CHAPTER I
PERKEMBANGAN KONSEP KECERDASAN ATAU INTELIGENSI
Intelegent Quotient ( IQ )
• Inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional.
• Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir,mengolah dan
berrusaha untuk menguasai untuk lingkungannya secara maksimal secara terarah
• Sir Francis Galton ilmuwan yang memelopori studi IQ dengan mengembangkan tes sensori
(1883
• Galton berpendapat bahwa makin bagus sensori seseorang makin cerdas dia
• IQ (intelligence quotient) sempat dimitoskan sebagai satu-satunya kriteria kecerdasan
manusia
• Heredity Genius (1869) yang kemudian disempurnakan oleh Alfred Binet dan Simon.
Dengan kecerdasan intelektual atau rasional orang mampu memahami, menganalisa,
membandingkan, dan mengambil hikmah dari setiap masalah, peristiwa, dan kejadian yang
terjadi pada masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang
• Bahkan konon, perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat sebagian besar terjadi
karena berfungsinya secara optimal cara berpikir rasional.
• IQ pada umumnya mengukur kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan praktis, daya
ingat (memory), daya nalar (reasoning), perbendaharaan kata, dan pemecahan masalah
• Unsur-unsur yang terdapat di dalam IQ adalah: kecerdasan numeris, pemahaman verbal,
kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, ingatan
(Robin, 1996).
• Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi
personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan
seseorang
Kelemahan IQ
a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam “ pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati
dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa
kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58%
merupakan hasil dari proses belajar.
b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab
dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan
manusia itu bermacam-macam. Buktinya,
Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket.
Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik.
Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju
Rudi Hartono cerdas bermain bulu tangkis
Rudi Hadi Suwarno cerdas menata rambut (hair stylist)
“Rudy” BJ Habibie cerdas
Emosi Quottient ( EQ )
• Kecerdasan emosi semula diperkenalkan oleh Peter Salovey dari Universitas Harvard dan
John Mayer dari Universitas New Hampshire.
• Peter Salovey dan John Mayer menggunakan istilah Emotional Intellegence untuk
mengambarkan kemampuan untuk memahami perasaan sendiri, merasakan perasaan orang
lain secara empatik dan kemampuan mengatur emosi sedemikian rupa sehingga dapat
berjalan secara selaras dengan tuntutan hidup sehari-hari.
• Istilah itu kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam karya monumentalnya
Emotional Intellegence; Why it Can Matter More Than IQ tahun 1995.
• Tahun 1995an, berdasar berbagai hasil penelitian para pakar Psikologi dan Neurologi,
Daniel Goleman mempopulerkan konsep Kecerdasan Emosional atau populer dengan
singkatan EQ.
• Konsep ini menyatakan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan
rasional atau intelektual; bahkan dalam kehidupan sosial EQ bisa lebih berperan dibanding
IQ.
• Untuk menjadi manusia yang berhasil (masih menurut Daniel Goleman) bukan terlalu
ditentukan oleh IQ (Kecerdasan Intelektual) seseorang, tetapi lebih ditentukan oleh EQ
(Kecerdasan Emosional) yang muatan-muatan aspeknya sebagai berikut :
1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri dan rasa
percaya diri yang tinggi.
3. Pengaturan diri : yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan mengembangkan
sifat dapat dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi.
4. Motivasi : yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi , berkomitmen, berinisiatif, dan
optimis.
5. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan seseorang harus menangani
suatu hubungan.
6. Empati : yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi pelayanan
dengan mengambangakan orang lain. Mengatasi keragmana orang lain dan kesadaran
politis.
7. Ketrampilan sosial: Yaitu bentuk kecakapan dalam menggugah tenggapan yangd ikehendaki
pada orang lain . kecakapan ni meliputi pengaruh , komunikasi, kepemimpinan, katalisator
perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta
kemampuan tim.
EQ vs SQ
PROPHETIC INTELLIGENCE
• Melengkapi model–model kecerdasan di atas, KH.Hamdani BDz, seorang praktisi
pendidikan, pelatihan, dan konseling spiritual di Jogjakarta, memperkenalkan kecerdasan
kenabian atau kecerdasan profetik (prophetic intelligence).
• Jauh sebelum Rene Descartes mencetuskan jargon cogito ergosum (‘aku berpikir maka aku
ada), Rasulullah Muhammad SAW telah menyatakan bahwa pusat eksistensi manusia yang
menentukan kualitas kediriannya adalah qalb
• Definisi ‘cerdas’ dan ‘berpikir’ pada manusia hanya dibatasi oleh bekerjanya simpul-simpul
syaraf di otak berdasar premis-premis logika yang dipostulatkan sebagai kebenaran.
Sementara, sebenarnya manusia memiliki potensi qalb untuk merenung, menyadari,
menghayati, memilih mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan menembus hijab
kediriannya sendiri.
• Kecerdasan profetik bertumpu pada nurani yang bersih dari penyakit-penyakit ruhaniah,
seperti syirik, kufur, nifaq, dan fasik. Dalam kondisi nurani yang sehat itulah Allah SWT
menurunkan rasa percaya, yakin, dan takut kepada-Nya.
• Dari rasa takut itulah lahir kekuatan dankeinginan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
dan perubahan-perubahan yang positif, lebih baik, dan lebih benar. Pribadi yang sehat
ruhani adalah pribadi yang ruhaninya telah berfungsi secara baik di dalam diri hingga dapat
memberikan pengaruh positif terhadap seluruh aktivitas mental, spiritual, dan fisik.
• Kecerdasan kenabian dapat dipahami sebagai potensi atau kemampuan berinteraksi,
menyesuaikan diri, memahami, dan mengambil manfaat serta hikmah dari kehidupan langit
dan bumi, ruhani dan jasmani, lahir dan batin, dunia dan akhirat, dengan senantiasa
mengharap bimbingan Allah SWT, melalui nurani.
CHAPTER II
PENGETAHUAN EMOSI DAN DASAR KECERDASAN EMOSI
Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu Misalnya jika sedih
biasanya seseorang menangis, jika lucu tertawa.
Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktifitas kognitif (berpikir)
manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Misalnya jika seseorang
mempersepsikan jalanan macet akibat sopir bis kota yang ugal-ugalan, seseorang
menjadi marah.
Emosi adalah hasil reaksi koginif terhadap situasi spesifik. Misalnya jika ujian
semakin dekat seseorang takut gagal, lalu cemas dan belajar dengan tekun.
Emosi manusia terkait dengan tiga aspek penting yakni; persepsi, pengalaman dan
proses berpikir, (Martin , 2008).
2. Setiap orang memiliki kebutuhan emosi namun pada tingkatan yang berbeda-beda.
Sebuah lelucon dapat membuat seseorang terbahak-bahak, namun senyum sinis pada
orang lain
Karena setiap orang memiliki kebutuhan emosi berbeda-beda, perlu berhati-hati
dengan humor, lelucon, kata-kata, nasehat serta sikap pada siapapun untuk
menghindari salah tanggap.
3. Kebutuhan emosi manusia berbeda pada level kebutuhannya, bukan pada jenisnya
Suatu peristiwa yang memicu stres pada seseorang ternyata tidak berpengaruh pada
orang lain. Dalam menghadapi orang lain harus disesuaikan dengan tingkat dan
kondisi yang tidak terlalu jauh dengan ambang batas kemampuan mereka. Orang
yang ambang batasnya rendah lebih mudah terkena stress, lebih sensitif, lebih mudah
marah, lebih gampangkecewa dan lain-lain
20% IQ
80% EQ
6.Saya bisa merubah kebiasaan saya, jika secara emosional kebiasaan baru yang
lebih menyenangkan daripada kebiasaan lama
Untuk bisa mengubah kebiasaan , maka anda perlu mencari kebiasaan baru yang
memiliki nilai emosional yang sepadan atau lebih memicu alasan emosi yang lebih
mendalam.
Perbesar rasa senang terhadap kebiasaan baru dan pikirkan manfaat dan keguanaan
dari kebiasaan baru anda.
Anatomi Emosi
PADOLI, PERSONALITY DEVELOPMENT 9
Anatomi dan fungsi Sistem Limbik
• Struktur limbic, meliputi amigdala, hippocampus, kortek olfaktorius yang saling berhubungan
satu sama lain dan dengan hypothalamus.
• Area limbic mempunyai peran primer dalam pengaturan memori, emosi, motivasi,
keseimbangan hormon dan fungsi otonom.
• Sistem limbic dibagi menjadi dua sirkuit yang saling berhubungan yaitu sirkuit limbic anterior
yang berpusat di amygdala dan terlibat primer dalam dorongan emosi dan perilaku dan sirkuit
posterior yang berpusat di hippocampus yang penting untuk memori.
CHAPTER III
PENGETAHUAN EMOSI, PENYADARAN DAN PENERIMAAN EMOSI DIRI
3.1Pengetahuan Emosi
Emotional Autenticity
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan beragam topeng yang dipakai untuk
menutupi berbagai kekurangan dan ketidakberdayaan, bahkan untuk menutupi identitas
yang gelap.
Pemakaian topeng merupakan hal yang wajar dan lumrah, sepanjang dalam batas-batas
normal. Topeng emosi jika dipakai terus menerus dalam setiap kesempatan dalam jangka
panjang akan merusak mental dan keotentikan hubungannya dengan orang lain.
Beberapa topeng yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. TOPENG KEPEMILIKAN
Penyebab: takut tidak diterima, khawatir ditolak, takut dihina, cemas dengan
apa yang mungkin akan dikatakan orang
Wujud perilaku: berusaha menggunakan barang mewah, tidak pada tempatnya
Refleksi : menyadari bahwa harta bukanlah segalanya.
2. TOPENG INTELEKTUALITAS
Takut kelihatan bodoh, merasa tidak aman dengan pengetahuan yang dianggapnya
kurang, khawatir dihina orang karena pengetahuannya yang dianggap kurang
Wujud perilaku: berusaha menunjukkan kepandaian yang dimiliki, titel yang dipunyai,
penghargaan, serta sertifikat dari berbagai kursus atau lembaga pendidikan lainnya
Refleksi : penghargaan bukanlah segalanya
4. TOPENG MORAL
Cemas karena telah berdosa dan berupaya menutupinya, takut tidak diterima di
kelompok yang mementingkan nilai religius, rasa tidak aman dengan keburukan diri
Wujud perilaku: berbicara meluap-luap tentang moralitas, nilai-nilai keagamaan,
memberi nasihat-nasihat moral, dll. namun pada kenyataannya tidak demikian
Refleksi : Mendekatkan diri yang sesungguhnya lebih berharga dan mulia
5. TOPENG JABATAN
Merasa minder, merasa diri tidak berharga tanpa embel-embel jabatan atau pangkat
Bangga dengan pangkat/ kedudukan, selalu ingin mendapat perlakuan khusus karena
jabatan yang dimilikinya
Wujud perilaku: menyepelekan orang-orang yang berkedudukan rendah, bersikap
dominan dan menunjukkan superioritasnya dengan berbagai cara
Refleksi : Jabatan bukan segalanya, kesehatan diri yang lebih utama .
6. TOPENG SEKSUALITAS
Merasa tidak aman dengan kondisi diri yang sesungguhnya, minder atas kondisi non-
fisiknya, kesulitan untuk mencintai tanpa syarat karena terbiasa dicintai secara bersyarat
Pandai menggunakan daya tarik seksualnya sebagai alat untuk memanipulasi orang lain
Wujud perilaku: suka memanfaatkan orang lain dengan menggunakan daya tarik
seksualnya
Refleksi : Kecantikan bathiniah lebih penting daripada kecantikan lahiriah.
Refleksi :
1 Jangan bangga dengan rumah mewah, karena rumah terakhir kita adalah kuburan
2 Jangan bangga dengan mobil mewah, karena mobil terakhir kita adalah keranda /mobil jenazah
3 Jangan bangga dengan gelar karena gelar kita yang terakhir adalah almarhumah
4 Jangan bangga dengan kecantikan karena akhir badan kita akan menjadi tulang yang
berserakan
5 Jangan bangga dengan baju yang indah-indah, karena baju kita terakhir adalah kain kafan.
Emotional Spirituality
• Emotional spirituality adalah dasar emosi-emosi ilahi yang berkembang pada diri manusia
karena keyakinan bahwa manusia adalah citra Allah sendiri.
• Pada prinsipnya ada tiga dasar penting emotional spirituality. yakni cinta kasih, kemurahan
hati/kepedulian (wujud dari perasaan empati) serta syukur (wujud perasaan bahagia).
• Ketiga dasar emosi ini merangkum tiga emosi universal yang banyak diwarnai semangat
keimanan sejati
• Masing-masing memiliki kutubnya sendiri yang sangat berlawanan, yaitu egoisme,
keserakahan (wujud dari perasaan khawatir) dan ketakutan.
Kesadaran emosional diri didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengenal dan
memilah-milah perasaan, memahami hal yang dirasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi
(Stein dan Book, 2000).
