Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU NEGARA

“KONSEP NEGARA-BANGSA, DAN PEMISAHAN KEKUASAAN”

Dosen Pengampu:

Jagad Aditya Dewantara, M.Pd

Di susun oleh

Seli Indriani (F1221211002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat karunianya
makalah yang berjudul “Konsep Negara-Bangsa, Dan Pemisahan Kekuasaan”
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tak lupa pula kita panjatkan shalawat
serta salam kepada junjungan kita nabi Muhammad saw yang telah memebawa
kita dari kehidupan yang gelap gulita ke kehidupan yang terang benderang seperti
saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman
yang telah memeberi dukungan, serta memberi semangat dalam penyusunan
makalah ini terutama dosen pembimbing yaitu bpk Jagad Aditya Dewantara,
M.Pd yang telah membimbing dalam penyususnan makalah ini
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memepermudah pembaca
untuk memperoleh penambahan pengetahuan dan berharap agar pembaca dapat
mudah memahami materi yang telah kami buat dalam makalah ini.

21 April 2022

Seli Indriani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. Pengertian .................................................................................................4
1. Makna Bangsa ....................................................................................4
2. Makna Negara ....................................................................................4
B. Konsep Negara Bangsa..............................................................................5
1. Sifat-sifat Negara.................................................................................6
2. Unsur-Unsur Negara............................................................................6
3. Tujuan dan Fungsi Negara...................................................................7
C. Pembagian Dan Pemisahan Kekuasaan.....................................................7
1. Lembaga Perwakilan ..........................................................................9
2. Lembaga Kepresidenan ......................................................................9
3. Partai Politik (Parpol)..........................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki kehendak untuk bersatu
yang memiliki persatuan senasib dan tinggal di wilayah tertentu, beberapa
budaya yang sama, mitos leluhur bersama.  Negara berasal dari kata state
(Inggris), Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status, Statum (Latin)
yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri, menempatkan, atau membuat
berdiri.Kata Negara yang dipakai di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta
yanitu Negara atau nagari yang artinya wilayah, kota, atau penguasa.
Perkataan “konstitusi” berasal dari bahasa Perancis Constituer  dan
Constitution kata pertama berarti membentuk, mendirikan atau menyusun,
dan kata kedua berarti susunan atau pranata (masyarakat).Dengan demikian
konstitusi memiliki arti; permulaan dari segala peraturan mengenai suatu
Negara. Pada umumnya langkah awal untuk mempelajari hukum tata negara
dari suatu negara dimulai dari konstitusi negara  bersangkutan. Mempelajari
konstitusi berarti juga mempelajari hukum tata negara dari suatu negara,
sehingga hukum tata negara disebut juga dengan constitutional law. Istilah
Constitutional Law di Inggris menunjukkan arti yang sama dengan hukum
tata negara. Penggunaan istilah Constitutional Law didasarkan atas alasan
bahwa dalam hukum tata  Negara unsur konstitusi lebih menonjol.
Dengan demikian suatu konstitusi memuat aturan atau sendi-sendi pokok
yang  bersifat fundamental untuk menegakkan bangunan besar yang bernama
“Negara”.Karena sifatnya yang fundamental ini maka aturan ini harus kuat
dan tidak boleh mudah berubah-ubah. Dengan kata lain aturan fundamental
itu harus tahan uji terhadap kemungkinan untuk diubah-ubah berdasarkan
kepentingan jangka pendek yang bersifat sesaat. Sebagai makhluk social,
setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup  bersama dan
berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu.
Sekelompok manusia yang hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-
masyarakat yang mempunyai perbedaan dalam hal ras,suku,watak dan agama

1
akan berkumpul bersama dalam suatu tempat akan membentuk suatu bangsa.
Tempat ini dari suatu bangsa itu tinggal disebut Negara. Dalam Negara itu
juga,  perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus
tunduk pada aturan yang  berlaku di negara yang ditempatinya. Seperti
penjelasan diatas,sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat. Karena
perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar
masyarakat dalam bangsaa pada suatu Negara.1
Pembagian kekuasaan merupakan jaminan tegaknya supremasi hukum
dalam kehidupan bernegara serta merupakan suatu yang dipersyaratkan untuk
dimuat dalam konstitusi negara. Dalam ketatanegaraan, pembagian kekuasaan
sering dikenal sebagai konsep “Trias Politica” oleh Montesquieu. Konsep
Trias Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan yang
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Artinya bahwa konsep
Trias Politica menawarkan suatu konsep mengenai kehidupan bernegara
dengan melakukan pemisahan kekuasaan yang diharapkan akan saling lepas
dalam kedudukan yang sederajat, sehingga dapat saling mengendalikan dan
saling mengimbangi satu sama lain (check and balances). Selain itu
diharapkan dapat membatasi kekuasaan agar tidak terjadi pemusatan
kekuasaan pada satu tangan yang nantinya akan melahirkan kesewenang-
wenangan.
Menurut Montesquieu, negara yang menganut paham demokrasi
memerlukan pemisahaan kekuasaan negara ke dalam organ-organ Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan Eksekutif bertugas melaksanakan
undang undang, kekuasaan Legistaif bertugas membuat undang-undang serta
kekuasaan Yudikatif bertugas mengadili terhadap pelanggaran atas
pelaksanaan undang-undang. Dilain sisi, John Locke menyatakan bahwa cara
untuk mencegah terjadinya kekuasaan yang melebihi batas harus dilakukan
pembagian serta pembedaan pemengang kekuasaan dalam negara. Hanya saja
selain Eksekutif dan Legislatif, John Locke menambahkan kekuasaan

1
https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_negara

2
federatif untuk melakukan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.
Untuk itu, apabila dicermati, pemikiran Montesquieu memiliki dasar yang
sama dengan pemikiran John Locke, yaitu pembatasan kekuasaan untuk
menghindari terjadinya pemusatan kekuasaan pemerintahan yang berpotensi
besar menghasilkan kesewenang-wenangan.
Satu prinsip yang sangat erat kaitaannya dengan konsep pembagian
kekuasaan, yaitu prinsip checks and balances. Prinsip checks and balances
merupakan prinsip ketatanegaraan yang menghendaki agar kekuasaan
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif sama-sama sederajat dan saling
mengontrol satu sama lain. Kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi, bahkan
dikontrol dengan sebaikbaiknya, sehingga penyalahgunaan kekuasaan oleh
aparat penyelenggara negara ataupun pribadi-pribadi yang sedang menduduki
jabatan dalam lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan ditanggulangi.
Mekanisme checks and balances dalam suatu negara yang menganut paham
demokrasi merupakan hal yang wajar, bahkan sangat diperlukan.2
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep negara dan bangsa?
2. Apa saja faktor-faktor dan konsep pemisahan kekuasaan di suatu negara?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah memberi pemahaman kepada
mahasiswa/i khususnya dan bagi pembaca pada umumnya mengenai konsep
negara bangsa dan pemisahan kekuasan di sebuah negara.

2
BAB I (Pendahuluan)

3
BAB II
PEMBAHASAN/ISI
A. Pengertian
1. Makna Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat,
bahasa dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri. Dalam kamus bahasa
Indonesia, pengertian bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya
terikat karena kesatuan bahasa serta wilayah tertentu dimuka bumi.
Sejarah timbulnya bangsa-bangsa didunia berawal dari benua Eropa.
Pada akhir abad XIX, di benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan.
Gerakan tersebut mengakibatkan kerajaan-kerajaan besar di Eropa seperti
kerajaan Austria-Hongaria, Turki dan Perancis, terpecah menjadi Negara-
negara kecil. Banyaknya gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan
keberhasilan meraka menjadi bangsa yang merdeka, mempunyai pengaruh
yang besar pada kehidupan Eropa maupun wilayah lain didunia.
Bangsa adalah sekelompok manusia /orang yang memiliki hal-hal
berikut :
a) Cita-cita bersama yang mengikat dan menjadi satu kesatuan
b) Persaan senasib sepenanggungan
c) Karakter yang sama
d) Adat istiadat atau budaya yang sama
e) Satu kasatuan wilayah
f) Terorganisir dalam satu wilayah hukum.
2. Makna Negara
Negara adalah suatu organisasi di antara kelompok atau beberapa
kelompok manusia, yang bersama- sama mendiami suatu wilayah tertentu
dengan mengakui adanya pemerinatahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi. Negara
merupakan suatu organisasi yang dalam wilayah tertentu dapat
memaksakan kekuasaan secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan dapat menetapkan tujuan- tujuan dari kehidupan bersama.

