedaulatan rakyat, setiap demokrasi memiliki tujuan dalam bernegara setiap
demokrasi memiliki lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif, setiap
demokrasi kedudukan warga negaranya sama, dan setiap demokrasi
memberikan kebebasan dalam penyaluran aspirasi rakyat.

5
Alim, A. N. (2019). Sistem Pemerintahan Demokrasi Berdasarkan Pancasila. Jurnal Universitas
Negeri Jakarta, 45-49.

10
Sistem pemerintahan demokrasi merupakan pemerintahan yang dekat
dengan fitrah hati nurani rakyat karena dengan Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan
kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran
religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, dalam
demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat, dalam demokrasi Pancasila
kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan
tanggung jawab, dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita
demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas.
Adapula prinsip-prinsip demokrasi Pancasila sendiri yaitu,
1. Kebebasan atau persamaan, yang berarti kebebasan dan persamaan
adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai sarana mencapai
kemajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa
pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang
dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan
kesempatan sama dengan yang lainya untuk mengembangkan diri sesuai
dengan potensinya. Kebebasan yang dikandung dalam demokrasi Pancasila
ini tidak seperti yang tumbuh di negara barat sana, kebebasan ini yang tidak
mengganggu hak dan kebebasan orang lain.
2. Kedaulatan rakyat, dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan
yang dibuat adalah kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat.
Sehingga akan terjaminnya kepentingan rakyat.
3. Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab
Prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi berdasarkan Pancasila perlu
diperhatikan oleh pemerintah. Karena hal ini dapat dilihat pada alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu “....negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...”. Selanjutnya,
pada sila keempat dari Pancasila dan dijabarkan dalam pasal 1 ayat (2) Undang-

11
Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “kedaulatan
berada di tangan rakyat...”. Dengan hal tersebut berarti pada dasarnya
lembaga-lembaga negara yang menjalankan kekuasaan atau
menyelenggarakan negara itu harus berdasarkan kepentingan rakyatnya.
Demokrasi berdasarkan Pancasila dapat dijabarkan seperti berikut ini,
1. Ketuhanan yang maha esa
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat pada
Tuhannya. Budaya demokrasi Pancasila mengajarkan bahwa setiap manusia
memiliki persamaan harkat dan derajat yang sama sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban
yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga kita tidak boleh
mengedepankan ego atau kepentingan kelompok atau golongan saja,
melainkan lebih mengedepankan kepentingan umum saat berdemokrasi.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang
pada hakikatnya semua sama di dunia ini. Dalam sila ini kita harus
mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpa membedakan, mengembangkan sikap tenggang rasa, menyadari
bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama, memperlakukan
manusia sesuai harkat dan martabatnya.
3. Persatuan Indonesia
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warna Negara
Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini. Dalam sila ini kita harus
mencerminkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air,
mengembangkan sikap persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi
persatuan Indonesia, mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Sila ini beruhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu
bermusyawarah dalam menyelesesaikan masalah. Dalam sili ini kita harus

12
selalu memperdepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
menyelesaikan permasalahan, menghargai hasil musyawarah, ikut serta
dalam pemilihan umum, memberikan kepercayaan wakil-wakil rakyat
yang telah terpilih.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita dalam bersikap adil
terhadap semua orang. Dalam sila kelima ini kita harus menjunjung tinggi
nilai kekeluargaan, mencoba menghargai hasil karya orang lain,
melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan
sosial.
Dari lima sila tersebut dan tulisan diatas dapat dilihat bahwa demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia
yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Tapi ada saja
beberapa orang di Indonesia yang masih memiliki sumbu pendek dimana orang
tersebut cepat panas dan selalu mementingkan atau golongannya tersendiri.
Oleh karena itu berdemokrasi berdasarkan Pancasila harus dimulai saat
menjadi siswa bangku sekolah, Proses pembelajaran harus benar-benar
bisa memfasilitasi siswa dalam mengembangkan (Kemampuan berpikir
tingkat tinggi) HOTS tentang lingkungan. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) tentang lingkungan dirasapenting mengingat bahwa
lingkungan kita sudah banyak mengalami perubahan mengkhawatirkan.
Dengan HOTS dapat menciptakan pembelajaran yang dapat memberikan
bekal kepada siswa agar siswa dapat mengembangkan pemikiran dan
kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi guna memecahkan masalah
lingkungan.
Dengan bekal dari pembelajaran mengenai kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) sejak dini dan melakukan demokrasi berdasarkan Pancasila
maka mengamalkan setiap nilai pada sila-sila dalam Pancasila dalam
berdemokrasi akan mudah dan berjalan dengan mulus, dengan begitu
pastilah negara ini akan cepat menjadi negara maju dan tidak selalu
menjadi negara berkembang. Karena demokrasi Pancasila juga berdasarkan

13
paham kebersamaan dan kekeluargaan yang apabila hal itu terwujud maka akan
membuat ikatan masyarakat yang terdiri dari suku, ras, dan agama menjadi kuat
serta solid sehingga semakin tegaknya negara kesatuan republik Indonesia ini.

14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pemerintahan demokrasi merupakan pemerintahan yang dekat
dengan fitrah hati nurani rakyat karena dengan Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan
kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran
religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, dalam
demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat, dalam demokrasi Pancasila
kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan
tanggung jawab, dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita
demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, R. (2018). Sistem Pemerintah Indonesia. Bandung: CV Budi Utama.


Alim, A. N. (2019). Sistem Pemerintahan Demokrasi Berdasarkan Pancasila.
Jurnal Universitas Negeri Jakarta, 45-49.

16

Anda mungkin juga menyukai