Beberapa hal yang terkait penyadaran emosi meliputi :
Tinggi
Menyerang secara fisik
Melampiaskan secara fisik ke benda
Memaki
Marah-marah
Berbicara keras
Jengkel menaikkan suara
Mengomel
Rasa jengkel meningkat, terkendali
Mulai timbul rasa kesal
Mulai merasa terganggu
Tidak merasakan apapun
Rendah
Berapa rata-rata termometer anda setiap hari? Apakah sering marah-marah, atau tenang
menghadapi kanker payudara anda?
Bagaimana langkah anda jika berada dalam kondisi suhu termometer yang
membahayakan?
Jika anda renungkan, hal apakah yang anda syukuri pada kehidupan anda saat ini
Kita jadi kurang bersyukur karena selalu melihat ke atas, bukan ke bawah terhadap
kehidupan orang lain disekitar anda
Chapter IV
Penerimaan orang lain Dan Membina Hubungan Dengan Orang Lain
Orang yang dewasa secara emosional, merasa oke dengan dirinya dan orang lain tanpa
bersyarat
Penerimaan orang lain dibangun berdasarkan kesadaran dan penerimaan diri
Bila seseorang semakin terbuka pada emosi sendiri, maka ia akan semakin terampil
dalam membaca perasaan orang lain.
Sebaliknya, orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri
tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
Mengenali emosi orang lain (empati) merupakan tahap awal menerima orang lain.
Penerimaan orang lain bersyarat
• Kalau kamu tidak juara kelas, kamu bukan anak yang baik
• Wajahmu jerawatan, kamu tak akan diperhitungkan dalam pesta
• Kalau tubuhmu gembrot, suami anda akan kurang memperdulikanmu.
• Kalau kamu tidak jadi orang kaya, orang lain tidak memperdulikanmu
• Mengharap orang lain mengikuti standar dan kualitas yang ditetapkan
• Mengharap orang lain menghargai atas perhatian kita
• Mengharapkan balas budi atas perbuatan sendiri dari orang lain
• Menarik bantuan, penghargaan jika orang lain tidak memenuhi harapan atau keinginan kita.
Membina Hubungan
Beberapa prinsip emosi afeksi adalah
1. Menyadari adanya perbedaan individu dan perbedaan perlakuan
2. Menyadari bahwa persepsi seseorang menentukan emosi.
1. Meskipun realitanya sama (peta), persepsi setiap orang bisa berbeda (teritori).
2. Sebaiknya anda pahami peta orang sebelum memberikan penilaian
3. Memulai hubungan dari diri sendiri
4. Kalau tidak ingin dicubit, anda tidak boleh mencubit.
GOLDEN RULE
Lakukan pada orang lain, apa yang ingin orang lain lakukan padamu
Jangan lakukan pada orang lain, apa yang kamu tak ingin orang lain lakukan padamu
Lakukan pada orang lain, apa yang mereka ingin kamu lakukan, meskipun mereka tidak
melakukan apa yang kamu inginkan
Jangan lakukan pada orang lain,apa yang mereka tak ingin kamu lakukan, meskipun mereka
melakukan apa yang tidak kamu inginkan padamu
Chapter V
STRESS DAN KEPERAWATAN
Pengetahuan tentang stres penting, perawat perlu mengenali stres pada klien dan
keluarganya mampu memberikan intervensi secara efektif. Perawat sebagai tenaga profesional
harus mengenal tanda dan gejala stres serta memiliki pengetahuan tentang teknik pengelolaan stres
sebagai alat coping personal juga untuk mendesain intervensi pengelolaan stres pada klien dan
keluarganya.
Keperawatan mrp suatu pekerjaan yg stressful. (Sullivan 1993; Decker 1997). Keperawatan
terpapar luas situasi dan kondisi yang potensial membuat stres : Beban kerja tinggi , Jam kerja
yang tidak teratur dan melelahkan , Kebutuhan penyesuaian emosi dengan pasien dan klg dan
Pasien yang mengalami kesulitan perilaku.
Pasien-pasien yang sulit sebagai sumber stres dalam keperawatan meliputi : patients who
are emotionally unstable, highly anxious, depressed, hostile, challenging, overly dependent or
independent, aggressive, impatient, dan unappreciative and nonconforming.
Responses to Stress
1. Respons emosional terhadap beban stress meliputi: Irritability., Hostility (Tdk ramah.),
Anxiety/increase worrying. Loss of self-esteem. Feelings of helplessness. Withdrawal
from friends and relatives., Inability to enjoy life. Loss of concentration/focus.
Alcohol/substance abuse.
