Akan tetapi dalam hal ini, tidak boleh ada sistem otonomi yang sama sekali meniadakan
pengawasan. Hal ini dikarenakan bahwa kebebasan berotonomi dan pengawasan merupakan
dua sisi dari satu lembaran dalam berotonomi untuk menjaga keseimbangan bandul antara
kecendrungan desentralisasi dan sentralisasi yang dapat berayun berlebihan. UU No. 22
Tahun 1999 tentang keuangan pemerintahan daerah, sangat mengendorkan sistem
pengawasan. Dapat dilihat pada penjelasan umum angka 10, disebutkan: “….sedangkan
pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan represif untuk memberi kebebasan kepada
daerah otonomi dalam mengambil keputusan serta memberikan peran kepada DPRD dalam
mewujudkan fungsi sebagai badab pengawas terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Karena
itu peraturan daerah yang ditetapkan daerah otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih
dahulu oleh pejabat yang berwenang”.
Penjelasan umum tentang pengawasan terhadap daerah otonomi dalam UU No. 32 Tahun
2004 angka 1 menjelaskan bahwa, pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
hal ini pengawasan dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan dan peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah. Dimana, pengawasan pemerintah daerah adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk