DI SUSUN OLEH :
2. ANISA 2.
3. ARSINTA 3.
4. IIN RAHAYU 4.
5. DALFIN 5. SUMARNI
6. ARMAN 6.
7. ABIR 7.
8. ANWAR 8.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat
dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Desentralisasi
Atau Otonomi Daerah Dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Sarbin, S.Pd selaku guru Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang selalu memberikan sara, petunjuk, ilmu
pengetahuan,arahan dan bimbingan serta motivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini khususnya untuk teman-teman kelompok yang selalu bekerja sama dengan baik
untuk menyusun makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi perbaikan makalah ini
kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pemerintahan desentralisasi merupakan hakikat dari Otonomi daerah.
Desentralisasi dan otonomi daerah yang berlangsung sejak 1 Januari 2001 adalah suatu
peristiwa yang menimbulkan perubahan mendasar pada hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 A ayat (1) UUD 1945. Menurut
Suparmoko (2003:16), tujuan kebijakan desentralisasi adalah:
1. Mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah.
2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengurangan subsidi dari pemerintah
pusat.
3. Mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah.
Dalam UU No. 22 tahun 1999 diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemeritahan Daerah disebutkan secara eksplisit bahwa unit pemerintahan yang
melaksanakan otonomi di daerah adalah di tingkat kabupaten atau kota.
Dengan adanya kewenangan dalam rangka otonomi daerah tersebut menuntut
kesiapan Pemerintah Daerah sendiri dalam pelaksanaannya karena semakin bertambah
pula urusan yang ditanganinya. Namun, Persoalan otonomi daerah di Indonesia sampai
saat ini masih menjadi bahan perbincangan sangat ramai, baik itu dikalangan cendikiawan
(akademisi), politisi, birokrasi dan bahkan di kalangan awampun ikut andil membicarakan
tentang otonomi daerah, apalagi hal yang sangat sulit dilakukan karena Indonesia adalah
negara yang berbentuk kesatuan, dengan luas wilayah yang sangat luas, serta terbagi
dalam bentuk pulau-pulau, hal ini akan membuat kesulitan dalam pelaksanaan otonomi
daerah, belum lagi perbedaan etnis, karena Indonesia yang penduduknya di bagi dalam
bentuk masyarakat dan budaya yang berbeda-beda, maka sangat wajarlah kalau
perdebatan itu sampai kini belum menemukan kata akhir.
Berdasarkan latar belakang di tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah
dengan judul “Desentralisasi Atau Otonomi Daerah Dalam Konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana Prinsip Desentralisasi
Atau Otonomi Daerah Dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
Prinsip Desentralisasi Atau Otonomi Daerah Dalam Konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Negara Kesatuan
Negara kesatuan (unitary state) adalah agenda utama dalam proses pembentukan
negara indonesia yang ada di pusat. Ini terbukti bahwa dalam amandemen konstitusi
republik indonesia (UUD 1945) yang bisa diwujudkan setelah reformasi politik tahun
1998 amandemen terhadap UUD 1945 ini melarang mengubah bentuk negara kesatuan
ke dalam bentuk lain. Asumsi elitee poilitik di jakarta adalah bahwa negara kesatuan
adalah bentuk akhir dan yang paling sesuai dengan realitas rakyat indonesia yang
pluralistik. Oleh karena itu, kenyataan ini harus disadari oleh semau elite yang berkuasa
termasuk rakyatnya bahwa bentuk NKRI adalah satu cara yang sesuai dan hal yang yang
“final” dalam proses mewujudkan “Indonesia.”
2.2 Pengertian Desentralisasi
Secara normatif, sebagaimana diatur dalam pasal 1 UU Nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, desentralisasi dipahami sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatuan republik indonesia.
Adapun urusan-urusan pemerintahan yang di desentralisasikan ke daerah sebagai
berikut :
1. Urusan wajib yang meliputi pendidikan, pemuda dan olahraga, kesehatan, pekerjaan
umum, lingkungan hidup, perumahan, penanaman modal, UKM, kependudukan,
tenaga kerja dan transmigrasi, pemberdayaan perempuan, keluarga berencana,
perhubungan, komunikasi dan informasi (kominfo), pertahanan, kesatuan bangsa,
pemberdayaan masyarakat desa dan sosial.
2. Urusan pilihan meliputi kekuatan dan perikanan laut, pertanian, perkebunan,
peternakan, tanaman pangan, perikanan darat, kehutanan, pertambangan, pariwisata
dan kebudayaan, industri serta perdagangan.
2.3 Tujuan Desentralisasi
Desentralisasi yang dilaksanakan tentu mempunyai tujuan utama adalah untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di daerah demi terwujudnya masyarakat
sejahtera, adil dan makmur sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 sebagaiaman
yang tercantum dala alinea keempat UUD 1945. Berkenaan dengan itu ,menurut Smith
1985 dalam Lili Romli tujuan Negara menerapkan desentralisasi adalah:
3
1. Desentralisasi diterapkan dalam upaya untuk pendidikan politik.
2. Untuk latihan kepemimpinan politik.
3. Untuk memelihara stabilitas politik.
4. Untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di Pusat.
5. Untuk memperkuat akuntabilitas public.
6. Untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat.
4
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya
masing-masing.
