Anda di halaman 1dari 6

Intelligence Quotient(IQ)

Uno (2010) kecerdasan Intelektual adalah kemampuan untuk

bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan

secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah

suatu kecerdasan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional.

Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan

harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi

dari proses berfikir rasional. Intelligence Quotients (IQ) adalah skor yang

diperoleh dari sebuah tes kecerdasan. Hasil tes ini memberikan indikasi

mengenai taraf kecerdasan seseorang dan menggambarkan kecerdasan

seseorang hampir keseluruhan.

Pasek (2015) kecerdasan intelektual (IQ) merupakan

pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan

daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari

orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2

tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai

prediktor keberhasilan individu dimasa depan.

Yenti (2014) menyebutkan tiga indikator kecerdasan intelektual yang

menyangkut tiga domain kognitif. Ketiga indikator tersebut adalah:

a. Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bentuk.

b. Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bahasa.

c. Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka biasa.disebut dengan
kemampuan numerik .

Umumnya masyarakat beranggapan hasil tes IQ berkaitan dengan kecerdasan. Seorang yang ber-IQ 130
dianggap berkemampuan luar biasa dalam segala bidang. Pemahaman seperti itu tidak tepat, IQ hanya
mengukur kemampuan dan logika matematika, sedangkan kecerdasan mengacu pada kemampuan
problem solving. Kenyataannya IQ tinggi tidak menjamin seseorang berhasil dalam kehidupan di masa
mendatang, IQ hanya sebesar 20%. Banyak contoh yang membuktikan hal tersebut antara lain
seseorang ber IQ tinggi, namun mampu berempati atau melakukan tindak pidana.
Dari uraian diatas, bisa penulis simpulkan bahwa IQ(Intelligence Quotients) atau juga bisa disebut
dengan kecerdasan intelektual adalah kemampuan berfikir seseorang yang ada sejak lahir yang memiliki
kemungkinan tinggi diturunkan dari orangtuanya, untuk berfikir secara rasional atau mengambil
keputusan dari masalah yang ada secara rasional. IQ dan kecerdasan berbeda. IQ hanya mengukur
kemampuan dan logika matematika. Sedangkan kecerdasan mengacu pada pemecahan masalah atau
problem solving.
Emotional Quotient(EQ)
Kemampuan Emosional atau menurut Gardner (dalam Tadkiroatun), disebut sebagai kecerdasan
Intrapersonal ditandai dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan
emosi, serta pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kecerdasan interpersonal dirangsang
melalui tugas, kepercayaan dan pengakuan. Anak perlu diberi tugas yang harus dikerjakannya sendiri,
dipercaya untuk berkreasi dan mecari solusi dan didorong untuk mandiri.

Amstrong (dalam Tadkiroatun : 2011) Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Menurut Amstrong, individu
yang cerdas dalam intrapersonal memiliki beberapa atau sebagian besar indicator kecerdasan, yaitu :

1) secara teratur meluangkan waktu sendirian untuk bermeditasi, merenung, atau memikirkan berbagai
masalah

2) pernah atau sering menghadiri acara konseling atau seminar perkembangan kepribadian untuk lebih
memahami diri sendiri

3) mampu mengahdapi kemunduran, kegagalan, dan hambatan dengan tabah

4) memiliki hobi, minat, kesenangan yang disimpan untuk diri sendiri

5) memiliki tujuan-tujuan yang penting dalam hidup, yang dipikirkan secara kontinu

6) memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan kelemahan diri yang diperoleh dari umpan
balik sumber-sumber lain

7) lebih memilih menghabiskan akhir pekan sendirian di tempat-tempat pribadi dan jauh dari keramaian

8) menganggap diri sebagai orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran mandiri

9) memiliki buku harian untuk mengkspresikan perasaan, emosi diri dan menuliskan pengalaman
pribadi

10) memiliki keinginan untuk berusaha sendiri, berwiraswasta.

Campbell, 2002 (dalam Tadkiroatun, 2011:93) Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan dunia
batin, kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri sendiri secara menyeluruh guna menghadapi,
merencanakan dan memecahkan berbagai persoalan.
Daniel Goleman (1995:411) dalam Rini Hildayani menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu
perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak”.

Teori perkembangan emosional yang banyak dipakai untuk menjelaskan perkembangan anak adalah
teori kebutuhan Maslow. Teori ini secara rinci menjelaskan tahapan kebutuhan seseorang, dari yang
paling rendah sampai yang paling tinggi. Kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisik,
membuat seseorang lebih terpaku pada pemenuhan rasa lapar, haus dan tempat tinggal. Kebutuhan
yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi. Maslow memformulasikan sebuah teori mengenai
motivasi manusia dikaitkan dengan kebutuhan manusia yang digambarkan sebagai hierarki. Ada 5
kebutuhan pada hirarki tersebut, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memiliki
dan cinta, kebutuhan kepercayaan diri, serta kebutuhan aktualisasi.

Pendapat penulis mengenai Kemampuan atau Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient/EQ) yaitu
kemampuan dan kecerdasan mengenal dan memahami diri sendiri secara maksimal yang didapatkan
melalui pergerakan diri sendiri melakukan segala sesuatu sekaligus mampu membaca situasi dan
melakukan tindakan tepat berdasarkan situasi tersebut.
Spiritual Quotient(SQ)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya
secara utuh.

Menurut Danah Zohar Dan Ian Marshall dalam buku Abdul Wahab, kecerdasan spiritual (SQ) adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup dalam konteks dan makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya.

Menurut Khalil Khavari, menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecekapan dalam dimensi non
materi dan jiwa. Kecerdasan ini pula bisa memberikan kekuatan untuk merasa bahagia dalam keadaan
apapun, dan bukan disebabkan oleh sesuatu.

Menurut Mujib Dan Muzakir Dalam Buku Wahyudi Siswanto membentuk kecerdasan spiritual anak,
menyatakan bahwa: “kecerdasan lebih merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang yang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan
kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan spiritual meliputi hasrat untuk bermakna (the will to
meaning) yang memotivasi kehidupan seseorang untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning
to life) dan mendambakan hidup bermakna (the meaningful life)”.

Dari pendapat-pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Kecerdasan spiritual


Daftar Pustaka

http://eprints.umpo.ac.id/5156/3/BAB%20II.pdf

https://ulyadays.com/pengertian-kecerdasan-emosional-menurut-para-ahli/

http://repository.uin-suska.ac.id/12424/7/7.%20BAB%20II_2018151PIPS-E.pdf

Bambang Q-Anees Dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran, (Bandung: Siombisa
Rekatama Media, 2009), h.16

Dwi Sunar P., Edisi Lengkap Tes IQ, EQ,SQ, (Jogjakarta: Flashbooks, 2010), h.249

Abd.Wahab Dan Umiarso, Op.Cit, h. 49

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 406

Anda mungkin juga menyukai