Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT

& DAERAH DI BIDANG :


KEUANGAN dan PENGAWASAN
KELOMPOK 2
ALKADRI ( 20102063 )
DODI SAPUTRA ( 22102021 )
SAFITRI RIMADHANI ( 20102054 )
YOGI PRAMANA ( 20102072 )
Pengertian

Suatu sistem yang mengatur bagaimana cara sejumlah dana dibagi di antara berbagai tingkatan pemerintah serta bagaimana

cara mencari sumber-sumber pembiayaan daerah untuk menunjang kegiatan-kegiatan sektor publik nya.

Hubungan keuangan pusat daerah menyangkut pembagian kekuasaan dalam pemerintahan dan hak pengambilan keputusan

mengenai anggaran pemerintah (bagaimana memperoleh dana memperbelanjakannya)


Model-model hubungan keuangan pusat daerah
A. By percentage: distribusi penerimaan ke daerah didasarkan pada persentase tertentu seperti ditetapkannya pada pajak bumi dan
bangunan, royalti/license fee di bidang kehutanan dan pertambangan diberikan sebagai hasilnya kepada daerah dengan
berdasarkan persentase tertentu.

B. By origin: distribusi penerimaan ke daerah didasarkan pada atau menurut asal sumber penerimaan

C. By formula: distribusi penerimaan kepada daerah didasarkan pada suatu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor tertentu
seperti jumlah penduduk, luas wilayah.
Bentuk hubungan keuangan pusat daerah Bentuk hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah terdiri dari

1. Desentralisasi

2. dekosentralisasi dan tugas pembantuan

3. pinjaman daerah
Instrumen hubungan keuangan pusat daerah di Indonesia Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari
penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi meliputi:

1. Dana alokasi umum Dau yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antara daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.

2. Dana alokasi khusus dak yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu.

3. Dana bagi hasil yaitu pembagian hasil penerimaan dari SDA dari, minyak bumi, gas gas alam, pertambangan
umum, kehutanan, dan perikanan.
PENGATURAN RELASI KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
relasi keuangan pemerintahan pusat dan daerah melalui dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah :

1.Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah agar tidak tertinggal di bidang pembangunan

2.Untuk mengintensifkan aktivitas dan kreativitas perekonomian masyarakat daerah yang berbasis pada potensi yang
dimiliki setiap daerah.

3. Mendukung terwujudnya good governance oleh Pemda melalui perimbangan keuangan


secara transparan.

4. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah secara demokratis, efektif, dan efisien dibutuhkan
SDM yang profesional, memiliki moralitas yang baik, sebab itu desentralisasi fiskal
yang dilaksanakan melalui perimbangan keuangan akan meningkatkan kemampuan
daerah dalam membangun dan memberikan pelayanan kepada masyarakat daerah.
Arah hubungan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah ke depan telah ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu alokasi sumber daya
nasional yang efisien dan efektif melalui hubungan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang
transparan, akuntabel dan berkeadilan guna mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyusunan Undang-Undang ini bukanlah bertujuan untuk resentralisasi,
tetapi merupakan upaya untuk penguatan akuntabilitas dan harmonisasi kebijakan antara pusat dan daerah.
Hadirnya Undang-Undang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ini diharapkan dapat
memperbaiki desain desentralisasi dan juga otonomi daerah yang sudah ada sejak tahun 2001 sehingga bisa
berkelanjutan serta akuntabel. Selain itu, Undang-Undang ini dapat memperkuat peran serta Pemerintah Daerah
dalam bersinergi dengan Pemerintah Pusat untuk bersama-sama mencapai kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan, dari Sabang hingga sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Konsep Pengawasan

Pada dasarnya pengawasan berlangsung mengikuti pola sebagai berikut:


1.Menetapkan standar atas dasar kontrol
2. Mengukur hasil pekerjaan secepatnya
3. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar
4.Mengadakan tindakan koreksi

Pengendalian sering diartikan sebagai usaha pengawasan disertai dengan tindakan lanjutan dengan tujuan agar suatu kegiatan yang
sedang dilaksanakan dapat mencapai sasaran menurut rencana yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengendalian mempunyai
lingkup yang lebih luas dari pengawasan. Pengendalian mencakup:

1.pengawasan, baik preventif maupun represif


2. petunjuk pengarahan/instruksi dari pimpinan.
3. peninjauan dari pengamatan secara langsung di tempat kegiatan.
4. menganalisis semua informasi yang berhubungan dengan kegiatan proyek yang bersangkutan dan
5.menentukan kebijakan lebih lanjut.
Fenomena Pengawasan Pelaksanaan Pemerintahan Daerah

Dalam era otonomi daerah sekarang, ada kecenderungan otonomi ditafsirkan sebagai kebebasan daerah untuk melakukan
apa saja tanpa campur tangan Pemerintah Pusat. Padahal dalam negara kesatuan, Pemerintah Daerah merupakan subordinasi dari
Pemerintah Pusat dimana pada tingkat terakhir Pemerintah Pusat-lah yang akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya
kepada Parlemen.
Selama ini pengawasan pelaksanaan pemerintahan daerah diwarnai oleh berbagai fenomena yang stagnan dari masa ke masa
misalnya:

pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRD cenderung ke arah pengawasan yang bersifat teknis; yang seyogyanya harus tetap
berada dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku, yaitu peraturan perundangan yang lebih tinggi dan kepentingan
umum.
- pengawasan yang dilaksanakan oleh APIP cenderung bertubi-tubi dan terjadinya tumpang tindih; yang antara lain disebabkan
perpedaan persepsi atas istilah bertubi-tubi, dan segera dituntaskan melalui pengawasan secara terpadu yang dikordinasikan
sesuai UU No. 32 Tahun 2004.
- pengawasan yang dilaksanakan oleh APIP tampaknya belum dapat dilaksanakan atas seluruh program pemerintah, pemerintah
daerah, dan urusan pemerintahan lainnya.
Bentuk dan Jenis Pengawasan Pusat terhadap Daerah dalam Kerangka Otonomi Daerah

Pemerintah pusat dan daerah adalah hubungan antara dua badan hukum yang diatur dalam undang-undang tentang
desentralisasi, Dengan demikian maka pengawasan terhadap pemerintahan daerah dalam sistem pemerintahan di
Indonesia lebih ditujukan untuk memperkuat ekonomi daerah.
Pengawasan terhadap segala tindakan Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat termasuk juga keputusan-
keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah sejak Otonomi Daerah diberlakukan pertama kali (UU No. 1 tahun
1945) sampai saat ini (UU No. 32 tahun 2004), mengenal tiga macam jenis pengawasan yaitu:

1.Pengawasan umum
Pengawasan umum adalah suatu jenis pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap segala kegiatan Pemerintah
Daerah untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintah Daerah dengan baik.

2. Pengawasan preventif
Secara harfiah pengawasan preventif berarti pengawasan yang bersifat mencegah (pengawasan yang dilakukan sebelum
kegiatan dilaksanakan).
3. Pengawasan represif
Pengawasan represif adalah bentuk pengawasan yang dilaksanakan setelah keputusan/ ketentuan itu
dilaksanakan.

Pengawasan Pusat terhadap Daerah berdasarkan UU No. 32/2004

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah (pusat) yaitu oleh aparat pengawas intern
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban memberikan penghargaan
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah (Pasal 185 UU No 33 Tahun 2004).
Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah, pemerintah melakukan dengan dua
cara yaitu :
1. Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah (Raperda) yaitu terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak
daerah, retribusi daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah.
2. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di laur yang termasuk dalam angka 1, yaitu setiap peraturan daerah wajib
disampaikan pada Mendagri untuk provinsi dan gubernur untuk kabupaten/kota untuk memperoleh klarifikasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai