Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PSIKOLOGI KONSELING

DOSEN PENGAMPU :

ISNA ASYRI SYAHRINA., S.Psi., M.M

OLEH :

VIRANTI AUR BERLIANA

15101157510207

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”

PADANG

2017
A. Data identifikasi

Identitas Subjek

Nama (Inisial) : NJ

Alamat : Marapalam, Padang

Usia : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMA

Suku : Minang

Pekerjaan : Mahasiswa

Status pernikahan : Belum menikah

B. Presentasi problem oleh konseli

Konseli merupakan seorang mahasiswi semester 5 disebuah kampus swasta di


kota Padang. Menurut keterangan konseli, konseli memiliki masalah tentang
percintaannya, dimana konseli merasa sangat susah untuk menjalin hubungan
dengan lawan jenisnya. Dari keterangannya, konseli tidak dalam keadaan trauma
maupun phobia namun lebih kepada rasa takut untuk memulai sesuatu karena
menurut konseli, ia dulu pernah berpacaran dengan laki-laki bernama L selama
lima tahun hingga akhirnya putus pada tahun 2016. Saat ini konseli enggan untuk
menjalin hubungan kembali karena menurut konseli pacaran hanya akan
membuang-buang waktu saja.

Pada tahun 2017 lalu konseli pernah mencoba untuk membuka hati untuk laki-
laki yang juga merupakan teman sekolah konseli semasa SMA. Mereka intens
berkomunikasi selama sembilan bulan dan bertahan tanpa status yang jelas.
Konseli merasa nyaman selama dekat dengan teman SMAnya tersebut dan konseli
merasa temannya itu juga merasakan hal yang sama dengan konseli. Konseli
mengaku kepada konselor bahwa saat itu konseli menyayangi temannya itu
melebihi rasa sayang kepada teman dan berharap status hubungan mereka jelas.
Menurut pengakuan konseli, temannya itu pernah mengutarakan bahwa ia
menyayangi konseli melebihi rasa sayang kepada seorang teman namun belum
ada titik terang dari hubungan mereka. Saking sayangnya kepada temannya itu,
konseli merasa hubungan mereka lebih dari hubungan pacaran karena mereka juga
teman satu sekolahan, jadi sudah saling mengenal satu sama lain. Lebih dari itu,
konseli juga merasa bahwa temannya itu memberi kenyamanan kepadanya.

Konseli hanyut dengan suasana berbunga-bunga yang ia rasakan pada saat itu
hinggaa sembilan bulan lamanya, hingga pada akhirnya teman konseli tersebut
memilih untuk pergi meninggalkan konseli tanpa alasan tertentu. Menurut
penuturan konseli, saat itu ia merasa patah hati sekali, hatinya seperti hancur
berkeping-keping.

Sejak saat itu konseli merasa takut untuk memulai hubungan dan ketika ada
yang mengajak konseli untuk menjalin hubungan yang serius, konseli selalu
menolak dan mengajak untuk berteman saja.

Konseli memutuskan untuk berbagi masalahnya kepada konselor dengan


tujuan agar konselor dapat membantu konseli dalam mengatasi masalahnya
tersebut.

C. Tatanan kehidupan konseli saat ini

Konseli merupakan seorang mahasiswi disebuah kampus swasta dikota


Padang. Usia konseli saat ini 21 tahun. Konseli memiliki tinggi 164 cm dan berat
badan 47 kg, kulit putih dan dalam kesehariannya memakai hijab.
Konseli dikenal sebagai orang yang ramah dan mudah bergaul, apalagi dengan
orang baru. Memiliki hobi jalan-jalan, menurut konseli jalan-jalan itu penting
untuk merefresh otak. Konseli memiliki jiwa religius yang tinggi, konseli sering
melakukan sholat berjamaah di masjid ketika ia memiliki waktu luang (tidak
sedang ada perkuliahan atau kegiatan lain).

Konseli memiliki darah asli Minang, ayah dan ibu konseli merupakan
penduduk asli disebuah kabupaten di Sumatera Barat. Sehingga sifat yang konseli
tunjukkan banyak yang mencerminkan tentang suku Minangkabau, seperti
kehidupan konseli yang islami.

D. Riwayat keluarga

Konseli memiliki keluarga yang utuh. Konseli memiliki ayah yang berusia
58 tahun serta ibu berusia 53 tahun. Pekerjaan ayah dan ibu konseli masing-
masing tani dan rumah tangga. Pendidikan terakhir kedua orang tua konseli adalah
SMA. Konseli memiliki hubungan yang sangat baik dengan kedua orang tuanya,
menurut konseli orang tuanya memiliki jiwa muda yang tinggi dan terbuka
terhadap apapun sehingga tak jarang konseli berbagi cerita dengan kedua orang
tuanya.

Konseli merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ketiga saudaraa


konseli perempuan semua. Kakak pertama konseli merupakan tamatan pesantren
dan saat ini menjadi guru di sekolah agama, dan memiliki suami seorang pegawai
BUMN. Kakak pertama konseli telah memiliki dua orang anak. Kakak kedua
konseli merupakan alumni sebuah kampus negeri di kota Padang dengan jurusan
desain. Konseli juga memiliki adik yang saat ini masih duduk dibangku kelas dua
SMA.

Konseli dibesarkan disalah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat.


Menurut pengakuan konseli, sejak kecil hingga kini usianya menginjak 21 tahun,
ia telah menghabiskan seluruh hidupnya di kabupaten tersebut.
E. Riwayat pribadi

Konseli tidak memiliki riwayat penyakit berat. Konseli bersekolah di sekolah


yang ada di kabupatennya, SDN 03, MTsN serta SMA 1. Menurut keterangan
konseli, ia merupakan orang yang cukup aktif terhadap kegiatan yang ada
disekolahnya. Seluruh olahraga yang ada di sekolah, konseli ikuti kecuali bola
kaki karena menurut konseli permainan bola kaki hanyalah untuk laki-laki. Ketika
MTsN, konseli pernah menjabat sebagai bendahara OSIS dan mengikuti kegiatan
pramuka. Ketika SMA, konseli juga aktif dikegiatan OSIS dengan menjabat
sebagai sekretaris OSIS.

Ketika kelas dua SMA, konseli pernah ada pengalaman dengan konseling
yaitu ketika konseli dipanggil keruangan BK. Alasannya karena ada pengaduan
dari junior konseli di SMA tersebut bahwa ia dimarah-marahi oleh konseli. Alasan
konseli memarahi juniornya itu karena konseli tidak terima karena merasa bahwa
juniornya itu dengan sengaja meludahi konseli sehingga membuat konseli marah.

F. Deskripsi tentang konseli selama interview

Pada saat konseling, konseli menggunakan kemeja berawarna putih, rok hitam
serta jilab berwarna putih. Proses konseling dilakukan disebuah café didaerah
Lubuk Begalung, Padang. Konseli memiliki tinggi 164cm dan berat badan 47 kg.
konseli memiliki kulit yang putih dan juga hidung yang mancung.

Pada saat konseling berlangsung, sekitar dua jam, konseli terlihat cukup rileks
dan sesekali bercanda dengan konselor dengan tujuan mengusir rasa bosan.
Konseli juga menunjukkan sikap senangnya terhadap konseling yang diberikan
kepadanya. Konseli terlihat antusias dalam menceritakan keluarganya. Pada saat
bercerita tentang masalahnya, sesekali konseli tampak sedikit cemberut dan
sedikit murung.
Dua jam melakukan konseling, konselor merasa bahwa konseling yang ia
berikan lancar tanpa ada gangguan apapun. Konseli juga tampak terbuka terhadap
masalah yang tengah ia hadapi, dan konseli juga tampak serius dalam melakukan
konseling.

Menurut konselor, cara berpikir konseli sangat logis. Beberapa hal yang ia
ceritakan sempat diperlihatkan buktinya kepada konselor, misalnya seperti
percakapannya dengan beberapa laki-laki yang tengah mendekati konseli.

G. Riwayat dan rekomendasi

Mengingat hubungan yang baik antara konseli dengan keluarga konseli, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungannya antara masalah yang dihadapi
konseli dengan riwayat hidupnya. Model konseling yang cocok digunakan adalah
listening, yaitu prosedur psikologis yang lebih kompleks dan melibatkan
penafsiran serta pemahaman pentingnya pengalaman sensori.

H. Definisi masalah

Konseli mulai menceritakan masalahnya dari masalah umum hingga khusus.


Konseli memulainya dengan bahasan yang ringan-ringan terlebih dahulu. Konseli
tampak tenang dan serius dalam melakukan konseling.

Ketika ada masalah lain yang muncul pada saat konseling, konseli
menyelesaikan masalah yang muncul tersebut terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan lagi kepermasalahan. Misalnya seperti hubungan baik yang dimiliki
pasangan konseli terdahulu dengan keluarga konseli
I. Komponen-komponen masalah

Konseli merasa takut ketika ada laki-laki yang menekatinya, alasannya


karena dahulu konseli memiliki pengalaman yang tidak baik dengan pasangan.
Konseli juga merasa marah kepada teman SMA konseli yang pernah
mendekati konseli tanpa adanya kepastian selama sembilan bulan hingga
akhirnya memutuskan untuk pergi.

Konseli meyakini bahwa kesendiriannya saat ini tidaklah merupakan


hal yang buruk, karena bagi konseli hidupnya saat ini telah banyak warna
dengan banyak sahabat serta keluarga yang menyayanginya. Konseli juga
yakin bahwa ketika telah menemukan orang yang tepat, dengan sendirinya
pintu hati konseli akan terbuka tanpa diminta.

Dengan pengalaman yang tidak menyenangkan yang konseli terima


dimasa lalu, konseli merasa tidak ada efek tertentu terhadap kehidupannya saat
ini. Buktinya, konseli dahulu memiliki masalah percintaan dengan lawan
jenisnya, saat ini konseli tidak merasa takut untuk berteman dengan laki-laki
bahkan saat ini konseli memiliki sahabat laki-laki yang terbilang cukup
banyak.

J. Pola peristiwa

Masalah terjadi pada tahun 2016 ketika konseli memutuskan untuk


tidak berhubungan lagi dengan pasangan konseli saat itu yang telah konseli
pacari selama lima tahun lamanya. Bagi konseli ada hal-hal yang sudah tidak
bisa ditolerir lagi sehingga memutukan untuk mengakhiri percintaannya saat
itu. Pada tahun 2017, ketika konseli mencoba membuka hati untuk teman
SMA konseli, konseli malah merasa disakiti untuk yang kedua kalinya karena
teman SMA konseli tersebut telah meninggalkan konseli setelah sembilan
bulan mereka intens berkomunikasi layaknya pasangan kekasih.
Sebelum masalah itu terjadi, hidup konseli bisa dikatakan aman dan
damai karena memiliki orang-orang yang menyayangi konseli. Setelah
masalah itu terjadi, konseli merasa takut untuk menjalin hubungan dengan
lawan jenis karena menurut konseli apa yang terjadi dulu telah membuatnya
berpikir berkali-kali untuk percaya dengan laki-laki selain ayah konseli.

Ketika konseli berkumpul bersama orang-orang yang konseli sayangi,


konseli merasa tidak ada masalah yang konseli hadapi. Selain itu, konseli juga
memiliki hobi jalan-jaalan, menurut konseli jalan-jalan dapat membuat konseli
tenang, membuat otak lebih fresh dan menghilangkan sejenak masalah yang
konseli hadapi.

Konseli memiliki orang tua yang begitu peduli dengan konseli. Orang
tua konseli memiliki hubungan baik dengan L yang merupakan mantan pacar
konseli yang dahulunya mereka berpacaran selama lima tahun. Konseli merasa
sedih ketika orang tua konseli menanyakan seputar hubungan konseli dengan
L. Seperti mengorek luka lama, konseli merasa perjuangannya selama lima
tahun menjaga hubungannya dengan L sia-sia.

K. Lamanya/durasi masalah

Masalah ini sudah terjadi dari tahun 2016, ditambah lagi pada tahun
2017 ketika teman SMA konseli memutuskan untuk pergi meninggalkan
konseli. Bisa dikatakan bahwa masalah telah ada sejak dua tahun terakhir.

Masalah (ketakutan) ini sering terjadi, apalagi akhir-akhir ini banyak


laki-laki yang mencoba untuk mendekati konseli. Konseli merasa kehadiran
orang-orang baru tersebut seperti mengundang luka lama yang telah konseli
lupakan.

Konseli merasa perlu dibutuhkan adanya konseling karena konseli


merasa disisi lain ia membutuhkan kehadiran laki-laki yang mampu untuk
menjaga dan melindungi konseli. Konseli juga ingin membangun hubungan
yang serius serta dapat berjuang bersama-sama dengan pasangannya kelak
dalam meraih cita-cita masing-masing, namun konseli sering dihantui oleh
rasa takut yang konseli ciptakan sendiri.

L. Keterampilan coping klien

Menurut konselor, konseli memiliki hubungan sosial yang bagus,


sehingga pada saat konseling tidak ada rasa yang tidak mengenakkan. Selain
itu, konseli memiliki pembawaan yang baik serta dapat menempatkan bahasa
yang sesuai dengan keadaan sehingga tidak ada masalah dalam komunikasi
selama proses konseling.

Menurut konselor, konseli merupakan orang yang open minded.


Selama proses konseling, konseli tampak serius dalam menjalaninya dan
tampaknya konseli memiliki harapan yang besar untuk perubahan konseli
kearah yang lebih baik.

Cara konseli sukses dalam mengatasi masalahnya salah satunya adalah


dengan cara berani mencari titik masalah dan berusaha untuk memperbaiki
masalah tersebut. Salah satu usaha konseli untuk memperbaiki masalahnya
yaitu dengan mendatangi konselor dan meminta untuk dilakukan konseling.

Konselor menilai konseli merupakan orang yang positif, hanya saja


ketika konseli memiliki masalah, konseli membutuhkan orang lain untuk
menjembatani masalahnya tersebut. Dalam hal ini konseli membutuhkan
konselor untuk menyelesaikan masalahnya. Selain itu, konseli yang memiliki
hubungan yang baik dengan anggota keluarganya juga membutuhkan
dukungan keluarga supaya dapat menyelesaikan masalah konseli.

Konselor menilai konseli merupakan orang yang taat dalam


menjalankan perintah agamanya, buktinya yaitu dengan cara berpakaian
konseli yang mennutupi seluruh tubuhnya ketika kaluar rumah serta setiap ada
waktu luang konseli selalu menyempatkan untuk sholat berjamaah di masjid
dekat tempat tinggal konseli. Dengan pendekatan agama, konselor meyakini
bahwa konseli akan dapat membantu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai