Anda di halaman 1dari 7

ETIKA KRISTEN

PENYIMPANGAN SEKSUAL

DOSEN :

Pdt. MARTJE M PANANGKENAN S.TH

NAMA :

LIDYA E RUNTUWENE

(201941012)

YAYASAN GMIM Ds. A. Z. R WENAS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

2021
VERBATIM
IDENTITAS KONSELI
(semua nama yang ada dalam verbatim ini telah disamarkan)

Nama : mikha

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Atheis

Status : Anak tunggal

Pekerjaan : mahasiswa

Waktu Percakapan : 24 November

Tempat Percakapan : Rumah konseli

DESKRIPSI
Konseli adalah seorang mahasiswi teologi di salah satu kampus teologi di Sulawesi
Utara. Tahun ini dia telah masuk semester 3, dan sedang terancam DO karena sebuah
masalah yang pelik. Ia berasal dari sebuah keluarga yang kaya raya, dimana ayahnya
merupakan kapten kapal dagang asing, dan ibunya merupakan staf khusus gubernur.
Ditengah kesibukkan dari kedua orang tuanya, ia tidak pernah mendapatkan perhatian dari
kedua orang tuanya, karena mereka sibuk mengurus tugas masing-masing. Ayahnya 3 tahun
sekali pulang, dan ibunya hanya pulang rumah seminggu sekali. Ia tinggal di Maumbi

OBSERVASI
Pertemuan terjadi di rumah konseli, dalam ruangan tersebut hanya ada konselor dan
konseli. Ibu konseli sedang dinas sampai larut malam, dan ayah konseli sedang ada di laut
india. Pertemuan terjadi jam 19:30 malam, dan saat itu konselor datang karena konseli
meminta untuk ditemani tidur selama satu malam.
JALANNYA PERCAKAPAN
Keterangan :

KO : Pendamping

KI : Yang didampingi

KO : malam bae
KI : eh io, malam, mari maso kwa ( konseli mempersilahkan KO masuk)

KO : kong, mana nga pe mama?


KI : nda ada napa noh, da keluar (sambal menundukan kepala, lalu tertawa)

KO : nga pe sebe dang? Kamana? Masih di laut?


KI : oh io, di laut india kata dia noh

KI : Qt kwa da suruh nga datang, bukan Cuma btamang qt tidor, mar ada tu qt m crita
pa ngana kw ini dia
KO : oh, qyp reen? ( sambil mengernyitkan dahi, menyiratkan tanda keingintahuan)

KI : menurut ngana, Tuhan pangsayang semua orang toh?


KO : (menatap wajah konseli) Io yah, kyapa reen kwa?

KI : Qt so beking sesuatu yang nyanda bagus (Menunjukan muka murung, lalu


menundukan kepala)
KI : beking apa so kwa?

KI : Tadi malam, kita ada undang kita pe paitua tidor sini, kong terjadilah sesuatu
yang yah torang tahu itu dosa, depe gila, kita nikmati le itu. (Wajah konseli mulai
memerah, matanya mulai berkaca-kaca)
KO : ngana ada melakukan hubungan seks deng ngana pe paitua dang?
KI : Io, bukan Cuma dia sih, pa smua laki-laki yang datang disini (mulai menangis)

KO : kita lagi nintau harus bilang apa mo sikapi ngana pe masalah ini dia
(menunjukkan rasa empati) yang kita sayangkan kwa, kenapa ngana harus jatuh
kedalam masalah ini
KI : kita tako, kita tako skali, kita tako kena penyakit, mar kita lagi butuh teman, nga
lia sandiri toh kita pe orang tua nda ada di rumah, selalu kita senditi (konseli
kelihatan menahan air mata)

KO : (Hening sejenak, menunjukkan wajah empati) mana ngana pe paitua dang?


KI : so pulang tadi, dia so putus deng kita, lantaran dia tahu kita jaga begitu dengan
sambarang laki-laki (menunjukkan wajah yang sedih, lalu menangis sesenggukan)

KO : kong? Ngana pe orang tua so tau?


KI : belum noh

KO : kalo kita mo bale pa ngana pe pertanyaan tadi, Tuhan cinta pelacur nda? Ya dia
cinta, dia sayang, mar yang dia sayang depe orang neh, bukan depe dosa. Meskipun dia
nda da hukum tu perempuan yang bersinah dalam alkitab, mar dia da se pesan, for jangan
berdosa lagi
KI : (Hening)

KO : kita memang nda akan pernah bisa mangarti secara penuh apa nga pe perasaan
sekarang ini, kita minta maaf komang, mar ada satu pribadi yang boleh mangarti ini
semua (sambil tersenyum kepada konseli)
KI : Tuhan?

KO : ya, Tete manis, coba bilang ngana pe masalah pa dia


KI : so ratusan kali kita ba tanya, ribuan kali dia nda da jawab. (sambil menundukkan
wajah)

KO : kadang-kadang, tu diam adalah jawaban yang ampuh. Nda semua jawaban


harus terjawab secara perkataan toh?. (menatap mata konseli dan
memberikan kesempatan konseli untuk berbicara)
KI : Hening.

KO : kita prihatin pa ngana, sebenarnya ngana jadi begini juga nd sepenuhnya


ngana pe kesalahan (sambil terus memberikan kesempatan kepada konseli untuk
berbicara)
KI : ini le palingan akibat karna kita so lari dari pa Tuhan, kita so nda pernah aktif
kegiatan gereja, padahal dulu kita rajin iko lomba gereja, ato kegiatan pemmuda,
apa le yang kita nda iko? Sampe nae turun mimbar kita disini, mar kita se tinggal,
kita mengkhianati tape panggilan, kita mengkhianati tape status sekarang (wajah
konseli terlihat mulai kembali bersedih)
KO : bagus no katu kalo ngana da sadar akang ngana pe kesalahan, karena biasanya
orang nda pernah mau mengaku kalo dia itu salah

KI : kita akui itu sih, kita ini bebal dengan kita pe kesalahan sendiri, kita selalu
menyangkal kali kita ini salah (konseli mulai tenang, wajahnya masih dipenuhi
penyesalan)

KO : skarang, ngana mau bagimana? Cuma diam-diam jo begitu, ato mo minta ampun
pa tete manis?
KI : Minta ampun kita pa Dia
KO : Kalo begitu, marijo torang berdoa sama-sama
(Konseli dan konselor berdoa bersama)

KO : inga-inga neh, jangan ngana lupa. Itu Tuhan nda pernah mo lupa akang pa
ngana, deng nda pernah mo kase biar ngana jatuh sampe ta mudung
KI : Io kasiang, makase banya neh so bantu pa kita se tenang pa kita

KO : Sama-sama, nanti besok kita bateman akang ngana pigi ba cek HIV/AIDS
KI : Makase banyak neh (Wajah konseli tersenyum)

ANALISIS VERBATIM

Analisis Fisik
Konseli memiliki tinggi badan sekitar 165cm, dan berbadan ideal. Ia memiliki
kulit putih dan berambut pendek sebahu. Ketika percakapan berlangsung, wajah konseli
terlihat murung. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi konseli sepertinya membuat
kesehatan konseli terganggu.

Analisis Psikologis
Rupanya konseli mempunyai beban sebelum percakapan pastoral ini berlangsung.
Konseli kelihatan mempunyai beban karena masalah-masalah yang dialami tidak sanggup
dihadapi oleh konseli. Masalah yang dihadapi konseli, membuat dia merasa sangat sedih,
terpuruk, tertekan bahkan membuat ia menjadi tertutup, sehingga masalah ini terus
membebaninya.

Analisis Ekonomi
Kedua orang tua Konseli memiliki pekerjaan yang hebat, jadi secara ekonomi,
tidak perlu diragukan lagi kemapanan keluarga konseli. Segala sesuatu yang dibutuhkan
dan diinginkan konseli pasti bisa terpenuhi.

Analisis Spiritual
Masalah yang dihadapi konseli ini awalnya memberi dampak negatif pada
hubungannya Tuhan dan pelayanannya. Tetapi pada akhirnya konseli juga menyadari
bahwa tidak seharusnya ia bertindak demikian. Masalah yang konseli hadapi ini pun
membuat hubungan konseli dengan Tuhan rusak. Tapi sekaligus, dengan masalah yang
konseli hadapi membuat konseli semakin dekat dengan Tuhan, karena konseli selalu
bergumul dalam doa dan semakin memperteguh iman konseli kepada Tuhan.

Analisis Teologis
Apa yang konseli alami, menyadarkan konseli untuk lebih menghargai hidup dan
dirinya sendiri. Konseli sadar, bahwa kehidupan itu tidak boleh dipenuhi dengan kesia-
siaan, tetapi kehidupan itu diisi dengan sebaik-baiknya. Konseli sadar bahwa terpuruk
dalam perasaan sakit yang tidak berkesudahan hanya akan menyiakan-nyiakan
kehidupannya. Karena itu, kehidupan harus dijalani dan dimaknai dengan baik. Konseli
juga sadar, bahwa untuk mencapai kehidupan yang berkenan, yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, tidaklah mudah. Harus melewati rintangan-rintangan atau ujian-ujian
yang luar biasa, dan sangat menyakitkan. Itulah hidup. Memang tidak hanya bersenang-
senang, tetapi penuh perjuangan.

Anda mungkin juga menyukai