2.5 Tujuan Otonomi Daerah
Dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 2 ayat 3 disebutkan tujuan otonomi daerah sebagai berikut :
“Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing
daerah”.
Berdasarkan ketentuan tersebut disebutkan adanya 3 (tiga) tujuan otonomi daerah, yakni
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat dipercepat perwujudannya
melalui peningkatan pelayanan di daerah dan pemberdayaan masyarakat atau adanya
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah. Sementara
upaya peningkatan daya saing diharapkan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
keistimewaan atau kekhususan serta potensi daerah dan keanekaragaman yang dimiliki
oleh daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.6 Keuntungan Dan Kekurangan Otonomi Daerah
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan mendesentralisasikan
kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di tangan pemerintah pusat.
Dalam proses desentralisasi ini, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat
ke pemerintahan daerah sebagaimana mestinya sehingga terwujud pergeseran kekuasaan
dari pusat ke daerah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula
arus kekuasaan pemerintahan bergerak dari daerah tingkat pusat maka diidealkan bahwa
sejak diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan
bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke daerah.
5
1. Keuntungan
a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan
yang cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.
c. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan
pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya
desentralisasi teretorial, dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau
keperluan khusu daerah.
d. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan
semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan,
yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat
diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi
pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk
diadakan.
e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat.
f. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan
memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.
g. Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat
yang dilayani.
2. Kekurangan
a. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah
kompleks, yang mempersulit koordinasi.
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah
dapat lebih mudah terganggu.
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang
disebut daerahisme atau provinsialisme.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan
perundingan yang bertele-tele.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan
sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan.
2.7 Pergeseran Paradigma dalam Menyikapi Desentralisasi
6
Globalisasi mengakibatkan kompetisi semakin terbuka dan tingkat tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan publik yang memadai. Berbagai macam persoalan yang
dihadapi masyarakat akhir-akhir ini selalu dikaitkan dengan otonomi daerah. Persoalan
yang sangat mendasar adalah implementasi yang tidak teratur karena memang dibiarkan
seperti itu. Ketidakteraturan tersebut salah satunya dikarenakan lemahnya
kepemimpinan.
Kebijakan otonomi daerah diharapkan mampu memelihara integrasi nasional dan
keutuhan bangsa Indonesia. Dengan otonomi daerah dapat mewujudkan hubungan
kekuasaan menjadi lebih adil, proses demokrasi di daerah berjalan baik dan 5 adanya
peningkatan kesejahteraan di daerah. Daerah memiliki kepercayaan lepada pemerintah
pusat yang akhirnya dapat memperlancar pembangunan bangsa melalui keutuhan
nasional.
Implementasi kebijakan otonomi daerah berimplikasi pada pembangunan daerah.
Pembangunan daerah diharapkan "terwujudnya kemandirian daerah dalam pengelolaan
pembangunan secara serasi, profesional, dan berkelanjutan".
Dalam konteks tersebut pembangunan daerah yang dilakukan pemerintah pada
daerah dalam rangka reposisi paradigma baru pembangunan daerah yang berbasis
kewilayahan, kemitraan pembangunan, lingkungan hidup, serta penerapan good
goverrurnce dengan strategi sebagai berikut :
a. Mendorong dan memfasilitasi koordinasi perencanaan pembangunan daerah.
b. Mengembangkan kapasitas kelembagaan pembangunan daerah.
c. Mendorong terciptanya keselaraSan dan keserasian pembangunan daerah.
d. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan/pendayagunaan potensi daerah.
e. Mengembangkan fasilitasi penataan dan pengelolaan lingkungan hidup.
f. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi penembangan investasi dan usaha daerah.
g. Mengembangkan SDM aparatur pengelola pembangunan daerah yang profesional
dalam pelayanan pembangunan di daerah.
Oleh karena itu, harus disadari bahwa upaya melakukan perbaikan dalam
penyelenggaraan manajemen pemerintahan tidak semudah yang diperkirakan, karena
7
akan menghadapi berbagai tantangan dan resistensi berbagai pihak baik dari dalam
maupun dari luar yang merasa akan dirugikan atas adanya perubahan tersebut. Bagi para
pelaku baik di sektor publik maupun di sektor swasta perubahan dimaksud pada intinya
mencakup aspek-aspek :strategi (Strategic), sistem (System), kemampuan (Abiliry),
personil (staft gaya kepemimpinan (sryle), rekatan nilai budaya (Shared Value).
Perubahan dalam penyelenggaran Birokrasi pemerintah Daerah harus mengacu :
8
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, diharapkan dapat menyatukan seluruh
wilayah Nusantara yang luas dan terbagi kepulauan-kepulauan dan suku bangsa.
Karena luasnya wilayah Republik Indonesia dan terbagi dalam bentuk kepulauan
serta daerah-daerah dalam menjalankan pemerintahan, maka prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan prinsip Desentralisasi atau otonomi
daerah yang didasarkan pada Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan.
Yang berbunyi “Pembagian Daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan
menghayati dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara dan hak-hak asal
usul dalam daerah yang bersifat istimewa”.
Prinsip Desentralisasi atau otonomi Daerah yang tertuang dalam Pasal 18 UUD
1945, untuk lebih mendalami maksudnya, lebih tegas dituangkan dalam penjelasannya,
yang berbunyi: (1) Oleh karena Negara Indonesia itu suatu "eenheidstaat", maka
Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungan yang bersifat staat juga
Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi
pula dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonomi (streek dan
locale rechts gemenschappen) atau daerah bersifat administrasi belaka, semua menurut
aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang.
Kemudian mengenai otonomi Daerah ini dikuatkan dan diuraikan lagi secara rinci
dalam amandemen UUD 1945, berkaitan dengan prinsip Negara Kesatuan clan prinsip
Otonomi Daerah yang tidak bisa dipisahkan antara Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 dan Pasal
18 UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah amandemen, maka dapat di simpulkan
antara lain “Dalam rangka Negara kesatuan Republik Indonesia dan memperhatikan
tujuan pemberian otonomi kepada Daerah, maka penyelenggaraan otonomi daerah oleh
pemerintah daerah merupakan sub sistem dari sistem pemerintahan Negara, khususnya
pemerintahan eksekutif diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
sampai pemerintah desa, dengan sistem pembagian kekuasaan sesuai dengan
kewenangannya
2.9 Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
Prinsip Negara Kesatuan sudah menjadi landasan hukum dalam menjalankan
pemerintahan di Indonesia, sejak kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 berdasarkan hukum nasional Indonesia mulai saat itu, sebelum ditetapkan
UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, oleh Lembaga Kenegaraan Indonesia yaitu
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia disingkat PPKI.
9
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal l ayat (1), menyatakan dengan tegas bahwa
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Prinsip pada Negara
Kesatuan ialah pemegang tampuk kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara ialah
Pemerintah Pusat tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada
Pemerintah Daerah (local government).29 Dalam Negara Kesatuan terdapat asas bahwa
segenap urusan-urusan negara tidak dibagi antara pemerintah pusat (central government)
dengan pemerintah lokal (local government) sedemikian rupa, sehingga urusan-urusan
negara dalam Negara Kesatuan tetap merupakan suatu kebulatan (eenheid) dan bahwa
pemegang kekuasaan tertinggi di negara itu ialah pemerintah pusat.
Di dalam Negara Kesatuan tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan
pada dasarnya tetap berada di tangan Pemerintah pusat. Akan tetapi karena sistem
pemerintahan Indonesia menganut asas Negara Kesatuan yang didesentralisasikan, maka
ada tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri, sehingga menimbulkan hubungan timbal
balik yang melahirkan adanya hubungan kewenangan dan pengawasan. Negara Kesatuan
merupakan landasan batas dari isi pengertian otonomi. Berdasarkan landasan batas
tersebut dikembangkan berbagai peraturan (rules) yang mengatur mekanisme yang akan
menjelmakan keseimbangan antara tuntutan kesatuan dan tuntutan otonomi. Di sini
pulalah letak kemungkinan spanning yang timbul dari kondisi tarik menarik antara kedua
kecenderungan tersebut.
Secara umum, beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh semua pihak
dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah :
1. Otonomi daerah harus dilaksanakan dalam konteks negara kesatuan.
2. Pelaksanaan otonomi daerah menggunakan tata cara desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan dengan demikian peran daerah sangat menentukan.
3. Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan pada hubungan wewenang, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
dilaksanakan secara adil dan selaras.
4. Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah suatu
pembagian sistem keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan
bertanggungjawab.
5. Fungsi pemerintah pusat masih sangat vital, baik dalam kewenangan strategis
(moneter, pertahanan, luar negeri dan hukum) maupun untuk mengatasi ketimpangan
antar daerah.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah di buat mengenai Desentralisasi atau Otonomi
Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Kesatuan Republik Indonesia, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk Negara Kesatuan sudah menjadi tekad bulat bagi bangsa Indonesia, namun
dalam menjalankan pemerintahan mengedepankan kepentingan daerah, dengan bentuk
otonomi daerah Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa dipisahkan
dengan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan prinsip Otonomi Daerah.
2. Tujuan utama desentralisasi adalah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
dan utnuk mengurangi beban kerja pemerintah pusat dalam upaya mensejahterakan
masyarakat yang ada di daerah. dengan kata lain tujuan desentralisasi adalah untuk
merangsang kepekaan elit lokal terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat daerah.
3. Otonomi Daerah memberikan keleluasaan dan kewenangan yang bersar kepada
daerah untuk memberdayakan daerah sehingga akan menimbulkan disintegrasi akibat
terkotak-kotaknya daerah tanpa adanya kontrol dari Pusat dan penyelenggaraan
Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.
3.2 Saran
Makalah ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan membahas mengenai
kebijakan kebijakan pemerintah dalam penerapan desentralisasi atau otonomi daerah
dalam NKRI. Selain itu,saran dan kritik yang membangun dari pembaca diperlukan
untuk perbaikan selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA