Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah: Psikologi Eksperimen

“PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA


BARISTA”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Prima Aulia, S.Psi, M.Psi

Disusun oleh:

Metrilani Yanra (20011232)

Miranda Pratiwi (20011234)

Noerma Oktafiani Yurisman (20011245)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada suatu perusahaan terdapat berbagai macam instrumen guna mendorong
tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut. Instrumeninstrumen yang dimaksud
adalah bahan baku, tenaga kerja, teknologi, dan modal. Diantara instrumen tersebut,
terdapat salah satu yang paling penting yaitu tenaga kerja atau bisa disebut sumber
daya manusia, dimana sumber daya manusia merupakan pendorong berkembangnya
suatu perusahaan atau organisasi.Faktor sumber daya manusia merupakan aset yang
paling penting untuk memberikan suatu keuntungan disamping sebagai penggerak
dinamika organisasi atau perusahaan.Setiap manusia ingin berprestasi dalam segala
hal, terutama dalam bidang pekerjaan, saat ini keberhasilan dan kesuksesan dalam
kerja tidak hanya didukung dari kemampuan intelektual saja, namun juga didukung
oleh kemampuan mengelola emosi.

Penelitian Goleman dalam Wibowo (2011:9) mengungkapkan bahwa


kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang sekitar 20% bagi faktor yang menentukan
kesuksesan dalam hidup, sedangkan 80% lainnya dipengaruhi oleh kekuatan lain
termasuk kecerdasan emosional. Dalam pernyataan tersebut menunjukkan bahwa di
dalam lingkungan kerja, aspek perilaku manusia mengambil peran yang sangat
penting. Sikap perilaku karyawan terhadap pekerjaan sangat menentukan keberhasilan
suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Kecerdasan emosi merupakan wacana yang baru dalam bidang ilmu psikologi
setelah bertahuntahun masyarakat sangat meyakini bahwa faktor penentu keberhasilan
hidup seseorang adalah IQ. Berdasarkan penelitian dalam bidang psikologi bahwa
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya diukur berdasar pada
kecerdasan logis dan linguistik saja namun terdapat kecerdasan lain yang mampu
membuka pemikiran banyak orang mengenai faktor keberhasilan dalam hidup salah
satunya adalah kecerdasan emosional. Oleh karena itu prestasi yang diperoleh dalam
pekerjaan salah satunya dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang menempati
posisi pertama dan kecerdasan intelektual menempati posisi kedua (Wibowo, 2011:2).

Kecerdasan emosional yang baik akan membuat seseorang mampu membuat


keputusan yang tegas dan tepat walaupun dalam keadaan tertekan. Kecerdasan
emosional juga membuat seseorang dapat menunjukkan integritasnya. Orang dengan
kecerdasan emosional yang baik mampu berfikir jernih walaupun dalam tekanan,
bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan
berprestasi.Kecerdasan emosional berarti menggunakan emosi secara efektif untuk
mencapai tujuan dengan tepat, membangun hubungan kerja yang produktif dan
meraih keberhasilan di tempat kerja.

Kecerdasan emosional memiliki lima komponen menurut Goleman (2005:513)


yang secara parsial mempengaruhi kinerja karyawan. Lima komponen tersebut yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran
diri yaitu perasaan mengenali diri sendiri, pengaturan diri yaitu kemampuan
mengelola emosi, motivasi yaitu kemampuan dalam mendorong semangat kerja yang
tinggi, empati yaitu kemampuan mengenali perasaan orang lain, dan keterampilan
sosial yaitu kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Barista adalah karyawan coffee shop yang melayani dan membuatkan pesanan
terhadap pelanggan. Barista ternyata adalah seseorang yang mengkhususkan diri
dalam membuat dan menyajikan berbagai minuman. Mereka biasanya bekerja di
kedai kopi, toko buku, atau di bar yang menyajikan minuman khusus kopi atau
espresso. Selain itu, kebanyakan barista melakukan lebih dari sekadar membuat
minuman dengan rasa yang enak. Barista adalah orang yang membuat minuman kopi
berbasis espresso. Barista biasanya dipekerjakan oleh kedai kopi secara khusus. Dan,
ini mungkin adalah pengertian barista yang dikenal oleh masyarakat umum di seluruh
dunia secara luas. Untuk menjadi seorang barista, Anda harus belajar bagaimana
membuat berbagai jenis minuman kopi. Anda mungkin juga perlu sedikit skill artistik.
Sebagian besar kedai kopi khusus menyajikan minuman kopi berdasarkan espresso.
Espresso bukanlah biji kopi atau jenis panggang tertentu (yang berarti bagaimana biji
tersebut dimasak). Sebaliknya, espresso adalah cara khusus untuk menyeduh kopi.
Kata barista berasal dari Italia, yang berarti "bartender" yang menyajikan minuman
beralkohol dan non-alkohol, termasuk kopi dan minuman espresso. Istilah Italia
adalah netral gender bila tunggal, melansir dari thespruceeats.com. Dalam bahasa
Inggris, netral gender bila tunggal atau jamak (baristas), tetapi dalam bahasa Italia,
spesifik gender bila jamak, baik maskulin "baristi", yang berarti "barmen" atau
"bartenders," atau feminine "bariste,""yang berarti" pelayan bar". Di Amerika Serikat,
istilah ini terbatas pada server minuman berbasis kopi dan tidak termasuk server yang
menyiapkan dan menyajikan minuman beralkohol.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja barista ?

C. SIGNIFIKASI PENELITIAN

Signifikasi penelitian ini secara teoretis diharapkan memberikan kontribusi


dalam pengembangan teori kinerja karyawan, khususnya di lingkungan kerja. Dalam
hal praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan masukan,
khususnya terkait aspek-aspek yang penting diperhatikan agar komitmen
organisasional karyawan dapat muncul dan terjaga jika memang sudah ada, yang
Selanjutnya komitmen organisasional ini diharapkan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan yang bersangkutan.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Pada penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh kecerdasan


emosional barista terhadap kinerja barista.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahui pengaruh kecerdasan emosional barista terhadap kinerja barista pada


pengaturan diri pada pegawai barista

b) Diketahui pengaruh kecerdasan emosional barista terhadap kinerja barista pada


empati pegawai barista

c) Diketahui pengaruh kecerdasan emosional barista terhadap kinerja barista pada


keterampilan sosial pegawai barista

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmuPsikologi


terutama Psikologi Industri dan Organisasi
2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat membuka informasi tentang masalah stress


dalam pekerjaan dan kepuasan dalam bekerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik,
cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar
keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan
adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal
ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Kecerdasan atau yang biasa
disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa Latin “intelligence” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind
together). Menurut KBBI kecerdasan diartikan sebagai intelegensi atau perihal cerdas,
dengan makna lain diartikan perkembangan akal budi yang menuju ke arah sempurna.
Menurut Gardner dalam Rose (2002:58) mengemukakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang
memiliki nilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Sedangkan Super dan
Cites dalam Dalyono (2009:183) mengemukakan definisi kecerdasan sebagai
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan disekitar atau belajar diri sebuah
pengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa manusia hidup dan berinteraksi di dalam
lingkungannya yang komplek.

2. Pengertian Emosi
Emosi yaitu suatu perasaan yang mendorong individu yntuk merespon
atas rangsangan yang muncul dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, sehingga
individu dapat merasakan suatu perubahan sistem terhadap fisilogis dan psikologisnya
dalam waktu yang cepat. Crow dalam Hartati (2004:90) menyebutkan bahwa emosi
merupakan keadaan pada diri individu yang bergejolak domana berfungsi sebagai
individu adjustment terhadap suatu lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu.

Menurut Ibda dalam Yusuf (2009:114), emosi merupakan suatu perasaan dengan
pikiran-pikiran khasnya, keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi berperan dalam pengambilan sebuah
keputusan yang menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu atau sekelompok
orang.

3. Hakikat Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional adalah dua buah produk dan dua keterampilan
utama, yaitu keterampilan kesadaran diri dan keterampilan manajemen diri yang
termasuk dalam kompetensi personal dan yang kedua adalah keterampilan kesadaran
sosial dan keterampilan manajemen hubungan sosial yang termasuk dalam
kompetensi sosial. Kompetensi personal lebih berfokus pada diri sendiri sebagai
individu, sedangkan kompetensi sosial lebih berfokus pada suatu hubungan kepada
orang lain (Bradberry dan Greaver, 2007:630).

Menurut Patton (2001:3), kecerdasan emosional memiliki arti yabg


sederhana yaitu keterampilan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai
sebuah tujuan dan mampu membangun hubungan yang baik serta mampu maraih
kesuksesan ditempat kerja, sedangkan menurut Agustian (2006:420, kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk merasakan kejujuran dalam hati yang menjadi
pusat prinsip untuk mampu memberikan rasa aman, pedoman, kekuatan serta
kebijaksanaan.

4. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional


Menurut Goleman (2005:45) ciri-ciri kecerdasan emosional meliputi
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan ketika menghadapi sebuah
masalah yang membuat frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-
lebihkan perasaan ketika sedang bergembira, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban pikiran ketika menumpuk tidak melumpuhkan kemampuan dalam berpikir,
berampati, dan berdoa.

B. Komponen-Komponen Dasar Kecerdasan Emosional


Goleman (2005:513) membagi kecerdasan emosional ke dalam lima
dasar kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati,
dan keterampilan sosial.

1. Kesadaran diri
Kesadaran diri yaitu kemampuan individu dalam mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain, serta mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri
sendiri.
2. Pengaturan diri.
Pengaturan diri adalah suatu kemampuan untuk mengelola emosi pada diri
sendiri. Semakin baik pengaturan diri dalam emosi maka semakin terkontrol pula
tindakan yang akan dilakukan sehingga tetap memiliki hubungan yang baik dengan
orang lain.

3. Motivasi.
Motivasi adalah suatu dorngan yang menggerakkan karyawan agar mampu
mencapai tujuan yaitu kinerja yang maksimal.

4. Empati
Empati adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui dan memahami perasaan
orang lain yang digunakan untuk menyesuaikan diri dengan baik kepada banyak
orang.

5. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan menciptakan hubungan yang
harmonis antar individu, yaitu dengan memberikan respon baik terhadap lawan bicara
dan menjaga perilaku serta ucapan ketika berhadapan dengan orang lain.

C. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2017:67,) kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Fahmi
(2017:188), kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama
periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Menurut Riniwati (2011:50), kinerja yaitu sebuah pengukuran dalam


mengerjakan tugasnya dan dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam
mencapai sasaran khusus. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan
sebagai sesuatu yang ingin diraih atau dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan
kemampuan individu (Poerwadarminta, 2011:67).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah


kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam melakukan suatu pekerjaan,
sehingga menjadi sebuah prestasi dalammencapai tujuan yang ditunjukkan dalam
tingkah laku yang ditampilkan.

2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (job measurement) dilakukan sebagai upaya untuk
mengetahui bagaimana tingkat kinerja karyawan. Hasil dari penilaian kinerja ini yang
akan menjadi catatan tersendiri dalam memberikan penilaian terhadap kinerja masing-
masing karyawan. Menurut Dharma (2003:355), penilaian terhadap kinerja masing-
masing karyawan dapat diukur dengan indikator kuantitas, kualitas, dan ketepatan
waktu.

3. Tujuan Penilaian Kinerja


Sebuah penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui keberhasilan
setiap karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Setiap perusahaan pasti
menggunakan penilaian kinerja sebagai bahan evaluasi pada tiap periode yang
kemudian dapat menjadi sebuah permasalahan untuk mencapai tujuan perusahaan
secara maksimal.

D. Pengaruh Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Barista.


1. Pengaruh Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Barista pada
Pengaturan diri
Seorang barista yang mampu mengatur emosi diri yang baik akan
memiliki rasa tanggung jawab atas kinerjanya pribadi dan mempunyai
kemampuan beradaptasi dalam menghadapi berbagai perubahan. Mengatur
emosi membuat seorang barista dapat mengendalikan pikiran untuk tetap
tenang mengerjakan tugas pribadinya. Sehingga mendapatkan hasil kinerja
yang baik.