4
Istilah Negara dari de staat (Belanda),the state (Inggris), I’ etat
(Prancis), Io stato (Italia) dan Der staat (Jerman). Menurut bahasa
Sansekerta, nagari atau Negara,berarti kota, sedangkan menurut  bahasa
suku-suku di Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yaitu tempat
tinggal. Menurut kamus umum bahasa Indonesia Negara adalah
persekutuan  bangsa yang hidup dalam suatu wilayah dengan batas-batas
tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan pemerintah dengan
teratur.  Negara dalam arti sempit sama dengan pemerintahan dalam arti
luas (lembaga Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) yang merupakan alat untuk
mencapai kepentingan bersama, sedangkan Negara dalam arti luas adalah
kesatuan sosial yang mengatur,memimpin dan mengkoordinasi masyarakat
supaya dapat hidup wajar dan berkembang terus. Dalam mengemban
tugasnya, Negara memiliki aparatur Negara dan wewenangannya.3
B. Konsep Negara Bangsa
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat
(agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan un tuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja
sama, sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentanngan. Negara adalah
organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari dari kehidupan bersama itu.
Jadi sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat
dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan
perundang-undangannya melalui penguasa (kontrol) monopolisitis terhadap
kekuasaan yang sah.

3
https://www.academia.edu/32519338/
Makalah_HTN_PEMBAGIAN_DAN_PEMISAHAN_KEKUASAAN_DALAM_LEMBAGA_EK
SEKUTIF

5
1. Sifat-sifat Negara
Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari
kedaulatan yang dimilikinya. Berikut adalah sifat-sifat negara :
a) Sifat memaksa Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan
demikian terjadi sebuah penertiban.
b) Sifat monopoli Negara mempunyai tujuan dalam menetapkan tujuan
bersama dari masyarakat.
c) Sifat mencakup semua (all—encompassing, all-embracing). Semua
peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua tanpa terkecuali.
2. Unsur-Unsur Negara
Unsur negara sebagai syarat berdirinya suatu negararakyat, wilayah,
pemerintahan dan pengakuan suatu negara apabila ingin diakui sebagai
negara yang berdaulat secara internasional harus memenuhi empat
persyaratan unsur negara berikut ini :
a) Memiliki Wilayah Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan
penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai
satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan
wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani
kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan
melaksanakan fungsinya.
b) Memiliki Rakyat Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang
tinggal di negara tersebut dan dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa
adanya orang sebagai rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak
akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia
untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
c) Pemerintahan yang BerdaulatPemerintahan yang baik terdiri atas
susunan penyelengara negara seperti lembaga yudikatif, lembaga
legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk
menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.
d) Pengakuan dari Negara Lain Untuk dapat disebut sebagai negara yang
sah membutuhkan pengakuan negara lain baik secara de facto (nyata)

6
maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu
wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan,
namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas
negara yang sudah ada.4
3. Tujuan dan Fungsi Negara
Menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah “Memungkinkan
rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas
mungkin.” Dan menurut harold L. Laski “Menciptakan keadaan dimana
rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal.”
Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan
beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu, yaitu:
a) Melaksanakan penertiban (Law and Order)
b) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
c) Pertahanan
d) Menegakkan keadilan
C. Pembagian Dan Pemisahan Kekuasaan
Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan
kekuasaan pada satu orang saja, sehingga terjadi pengelolaan sistem
pemerintahan yang dilakukan secara absolut atau otoriter. Maka untuk
menghindari hal tersebut  perlu adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan keseimbangan diantara lembaga
pemegang kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif,eksekutif
maupun yudikatif tidak dipegang oleh satu orang saja.
Pemisahan kekuasaan merupakan ide yang menghendaki baik organ,
fungsi dan personal lembaga negara menjadi terpisah antara satu dengan yang
lainnya. Setiap lembaga Negara masing-masing menjalankan secara sendiri
dan mandiri tugas, dan kewenangannya seperti yang ditentukan dalam
ketentuan hukum. Di negara-negara Eropa Barat, pemisahan kekuasaan
negara ini menjadi kebiasaan untuk membagi tugas pemerintahan ke dalam
tiga bidang kekuasaan, yaitu:

