Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

PSIKOPATOLOGI PERKEMBANGAN
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

DOSEN PENGAMPU:
Roza Eva Susanti, S. Psi., M. Psi.

Oleh Kelompok 02:

1. Adinda Fobi Safitri (19011001)


2. Andre Dharmawan (19011099)
3. Febriani Rahmatillah (19011030)
4. Hikmatul Wazkia (19011038)
5. M. Syukri Yusra Refin (19011150)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
LAPORAN PSIKOPATOLOGI PERKEMBANGAN

I. Identitas
A. Identitas Anak
Nama : RAR
Jenis Kelamin : Laki-laki
: Batu Sangkar, 18 Desember 2015
Tempat/Tanggal lahir
Tgl Pemeriksaan : 3 Desember 2021
Usia : 6 Tahun
Pendidikan : Belum Sekolah
Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan G No.45, Tggl Htm Kota Pdg
Urutan kelahiran : Anak ke-3

B. Identitas Orangtua
Ayah Ibu
Nama :R R
Usia : 53 Tahun 47 Tahun
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : S1 D3
Pekerjaan : Swasta Karyawan BUMN
Anak ke/dari : Ke 3 Ke 2
Pernikahan : 20 Tahun 20 Tahun
Usia saat menikah : 26 Tahun 24 Tahun
Alamat : Jalan G No.45, Jalan G No.45, Tggl Htm Kota Pdg
Tggl Htm Kota Pdg

C. Kedudukan dalam keluarga


No Nama L/P Usia Pendidikan Keterangan
1. R Laki-laki 53 Tahun S1 -
2. R Perempuan 47 Tahun D3 -
3. N Perempuan 20 Tahun Mahasiswa -
4. APDN Perempuan 16 Tahun SMA -
5 RAR Laki-laki 6 Tahun Belum sekolah -

I. Jadwal Pemeriksaan
No Hari & Tanggal Keterangan Waktu
(WIB)
1. Jumat, 19 September 2021 Pembangunan Rapport + 09.00
Anamnesa
2. Jumat, 26 September 2021 Observasi 09.30
3. Jumat, 3 Desember 2021 Pemberian Reward 09.15

II. Observasi
A. Observasi subjek
Dari observasi pertama yang telah kami lakukan, S memiliki kulit
berwarna kuning langsat, memakai setelan pakaian warna hijau, dan
memiliki status fisik yang sehat seperti anak normal pada umumnya. Di
pertemuan awal, S meletakkan sandalnya sembarangan dan tidak pada
rak sepatu di tempat sebagaimana mestinya. Saat S diberikan terapi oleh
abang pendampingnya berupa menjawab pertanyaan gambar dan warna
yang sesuai, S sudah mampu mengerti dengan menunjuk lewat jarinya
namun masih belum mampu untuk menyebutkan nama warna dan
gambar tersebut. Contoh lainnya adalah saat diarahkan untuk
menyebutkan nama hewan Zebra, S hanya mampu mengucapkan kata
“ba” saja. Saat diajak bermain, S memiliki fokus yang terpecah. S tidak
bisa fokus dan bertahan lama dalam satu kegiatan saja. Saat dipanggil,
S tidak menolehkan kepalanya pada orang yang memanggilnya. S
malah sibuk dan asyik melakukan pekerjaan yang lainnya. Saat
bermain, S cenderung hiperaktif dengan berlarian kesana-kemari tanpa
mengenal lelah. Ia berlari, melompat-lompat, melempar bola basket
tanpa arah dengan cukup kencang, dan beragam kegiatan lainnya.
Sebagai mahasiswa, kami cukup kewalahan mengimbangi tenaga dari
S. S sendiri dilatih melalui penguatan rangsang pada respons
motoriknya oleh abang pendampingnya, seperti digerak-gerak
tangannya, kaki, dan sebagainya
B. Observasi significant other
Kami melakukan wawancara terhadap pengasuh S, karena
kesibukan dari orang tua S yang sangat padat. S sendiri dijemput oleh
kakek dan neneknya, namun mereka tidak selalu ada setiap waktu
bersama S. S sendiri bersama pengasuhnya dari pagi hingga sore. Orang
tua S juga tidak memberatkan pengasuhnya dengan urusan rumah,
hanya terfokus pada menjaga S.
Pada saat mewawancarai pengasuhnya, ia memakai baju biru
dongker, berkaca mata, mengenakan tas bewarna merah, memakai
masker berwarna abu-abu, dan aksesoris jam berwarna gold. Pada awal
pertemuan, pengasuhnya menampakkan raut wajah yang ramah dan
antusias untuk membantu kami saat penggalian data dalam wawancara.
Ketika wawancara berlangsung, pengasuh S duduk di kursi dengan
posisi tubuh yang tegap dan siap mendengarkan saat diberikan
pertanyaan. Pengasuh S menjawab pertanyaan kami dengan aktif,
melalui banyak gerakan tangan yang ditunjukkan. Selain itu, pengasuh
S sering melibatkan kontak mata kepada kami. Ketika pengasuh
mengatakan perkembangan S yang sudah menuju ke arah yang lebih
baik setelah pemberian terapi, tampak terlihat mimik wajah yang
sumringah dengan suara yang cukup stabil dari pengasuhnya walaupun
tertutup masker.

III. Anamnessa
A. Alloanamnesa (pengasuh S)
S merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. S merupakan anak
laki-laki satu-satunya di keluarga. S sekarang sudah berumur enam
tahun. S mempunyai dua orang kakak perempuan yang masih kuliah
dan SMA. Orang tua S sangat sibuk karena kedua nya bekerja. Ayah S
merupakan seorang freelancer, sedangkan ibu S berstatus karyawan
BUMN. S sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya, selalu diberikan
apa yang ia inginkan. S jauh lebih dekat dan manja dengan sosok ayah
karena lebih sering berinteraksi daripada sosok ibu. Ibu S sendiri pulang
saat sore, malamnya S sudah tidur dengan cepat sehingga minim
komunikasi. Sosok ibu jauh lebih tegas untuk memberikan hukuman
jika S bertindak di luar batas, sedangkan sosok ayah memberikan
semuanya asalkan S tidak menangis dan lebih tenang. S sendiri
memiliki riwayat epilepsi sewaktu kecil di umur 2 tahun, matanya tidak
bisa fokus dan sedikit juling. Maka dari itu S sudah mengonsumsi obat-
obatan sedari kecil.
Sebelum S melakukan terapi, S sangat tidak bisa mengontrol
perilakunya. Contohnya saja saat S minum susu harus memakai dot dan
tidak ingin memakai gelas, jika memakai gelas S akan marah. Jika ada
benda di tangan, S akan melemparkannya ke orang lain. S tidak bisa
diberikan benda yang tajam, jika diberikan ia akan melukai orang yang
ada di sekitarnya. S tidak memikirkan bahaya dan dampak yang terjadi
pada dirinya, malah jika dilarang maka S akan terus melakukannya.
Tidak ada rasa ketakutan sama sekali, suka melihat orang susah, dan
jika keinginannya tidak dipenuhi maka ia akan mengamuk. Diperkuat
oleh peristiwa jika sudah merasa bosan bermain sepeda, ia akan
menabrakkan sepeda ke tubuh saudaranya. S juga pernah
menghancurkan LCD mobil ayahnya. Hubungan S dengan saudara-
saudaranya cukup dekat. Walaupun saudaranya masih ada ketakutan
terhadap adiknya sendiri karena terdapat kecenderungan untuk melukai,
namun saat adiknya tenang saudaranya akan mengajak bermain S.
Pengasuh S sendiri cukup tegas dalam memberikan perlakuan jika
S di luar kendali. Tidak menyetujui secara langsung saat S meminta
handphone. Pengasuh S langsung mengalihkann S dengan
menyambungkan Youtube ke TV, hal ini sekaligus metode untuk
memantau dan mengawasi S. S sendiri memiliki kecenderungan senang
saat melihat balapan motor dan tertawa saat ada insiden kecelakaan,
sesuatu yang ditakutkan oleh pengasuhnya akan berdampak buruk ke
kehidupan masa depan S nanti. Saat melakukan kesalahan, pengasuhnya
akan memukul tangan S dalam konteks yang masih wajar. Jadi saat
mengulang kesalahan, S akan menyodorkan tangannya untuk diberikan
hukuman. Perubahan baik lainnya bahwa S sudah mampu makan secara
mandiri. Dari penuturan pengasuhnya, S dilatih dan selalu senang untuk
berenang di kolam rumahnya sebagai upaya untuk mengurangi energi
berlebihnya.
IV. Analisa masalah
Mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (2013), S mengalami beberapa simptom dari ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) yang mencakup gangguan inatensi pada
fungsi atau perkembangan di kegiatan sosialnya. Contohnya saja pada saat
diajak berbicara, S terlihat acuh saat mendengarkan atau diajak berbicara
langsung tanpa memainkan kontak mata (pikiran seperti berada di tempat
lain bahkan tanpa distract yang terlihat jelas). S sering sulit saat
mempertahankan perhatian dimana ia tidak akan bisa duduk bertahan lama
dalam satu permainan. Untuk simptom hiperaktif dan impulsif, tangan atau
kaki S menggeliat saat duduk di kursi seperti terlihat gelisah. Melempar
bola basket dengan sangat kuat dan kencang tanpa memikirkan risiko
terkena orang di sekitarnya. S juga sulit untuk dapat tenang di saat
beraktivitas santai. Cenderung menganggu dan menyela orang, mengambil
kursi dari anak lain tanpa izin dan ragu-ragu. Kedua simptom tersebut
dapat terlihat sebelum individu menginjak usia 12 tahun.
Perkembangan bahasa pada umumnya tidak dialami oleh anak-anak
dengan gangguan ADHD karena adanya beberapa hambatan, seperti;
perhatian pada sesuatu sangat fokus atau sebaliknya sangat minim
kemampuannya untuk dapat fokus, sensitivitas yang berlebihan pada
auditori, pemahaman auditori yang rendah, kerja memori yang lemah,
semantik atau pemahaman terhadap makna yang terbatas, sintaksis yang
terbatas atau ketidakmampuan memahami prinsip dan aturan yang
mencakup struktur kalimat dalam berbahasa (Prizant & Schuler, dalam
Wijaya 2017). Pujiati & Yuliantie dalam penelitiannya mengatakan bahwa
mengenai perkembangan bahasa anak ADHD, sebuah penelitian
menyebutkan bahwa salnya anak dengan gangguan ADHD memiliki
kesulitan dalam merumuskan kalimat, mengingat kata-kata dengan cepat,
dan asosiasi kata tugas (Darmawati & Nuryani, 2020). Penelitian lain
menyebutkan bahwa anak dengan gangguan ADHD cenderung berpikir
lama saat menjawab dan memberi jawaban yang tidak sesuai. (Darmawati
& Nuryani, 2020)
Jika S berkomunikasi dengan orang lain S akan menarik baju atau
tangan orang tanpa berbicara mengatakan sepatah katapun. Contohnya
jika S ingin mengambil bola namun S tidak bisa, S akan menarik tangan
atau baju orang yang ada di sekitarnya. S juga lama menjawab jika
dipanggil oleh orang lain.. Selain itu S saat ditanya “gambar apa ini?”,
sudah bisa menjawab namun akan lama berpikir dan hanya akan
mengatakan bagian belakang dari nama tersebut. Contohnya pada saat
kami melakukan observasi S disuruh untuk menyebutkan nama hewan
yang ditunjuk, seperti anjing dan zebra, S akan menyebutkan “jing dan ba”
saja.
Perkembangan sosial S cukup baik, contohnya ketika ada orang
seumuran dia datang ke rumahnya, S langsung mengajak temannya
bermain asalkan jangan ada benda tajam di dekatnya yang akan
membahayakan orang lain. Tetapi ketika bertemu orang yang baru, S akan
seperti mencari perhatian karena merasa ingin dipedulikan. S tidak akan
memperdulikan orang baru yang bicara.
Untuk kemampuan kognitif dari S saat ditanya gambar apa yang
ditunjuk, S akan lama berpikir padahal gambar yang ditunjuk ini sudah
diulang beberapa kali namanya. S lambat untuk mengingatnya. S mampu
mengetahui nama hewan dan bentuk hewan seperti gajah, zebra, jerapah,
anjing dll. Kemudian, bisa memasukkan bola basket ke dalam ring yang
ada. S telah memberi respons ketika diberi pengarahan dengan cara yang
sama seperti anak lain namun kurangnya kemampuan S dalam
berkonsentrasi dan menyikapi tugas atau pun beraktifitas.

V. Kesimpulan
S sering sulit saat mempertahankan perhatian dimana ia tidak akan
bisa duduk bertahan lama dalam satu permainan. S juga sulit untuk dapat
tenang di saat beraktivitas santai. Tetapi ketika bertemu orang yang baru, S
akan seperti mencari perhatian karena merasa ingin dipedulikan. S tidak
akan memperdulikan orang baru yang bicara. Untuk kemampuan kognitif
dari S saat ditanya gambar apa yang ditunjuk, S akan lama berpikir
padahal gambar yang ditunjuk ini sudah diulang beberapa kali namanya. S
lambat untuk mengingatnya. Sdapat melempar dan menangkap bola,
mengayunkan, serta berjalan dengan lancer. Permasalahan yang terdapat
pada S ialah S masih belum bisa terfokus kepada satu hal yang ia sedang
kerjakan semisal Ketika sedang bermain bola lalu S melihat permainan
lain maka ia akan teralihkan dan melempar bola tersebut lalu berlari ke
mainan yang baru saja ia lihat.
VI. Saran
1. Keluarga
Untuk keluarga diharapkan untuk tidak terlalu menjaga
jarak terutama untuk saudara S, untuk dapat lebih dalam
menyayangi serta tidak menjaga jarak dengan S, kepada orang tua
untuk jangan memanjakan terlalu berlebihan dan diharapkan dapat
mengajarkan sikap disiplin dengan lebih baik
2. Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan agar tidak menanamkan
stigma perbedaan kepada anak yang mengalami ADHD, dan dapat
menerima kekurangannya dengan cara bersosialisasi baik kepada
anak serta dapat bermain bersama dengan anak-anak lain seperti
pada umumnya
3. Untuk peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian
ini, peneliti dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya
sehingga dapat memberikan variasi pada penelitian berikutnya,
seperti pemilihan topik bahasan dan pemilihan partisipan atau
responden dengan beberapa anak yang menderita ADHD kemudian
dibandingkan anak satu dengan anak yang lainnya.
VII. Lampiran
PEMBAGIAN TUGAS
A. Observasi Subjek
Andre Dharmawan, Adinda Fobi Safitri
B. Observasi Significant Others
Andre Dharmawan, Adinda Fobi Safitri
C. Alloanamnesa
Andre Dharmawan,
D. Analisa Masalah
DSM : Andre Dharmawan
Perkembangan Bahasa : Adinda Fobi Safitri
Perkembangan Motorik : M. Syukri Yusrarefin
Perkembangan sosioemosi : Febrani Rahmatillah
Kognitif : Hikmatul Wazkia
Saran & Kesimpulan : M. Syukri Yusrarefin
E. Editing
Andre Dharmawan
F. Turun Lapangan
Lengkap semua anggota hadir

Anda mungkin juga menyukai