Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

OTONOMI DAERAH

Disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan

Dosen pengampu :

Drs. Maulana Suprihatin Sam, M.Si

Disusun oleh:

Naswa Cika Ananda (14012100064)

Asih Herawati (14012100080)

Taufik Hidayatullah (14012100007)

Ardiansyah (14012100101)

JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BINA BANGSA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah yang maha Esa atas segala
karunia dan rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai
tanpa ada kendala apapun dan dengan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan dengan Judul Otonomi
Daerah.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Akhir kata, Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Serang, November 2021

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................

1.3 TUJUAN..........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................

2.1 Dasar Hukum Otonomi Daerah........................................................................

2.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia......................................................

2.3 Kewajiban Daerah Dalam Menjalankan Otonomi Daerah..............................

2.4 Indikator Otonomi Daerah.............................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................

3.1 Pengertian Otonomi Daerah...........................................................................

3.2 Prinsip Otonomi Daerah.................................................................................

3.3 Tujuan Otonomi Daerah.................................................................................

3.4 Kelebihan.......................................................................................................

3.5 Kekurangan....................................................................................................

3.6 Asas Otonomi Daerah....................................................................................

3.7 Nilai Dasar Otonomi Daerah..........................................................................

3.8 Hak Daerah Dalam Menjalankan Otonomi Daerah........................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................

3
4.1 KESIMPULAN..............................................................................................

4.2 SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sebelum 1998, kekuasaan Pemerintah Pusat negara


Republik Indonesia sangat sentralistik dan semua daerah di republik ini
menjadi perpanjangan tangan kekuasaan Jakarta (pemerintah pusat).
Dengan kata lain, rezim Orde Baru mewujudkan kekuasaan sentripetal,
yakni berat sebelah memihak pusat bukan pinggiran (daerah).

Daerah yang kaya akan sumber daya alam, ditarik keuntungan


produksinya dan dibagi-bagi di antara elite Jakarta, alih-alih
diinvestasikan untuk pembangunan daerah. Akibatnya, pembangunan
antara di daerah dengan di Jakarta menjadi timpang.

B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai presiden pasca-


Orde Baru membuat kebijakan politik baru yang mengubah hubungan
kekuasaan pusat dan daerah dengan menerbitkan Undang- Undang Nomor
5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah atau yang biasa
disebut desentralisasi. Dengan terbitnya undang- undang ini, daerah tidak
lagi sepenuhnya bergantung pada Jakarta dan tidak lagi mau didikte oleh
pusat. Bahkan, beberapa daerah, seperti Aceh, Riau dan Papua menuntut
merdeka dan ingin berpisah dari Republik Indonesia.

Otonomi daerah di Indonesia lahir di tengah gejolak sosial yang


massif pada tahun 1999. Gejolak sosial tersebut didahului oleh krisis
ekonomi yang melanda Indonesia disekitar tahun 1997. Gejolak sosial
yang melanda Negara Indonesia di sekitar 1997 kemudian melahirkan
gejala politik yang puncaknya ditandai dengan berakhirnya pemerintahan
Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun.

Setelah runtuhnya pemerintahan orde baru pada tahun 1998,


mencuat sejumlah permasalahan terkait dengan sistem ketatanegaraan dan
tuntutan daerah-daerah yang selama ini telah memberikan kontribusi yang

5
besar dengan kekayaan alam yang dimilikinya. Wacana otonomi daerah
kemudian bergulir sebagai konsepsi alternatif untuk menjawab
permasalahan sosial dan ketatanegaraan Indonesia yang dianggap telah
usang dan perlu diganti. Inilah yang menjadi latar belakang otonomi
daerah di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Dampak apakah yang timbul dari pemberlakuan sistem otonomi


daerah?
2. Apa pengertian otonomi daerah?
3. Apa saja prinsip otonomi daerah?
4. Apa tujuan otonomi daerah?
5. Bagaimana daerah menjalankan otonomi daerah?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan pada makalah kali ini ialah sebagai berikut:

1. Mengetahui pemberlakua sistem otonomi daerah

2. Mengetahui pegertian otonomi daerah

3. Mengetahui prnsip otonomi daerah

4. Mengetahui tujuan otonomi daerah

5. Mengetahui hak daerah dalam menjalankan otonomi daerah

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Dasar Hukum Otonomi Daerah

Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang


diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan
berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur
pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-amandemen itu mencantumkan
permasalahan pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal
18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis secara umum
dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-undang.

