Anda di halaman 1dari 12

ETIKA SEKS DAN MEDIS

“WAWANCARA VERBATIM PENYIMPANGAN SEKSUAL”

DISUSUN OLEH:
EKAPUTRA JUNIOR MERENTEK
201941236

DOSEN MATA KULIAH


PDT.DR. MARTJE. M. PANEKENAN. M.TH

YAYASAN GMIM DS. A.Z.R WENAS


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS TEOLOGI
2021
Verbatim

I. PENDAHULUAN

Nama : Sevilen

Umur : 20 thn

Jenis kelamin : Laki-laki

TTL : Manado, 30 Agustus 2001

Alamat : Tomohon

Agama : Kristen

Pekerjaan/Status : Mahasiswa

Lokasi : Rumah (virtual/telepon)

Waktu : 24 November 2021

Deskripsi :

Sevilen adalah teman dekat dari konselor yang sudah lama bersahabat. Sevilen
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Sevilen tinggal dikeluarga yang serba
berkecukupan, Ayah Sevilen bekerja diluar kota sehingga jarang ada dirumah bersama
keluarga. Dari kecil Sevilen tinggal bersama nenek dan tantenya. Sevilen adalah
mahasiswa di salah satu universitas swasta, namun dari apa yang disampaikan oleh
sevilen Sendiri, dia adalah seorang Gay, konselor memperoleh informasi bahwa Sevilen
pernah berpacaran dengan beberapa lelaki.

II. OBSERVASI

Konselor telah membuat janji dengan Sevilen sejak hari senin dengan tujuan hanya
bercakap-cakap. Karena kesibukan dan jarak, maka percakapan dilakukan secara virtual
lewat aplikasi whatsapp pada hari Rabu malam. Sevilen adalah seorang lelaki yang
tampan, dengan tinggi sekitar 177 cm, rahang yang tajam, dan alis yang tebal rapih, bulu
mata yang panjang, rambut lurus menambah kesan good boy dalam dirinya. Sevilen
Menjadi mahasiswa yang diidolakan di kampus oleh kalangan junior, karena sering
membantu junior dalam menyelesaikan tugas kampus. Dengan pakaian biasa, bisa
dipastikan bahwa Sevilen sedang berada di rumahnya. Seperti biasa Sevilen terlihat ceria,
ketika mengangkat telepon dari Konselor.

III. PERCAKAPAN
1. Ko : Shalom Len, selamat malam. (menyapa dengan senyuman)
Ki : Damai, malam juga Put. (membalas sapaan konselor dengan nada bercanda)
2. Ko : Apa kabar? Lama yah kita tidak bertemu.
Ki : Yahhh,, kabarnya biasa-biasa ajah nih. Iyaa lama yah kita tidak bertemu,
kamu sih jauh, susah juga buat ketemunya. Lagian kita juga sama-sama sibuk kan
yah. Hehehe…
3. Ko : hehehehehe…. Iaa juga, kamu sibuk aku juga sibuk, jadi yah gitu dehh, jadi
jarang ketemunya. Nanti deh kita ketemuan waktu dekat ini, kita jalan-jalan yah..
Ki : Sip deh. Nanti kita tentuin waktunya yah… (konseli dengan gembira
menjawab ajakan dari konselor)
4. Ko : Terus,,, sekarang gimana kabar percintaanmu? Hahahaha… (konselor
bertanya sambil tertawa)
Ki : hahahahaha…. Yahh gimana lagi. Seperti biasa masih jadi jomblo bahagia.
Kalo kata orang tuhh jomblo elite. (menjawab pertanyaan konseli dengan sedikit
tertawa)
5. Ko : ngomong-ngomong nih yahh, yang aku tau kamu kemarin-kemarin tuh punya
pacar cowo kan yah, emang udah putus? (bertanya penasaran)
Ki : aduhh. Kamu ini put kurang update sekali, udah lama loh aku putus sama
dia, (menjawab dengan raut muka malas)
6. Ko : ohwalah… ia nih aku kurang update. Kamu juga sih, udah jarang ceritain
masalah percintaan kamu sama aku. Emangya kenapa sampai putus?
Ki : Hehehe… iadeh maaf nggak ceritain. Yah kita putus karena,, (menahan
perkataan) yahh hubungan kaya kita mana ada yang bertahan lama, kalo nggak
diselingkuhin yahh, ditinggal nikah. (menjawab pertanyaan dengan raut wajah terlihat
sedih),
7. Ko : ia juga sih.
Ki : ia Put. Aku juga sering tertindas sama tatapan orang-orang ketika aku jalan
sama pacarku itu. Padahal kita jalannya kayak biasa saja, kayak kamu sama aku kalo
jalan gitu, selayaknya dua orang sahabatan. Tapi yah mau gimana lagi, mereka
pikirnya negativ mulu, apalagi ramaikan sekarang soal LGBT. Pasti kalo jalan sama
cowo siapa ajah terus deket-deketan, pasti dikira punya hubungan special. Aku juga
jadi serba salah kalo misal mau jalan sama cowo-cowo lainnya, entar dikira pacaran
lagi.
8. Ko : Rumit yah jadi kamu, hidupnya kayak serba salah dan tertekan.
Ki : iya, makanya dari itu, setelah putus dari dia, aku nggak pacaran-pacaran lagi.
Takut sakit hati lagi. Mending sendiri ajah dulu, lebih bebas. Walau sering kepengen
punya pacar juga sih, pengen di perhatiin gitu. Hahahaha (sambil tertawa sedikit).
9. Ko : Emang kamu nggak mau nih pacaran sama cewe ajah? (bertanya penasaran)
Ki : Ehmmm, gimana yah (agak berpikir). Untuk sekarang kayaknya belum deh,
aku nggak mau menjalin hubungan sama seseorang tanpa dasar cinta dan hanya
karena keterpaksaan.
10. Ko : Kan bisa ajah cintanya muncul dengan berjalannya waktu Len.
Ki : Nggak gitu juga konsepnya Put. Aku juga kalo untuk memilih, nggak mau
terlahir sebagai seorang gay. Aku juga pengen hidup dan mencitai lawan jenis. Tapi
aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku lebih tertarik dengan laki-laki, aku sukanya
diperhatiin. Aku juga udah pernah loh coba pacaran sama cewek..
11. Ko : Lahh teruss? (bertanya penasaran)
Ki : Yahh, beda ajah rasanya, kayak nggak punya feel apa-apa kalau sama cewek,
udah berusaha sayang, tapi yah gitu, perasaan tidak bisa berbohong, aku nggak punya
rasa sayang sama dia. Terus kita putus ajah gitu, dan jadi temenan ajah.
12. Ko : Emang gitu kalo nggak ada rasa cinta dalam hubungan yah, putusnya cepat.
Ki : Iya Put. Mau mencintai ajah tapi susah yah. Padahal kan Tuhan tidak
melarang untuk mencintai seseorang kan. Atau mungkin objek cintaku saja yang salah
atau? Ehh aku juga jadi bingung. Mengapa sih Tuhan menciptakan Cinta kalau untuk
mencintai makhkluknya saja dianggap salah dan berdosa. (dengan sedih
menjelaskan).
13. Ko : Tidak ada yang salah dari mencintai Len. Cuma yahh itu… Cinta yang
seperti apa yang kita berikan kepada orang lain itu. Jika itu cinta dengan ketulusan
maka biarkanlah itu terus terjalin, tapi jika cinta itu hanya berdasarkan nafsu maka itu
adalah hal yang berdosa tentunya itu adalah cinta yang salah. Jangan biarkan
kedagingan masuk dalam kekudusan cinta. Kamu sudah lumayan dewasa Len,
pastinya kamu juga tau mana yang cinta tulus dan mana cinta yang hanya berdasarkan
nafsu saja. Kamu yang berhak untuk memilah dan memilih yang mana yang kamu
kenakan dalam mencintai. Jangan biarkan nafsu nantinya yang akan menghancurkan
kehidupanmu kedepan len.
Ki : iya juga yahh Put. Mungkin selama ini aku saja yang salah menempatkan
cintaku itu kepada pasanganku.
14. Ko : iya Len. Tuhan itu baik kok. Tinggal bagaimana saja respond kita terhadap
pemberian Tuhan kepada kita. Jika Tuhan menghadirkan cinta kepada kita, kita harus
menggunakan cinta itu dengan bijak tentunya. Ingat yah Len. Mencintai dengan
Tulus, nggak boleh aneh-aneh.
Ki : hehehe.. siap deh… terima kasih yahh untuk masukannya ini. Emang kamu
tempat cerita terbaik deh. Yang selalu pengertian dan sang motivator terbaik deh.
Udah cocok nih jadi pendeta. Hahahahahahaha… (tertawa bercanda)
15. Ko : Apaansih Len, kan udah gitu kalo jadi sahabat, saling memberikan masukan
yang membangun.
Ki : siap bapak Pendeta.. (nada mengejek)
16. Ko : hahahaha,,, kamu nih yah, di Aminkan saja.
Ki : Amin banyak-banyak.
17. Ko : nanti yah kita jalan-jalan, sekalian temenin kamu yang udah putus,
merayakan ke Jombloannya. Hahahahaha….
Ki : hahahaha… iaia, awas ajah kalo nggak nepatin janjinya ini. Aku cariin kamu
sampai ke rumahmu.
18. Ko : pasti dong harus nepatin. Udah lama juga kita nggak jalan. Masak nggak
ditepatin. Nanti aku kabarin yah waktunya. Kamu nunggu ajah aku udah ada
dirumahmu jemputin kamu.
Ki : oke deh. Udah yah Put. Mau siap-siap tidur. Kamu juga tidur sana udah
malam. Selamat malam.
19. Ko : ia aku juga udah mau tidur. Selamat malam. Shalom (sambil melambaikan
tangan).
Ki : Damai dihati (tangannya ditaruh didada lanjut dadah-dadah sambil
tersenyum).

IV. ANALISIS KASUS


 Analisis Fisik
Secara fisik, konseli adalah seorang Lelaki Tampan, berkulit sawo matang,
dengan tinggi sekitar 177 cm, dan berat sekitar 55 kg. Bertubuh ramping, dan
berambut pendek hitam. Konseli memili alis mata yang tebal dan rapih bahkan
memiliki bulu mata panjang. Konseli menggunakan pakaian biasa untuk tidur.

 Analisis Psikologis

Secara psikologis konseli berada dalam keadaan gelisah dan sedih karena
belum lama putus dengan pacarnya. Namun konseli selalu berusaha tidak terjadi
apa-apa dengan bercanda dan tertawa. Sayangnya usaha konseli bisa runtuh ketika
ditanya kembali soal masalah dia dan pacarnya. Secara psikologis konseli mampu
mengontrol emosinya, sehingga dengan cepat ia dapat beralih dari sedih kepada
keadaan bercanda. Dari sisi psikologis pun, konseli orang yang cukup kuat
menghadapi persoalan, dibuktikan dia mampu menceritakan apa yang ia lakukan,
dan tidak ragu mengakui cerita tentang dirinya.

 Analisis Sosial

Secara sosial, konseli adalah orang yang mudah bergaul, ini terbukti karena
konseli bisa bersahabat akrab bahkan menceritakan orientasi seksualnya kepada
konselor walaupun konseli dan konselor memiliki jarak rumah yang sangat jauh,
karena persahabatan konseli dan konselor dimulai dari kampus. Konseli juga bisa
disegani oleh para junior kampusnya karena sering membantu tugas dari junior-
juniornya.

 Analisis Pendidikan

Dari segi pendidikan, konseli merupakan lelaki yang pintar dan berwawasan.
Buktinya dia bisa membantu membuatkan tugas para juniornya, yang mana itu pun
membutuhkan intelektualitas yang baik. Saat ini dia sedang kuliah di jurusan
Farmasi di salah satu universitas swasta. Sehingga secara pendidikan, konseli
memiliki pendidikan yang baik.

 Analisis Spiritual
Secara spiritual, memang konseli bukan orang yang rajin beribadah, namun
tidak berarti dia juga bukan orang beriman. Sebenarnya konseli memiliki
spiritualitas yang cukup baik. Konseli masih mengenal tentang Tuhan dan Cinta
yang Tuhan berikan.