2. Pengaruh Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Barista Pada Empati


Kemampuan berempati membuat seseorang menjadi mudah untuk
diterima banyak orang dan merasa dihargai, begitu pula hal yang sama
dirasakan oleh orang lain yang merasa dirinya dihargai dengan pemikiran
yang mempunyai perbedaan sudut pandang. Begitu juga dengan barista
mereka dapat saling berempati terhadap sesama barista dalam pekerjaan.

3. Pengaruh Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Barista Pada


Keterampilan sosial
Keterampilan sosial yaitu kemampuan untuk menangani emosi dengan
baik dan berinteraksi dengan lancar ketika berhubungan dengan orang lain,
mempengaruhi dan memimpin orang lain, dapat menyelesaikan perselisihan
dan untuk bekerja dalam tim.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen, yaitu metode yang bertujuan untuk menguji pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lain atau menguji bagaimana hubungan sebab
akibat antara variabel satu dengan lainnya. Metode penelitian eksperimen
memiliki perbedaan yang jelas dibandingkan metode penelitian yang
lainnya.
Pada penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu kecerdasan
emosional dan variabel indepennya yaitu kinerja barista pada pengaturan
diri, empati dan keterampilan sosial pegawai barista coffe shop malacca.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, diawal
penelitian dilakukan pengukuran terhadap variabel terikat yang telah
dimiliki subjek. Setelah diberikan manipulasi dilakukan pengukuran
kembali terhadap variabel terikat yang sama.
B. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono, mengemukakan bahwa populasi sebagai wilayah
secara umum yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk diteliti dan dibuat
kesimpulannya.
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh barista
coffe shop malacca sebanyak 5 orang.
Menurut Sugiyono, sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Yaitu pengambilan sampel dimana
jumlah sampek sama dengan populasi. (Sugiyono,2007). Pada penelitian
sampel yang digunakan seluruh barista yaitu sebanyak 5 orang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah Coffe Shop Malacca pada Jl. Tan
Malaka No.20 Padang, Sumatera Barat.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini
dibutuhkan teknik pengumpulan data yang digunakan seperti,
angket/kuesioner, wawancara dan observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek
1. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh barista coffe shop malacca
sebanyak 5 orang dengan rentang usia 21 – 25 tahun. Pengambilan data
sampel dilakukan dengan menggunakan kuesioner berupa google form.
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 5 orang atau
seluruh barista coffe shop malacca.
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi barista berdasarkan Jenis Kelamin di Coffe Shop
Malacca Padang

No Jenis Kelamin f %

1 Laki - Laki 4 80,0


2 Perempuan 1 20,0
Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel 4.1 barista di Coffe Shop Malacca Padang menurut


jenis kelamin terdapat 20,0% perempuan dan 80,0% laki – laki.
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi barista berdasarkan Umur di Coffe Shop
Malacca Padang
No Umur (Tahun) f %

1 21 1 20,0
2 23 2 40,0
3 24 1 20,0
4 25 1 20,0

Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel 4.2 barista di Coffe Shop Malacca Padang menurut


kelompok umur yang paling banyak 23 tahun sebanyak 40,0% dan
kelompok umur yang sedikit yaitu 21 tahun, 24 tahun dan 25 tahun
sebanyak 20,0%.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari kelima responden yang mengikuti intervensi Focus Group
Education ( FGD ) yang diberikan oleh peneliti didapati mengalami
peningkatan dalam hasil kuesioner achievement goals. Selain itu, kelompok
barista juga mengalami perubahan dalam beberapa hal berkenaan dengan
emosional mereka. Tujuan (goals) mempunyai pengaruh yang persuasif pada
perilaku dan performa seseorang, baik secara individu maupun dalam
kelompok/organisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari beberapa
studi yang mengatakan bahwa individu yang memiliki penetapan tujuan (goal)
yang bersifat spesifik dan menantang tetapi masih dapat dicapai secara
rasional cenderung akan menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan
dengan individu yang tidak membuat atau mempunyai penetapan tujuan (goal)
sama sekali (Alderman, 2008; Lunenberg, 2011).
Partisipan menemukan kekuatan dan kelebihan mereka yang selama ini
belum mereka sadari dari sudut pandang teman-teman kelompoknya.
Partisipan mampu untuk menilai diri secara lebih positif dibandingkan dengan
sebelumnya yang merasa diri kurang memahami emosional nya masing-
masing serta memiliki keyakinan akan kapasitas diri yang baik. Melalui
keyakinan tersebut, maka secara tidak langsung kelompok responden ini
mempunyai persepsi diri yang positif terhadap diri mereka sendiri. Persepsi
diri ini didapati dari bagaimana mereka menilai kapabilitas diri mereka secara
mandiri dan memperoleh penilaian dari perbandingan sosial yang dilakukan
mereka terhadap lingkungan sekitarnya (McNamara & O’Hara, 2008).
Berdasarkan dari hasil kuesioner pre-post kueisoner achievement goals
ditemukan bahwa masingmasing dari anggota kelompok mengalami
peningkatan hasil mengenai cara pandang mereka terhadap achievement goals
seperti yang terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.3
Skor Pre-Test dan Post-Test Kuesioner Achievement Goals

Total Hasil Pre-Test Total Hasil P0st-Test


Kategori Kecerdasan
Emosional Pada
No Keterangan
Barista di Coffe Shop
Malacca Setuju
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Setuju

1 Pengaturan Diri 21 19 35 5
Meningkat

2 Empati 23 7 30 0
Meningkat

3 Keterampilan Sosial 20 10 27 3
Meningkat

Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner pre test dan post test sebelum
dan sesudah diberikan Focus Group Discussion di dapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan pada pengaturan diri, empati dan keterampilan social barista di Coffe
Shop Malacca. Dengan total hasil pre-test pada pengaturan diri responden yang setuju
sebanyak 21 meningkat menjadi 35, dan empati dari 23 meningkat menjadi 30 dan
keterampilan social dari 20 meningkat menjadi 27 setelah dilakukan Focus Group
Discussion.
BAB V
KESIMPULAN

Pemberian Focus Group Discussion (FDG) yang dilakukan pada barista Coffe

Shop Malacca di Padang mengenai Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Barista

terbukti dapat membantu meningkatkan achievement goals melalui peningkatan

beberapa aspek keterampilan kinerja barista seperti pada aspek pengaturan diri,

empati dan keterampilan social.


DAFTAR PUSTAKA
Andewi, N. M. A. Y., Supartha, W. G., & Putra, M. S. (2016). Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pdam Tirta
Mangutama Kabupaten Badung. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 5(7), 2231-2260.

Fitriastuti, T. (2013). Pengaruh kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan


organizational citizenship behavior terhadap kinerja karyawan. JDM (Jurnal
Dinamika Manajemen), 4(2).

Hidayati, R., Purwanto, Y., & Yuwono, S. (2011). Kecerdasan emosi, stres kerja dan
kinerja karyawan. Jurnal Psikologi, 2(1).

Jachja, D. R., WIDIYANTO, I., & Yuniawan, A. (2012). Analisis Pengaruh


Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi di PT. Multiguna International
Persada) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Marga, Y. K. (2016). Pengaruh Pelatihan, Kecerdasan Emosional dan Budaya


Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Pelayaran Tempuran Emas
Surabaya. E-Jurnal Manajemen Kinerja, 2(1), 22-36.

Putra, S.A.,Soetino, N. 2018. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Untuk Meningkatkan


Achievement Goal Pada Kelompok Siswi Underachiever. Jakarta: 2018

Risma, D. (2012). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan:


Penelitian eksperimen. Jurnal Educhild: Pendidikan dan Sosial, 1(1), 86-97.

Saragih, R., Luturlean, B. S., & Hadiyanto, F. (2020). Employee job satisfaction in
mediating the relationship between work motivation and affective commitment in
roof tile industry. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 21(1), 16-26.

Setyaningrum, R., Utami, H. N., & Ruhana, I. (2016). Pengaruh Kecerdasan


Emosional Terhadap Kinerja. Jurnal Administrasi Bisnis, 36(1).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sulaiman, W. S. W., & Noor, M. Z. M. (2015). Examining the psychometric


properties of the Wong and Law Emotional Intelligences Scale (WLEIS). Journal of
social sciences and humanities, 2(2), 81-90.
Tambak, S., & Sukenti, D. (2019). Strengthening linguistic and emotional intelligence
of madrasah teachers in developing the question and answer methods. MIQOT:
Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, 43(1), 111-129.

Anda mungkin juga menyukai