2. Responses Cognitive Meliputi Obsession/ excessive worrying. Poor
concentration/attention. Poor judgement. Suicidal ideation.
3. Respons fisik terhadap stress meliputi : Tension headaches., Upset stomach -
heartburn/indigestion, Sleep problems., Backaches, High blood pressure, Muscle
tension, Fatigue, Shortness of breath/nervousness, Sweaty palms.
4. Respons perilaku terhadap stress meliputi : terlambat kerja, penurunan motivasi,
penyalahgunaan alkohol, isolasi sosial, percobaan bunuh diri, Explosiveness/”acting
out.”
Perubahan cara berfikir dapat merubah cara kita merespon dan berperilaku, dapat merubah
the biochemical reaction yang akan meminimalisasi bahkan mencegah kecemasan.
REDUCE STRESS
1. Avoid stressors.
1. Most powerful technique. Involves avoiding stress or reducing exposure.
2. Examples include good time management, training, good problem solving skills,
and good nutrition.
2. Change your thinking.
1. Focus on the here and now. (It’s not the end of the world)
2. Recognize the choices you make. Increase your sense of personal control.
3. Avoid absolutes and perfectionism. (I don’t have to be perfect)
4. Practice positive self-talk. (Life’s like that)
5. Review the Serenity Prayer as an example of positive self-talk that minimizes
perfectionism and maximizes personal control.
3. Learn to relax.
1. The opposite of stress is relaxation. You can’t be stressed and relaxed at the same
time, so learn how to relax.
2. Breathing, progessive muscle relaxation and other exercises.
3. Pleasurable hobbies.
Elements of Physical Relaxation
o Breathing (Take a few deep breaths, Focus on your breathing)
o Tensing and Relaxing Muscles
o Visual Imagery (Imagine your favorite place :Beach, Mountains, Lake, Desert)
CHAPTER VI
PENGUATAN DIRI (EMOTIONAL AFFIRMATION)
Tahapan ini merupakan tahapan tertinggi dan terpenting dari proses kematangan
emosi. Tahapan ini merupakan tahapan bergerak dan bertindak yang membutuhkan
keberanian dan kesanggupan untuk mengambil resiko-resiko emosi.
MORTIR EMOSI
Orang lain tak akan melukai kita tanpa persetujuan kita (Elanor Rosevelt)
Kata-kata atau kalimat maupun ucapan orang lain adalah suatu stimulus, jika kita sendiri
tidak memaknai, maka kita tidak pernah mengalami luka batin dengan kata-kata itu.
If it’s out mind, if it’s out my mouth, if it’s out my attitude, if it’s out my behavior– it’s not
me
Faktor Sukses
Memiliki sasaran yang jelas (visi, tujuan, objektif, cita-cita, obsesi, atau whatever). Yakni
bayangan batin tentang sosok yang inginkan dari diri seseorang sejelas mungkin.
Komitmen yang kuat, kemauan yang keras, dorongan yang kuat, kesungguhan. Punya bakat
atau kecerdasan apapun,, tapi kalau komitmen hilang, hilang juga bakat dan kecerdasan itu.
Kelayakan untuk dipercaya oleh orang lain
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Ini mencakup antara lain: kemampuan
membuka hubungan baru, kemampuan mempertahankan hubungan yang sudah ada, dan
kemampuan mengatasi konflik atau persoalan secara positif
kemampuan untuk terus belajar (learning ability). Belajar adalah mengubah prilaku ke arah
yang lebih baik berdasarkan praktek sehari-hari
Soft skill adalah kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan
baik pada lingkungan dimana dia berada.
Soft skill adalah kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk sukses (Ditdik ITB, 2005).
Soft skill diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih
mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal.
Intra-personal skill: ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk
pengembangan kerja secara optimal.
Inter-personal skill: ketrampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain untuk
pengembangan kerja secara optimal (UBB, 2008).
Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep kecerdasan emosional
(emotional quotient).
Soft skill adalah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Quotient) seseorang, yang
dikategorikan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan,
optimasi.
Soft skills ‘berbeda’ dengan hard skills yang menekankan kepada IQ, artinya penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya. (Karmilasari, 2008).
4. Adaptability- Don't underestimate the ability to adapt to changes and manage multiple
tasks
5. Research skills- With Google at the tip of your fingers, it's easy to find answers to common
issues.
6. Project management skills- Organization, planning and effectively implementing projects
and tasks for yourself and others is a highly effective skill to have
7. Problem-solving skills- The ability to use creativity, reasoning, past experience,
information and available resources to resolve issues is attractive because it saves everyone
at the organization valuable time.