4
https://www.kompasiana.com/herrywahyudi/5500b195a333111870511a27/konsep-negara

7
1. Kekuasaan yang berfungsi untuk membuat undang-undang. Kekuasaan ini
dinamakan kekuasaan legislatif.
2. Kekuasaan yang berfungsi untuk menjalankan undang-undang. Kekuasaan
ini dinamakan kekuasaan eksekutif.
3. Kekuasaan yang berfungsi untuk mempertahankan undang-undang
(kekuasaan untuk mengadili). Kekuasaan ini dinamakan kekuasaan
yudikatif
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pemisahan kekuasaan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemisahan kekuasaan dalam arti material
dan pemisahan kekuasaan dalam arti formal. Pemisahan kekuasaan dalam arti
material adalah pemisahan kekuasaan secara tegas dalam tiga cabang
kekuasaan, artinya antara kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan
kekuasaan yudikatif tugasnya harus benar-benar terpisah atau terlepas antara
cabang yang satu dengan cabang lainnya. Tidak boleh ada hubungaan
kerjasama yang dapat menimbulkan penyimpangan pelaksanaan kekuasaan
yang menjadi tanggungjawabnya. Sebagai contoh, pelaksanaan pembagian
kekuasaan di Indonesia pada masa sebelum diamandemen Undang-Undang
Dasar 1945, dimana kita dapat melihat bagaimana keberadaan Presiden
sebagai Kepala Negara sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan dalam
hubungannya dengan pembuatan Undang-Undang menurut pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Presiden memegang
kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
Demikian pula yang terdapat dalam pasal 24 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, “kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”. Artinya kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka dan harus terpisah atau terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah atau kekuasaan lainnya, padahal ketua Mahkamah
Agung juga diberikan status jabatan sebagai menteri sehingga menjadi
pembantu presiden (kejadian yang terjadi pada masalah kabinet gotong

8
royong). Ini adalah beberapa contoh kaburnya atau terjadinya penyimpangan
terhadap UndangUndang Dasar 1945 sebelum memasuki era reformasi.
1. Lembaga Perwakilan
Secara teoritis, konteks lembaga perwakilan dimulai dari
perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pengelompokan
masyarakat semakin besar, dengan demikian diperlukan sebuah organisasi
masyarakat untuk melindungi dan mengatur masyarakat itu sendiri.
Dalam sistem demokrasi, kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin berasal dari rakyat berdasarkan suatu perjanjian yang dibuat
antara pemimpin dengan rakyat dalam kerangka yang dinamakan dengan
kontrak sosial. Rousseau, memperkenalkan suatu konsep baru dalam
kontrak sosial yang berbeda dengan konsep Hobbes dan Locke yang
berupa konsep “kehendak umum” (general will). Berasaskan konsep ini
maka segala bentuk undang-undang yang dibuat harus sesuai dengan
kehendak umum (volunte general) sebagaimana dikemukakan oleh
Rousseau, dan pemimpin negara hanya berposisi sebagai pelaksana
keputusan rakyat. Dengan demikian dapat dikatakan, Rousseau cenderung
mendukung sistem demokrasi langsung dimana semua orang turut
dilibatkan untuk menyampaikan suaranya dalam merumuskan hal-hal yang
perlu diatur dalam penyelenggaraan negara.
Pada perkembangannya, konsep lembaga perwakilan menajadi
beragam sesuai dengan perkembangan sosial politik yang terjadi di
masyarakat. Namun demikian, tugas dan wewenang dari lembaga
perwakilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
a) Sebagai lembaga perwakilan rakyat yang mengawasi jalnnya
pemerintahan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan eksekutif agar
kekuasaan pemerintah tidak menindas rakyat sehingga kekuasaan tidak
dijalankan secara sewenang-wenang.
b) Sebagai pemegang kekuasaan legislatif untuk menjalankan keinginan
rakyat dan diinterpretasikan dalam undang-undang dan juga sebagai