 Analisis Teologis

Dalam pandangan teologis, memang apa yang dilakukan oleh konseli ialah
LGBT. Ia menjalin hubungan dengan sesama pria. Tanpa peduli hal negative yang
akan ia terima nantinya terhadap tubuhnya dan itu tentu akan berdampak. Karena
konseli dan konselor telah bersahabat lama maka tentunya konselor mempunyai
tugas untuk mengingatkan hal yang dilakuakan oleh konseli itu adalah salah,
konselor harus mengingatkan dengan hal yang halus, agar konseli tidak mengikuti
cinta dengan dasar nafsunya melainkan harus dengan ketulusan.

 Pengertian Gay

Istilah gay termasuk dalam LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender),


merupakan topik dan isu yang sangat sensitive sekaligus kontroversial. Gay adalah laki-
laki yang secara seksual tertarik pada sesama laki-laki. 1 Gay atau lesbian memiliki minat
erotis pada anggota gender mereka sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan
menjadi pria atau wanita) konsisten dengan anatomi seks mereka sendiri. Mereka tidak
memiliki hasrat untuk menjadi anggota gender yang berlawanan atau merasa jijik pada
alat genital mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan
identitas gender. Jadi, gay itu bukan merupakan gangguan identitas gender, akan tetapi
orientasi seksual mereka yang menyimpang.2

Dalam kasus ini faktor genital berperan penting dalam membentuk orientasi seksual
dari Sevilen. Sevilen tidak ingin terlahir menjadi seorang gay tetapi nyatanya dari kecil
Sevilen sudah merasa bahwa ia tertarik kepada sesamanya laki-laki bukan kepada
perempuan.

Faktor yang dilihat oleh penulis terhadap penyimpangan yang ada pada Sevilen
adalah faktor internal yaitu pengaruh dari genetiknya, tetapi juga pengaru karena

1
Jan, S Aritonang,. Asteria T, Aritonang,. Mereka Juga Citra Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017., 208.
2
Pengertian gay diakses dari https://octaadhiana.blogspot.com/2010/09/pengertian-gay.html
kurangnya sosok ayah dalam kehidupan Sevilen sehingga ia kesulitan untuk melakukan
hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki.

V. Tinjauan Etis

Alkitab memberikan pandangan yang sangat jelas mengenai homoseksualitas ini


baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, yaitu secara langsung
menentang praktek homoseksualitas atau secara tidak langsung tidak menyetujui praktek
homoseksualitas. Yang dimaksudkan dengan melakukan hubungan homoseksualitas
dalam konteks pembahasan ini bukanlah orang yang diperkosa untuk memuaskan nafsu
seks si homoseksualitas, tetapi mereka yang telah bersepakat, samasama rela dan sama-
sama senang melakukan hubungan homoseksual. Perlu kita ketahui bahwa masalah
homoseksualitas ini makin lama makin merajalela dan berkembang di dunia sekarang ini,
dan bahkan banyak denominasi-denominasi gereja didirikan untuk kaum
homoseksualitas.

Frank Worthen mengatakan bahwa dewasa ini nampaknya tidak dapat dipercaya
bahwa gereja yang homofibia telah berayun ke sisi yang berlawanan dari masalah
homoseksualitas. Gereja lokal untuk kaum homoseksual telah didirikan di mana-mana.
Teologi moderen/liberal cenderung mengambil jalan keluar berdasarkan cinta
kemanusiaan yang sifatnya kini dan sementara. 3 Masalah homoseksualitas telah menjadi
pokok masalah yang diperdebatkan di orang Kristen karena ada pihak yang menyatakan
penerimaannya, sedang pihak lain menolaknya.

Pikiran-pikiran dari teologi homoseksualitas yang bisa diterimah oleh akal sehat
membuat banyak orang bingung dan bertanya benarkah Allah berbicara tentang pokok
homoseksualitas. Frank Worthen lebih jauh menjelaskan, Mc Neiill berbicara tentang data
baru dari ilmu-ilmu tentang manusia yang menurutnya harus membuat kita menilai ulang
standar moral kita bahwa perubahan kepada heteroseksual tidak lagi praktis bagi orang
homoseks. Juga tidaklah bijaksana untuk menasihatkan perhentian total. Alasannya
bahwa orang homoseks akan dipenuhi dengan kebencian total terhadap dirinya sendiri
dan menjadi calon bagi gangguan emosional. Tema dasar Mc Neiill ialah bahwa Alkitab
membicarakan tentan homoseksualitas tidak menyadari adanya dua golongan

3
Frank Worthen, Mematahkan Belenggu Homoseksual (Malang: Gandum Mas, 1990), 20.
homoseksualitas (bawaan dan kelainan) dan hanya memikirkan tentang kelainan seksual
saja, dan Alkitab berbicara tentang perbuatan-perbuatan homoseksual tanpa unsur cinta.4

Para teolog homoseksual membagi-bagi orang-orang yang mempraktekkan


homoseksual dalam dua golongan: bawaan dan kelainan. Homoseksual bawaan adalah
mereka yang dilahirkan sebagai homoseks atau mereka yang disebut memiliki orientasi
homoseksual. Orang-orang yang dilahirkan sebagai heteroseksual atau memiliki orientasi
heteroseksual, tetapi terseret ke dalam aktivitas homoseksual disebut kelainan seksual.
Alkitab diakui oleh kaum Kristiani sebagai otoritas tertinggi dalam segala yang
berhubungan dengan iman dan perilaku. Alkitab berbicara banyak tentang
homoseksualitas. Alkitab tidak membagi atau menggolongkan perilaku homoseksualitas
sebagai bawaan dan kelainan. Alkitab melarang homoseksualitas karena Firman Allah
menyatakan bahwa itu salah dan merupakan dosa. Pada bagian ini, kita akan melihat data
homoseksualitas dari beberapa ayat Firman Tuhan yang menjadi data dalam Alkitab.
Kejadian 19:5 Kisah ini merupakan suatu petunjuk yang pertama dalam Alkitab tentang
homoseksualitas . Beberapa data tentang ayat ini mengungkapkan bahwa perilaku
homoseksualitas sudah menjadi kebiasaan umum yang dipraktekkan oleh orang-orang
Sodom dan Gomora.

VI. TINJAUAN ETIKUS KRISTEN TERHADAP GAY


1. Earl Wilson

Menurut Earl Wilson nafsu homoseks disebut berkali-kali sebagai dosa, dan kita
diperintahkan untuk menghindarinya – sama seperti kita diperintahkan untuk menjauhi
nafsu heteroseksual. Dosa homoseksual tidak lebih baik ataupun lebih buruk dari pada
dosa heteroseksual. Earl Wilson mengatakan bahwa homoseksualitas itu salah sebab
menyangkut perbuatan seks yang tidak wajar. Satu-satunya maksud perbuatan itu adalah
kenikmatan, dan kenikmatan itulah yang menjadi tujuannya. Para homoseks tidak
memberikan keturunan, dan mereka sangat jarang setia satu dengan yang lain. 5
Selanjutnya ia menganggap bahwa homoseksualitas itu salah oleh karena Alkitab
mengatakannya. Dan perbuatan itu juga salah karena membawa kepada hubungan yang
tidak sehat. Jadi pada intinya homoseksualitas itu salah karena membawa kepada
kebinasaan.

4
Frank Worthen., 20.
5
Pola Hidup Kristen (Malang: Gandum Mas, 2002), 830
2. Stephen Arterburn & Jim Burns

Menurut mereka dalam menghadapi masalah homoseksualitas, kita masing-masing


harus dengan seksama memisahkan antara orang tersebut dengan apa yang dilakukannya.
Untuk ini, kita harus menilai bahwa homoseksualitas dan perilaku homoseksual adalah
dua hal yang berdiri sendiri-sendiri.

Stepen & jim beranggapan Homoseksualitas adalah adanya kecenderungan atau


keinginan untuk memperoleh keintiman emosi, penerimaan secara emosional, dan/atau
kasih sayang dari seseorang berjenis kelamin sama. Homoseksualitas menggambarkan
perasaan – identitas – seorang yang tidak tertarik pada orang lain yang tidak sejenis.
Homoseksual tidak selalu menimbulkan perilaku homoseksual. Sebaliknya, perilaku
homoseksual adalah manifestasi dari kecenderungan dan keinginan itu. Perbedaan antara
keduanya adalah penting. Nafsu adalah dosa, tetapi kecenderungan untuk mempunyai
nafsu bukanlah dosa. Stepen & Jim mengatakan bahwa kecenderungan untuk
homoseksualitas (mendapatkan kasih/sayang dari orang yang sejenis, dsb) bukan dosa,
tetapi perilakunyalah, seperti yag dijelaskan dalam Firman Allah, yang merupakan dosa.
Ini adalah salah satu perilaku yang tidak berkenan di hadapan Allah.6

3. J. Verkuyl

Menurut J. Verkuyl homoseksualitas itu ialah hasrat hubungan kelamin terhadap


yang sama jenis kelaminnya (homoos). Cinta seksuil antara lelaki dan lelaki atau
perempuan dan perempuan. Ia menyatakan bahwa di dalam gejala itu biasanya diadakan
perbedaan antara homo-erotik, yakni nafsu cinta birahi, kepada orang yang sejenis
kelaminnya dan homoseksualitas, yakni pelaksanaan cinta-birahi kepada yang sejenis
kelaminnya di dalam perbuatan-perbuatan seksuil.7

J. Verkuyl menyatakan bahwa homoseksualitas bertentangan dengan maksud dan


tujuan seksualitas. Di dalam homoseksualitas orang-orang lelaki, berfungsilah si lelaki
sebagai perempuan. Di dalam homoseksualitas orang-orang perempuan , berfungsilah si
perempuan sebagai lelaki. Maka tepatlah homoseksualitas disebut inversi seksuil, artinya
perhubungan kelamin terbalik. Sungguh bertentangn dengan maksud-maksud Tuhan.8

6
Stephen Arterburn & Jim Burns, Arahkan Dengan Jitu (Jakarta: Harvest Publication House, 1997), 177.
7
J. Verkuyl, Etika Seksuil (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963), 141.
8
J. Verkuyl, 141.
Homoseksualitas dianggap J. Verkuyl sebagai penyalagunaan pemberian Tuhan
yang baik; membalikkan dan “memperkosa” maksud Tuhan dengan seksualitasnya. Maka
layaklah perbuatan ini dicap sebagai dosa.

VII. Refleksi teologis

Gay/homoseksual tidak bisa di benarkan. Umat Kristen memiliki landasan


kehidupan yaitu setiap firman dalam alkitab. Alkitab menolak gay. Dengan jelas firman
berkata bahwa pasangan yang sepadan adalah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Apapun alasan yang ada, ketika memilih menjadi gay tetap adalah
penyimpangan yang berarti melawan kehendak Tuhan Allah. Sebagai umat percaya,
sangat penting menjaga kekudusan diri. Karena tubuh adalah Bait Allah. Beberapa faktor
penting yang mempengaruhi pembentukan jati diri adalah keluarga dan lingkungan.
Tetapi bukan berarti ketika keadaan di sekitar tidak mendukung untuk pembentukan diri
sebagai pengikut Kristus yang sejati dan kita malah mengikutinya.

Mencintai adalah hal yang biasa dalam hidup manusia. Tuhan yang menciptakan
cinta itu sehingga cinta adalah sesuatu hal yang baik, namun, harus diperhatikan bahwa
Cinta itu harus didasarkan atas ketulusan bukan sekeder hawa nafsu saja. Cinta yang
didasarkan oleh ketulusan adalah hal yang wajar, siapapun bisa merasakannya, tetapi jika
cinta ketika sudah didasarkan oleh hawa nafsu maka maut adalah bayarannya. Karena
orientasi seksual gay kebanyakan didasarkan pada nafsu saja, maka hal itu harus dihindari
saja, karena hanya bisa merusak masa depan kita.
Daftar Pustaka

_________ Pola Hidup Kristen (Malang: Gandum Mas) 2002.


Aritonang,Jan, S. Asteria T, Aritonang,. Mereka Juga Citra Allah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia) 2017.
Arterburn Stephen & Jim Burns, Arahkan Dengan Jitu (Jakarta: Harvest Publication House,
1997), 177.
Verkuyl J., Etika Seksuil (Jakarta: Badan Penerbit Kristen) 1963.
Worthen Frank, Mematahkan Belenggu Homoseksual (Malang: Gandum Mas) 1990.

Internet
Pengertian gay diakses dari https://octaadhiana.blogspot.com/2010/09/pengertian-gay.html

Anda mungkin juga menyukai