Anda di halaman 1dari 3

LATIHAN SELF VERBATIM

STT MISI WILLIAM CAREY

Konselor : Doona Siregar Verbatim No. :1


Supervisor : Dr. Octavianus Nathanael, M.Th. Visit No. :1
Venue : Jl. Melanton Siregar, Siantar Time : 15.45 - 16.45
Date : 15 November 2021 Duration : 1 (SATU)jam

FACTUAL INFORMATION
Nama Konseli : …………………., umur ………. tahun, status menikah/tidak menikah, mempunyai 2 orang
anak, seorang putri berusia 12 tahun dan putra berusia 4 tahun, agama Kristen dan jenis kelamin laki-
laki.
Diagnosa : Pengalaman masa lalu yang membuat trauma. Data di dapatkan dari???

MOTIVASI PASTORAL:
Akan mengajak konseli berbicara dan mendengarkan perasaannya dalam menghadapi tugas dan
tanggung jawabnya meskipun dengan kondisi yang serba terbatas.

OBSERVASI:
Saat saya datang, konseli sedang duduk di ruang tamu rumahnya bersama istri dan terlihat sedang
menikmati secangkir kopi hitam. Beliau langsung mengajak saya duduk di sampingnya dan kami mulai
bercerita. Sementara istri beliau mempersiapkan secangkir kopi panas untuk saya. Pada saat itu beliau
mengenakan celana pendek berwarna hitam dan baju kaus hitam. Disampingnya ada sebuah buku yang
berjudul………….

DIALOG
Keterangan C : Konselor
K : Konseli

C1 : Selamat sore pak.


K1 : Selamat sore….silahkan duduk.
C2 : Bisakah saya mengganggu waktu santai bapak sebentar?
K2 : Oh ya….silahkan. Ada sesuatu yang bisa saya bantu?
C3 : Sebenarnya kedatangan saya disini untuk berbicara sejenak dengan bapak mengenai
kehidupan bapak.
K3 : Kehidupan saya? Wah, apa kira-kira dalam hidup saya yang membuat anda tertarik untuk
membahasnya?
C4 : Terus terang, saya juga sudah membaca buku tulisan bapak tersebut (sambil menunjuk buku
“My Faith My Adventure” yang ada di samping bapak tersebut)
K4 : Oh, begitu… (sambil tersenyum)
C5 : Kira-kira kalau boleh saya tahu, apa yang membuat bapak menulis buku tersebut? (Tanya saya
dengan rasa ingin tahu yang tinggi).
K5 : Sebenarnya buku ini adalah bagian dari perjalanan hidup saya (sambil memegang buku
tersebut). Dengan semua suka dan duka yang harus saya lewati sebagai anak seorang hamba
Tuhan dan juga kemudian saya sendiri masuk ke dalam peIayanan yang sama sebagai hamba
Tuhan. Itu sebabnya saya merasa bahwa ada baiknya pengalaman hidup tersebut saya tulis agar
dapat menjadi pedoman bagi hamba-hamba Tuhan yang baru memulai pelayanannya.
C6 : Kira-kira apa saja perasaan dan pengalaman sukacita yang bisa bapak ingat dalam hidup bapak,
sehingga hal tersebut menurut bapak layak untuk dibagikan kepada hamba-hamba Tuhan
lainnya?
K6 : Wah, menurut saya justru lebih banyak sukacitanya yang dapat saya bagikan dalam mengikut
Tuhan. Ada kisah-kisah yang saya bagikan dimana saya menceritakan mengenai pertolongan-
pertolongan Tuhan yang terjadi di saat-saat saya hampir berputus asa, tidak tahu jalan keluar,
dan lain sebagainya. Tuhan Yesus setia untuk menolong dan membawa saya menghadapi
semuanya.
C7 : Bagaimana dengan dukacita yang bapak sebutkan tadi?
K7 : Memang dalam melayani Tuhan, saya merasakan banyak dukacita juga. Namun, setiap
dukacita yang saya alami justru membuat saya semakin kuat di dalam Tuhan.
C8 : Bisakah bapak menceritakan kepada saya pengalaman dukacita yang pernah bapak lalui?
K8 : Saya rasa cukup banyak. Tapi, jikalau anda bertanya kepada saya, apakah saya mau
menggantikan setiap pengalaman duka tersebut dengan pengalaman lain yang lebih enak, maka
saya bisa pastikan kepada anda bahwa saya tidak akan mau menggantikan satu-pun pengalaman
duka saya dengan pengalaman suka (katanya pula dengan tersenyum lebar).
C9 : Loh, kenapa pak? Bukannya setiap orang justru tidak menginginkan pengalaman yang tidak
enak? (tanya saya dengan lebih antusias)
K9 : Iya….tapi bagi saya pengalaman duka yang saya alami, justru membuat saya belajar lebih
banyak dengan keadaan disekitar saya, orang-orang yang ada bersama saya dan situasi yang
sedang terjadi kepada saya.
C10 : Bisakah bapak berikan beberapa contoh pengalaman duka yang paling melekat di pikiran bapak
hingga saat ini?
K10 : Salah satu pengalaman yang paling pahit yang pernah kami alami dalam keluarga besar adalah
tatkala ayah saya ditinggalkan oleh orang-orang yang pernah dididiknya dalam pelayanan.
C11 : Oh…. Apa bapak masih ingat kapan peristiwa tersebut terjadi?
K11 : Sekitar tahun 1998.
C12 : Kenapa bapak katakan kalau peristiwa itu menjadi suatu peristiwa yang paling pahit?
K12 : Karena pada saat itu saya melihat bagaimana ayah saya dikhianati dan bahkan disakiti orang
yang pernah dibesarkannya, dididiknya dan bahkan dibesarkan namanya.
C13 : Bagaimana perasaan bapak pada waktu itu?
K13 : Terus terang, pada waktu itu saya merasa semakin yakin bahwa saya tidak akan masuk ke
dalam pelayanan. Apalagi kalau di dalam pelayanan, justru harus bertemu dengan orang-orang
yang pekerjaannya hanya memanfaatkan dan mengkhianati saja? (katanya sambil mengenang).
C14 : Kenapa bapak merasa kalau bapak akan bertemu dengan orang-orang yang pekerjaannya
hanya memanfaatkan dan mengkhianati saja? Tidakkah bapak berpikir bahwa bapak akan dapat
menemukan orang-orang yang setia suatu hari nanti?
K14 : Terus terang, itu memang harapan saya. Tapi pada waktu itu, saya melihat betapa terlukanya
ayah saya akibat kejadian tersebut. Dan terus terang, mungkin itu-lah yang memicu sakit yang di
derita oleh ayah saya selama 8 tahun, sebelum akhirnya ia meninggal dunia.
C15 : Kenapa bapak mengatakan bahwa kejadian tersebut menjadi pemicu penyakit ayah bapak?
K15 : Saya melihat dan mendengar bagaimana ayah saya yang biasanya gemar berkhotbah dengan
tema-tema penginjilan, berubah drastis. Selama 1 tahun khotbah-khotbah ayah saya justru
seperti orang yang mengalami tekanan, dan terlihat sekali kesehatannya terus menurun setelah
masa-masa itu.
C16 : Apakah bapak pernah berjumpa kembali dengan orang-orang yang meninggalkan ayah bapak
tersebut?
K16 : Oh yah… bahkan kami saat ini sudah kembali berteman dengan baik. Hanya saja seperti yang
saya katakan tadi, bahwa pengalaman seperti itulah yang justru membuat saya semakin
mengandalkan Tuhan dan tidak terlalu berharap kepada manusia.
C17 : Apakah bapak kapok berbuat baik, karena ayah bapak pernah mengalami kejadian seperti itu?
K17 : Oh, tidak. Justru saat ini saya mendidik lebih banyak orang, menghasilkan lebih banyak orang
untuk dipersiapkan masuk ke dalam pelayanan. Namun saya dan istri menanamkan satu hal di
dalam hati kami, bahwa kami selalu siap untuk ditinggalkan siapa saja yang sudah kami didik
tanpa harus merasakan sakit hati atau terluka lagi.
C18 : Apakah bapak dan ibu pernah mengalami hal seperti itu?
K18 : Oh, iya. Memang awalnya kami merasa kecewa, sedikit terluka, tapi kembali kami di-ingatkan
akan komitmen kami untuk terus mendidik dan tidak mengharapkan orang yang kami didik
untuk harus mengabdi kepada pelayanan kami. Dan setiap kali kami mengingat hal tersebut, hati
kami merasa tenang dan lega kembali.
C19 : Wah, puji Tuhan. Saya merasa senang sekali dapat berbincang panjang lebar dengan bapak
pada hari ini. Kalau lain waktu, bapak masih ada waktu senggang, ijinkan saya mampir lagi untuk
ngobrol dengan bapak ya?
K19 : Yes, you are welcome at any time.
C20 : By the way, terima kasih pak, bu, untuk kopi-nya. Selamat malam. Tuhan Yesus memberkati ya.
K20 : Sama-sama. Tuhan memberkati.

ANALISIS:

a. Konseli
Teologi: Konseli tampak menyadari akan masa lalu yang suram yang dialami olehnya dan keluarganya.
Namun, keadaan rohani konseli yang kelihatan sekali memiliki hubungan intim dengan Tuhan, membuat
konseli lebih kuat menghadapi situasi dan keadaannya. Konseli sangat merasakan bahwa Tuhan dekat
dengannya, bahkan disaat orang-orang yang diharapkan untuk dapat diandalkan, justru mengecewakan,
konseli tetap bisa bertahan menghadapi situasi tersebut. Terlihat bahwa konseli masih menyimpan
sedikit kekecewaan dari masa lalu tersebut, walaupun konseli berusaha untuk mengatasinya.

Psikologi: Untuk sementara waktu, beliau pernah mengalami kekecewaan yang membuatnya susah
untuk percaya kepada orang. Namun seiring waktu dan dengan pertolongan Tuhan, hal tersebut berhasil
dilaluinya.

Sosial dan ekonomi : Keadaan ekonomi memang tidak terlihat terlalu berlebihan, tetapi kelihatan
dengan baik bahwa semua kebutuhan masih tercukupi dengan baik.

b. Konselor
Secara pribadi, konselor banyak belajar dari pengalaman hidup konseli. Bahkan konselor berharap dapat
memiliki iman seperti yang dimiliki oleh konseli, sehingga konselor juga dapat lebih mengandalkan
Tuhan dalam segala keadaan.

KESEMPATAN PELAYANAN BERIKUT


Konselor berupaya untuk dapat berjumpa lagi dengan konseli dalam kesempatan berikutnya, untuk
mendengarkan pengalaman-pengalaman unik konseli yang dapat membangun konselor, namun juga
sekaligus dapat memulihkan konseli, walaupun hanya dengan mengeluarkan uneg-unegnya akan masa
lalu.

REFLEKSI TEOLOGI:
Yeremia 17:5,7, “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Diberkatilah orang
yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”

Anda mungkin juga menyukai