0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut merangkum tiga konsep kecerdasan, yaitu Intelligence Quotient (IQ) yang mengukur kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) yang mengukur kecerdasan emosi, dan Spiritual Quotient (SQ) yang mengukur kecerdasan spiritual. IQ hanya mengukur proses berfikir konvergen sedangkan EQ dan SQ lebih luas cakupannya, mencakup empati, pengendalian diri, dan keterhubungan dengan yang lebih bes
Dokumen tersebut merangkum tiga konsep kecerdasan, yaitu Intelligence Quotient (IQ) yang mengukur kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) yang mengukur kecerdasan emosi, dan Spiritual Quotient (SQ) yang mengukur kecerdasan spiritual. IQ hanya mengukur proses berfikir konvergen sedangkan EQ dan SQ lebih luas cakupannya, mencakup empati, pengendalian diri, dan keterhubungan dengan yang lebih bes
Dokumen tersebut merangkum tiga konsep kecerdasan, yaitu Intelligence Quotient (IQ) yang mengukur kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) yang mengukur kecerdasan emosi, dan Spiritual Quotient (SQ) yang mengukur kecerdasan spiritual. IQ hanya mengukur proses berfikir konvergen sedangkan EQ dan SQ lebih luas cakupannya, mencakup empati, pengendalian diri, dan keterhubungan dengan yang lebih bes
Identitas Penulis Nama : Farel Syauqi NIM : 2210203008 Semester : II/A
1. Intelligence Quotient (IQ)
Kecerdasan adalah anugerah istimewa yang dimiliki oleh manusia, sedangkan makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas. Manusia mampu memahami segala fenomena kehidupan secara mendalam, mampu mengetahui suatu kejadian kemudian mengambil hikmah dan pelajaran darinya, menjadi lebih beradab dan menjadi bijak, semua itu dikarenakan manusia memiliki kecerdasan sehingga dapat dijadikan sebagai alat bantu di dalam menjalani kehidupannya di dunia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan adalah perihal cerdas, perbuatan mencerdaskan, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Orang sering menyamakan arti intelegensi dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual (IQ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Tes kecerdasan hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Dengan demikian, kecerdasan intelektual hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan inteligensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar, Syamsu Yusuf membagi dalam 10 ciri, yaitu: 1) Idiot (IQ: 0 – 29); 2) Imbecile (IQ: 30 – 40); 3) Moron atau Debil (mentally handicapped/mentally retarded), (IQ: 50 – 69); 4) Kelompok bodoh (dull/borderline) (IQ: 70 – 79); 5) Normal rendah (below average), (IQ: 80 – 89); 6) Normal sedang, (IQ: 90 – 109); 7) Normal tinggi (above average), (IQ: 110 – 119); 8) Cerdas (superior), (IQ: 120 – 129); 9) Sangat cerdas (very superior/gifted), (IQ: 130 – 139); 10) Genius (IQ: 140 ke atas).
2. Emotional Quotient (EQ)
Emosi merupakan suatu gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantahkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dapat dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi meledak-ledak, ia secara psikis memberi kepuasan, tapi secara fisiologis membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki terasa ringan, juga tidak terasa ketika berteriak puas kegirangan. Menurut Daniel Goleman, kecerdasan emosi atau “emotional intelligence” merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Istilah kecerdasan emosional (EQ) dilontarkan pertama kali pada tahun 1990 oleh Peter Salovey dan Jack Mayer dari Harvard University of New Hampsire untuk menerangkan kualitas-kualitas itu antara lain: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Mereka menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya, mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti: emosi untuk membantu berfikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual. Daniel Goleman menjelaskan kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima wilayah penting, yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati (mengenali emosi orang lain), dan keterampilan sosial.
3. Spiritual Quotient (SQ)
Kata spiritualitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “spirituality”, kata dasarnya “spirit” yang berarti: “roh, jiwa, semangat”. Kata spirit sendiri berasal dari kata Latin “spiritus” yang berarti: luas atau dalam (breath), keteguhan hati atau keyakinan (courge), energi atau semangat (vigor) dan kehidupan. Kata sifat spiritual berasal dari kata Latin spiritualis yang berarti “of the spirit” (kerohanian). Cooper, mendefinisikan makna spiritual sebagai berikut: “Dengan spiritual dimaksudkan kerinduan dan pencarian manusia yang abadi dan sudah ada sejak keberadaan manusia itu sendiri, untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih dapat diandalkan daripada ego kita sendiri, dengan kata lain keterhubungan kita dengan jiwa kita, dengan sesama kita, dengan kancah sejarah dan alam, dengan hembusan jiwa yang satu adanya, dan dengan misteri kehidupan itu sendiri.” Spiritualitas merupakan galian terdalam dan sumber dari karakter hidup. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. SQ adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi kita juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai. Ia tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Menurut guru sufistik (dalam Aliah Purwakania), terdapat tujuh tingkat spiritualitas manusia, dari yang bersifat egoistik sampai yang suci secara spiritual. Hal ini bukan dinilai oleh manusia melainkan langsung oleh Allah. Tingkatan ini terdiri dari: 1) Nafs Ammarah (The Commanding Self); 2) Nafs Lawwamah (The Regretful Self); 3) Nafs Mulhimah (The Inspired Self); 4) Nafs Muthma’innah (The Contented Self); 5) Nafs Radhiyah (The Pleased Self); 6) Nafs Mardhiyah (The Self Pleasing to God); 7) Nafs Sfiyah (The Pure Self).
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita