Anda di halaman 1dari 9

1.

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu
hubungan. Sedangkan, kecerdasan mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid
akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting
dengan kecerdasan intelektual (IQ). Satu studi menemukan bahwa kecerdasan emosional dua kali
lebih penting. Dalam buku Daniel Goleman "Kecerdasan Emosional" dijelaskan bahwa
kecerdasan emosional bertanggung jawab atas keberhasilan sebesar 80%, dan 20% ditentukan
oleh IQ.

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional
seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri. Selain itu,
seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, lebih mudah dipercaya, bisa
beradaptasi dengan baik, bisa bergaul dan bekerjasama dalam tim, memiliki rasa tahu yang
tinggi, serta memiliki motivasi yang tinggi.

2. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang berbicara mengenai makna dan nilai yang
lebih dalam. Manusia yang cerdas adalah manusia yang mengoptimalkan dan menggunakan
segenap sumber daya yang dimilikinya untuk mengatasi persoalan dan memenuhi segala
kebutuhan hidupnya. Menurut Colman (2003) kecerdasan dapat dirumuskan dengan beberapa
definisi, yaitu; 1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif, 2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi
empat unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik, dan 3) kemampuan
memahami pertalian-pertalian (sesuatu) dan belajar dengan cepat sekali. (Colman, 2003).

Kecerdasan spiritual (SQ) Zohar dan Marshall (2005) berasal dari kata latin Spiritus yang berarti
prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Selain itu “S” dalam bahasa latin adalah Sapientia
(Sophia dalam bahasa yunani) yang berarti kearifan, kecerdasan kearifan (Wisdom Intelligence).
(Zohar dan Marshall, 2005 ).
Menurut Zohar dan Marshall (2000), Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku
dalam hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain,
(Zohar dan Marshall, 2000).

Kecerdasan spiritual menurut Fachrie (2004) adalah kemampuan manusia untuk dapat
melakukan manajemen diri secara sempurna, yaitu dimulai dengan kemampuan mengenali dan
mengendalikan diri sepenuhnya serta kemampuan mengendalikan realitas kehidupan atau dengan
kata lain kecerdasan dalam menggunakan wewenang untuk memanfaatkan kuasa Tuhan.

Sedangkan menurut Agustian (2008), seorang ahli psikologi Indonesia mengartikan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,
perilaku dan kegiatan sehari-hari, serta mampu mensinergikan IQ, EQ dan SQ secara
konperhensip, sehingga segala perbuatannya semata-mata “hanya karena Allah”.

Menurut Sukidi (2002) Kecerdasan spiritual adalah suatu dimensi manusia non-material jiwa
manusia yang merupakan intan yang belum terasah yang dimiliki oleh semua manusia. Ia harus
dikenali dan diketahui seperti apa adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad
yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Seperti dua bentuk
kecerdasan lainnya (maksudnya IQ dan EQ), kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan
diturunkan. Kemampuannya untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.

Iskandar (2009) juga menyatakan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan kemampuan


individu mengelola nilai-nilai, norma-norma, dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan
kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan suara hati (God Spot).

Sedangkan menurut Michael Levin (dalam Safaria, 2007) kecerdasan spiritual adalah sebuah
perspektif “spirituality is a perspective”. Artinya mengarahkan cara berfikir kita menuju kepada
hakikat terdalam kehidupan manusia.

Gay Hendricks dan Kate Ludeman seperti yang dikutip oleh Abdul Wahid Hasan (2006) adalah
roh atau spirit yang bisa memberikan energi jiwa dahsyat sehingga melahirkan optimisme,
motivasi atau semangat, disiplin, integritas, kejujuran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menempatkan dan menjaga perilakunya serta
memberikan makna dan nilai yang lebih luas dalam setiap kegiatan yang dilakukannya sehari –
hari.

3. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MASA DEPAN


Masa depan dan harapan seakan menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Manusia kerap ingin
memastikan keduanya. Hanya sedikit manusia yang berani untuk abai atau menghiraukan dua hal
tersebut. Dengan alasan masa depan, orang-orang rela melakukan apa saja untuk mencapainya.
Bahkan, untuk menghadapi masa depan, orang-orang telah membuat daftar keterampilan yang
mesti dimiliki. Saya tak tahu apakah itu akan menjadi beban atau tidak, namun seperti itulah
adanya. 

Laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengengai pekerjaan di masa
depan, proporsi dari keterampilan inti yang dibutuhkan ukemungkinan berubah sekitar 42 persen.
Hal ini pun diikuti dengan 10 daftar keterampilan yang akan sangat dibutuhkan dalam
menghadapi masa depan. Untuk tahun 2022 misalnya, terdapat sejumlah keterampilan yang
mesti dimiliki:

1. Daya pikir analitis dan inovatif


2. Pembelajar yang aktif dan strategis
3. Kreativitas, originalitas, dan inisiatif
4. Kemampuan programing dan teknologi desain
5. Kemampuan analitis dan daya pikir kritis
6. Kemampuan memecahkan masalah sulit
7. Kepemimpinan dan kemampuan memberikan pengaruh di lingkungan sosial
8. Kecerdasan emosional
9. Logika penyelesaian masalah
10. Kemampuan analisis sistem dan evaluative
4. Pentingnya Akal Sehat
Cukup berlebihan jika penjelasan tentang apa itu akal sehat dalam berbagai macam tradisi
filosofis sebagaimana dilakukan oleh al-Fayyadl dirasa diperlukan untuk memperjelas
maksud dari kata akal sehat dalam diskusi-diskusi publik, dan bahkan juga pada tingkat
teoretis. Akal sehat bukanlah konsep rumit seperti “ada” yang perlu dipahami konteks
historis dan filsafatinya sebelum makna sesungguhnya menjadi jelas. Lain dari itu, akal
sehat merupakan kata yang jelas dan tidak ambigu (univocal) yang tidak jauh dari kata,
sebagai contoh, makanan; kecuali tentu saja kita adalah Heidegger! Oleh karena itu,
definisi ensiklopedis dan praktis sudah lebih dari cukup. Saya akan coba tunjukan.

Akal sehat adalah pikiran yang baik dan normal, begitulah definisi ensiklopedis bahasa
Indonesia mengatakan, dan, dalam konteks ini, ini hanya berarti satu: akal sehat adalah
pikiran yang logis dan secara fisik bekerja secara sehat. Alasannya, untuk yang pertama,
kita tidak mungkin membayangkan seseorang memiliki pikiran yang baik tetapi tidak
logis, dan, untuk yang kedua, itu adalah prasyarat fisik dari pikiran disebut pikiran
(normal).

5. Unsur – unsur Kecerdasan Spritual dalam kehidupan

Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.

Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :

1) Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam


kehidupan,
2) Menemukan arti dan tujuan hidup,
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.

6. Macam-Macam Kecerdasan
1. Kecerdasan linguistik
Mengutip dari buku Bimbingan dan Konseling SMP Islam Al Azhar Kelas VII,
kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti, kata,
urutan, kata suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk
kemampuan ini yakni mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan
menyampaikan informasi. Kecerdasan ini berkaitan juga dengan penggunaan dan
pengembangan bahasa secara umum seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para
penulis editor, jurnalis, penyair orator, penceramah, maupun pelawak. Orang yang
berintelijensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap. Ia mudah
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa mudah belajar beberapa
bahasa mudah mengerti urutan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka juga
mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang
lain. Mereka lancar berdebat, mudah ingat, dan bahkan dapat menghafal Al-Qur'an
dalam waktu singkat.

2. Kecerdasan logika matematika


Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan
yang logis. Ia suka angka, urutan, logika, dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan.
Ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif
berarti cara berpikir dari hal-hal yang besar pada hal-hal yang kecil. Proses berpikir
induktif berarti cara berpikir dari hal-hal yang kecil pada hal-hal yang besar. Ini jenis
keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur ilmuwan, ekonom,
akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.

3. Kecerdasan visual spasial


Visual dan spasial adalah kemampuan melihat dan mengamati dunia visual dan
spasial secara akurat. Visual berarti gambar dan spesial yaitu hal hal yang berkenaan
dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran tentang garis, bentuk
ruang, ukuran, dan hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang.
Kecerdasan visual spasial memungkinkan orang membayangkan bentuk bentuk
geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ini karena ia mampu mengamati
dunia spasial secara akurat dan mentransformasi persepsi ini. Profesi yang biasa
dihasilkan yaitu pelukis, fotografer, desainer, dan pemahat.
4. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang
didengar. Musik punya pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang. Bagi mereka yang
memiliki kecerdasan ini dengan mudah belajar dan bermain musik secara baik. Yang
menonjol yaitu mereka dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam
bentuk musik. Mereka dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan
musik atau dalam lagu. Kecerdasan jenis ini yaitu bakat yang dimiliki oleh para
musisi, komposer, dan perekayasa rekaman.

5. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka
terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan tubuh orang lain.
Kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam
kecerdasan ini. Secara umum, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan
seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Kecerdasan ini
juga mampu untuk masuk pada diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti
pandangan sikap orang lain, dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan
jenis ini biasanya dimiliki oleh para pemimpin, para guru, fasilitator, motivator,
polisi, pemuka agama, dan penggerak massa.

6. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta
kemampuan bertindak secara adaptif. Berdasar pengenalan diri itu dapat memahami
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri, dan
melakukan disiplin diri. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai
etika dan moral serta memiliki kesadaran tinggi terhadap gagasan gagasannya. Ia
sadar tujuan hidupnya sehingga tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan pribadi.
Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh agama,
pembimbing, serta kadang kala pemimpin juga memiliki kecerdasan ini.
7. Kecerdasan gerak tubuh
Kecerdasan gerak tubuh ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita
secara terampil untuk mengungkapkan ide pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini
juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan,
kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Kemampuan seperti ini biasanya dimiliki oleh
para atlet, aktor, pemahat ahli bedah, atau seniman tari. Individu dengan kecerdasan
gerakan tubuh secara alami memiliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan
fisik. Ia juga memiliki kemampuan dan merasakan tubuh bergerak.

8. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap yang dijumpai di alam maupun
lingkungan. Intinya yaitu kemampuan manusia mengenali tanaman hewan dan bagian
lain dari alam semesta, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia
kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif, misalnya berburu,
bertani, atau melakukan penelitian biologi. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki
oleh para pecinta alam, petani, pendaki gunung, dan pemburu.

7. Hubungan IQ, EQ, SQ


Seberapa sering kita mendengar orang bicara tentang kecerdasan orang lain? Kecerdasan
adalah deskripsi betapa bagusnya seseorang melakukan sesuatu.

Kecerdasan termasuk kemampuan memberikan alasan, rencana, memecahkan persialan,


memahami ide dan bahasa, dan untuk belajar.

Jadi, apakah kamu menganggap dirimu cerdas?

Pertama, sekolah dan sistem pendidikan membuat kita yakin bahwa kita hanya disebut
cerdas kalau kita mampu memecahkan rumus matematika, kimia, atau fisika yang rumit.

Kecerdasan ini normalnya mengacu pada IQ. Intelligence Quotient. Orang yang punya
angka IQ tinggi mendapat predikat cerdas atau murid yang pandai.
Apakah IQ satu-satunya yang kita butuhkan untuk sukses? Well, kabar baiknya adalah IQ
bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan. Kebanyakan orang dengan IQ tinggi malah
tidak mencapai kesuksesan.

Ada tipe kecerdasan lain yang penting. Emotional (EQ) dan Spirituality Quotient (SQ).

Emotional Quotient (EQ), berkenaan dengan pengenalan, pemahaman, dan pemilihan


cara berpikir, merasa, dan bertindak. Ia membentuk interaksi kita dengan orang lain dan
pengenalan diri sendiri.

EQ adakah kapasitas untuk menciptakan hasil positif dalam relasi kita dengan orang lain.
EQ, kemampuan yang bisa dipelajari untuk menciptakan sukacita, kasih, empati, dan
simpati. Ini adalah pemrediksi terbaik tentang siapa yang akan sukses dalam segala aspek
kehidupan.

Dan terakhir adalah Spirituality Quotient (SQ). Tanpa spritualitas, kita mungkin jadi
kurang bergembira dan tak nyaman dengan kehidupan kita. Seberapa kaya pun kita,
seberapa banyak pun materi yang kita kumpulkan.

SQ adalah pusat dan dasar dari segala macam kecerdasan. Sebab, ia akan menjadi sumber
penuntun. SQ adalah kunci kepenuhan personal dan performa seumur hidup.

Supaya kamu gembira dan sukses, fokus pada IQ, EQ, dan SQ kamu. Jangan hanya pada
semata-mata IQ, atau EQ saja.

Bagaimana membangun ‘Q’ dalam diri kamu? Itu simpel. Cukup ketahui emosimu,
bangun kesadaran diri, dan belajar mengelola emosi.

Jadi, ‘Q’ mana yang kamu perlukan untuk meraih kesuksesan? Jawabannya adalah
ketiganya. Kita perlu mengembangkan kecerdasan kita dan memenangi kombinasi IQ,
EQ, dan SQ. Sebab IQ+EQ+SQ sama dengan pekerjaan yang lebih baik, hidup yang lebih
baik, diri yang lebih baik, dan masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai