0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan4 halaman
Kasus ini membahas seorang anak perempuan bernama S yang mengalami perceraian orang tua dan menjadi anak terlantar. S tinggal bersama ayahnya yang sering menikah siri dan akhirnya ayahnya dipenjara, sehingga S dibawa ke lembaga kesejahteraan sosial anak. S sering bertengkar dengan teman-teman dan di-bully karena statusnya sebagai anak terlantar. Terapi psikososial bertujuan meningkatkan
Kasus ini membahas seorang anak perempuan bernama S yang mengalami perceraian orang tua dan menjadi anak terlantar. S tinggal bersama ayahnya yang sering menikah siri dan akhirnya ayahnya dipenjara, sehingga S dibawa ke lembaga kesejahteraan sosial anak. S sering bertengkar dengan teman-teman dan di-bully karena statusnya sebagai anak terlantar. Terapi psikososial bertujuan meningkatkan
Kasus ini membahas seorang anak perempuan bernama S yang mengalami perceraian orang tua dan menjadi anak terlantar. S tinggal bersama ayahnya yang sering menikah siri dan akhirnya ayahnya dipenjara, sehingga S dibawa ke lembaga kesejahteraan sosial anak. S sering bertengkar dengan teman-teman dan di-bully karena statusnya sebagai anak terlantar. Terapi psikososial bertujuan meningkatkan
a. Identitas Klien 1) Inisial : S 2) TTL : Palembang, 17 November 2012 3) Umur : 9 Tahun 4) Jenis Kelamin : Perempuan 5) Status : Pelajar 6) Agama : Islam 7) Pendidikan : SD 8) Hobi : Membaca dan Memasak 9) Cita-cita : Dokter Kandungan 10) Alamat : Pati b. Identitas Keluarga “S” merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kedua orang tua klien telah bercerai sejak tahun 2018. Semenjak kedua orang tua kandungnya bercerai, “S” ikut dengan bapaknya di Pati. Adapun informasi identitas keluarga “S” adalah sebagai berikut : No Nama Jenis Kelamin Hubungan 1 RM L Ayah Kandung 2 ST P Ibu Kandung 3 RK L Saudara Kandung 4 S P Klien 5 T P Ibu Tiri 6 NN P Ibu Tiri 7 HY P Ibu Tiri 8 SI P Ibu Tiri Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa “S” memiliki ibu tiri sebanyak 4 orang. Bapak dari “S” menikah siri sebanyak 4 kali. Namun dari tabel diatas tidak diketahui pekerjaan dari orang tua “S”, karena status klien “S” sekarang adalah anak terlantar.
LATAR BELAKANG MASALAH
S adalah seorang anak perempuan yang lahir di Sumatera. Bapak dan Ibu S berasal dari Jawa Tengah yang merantau ke Sumatera. Sejak S berusia 6 tahun, orang tua S berpisah. S ikut dengan bapaknya. Selama di perantauan bapaknya S sering menikah siri hingga 5 kali dan pada akhirnya berpisah semua. Bapak S tinggal berdua dengan S. Pada tahun 2020, Bapak S dan S pulang ke Jawa Tengah, mereka tinggal di sebuah kontrakan. Karena kesulitan menjadi pekerjaan, Bapak S nekat mencuri motor pemilik kontrakannya, dan tertangkap polisi hingga akhirnya di penjara 2 tahun. Sejak saat itu S menjadi anak terlantar dan tidak memiliki identitas apapun. Oleh ibu kontrakannya, S dibawa ke dinas sosial. Pekerja sosial di dinas sosial mencari tahu keluarga S yang berada di Jawa Tengah. Setelah bertemu dengan keluarganya, S tidak diterima oleh keluarga besarnya. S dianggap keluarga sebagai anak pencuri yang mencemarkan nama baik keluarga. Kemudian pekerja sosial mencarikan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang terdekat. Bersamaan dengan di terima di LKSA, pekerja sosial juga membuatkan akta kelahiran untuk S sebagai anak terlantar dan dibuatkan kartu keluarga dengan dimasukkan ke salah satu anggota keluarga pengurus LKSA. Kemudian dari LKSA mendaftarkan S ke sekolah swasta agar S tetap mendapatkan pendidikan. Selama di LKSA, S sering bertengkar dengan teman-temannya. S sering membuat keributan di LKSA dan menyebabkan teman-temannya tidak mau mendekatinya. Sejak saat itu S di bully teman-teman di LKSA sebagai anak pencuri dan anak pelacur. S sering mengurung diri di kamar, sering berkata kotor, berperilaku kasar dan sering marah. Sejak saat itu S menganggap bahwa dirinya adalah anak nakal dan tidak memiliki masa depan. Di sisi lain S memiliki potensi atau kelebihan yang tidak diketahinya, S termasuk anak yang cerdas dan mudah menangkap mata pelajaraan di sekolah. S adalah anak pemberani, tidak malu dan pandai membaca puisi. TIPE-TIPE PERUBAHAN PADA TERAPI PSIKOSOSIAL 1. Aspek Kognitif Karena sering bertengkar dengan teman-teman di LKSA dan sering di bully, sehingga S berpikir bahwa dirinya adalah anak nakal yang tidak memiliki masa depan. Pada awalnya S merupakan anak pemberani dan tidak malu jika diminta maju ke depan. S belum mengenal siapa dirinya, belum tahu cara menyelesaikan masalahnya, dan merasa rendah diri. Permasalahan tersebut berkenaan dengan aspek kognitif, sehingga perlu diterapi dengan pemahaman bahwa S adalah anak yang sama dengan teman-temannya, anak yang memiliki cita-cita, anak yang memiliki orang tua, anak yang pemberani dan pandai membaca puisi. 2. Aspek Emotif Pada kasus tersebut berkenaan dengan perubahan emotif S, karena S merasa rendah diri dan memiliki citra diri yang buruk terhadap dirinya sendiri, sehingga S sering marah- marah. Pada perubahan yang dicapai dalam sebuah terapi psikososial yang berkenaan dengan emotif pada klien S yaitu penerimaan yang baik dan perlakuan yang sama di lingkungannya. Penerimaan buat S sangat berarti karena dengan penerimaan dapat membuat S memahami dan menahan emosinya, sehingga mampu berpengaruh terhadap perilaku S yang ditampilkan. 3. Aspek Perilaku Kasus S berkenaan dengan tipe perubahan perilaku S yaitu sering mengurung diri di kamar, sering berkata kotor, berperilaku kasar dan sering marah terhadap teman- temannya. 4. Perubahan Penderitaan Perubahan penderitaan yang dialami S yaitu merasa sedih karena tidak bisa bertemu dengan orang tuanya, dan di bully oleh teman-temannya. SUMBER-SUMBER PENYEMBUHAN 1. Relasi Relasi pertolongan dapat membantu S dalam masalahnya. Sejak adanya praktikan, S merasa ada teman baru sehingga S sering bercerita kepada praktikan. Itulah kenapa pentingnya komunikasi dan relasi sehingga S mampu menguraikan isi hatinya dan mampu melupakan sedihnya, walaupun untuk sementara. 2. Terapis Seorang terapis diperlukan dalam penyembuhan kasus S, namun sayangnya di LKSA belum ada pekerja sosial. Praktikan pada saat itu memberikan terapi katarsis agar S menceritakan semua perasaannya yang masih dipendam, recreation group agar S dan teman-temannya belajar kekompakan dan token ekonomi untuk mengurangi perilaku negatif pada S. 3. Jejaring Pelayanan Dalam pertolongan tentu pekerja sosial harus memilik jejaring untuk menolong S. Pada saat itu pekerja sosial berjejaring dengan Disdukcapil untuk membuatkan identitas S, LKSA yang bersedia menerima S dan SD yang bersedia kerjasama dengan LKSA. 4. Tempat dan Waktu Tempat dan waktu sangat penting dalam terapi psikososial karena pemilihan tempat untuk menolong S harus tempat yang mau menerima keberadaannya dan nyaman. 5. Sumber daya dan Lingkungan Sumber daya dan lingkungan dalam kasus S yaitu guru di sekolahannya, pengasuh dan teman-teman di sekolah maupun di LKSA.