A. Kecerdasan Intelektual
masalah logis dan spekulatif. Kecerdasan atau inteligensi pada awalnya menjadi
kemampuan daya pikir rasional dan logika. Kecerdasan intelektual lazim disebut
kemampuan kognitif secara global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak
secara terarah dan berpikir secara bermakna sehingga dapat memecahkan sebuah
didalamnya mencakup belajar dan pemecah masalah menggunakan kata kata dan
simbol, pengukuran kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu
intelektual dapat didefinisikan sebagai prestasi kerja dan variable kecerdasan yang
15
bidang numerik atau angka. Menurut Sunar (2010) dalam Putri (2016) kecerdasan
teoritis. Kecerdasan intelektual tidak bisa lepas dari kemampuan kognitif individu
karena ada kaitan erat antara kecerdasan yang dimiliki oleh karyawan terhadap
kemampuan kognitif dari setiap karyawan. Kecerdasan intelektual atau yang biasa
disebut dengan intelegensi merupakan kecerdasan yang dibangun oleh otak kiri
dan otak kanan secara seimbang. Menurut Goleman (2015) kecerdasan intelektual
hanya mampu menyumbang 20% kesuksesan dan 80% berasal dari kekuatan-
kekuatan lain termasuk dari kecerdasan emosional. Robbins dan Judge (2008)
dari orang tua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2
sebagai salah satu tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja.
16
yang penting dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan karena dalam bekerja
kecerdasan kognitif yang dimiliki individu secara global agar bertindak secara
alat tes dari Richard Pauli (Marsuki, 2014). Wiramihardja (2003) menyebutkan
B. Kecerdasan Emosional
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain. Kecerdasan emosional bertumpu pada perasaan, watak dan naluri moral. Ada
semakin banyak bukti bahwa sikap etik dasar dalam kehidupan berasal dari
hati yang kurang memiliki kendali diri akan menderita dan kurang mampu dalam
pengendalian moral.
emosional sebagai satu kesatuan dari kecerdasan sosial yang berkaitan dengan
kemampuan individu dalam memantau emosi dirinya maupun emosi orang lain,
dan juga kemampuan dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain,
dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya.
emosional dalam hal ini bermanifestasi dalam atribut seperti kejujuran, semangat,
a. Kesadaran diri
penilaian emosi diri dengan skor tinggi akan mengetahui dan memahami
b. Empati
sekitarnya. Seseorang yang memiliki empati dengan skor tinggi akan lebih sensitif
pada emosi orang lain dan baik dalam memprediksi respon emosi orang lain.
c. Manajemen diri
psikologi lebih cepat. Seseorang yang memiliki manajemen diri dengan skor
tinggi akan mampu kembali normal dari kekecewaan yang telah melanda
kehidupannya.
d. Motivasi diri
konstruktif dan kinerja diri. Seseorang yang memiliki motivasi diri dengan skor
tinggi akan mampu menjaga emosinya tetap positif disetiap waktu. Mereka akan
menggunakan emosi sebagai motivasi untuk menciptakan kinerja yang tinggi baik
C. Kecerdasan Spiritual
dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman
sampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan
jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita dari kerendahan.
Kecerdasan tersebut menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih dalam untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang lebih
kapasitas mental yang berkontribusi pada kesadaran, integrasi, dan aplikasi adaptif
dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Kecerdasan spiritual juga
dan Duchon (2000) memiliki tiga komponen utama, yaitu: Sebagai nilai
kehidupan dari dalam diri sendiri, makna dan tujuan dalam bekerja, rasa yang
King dan DeCicco (2009) menyebutkan ada empat indikator utama yang bisa
untuk berpikir secara kritis terkait merenungkan makna, tujuan, dan isu-isu
eksistensial atau metafisik lainnya (realitas, alam, semesta, ruang, waktu, dan
hidup, karena setiap objek atau kejadian dapat dilihat dalam kaitannya dengan
manusia dan alam semesta, dan mengenai Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi.
Proses berpikir kritis menurut King dan DeCicco (2009) merupakan sebuah proses
seseorang untuk membangun makna dan tujuan pribadi dalam setiap pengalaman
secara fisik dan mental, termasuk kapasitas untuk membuat dan menguasai tujuan
peristiwa dan keadaan pribadi untuk menemukan tujuan dan makna dari dalam
21
semua pengalaman hidup (Nasel, 2004 dalam King dan DeCicco, 2009). Makna
pribadi telah didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tujuan dalam hidup,
memiliki rasa arah, rasa ketertiban dan alasan keberadaan, sehingga kemampuan
untuk menciptakan makna dan tujuan pribadi dalam semua pengalaman mental
c. Kesadaran transendental
dimensi transenden diri, orang lain, dan dunia fisik dalam keadaan normal
maupun dalam keadaan membangun area kesadaran. Wolman (2001) dalam King
dan DeCiccio (2009) menjelaskan bahwa kesadaran transenden lebih luas sebagai
batas-batas pribadi mereka dan mengintegrasikan tujuan individu dengan hal yang
oleh Tart (1975) dalam King dan DeCicco (2009) bahwa kesadaran transendental
melibatkan kemampuan untuk mengatasi keadaan sadar dan area yang lebih tinggi
perbedaan yang signifikan dalam fungsi otak antara semua tingkat dan area
D. Kinerja Karyawan
Koopmans et al. (2014) menyatakan kinerja adalah hasil prilaku atau tindakan
dari individu yang relevan dengan tujuan perusahaan, artinya kinerja karyawan
harus sesuai dengan apa yang perusahaan inginkan sebagai bentuk upaya untuk
baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah
ditentukan. Kinerja ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut upaya kerja
dan dukungan perusahaan. Salah satu masalah klasik dalam konsep kinerja adalah
adanya perbedaan antara prilaku dan hasil kerja, hal ini menjadi sebuah
Kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
mengadakan pengukuran atas kinerja dari setiap karyawan perusahaan, hal ini
dikaitkan dengan tingkat produktivitas dan efektifitas kerja dari staf tersebut
dalam menghasilkan karya tertentu sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan
perusahaan yang secara umum akan digunakan sebagai bahan pertimbangan upaya
tiga, yaitu:
1. Kinerja tugas
pokok yang diberikan. Kinerja tugas erat kaitanya dengan prilaku karyawan dalam
2. Kinerja kontekstual
perusahaan dan prilaku ini erat kaitanya dengan buruknya produktifitas karyawan.
24
E. Penelitian Terdahulu
F. Rerangka Pemikiran
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah dan
Kecerdasan Intelektual
1. Kemampuan figur
2. Kemapuan verbal
3. Kemampuan numerik
(Wiramihardja 2003)
Kecerdasan Emosional
Kinerja
1. Penilaian emosi diri
2. Empati 1. Kinerja tugas
3. Penggunaan emosi 2. Kinerja kontekstual
4. Motivasi diri 3. Prilaku kerja kontraprodukti
(Koopmans et al., 20014)
(Law et al., 2004)
Kecerdasan Spiritual
1. Berpikir kritis eksistensial
2. Membangun makna pribadi
3. Kesadaran transenden
4. Ekspansi keadaan sadar
G. Hipotesis
karyawan.
karyawan.
karyawan.