9
pembuat Undang-Undang Dasar (supreme legislative body of some
nations).
2. Lembaga Kepresidenan
Presiden berbeda dengan embaga kepresidenan. Presiden berhubungan
dengan pemangku jabatan (personal, president, ambstrager). Sedangkan
lembaga kepresidenan berkaitan dengan lingkungan jabatan (institusional,
presidency, ambt). Dalam bahasa Charles O. Jones (1994), “The president
is not the presidency. The presidency is not the government.” Presiden
berasal dari bahasan latin praesidens, praesidere yang berarti memimpin,
bukan raja (monarch). Kata latin presidere berasal dari kata prae yang
maknanya di depan, dan sedere yang artinya duduk.
Selain memegang kekuasaan eksekutif, lembaga kepresidenan juga
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yakni:
a) Mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR);
b) Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-
undang;
c) Melakukan pembahasan bersama dan persetujuan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap rancangan undang-undang;
d) Mengesahkan rancangan undang-undang yang disetujui bersama
antara Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjadi
undang-undang;
e) Membentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu); dan
f) Mengajukan rancangan undang-undang tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
3. Partai Politik (Parpol)
Partai politik (parpol) pertama kali dijumpai keberadaannya dalam
kehidupan ketatanegaraan di Eropa Barat, yakni sejak timbulnya gagasan
bahwa rakyat merupakan faktor yang patut diperhitungkan serta diikut

10
sertakan dalam proses politik. Dengan adanya gagasan untuk melibatkan
rakyat dalam proses politik, maka secara spontan partai politik (parpol)
berkembang menjadi alat penghubung antara rakyat dan pemerintah. Partai
politik (parpol) adalah suatu organ yang penting dalam perpolitikan suatu
bangsa. Partai politik (parpol) dianggap sebagai salah satu sarana agar
seseorang atau sekelompok individu dapat meraih kekuasaan yang
diinginkan. Dalam tulisan “Presidentialism, Multipartism, and Democracy:
The Difficult Combination”, Scott Mainwaring mengemukakan tiga
perbedaan koalisi multi-partai dalam sistem pemerintahan presidensial:
“Pertama, dalam sistem parlementer, koalisi partai politik yang memilih
menteri-menteri dan perdana menteri. Karenanya, mereka bertanggung
jawab memberikan dukungan kepada pemerintah. Sedangkan dalam sistem
presidensial, presiden membentuk sendiri kabinetnya (presidents put
together their own cabinets) dan partai politik punya komitmen yang
rendah untuk mendukung presiden.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa makalah
“konsep bangsa negara dan pemisahan kekuasaan”, penulis menyimpulkan
bahwa negara merupakan hal yang sangat penting sekaligus fundamental.
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Negara adalah kondisi dimana wilayah yang ditempati sekumpulan
manusia dipimpin oleh sistem pemerintahan yang disetujui dan telah
diakui oleh pihak luar.
2. Sifat negara yaitu memaksa, monopoli dan sifat memcakup semua.
3. Unsur-unsur terbentuknya negara yaitu rakyat, wilayah, pemerintah dan
pengakuan dari negara lain.
4. Warga negara memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda di setiap
negara.
5. Pemerintah dan warga negara harus saling bekerja sama untuk
meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.
Indonesia adalah negara kesatuan yang menerapkan sistem
desentralisasi. artinya" kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan
tidak seluruhnya dijalankan oleh Pemerintah Pusat"melainkan sebagian
diserahkan kepada daerah-daerah. Sistem desentralisasi ini melahirkan
otonomi daerah" yang secara struktural diwujudkan dengan pembentukan
Pemerintah daerah. Indonesia membagi kekuasaan dalam pemerintahannya
menjadi tiga lembaga yakni legislatif eksekutif dan & yudikatif.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_negara
https://www.academia.edu/32519338/
Makalah_HTN_PEMBAGIAN_DAN_PEMISAHAN_KEKUASAAN_DALAM_
LEMBAGA_EKSEKUTIF
https://www.kompasiana.com/herrywahyudi/5500b195a333111870511a27/
konsep-negara
Budiyanto, (2000). Dasar-dasar ilmu tata negara untuk SMU. Jakarta : Erlangga
Adhitama, Satria, Susi Purwati, dan Sarwadi. (2018). Pendidikan
Kewarganegaraan Projek Penyelarasan Materi Ajar Kepribadian Mahasiswa 2018.
Kamaluddin, Rusman. Modul Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Srijanti, A. Rahman H. I, dan Purwanto S. K. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Mahasiswa. Graha Ilmu Universitas Mercubuana.

13

Anda mungkin juga menyukai