8. Process improvement expertise- The number one goal every company has in common is
to save money.
9. Strong work ethic, Employers are looking for employees that take initiative, are reliable
and can do the job right the first time
10. Emotional Intelligence- Although you will most likely never see this in a job description,
EI is a highly sought after skill that relates to your social skills, social awareness and self-
management abilities
CHAPTER VIII
KEPRIBADIAN DAN PROFESI PERAWAT
Pengertian Kepribadian
1. Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut Personality.
Ada 4 tipe kepribadian menurut Hipocrates yaitu tipe gaul, tipe kuasa, tipe harmoni tipe
pemikir
1. Kepribadian tipe Gaul (terbuka, membicara, optimis)
1. Ciri orang tipe Gaul adalah menyenangkan, suka bicara dan bercerita, menghidupkan
suasana pesta, ingatan akan warna, ceria dan selalu gembira, disukai teman anak, cepat
minta maaf, berhati tulus, sikapnya mudah berubah,, terdorong oleh pujian
2. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit
berkonsentrasi; kurang disiplin, tidak pernah dewasa, tidak mengikuti sampai tuntas, mudah
teralihkan perhatiannya, suka menjadi pusat perhatian
3. Cara menyesuaikan diri dengan tipe Gaul :
• Jangan mengharapkan mereka mengingat janji pertemuan/tepat pada waktunya,
• sadarilah mereka bicara tanpa berpikir lebih dulu,
• Pujilah mereka untuk segala sesuatu yang mereka capai
• Bawakan mereka hadiah karena mereka menyukai mainan baru
• Dengan mengetahui tipe kepribadian anda dan orang lain, anda akan berkomunikasi lebih
baik dengan mereka. Ada tipe gaul, kuasa, harmoni dan pemikir.
• Tipe apakah yang dominan serta subdominan pada diri anda.
• Apa yang seharusnya anda lakukan saat bertemu dengan orang yang sama atau berbeda tipe
kepribadian dengan anda?
Compassion.
Tanpa kasih sayang, bagaimana Anda dapat berempati dengan pasien Anda?
Sebagai seorang perawat, Anda harus memiliki dorongan dan motivasi ditambah dengan kasih
sayang untuk membantu orang lain dan juga tekad untuk membuat dampak dalam kehidupan
orang lain sedemikian rupa bahwa ia akan menjadi sembuh. Contoh. Ketika melihat/merawat
luka, Anda harus menunjukkan tidak terkejut dan menunjukkan terbiasa bekerja dengan orang
sakit, yang mungkin pasien menjadi frustasi atau gelisah dengan gejalanya. Anda harus mampu
berempati dengan pasien Anda. Hal ini meyakinkan pasien bahwa Anda peduli memperlakukan
mereka kembali ke kesehatan penuh dan membantu memperkuat bahwa Anda berada di sana
untuk membantu.
Patience /Kesabaran, tidak muncul secara alami. Anda dapat belajar untuk meningkatkan
dari waktu ke waktu. Kesabaran tidak hanya dengan pasien, tetapi juga dengan rekan kerja,
dokter dan anggota keluarga. Misalnya, sering kali pasien dapat frustrasi mengapa mereka
tidak segera membaik atau mengapa dokter tidak dapat mendiagnosa gejala. Pasien dapat marah
ketika dokter memerintahkan tes lagi untuk mendiagnosa kondisi medis. Di sinilah kesabaran
yang benar-benar berguna, terutama bagi perawat
Honest (jujur). Ketika merawat pasien, perawat harus cukup jujur untuk melakukan apa
yang diketahui dan menerima ketidakmampuan atau kurangnya pengetahuan ketika ditanya
Personal development includes activities that improve awareness and identity, develop
talents and potential, build human capital and facilitates employability, enhance quality of
life and contribute to the realization of dreams and aspirations
Daftar Pustaka
1. Benaroh Eduardo E, 2006, Basic Neuroscience with Clinical Application, Elsivier, USA
page 867-910
2. Goleman, Daniel, 2008, Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional,
mengapa EI lebih penting dari IQ, PT Gramedia Pustaka Utama
3. Martin, 2008, Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup
Melelui Kekuatan Emosi, HR Excellency, Jakarta
4. Martin, Anhtony. 2006, Strategi Jitu Mengelola Emosi: Smart Emotion,
Volume 2, Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
5. Adiwiyoto, 1996. Personality Plus, Binarupa Aksara