Pasal 18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi,


daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Selanjutnya,
pada ayat (5) tertulis, “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Dan ayat (6) pasal yang
sama menyatakan, “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.”

Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang- Undang


Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena
dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,
ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka
aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004,
Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) memberikan definisi otonomi
daerah sebagai berikut.

7
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.”

UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom


sebagai berikut.

“Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan


masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Dalam sistem otonomi daerah, dikenal istilah desentralisasi,


dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Sedangkan dekonsentrasi adalah
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dan/atay kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.

Sementara itu, tugas pembantuan merupakan penugasan dari


pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Sebagai konsekuensi pemberlakuan sistem otonomi daerah, dibentuk


pula perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,
yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU Nomor 25 Tahun
1999) yang kemudian diganti dengan Undang- Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(UU Nomor 33 Tahun 2004).

8
Selain itu, amanat UUD 1945 yang menyebutkan bahwa, “Gubernur,
Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis” direalisasikan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2005).

2.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Pelaksanaan otonomi daerah yang dicanangkan sejak Januari 2001


telah membawa perubahan politik di tingkat lokal (daerah). Salah satunya
adalah menguatnya peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Jika di masa sebelumnya DPRD hanya sebagai stempel karet dan
kedudukannya di bawah legislatif, setelah otonomi daerah, peran legislatif
menjadi lebih besar, bahkan dapat memberhentikan kepala daerah.

Pemberlakuan otonomi daerah beserta akibatnya memang amat perlu


dicermati. Tidak saja memindahkan potensi korupsi dari Jakarta ke
daerah, otonomi daerah juga memunculkan raja-raja kecil yang
mempersubur korupsi, kolusi, dan nepotisme. Di samping itu, dengan
adanya otonomi daerah, arogansi DPRD semakin tidak terkendali karena
mereka merupakan representasi elite lokal yang berpengaruh. Karena
perannya itu, di tengah suasana demokrasi yang belum terbangun di
tingkat lokal, DPRD akan menjadi kekuatan politik baru yang sangat
rentan terhadap korupsi.

Penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

9
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844).

Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah


untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan
yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu
pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi
dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan.

2.3 Kewajiban Daerah Dalam Menjalankan Otonomi Daerah

Menurut UU No 32 Tahun 2004 Pasal 22, terdapat kewajiban yang


dimiliki daerah, di antaranya:
Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan
kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI. Meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat Mengembangkan kehidupan demokrasi
Mewujudkan keadilan dan pemerataan Meningkatkan pelayanan dasar
pendidikan Menyediakan fasilitas kesehatan Menyediakan fasilitas sosial
dan fasilitas umum yang layak Mengembangkan sistem jaminan sosial
Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah Melestarikan lingkungan
hidup Mengolah administrasi kependudukan Melestarikan nilai sosial
budaya Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.

2.4 Indikator Otonomi Daerah


Indikator yang dapat menentukan keberhasilan Otonomi Daerah
meliputi empat faktor, antara lain:
a. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia adalah
pengukuran perbandingan, nilai Indeks Pembanguunan Manusia
diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat

10
harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia.4 Sumber daya manusia adalah
seseorang yang siap, mau dan mampu member sumbangan terhadap
pencapaian tujuan organisasi.
b. Keuangan Menurut Peraturan Pemerintah (PP) 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1 ayat 5 yang dimaksud
dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya menyangkut tiga aspek
analisis yang saling terkait satu dengan lainya, yang terdiri dari:
1) Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan
pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang
potensial dan biaya-biaya dikeluarkan untuk meningkatkan
pendapatan tersebut.
2) Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar
biayabiaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang
menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat.
3) Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara
pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang
diproyeksikan untuk masa depan.
c. Peralatan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 pasal 1 ayat 4 di
katakan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah atau air di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori dan jalan kabel. Penyelenggaraan jalan berdasarkan
pada asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian,
keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi, dan

11
akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan serta
kebersamaan dan kemitraan.
d. Organisasi dan Manajerial Organisasi dan Manajerial adalah suatu
alat atau wadah bagi pemerintah untuk mengambil keputusan dan
membuat kebijakan atas tugas yang dilaksanakan.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan bagian sistem pemerintahan Indonesia.


Otonomi daerah bertujuan untuk pengembangan dan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat di daerah

Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal istilah otonomi daerah,


desentralisasi, dan dekonsentrasi. Dalam Konteks negara kesatuan, asas
desentralisasi merupakan pemberian keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Di Indonesia, otonomi daerah
diselenggarakan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pemerintah
daerah juga melakukan pengembangan yang disesuaikan wilayah masing-
masing.

Pengertian Otonomi Daerah Otonomi daerah adalah kewajiban yang


diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
undang-undang.
3.2 Prinsip Otonomi Daerah

Ada lima prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah yaitu:

1. Prinsip Kesatuan Otonomi daerah harus menunjang aspirasi


perjuangan rakyat untuk memperkokoh negara kesatuan dan
mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
2. Prinsip Riil dan tanggung jawab Otonomi daerah nyata dan
bertanggung jawab untuk kepentingan seluruh masyarakat. Pemda
berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan daerah.
3. Prinsip Penyebaran Asas desentralisasi dan dekonsentrasi bermanfaat
untuk masyarakat melakukan inovasi pembangunan daerah.
4. Prinsip Keserasian Daerah otonom mengutamakan aspek keserasian
dan tujuan di samping aspek demokrasi

13
5. Prinsip Pemberdayaan Tujuan otonomi daerah adalah bisa
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah
di daerah. Utamanya dalam aspek pelayanan dan pembangunan
masyarakat. Selain itu dapat meningkatkan pembinaan kestabilan
politik dan kesatuan bangsa

3.3 Tujuan Otonomi Daerah

Terdapat beberapa tujuan pemberian otonomi daerah, di antaranya:


Distribusi regional yang merata dan adil

1. Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin baik


2. Adanya sebuah keadilan secara nasional
3. Adanya pengembangan dalam kehidupan demokratis
4. Menjaga hubungan yang harmonis antara pusat, daerah, dan
antardaerah terhadap integritas Republik Indonesia.
5. Mendorong pemberdayaan masyarakat
6. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat dan mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

3.4 Kelebihan

Di dalam menjalankan otonomi daerah, terdapat beberapa kelebihan


yang didapatkan apabila suatu daerah menjalankan sistem ini. Berikut
beberapa kelebihan dari dijalankannya sistem otonomi daerah:

1. Pemerintah Prov/Kab/Kota mampu melihat kebutuhan yang


mendasar pada daerahnya untuk menjadi prioritas pembangunan.
2. Dengan dilaksanakannya Otoda maka pembangunan di daerah
tersebut akan maju, berkembang dalam pembangunan daerah,
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan rakyat.
3. Daerah dapat mengatur sendiri tata kelola pemerintahannya, PAD
dengan membentuk Perda sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan pemerintah yang lebih tinggi.

14
4. Pemerintah daerah bersama rakyat di daerah itu akan bersama-sama
membangun daerah untuk kemajuan dan kepentingan bersama.

3.5 Kekurangan

Pada dasarnya, kelebihan dari tujuan otonomi daerah yang


digalakkan suatu daerah tersebut juga memiliki kekurangan yang
mendasar bagi suatu daerah yang menjalankan sistem ini.

Berikut beberapa kekurangan dari digunakannya sistem otonomi


daerah:

1. Jika kontrol/pengawasan pemerintah pusat lemah, maka besar


peluangnya untuk munculnya raja-raja kecil yg berpotensi terjadinya
disintegrasi bangsa.
2. Bila terjadi permasalahan di daerah, misalnya KKN, maka bukan
hanya pemda yg disalahkan, akan tetapi pemerintah pusat akan kena
getahnya (kurang pengawasan).
3. Peraturan yg ditetapkan pemerintah pusat, kadang-kadang tidak
sesuai dengan kondisi daerah tertentu, sehingga menimbulkan multi
tafsir yang dapat merugikan pemda dan rakyat di daerah itu.

3.6 Asas Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Asas-asas tersebut adalah desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

1. Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat


kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan daerahnya sendiri
berdasarkan asas otonom.

15
2. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab
urusan pemerintahan umum.

3. Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada


daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah
provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

3.7 Nilai Dasar Otonomi Daerah

Dalam buku Desentralisasi dan Otonomi Daerah (2007) karya


Syamsuddin Haris, otonomi daerah memiliki beberapa nilai dasar yaitu:
1. Kebebasan

Kebebasan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengambil


tindakan dan kebijakan untuk memecahkan masalah bersama.

2. Partisipasi

Masyarakat berperan aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan,


dan pengawasan kebijakan publik di daerahnya.

3. Efektivas dan efisiensi

Melalui kebebasan dan partisipasi masyarakat, jalannya


pemerintahan akan lebih tepat sasaran (efektif) dan tidak menghamburkan
anggaran atau tidak terjadi pemborosan.

16
3.8 Hak Daerah Dalam Menjalankan Otonomi Daerah

Menurut UU No 32 Tahun 2004 Pasal 21, dalam menyelenggarakan


otonomi, daerah memiliki hak sebagai berikut:

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya


2. Memilih pimpinan daerah
3. Mengelola aparatur daerah
4. Mengelola kekayaan daerah
5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang berada di daerah
7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu, hal-hal yang dapat


disimpulkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai perangkat hukum


yang mengatur pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, yaitu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(UU Nomor 32 Tahun 2004) yang mengatur secara jelas pemberlakuan
otonomi daerah

Dalam sistem otonomi daerah dikenal istilah-istilah yang amat


penting dalam pelaksanaannya,yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan.

Pemberlakuan sistem otonomi daerah telah membawa perubahan


politik di tingkat lokal, hal ini memberikan dampak positif maupun
dampak negatif.

4.2 SARAN

Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di


beberapa sektor di tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah
lokal punya kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan
atas bidang-bidang tertentu dan penyelesaian perselisihan. Selain itu,
pemerintah pusat juga harus menguji kembali dan memperketat kriteria
pemekaran wilayah dengan lebih mengutamakan kelangsungan hidup
ekonomi kedua kawasan yang bertikai, demikian pula tentang
pertimbangan keamanan

18
DAFTAR PUSTAKA

Christina R. Muttaqin M.A. 2010. Desentralisasi dan Otonomi Daerah;


Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah.
Jakarta: Jurnal Wacana Kinerja Vol. 13 (2).

Gischa, S. 2020. Otonomi Daerah: Definisi, Asas, Tujuan, Hak dan


Kewajibannya.
https://www.Kompas.Com/Skola/Read/2020/02/06/160000769/otonomi-
daerah-definisi-asas-tujuan-hak-dan-kewajibannya. Diakses pada Rabu, 03
November 2021 pukul 13.30 WIB.

Fajri Dwi L. 2021. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Otonomi Daerah.


https://katadata.co.id/safrezi/berita/615ff9201f24a/pengertian-tujuan-dan-
prinsip-otonomi-daerah. Diakses pada Rabu, 03 November 2021 pukul
13.45 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai