Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN METODE INTERVENSI KOGNITIF

“FUNCTIONAL ANALYSIS”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Intervensi Kognitif

DISUSUN OLEH :
Ardelia Clarissa Alzena (2110322040)
Indah Hasanah Putri Muslimah (2110322020)
Nafta Dillafihen (2110322046)
Syarifa Diyana (2110322018)
Tamado Nasywa Pasaribu (2110322013)

DOSEN PENGAMPU
Nila Anggreiny, M.Psi, Psikolog.
Amatul Firdausa Nasa, M.Psi, Psikolog.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
1. Identitas Klien
1.1 Identitas
Nama :X
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20 tahun 6 bulan
Pendidikan : Mahasiswa
Kedudukan dalam keluarga : Anak ke-1 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang
Alamat rumah : Padang Timur

1.2 Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama M H

Usia 52 tahun 48 tahun

Pendidikan SMP SMA

Pekerjaan Dagang Ibu rumah tangga

Suku bangsa Minang Minang

Agama Islam Islam

Usia ketika menikah 31 tahun 28 tahun

Alamat tempat tinggal

1.3 Identitas Saudara Kandung

No. Nama L/P Usia Pendidikan

1 X (Klien) P 20 Mahasiswa

2 S P 18 Mahasiswa

3 M L 11 Kelas 1 SMP

1
2. Anamnesa
X merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. X memiliki dua orang
adik, dengan jarak kelahiran dengan adik kedua yang cukup pendek, yakni
dua setengah tahun. X kecil merupakan anak yang sering mempertanyakan
banyak hal. Akan tetapi, X kecil sering kali tidak mendapatkan jawaban atas
pertanyaannya karena mungkin saja orang tuanya yang kebingungan
menjawab banyaknya pertanyaan yang dilontarkan X. Saat memasuki usia
sekolah, X mengalami beberapa kesulitan dalam mengerjakan beberapa tugas
yang diberikan. X kecil sering iri kepada teman-temannya yang memiliki
orang tua atau kakak yang bisa ditanyakan mengenai pelajarannya di sekolah,
sedangkan X harus mengerjakannya sendiri, karena tidak ada orang lain yang
dapat membantunya dalam mengerjakan tugas sekolahnya di rumah.
Sehingga X tumbuh menjadi anak yang mandiri dan cenderung tidak terbuka
atas permasalahan yang dihadapinya kepada orang lain. Selain itu, X tumbuh
dalam pengasuhan yang cukup keras, X sering kali dimarahi karena
melakukan berbagai kesalahan di rumah, seperti memecahkan jam tangan,
memecahkan mangkok, menumpahkan sesuatu, dan lain sebagainya.
Ketika X duduk di bangku TK, X merupakan salah satu siswa yang
cukup aktif di kelasnya. X senang sekali menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru di sekolah, menjadi pemimpin barisan, atau menjadi
pemimpin senam pagi sebelum masuk kelas. X juga sangat suka berbicara
dengan sahabatnya saat pelajaran berlangsung. Tak jarang, X mendapat
teguran dari gurunya karena sering ngobrol dan jalan kesana kemari saat
kelas berlangsung. X kecil saat itu juga mendapatkan label “MPO” atau
mencari perhatian orang oleh guru maupun orang-orang dewasa di sekitarnya
karena terlalu aktif di sekolah.
Saat memasuki bangku SD, X menjadi tidak se-aktif saat di bangku
TK. Saat X duduk di kelas 1, teman-temannya pernah menertawainya saat
menyanyikan lagu nasional di depan kelas. Saat kelas 1, 2, dan 3, X dijauhi
oleh teman-temannya. X sendiri tidak mengetahui sebab ia dijauhi oleh
teman-temannya saat itu. X mulai memiliki beberapa teman saat duduk di

2
kelas 3. X memiliki dua teman dekat saat itu, sebut saja si A dan si B, akan
tetapi X lebih dekat kepada si A. Teman-teman SD X menyebut X sebagai
antek-antek si A, karena di mana ada si A, pasti ada X. Ketika si A mengikuti
suatu kegiatan, X akan ikut, sebaliknya, ketika si A tidak mau mengikuti
suatu kegiatan, X juga tidak akan ikut, meskipun X sangat ingin ikut kegiatan
tersebut. X mengalami pubertas yang lebih cepat dibandingkan teman-teman
seusianya, sehingga pada saat X duduk di kelas 5 dan 6, X sudah memiliki
beberapa jerawat di bagian wajahnya yang menurunkan kepercayaan dirinya.
X sering kali mendapatkan ejekan mengenai wajahnya yang berjerawat dan
tubuhnya yang lebih bongsor daripada teman-temannya saat itu. Sejak saat
itu, X merasa minder karena tidak secantik teman-temannya dan tidak suka
berfoto karena tidak ingin melihat wajahnya dalam foto tersebut.
Beranjak ke bangku SMP, X masuk ke sekolah swasta di dekat
rumahnya. X tidak satu sekolah lagi dengan temannya, si A, karena ia lebih
memilih untuk melanjutkan ke sekolah negeri yang ada di kota. Saat duduk di
bangku SMP, X selalu mendapatkan juara kelas, dan sering kali mengikuti
perlombaan mewakili sekolahnya. Akan tetapi, lomba yang biasa X ikuti
tersebut adalah lomba-lomba yang tidak melibatkan penampilan di depan
umum, seperti lomba cipta puisi, cerdas cermat, ranking 1, dan lain
sebagainya. Pengalaman X dalam berbagai lomba, menjadikan X dekat
dengan guru sekaligus pelatih X dalam berbagai perlombaan.
Pada saat itu X mengikuti lomba cipta dan baca puisi, sehingga X juga
harus berlatih untuk membaca puisi. X sebenarnya tidak suka membaca puisi
karena harus tampil di muka umum. Ketika ia akan tampil ke depan, X
merasakan kegugupan yang berlebihan, sekujur badan X akan berkeringat
dingin dan bagian telapak tangan X akan mengeluarkan keringat yang
berlebih, jantung berdegup lebih kencang, tangan dan kaki bergetar, bahkan
X akan merasa mual. X beranggapan orang lain akan menganggap ia adalah
orang yang aneh ketika di depan umum. Saat itu, guru yang menjadi pelatih
X memiliki anak lain yang dilatih untuk cabang lomba yang berbeda. X
merasa dirinya susah untuk diajari karena seringkali membuat

3
kesalahan-kesalahan yang tidak sesuai dengan permintaan pelatih. X merasa
sedih karena ia tidak kunjung bisa, sedangkan anak lainnya merupakan
gambaran anak yang sempurna karena dapat menyerap apa yang diajarkan
oleh pelatih dengan baik dan memenuhi ekspektasi pelatih. Pelatih seringkali
membanding-bandingkan X dengan anak tersebut dan mungkin merasa lelah
untuk mengajari X karena tidak kunjung menunjukkan perubahan. Pelatih
juga sering membanggakan teman X di depan umum sebagai anak yang
berprestasi di bawah bimbingannya, hal tersebut membuat X iri, berkecil hati,
dan malu atas kekurangan yang X miliki dan tidak bisa menyamai
kemampuan teman X. X merasa ia tidak berbakat di bidang ini dan lebih
berbakat dalam kegiatan atau pekerjaan “di balik layar” meskipun prestasi
yang X miliki di bidang ini pun belum terlalu signifikan.
X juga sering menjadi MC bahasa Inggris di berbagai kegiatan di
dalam maupun luar sekolah. Sebenarnya, X tidak tertarik untuk mengikuti
acara tersebut karena rasa gugup yang dimiliki X. Akan tetapi, X merasa
segan dan tidak enak hati untuk menolak permintaan guru X tersebut. Saat
itu, pelatih X mengharuskan X untuk dapat menghafal teks MC, sehingga
MC dilakukan dengan tanpa teks. Akan tetapi, X sering kali mengalami
kesalahan saat menjadi MC, seperti lupa urutan kata sambutan, sehingga X
harus membayar denda, sebanyak 1 buku isi 100 untuk 1 kesalahan. X pernah
membayar 5 buku isi 100, karena telah membuat 5 kesalahan saat menjadi
MC pada saat itu.
X lulus SMP dan X pun mulai bersekolah di SMA negeri di kota X.
Pada saat SMA, X tidak lagi berminat dan tidak mau lagi untuk mengikuti
kegiatan maupun perlombaan yang berkaitan dengan penampilan di depan
umum. X merasa karena tidak ada lagi guru atau pelatihnya tersebut,
sehingga ia bisa mengikuti kata hatinya tanpa adanya rasa rasa bersalah
kepadanya. X menjadi lebih fokus pada akademiknya dan tetap mengikuti
perlombaan yang benar-benar diminatinya, seperti cipta puisi, walaupun ia
tidak mengikuti lomba se sering saat ia duduk di bangku SMP dulu. Saat di
kelas, X juga menjadi anak yang cukup pasif di kelas, karena tidak berani

4
untuk menyampaikan pendapatnya walaupun ia mengetahui jawaban atas
pertanyaan gurunya tersebut. Namun X memiliki prestasi akademik cukup
baik hingga tamat SMA dan memiliki banyak teman. X tidak terlalu sering
bahkan tidak ingin lagi berhubungan dengan guru dan pelatihnya semasa
SMP tersebut, karena merasa tidak banyak dari diri X yang bisa dibanggakan,
karena tidak se-aktif dahulu, berbeda dengan teman satu pelatih dengan X
yang terus bersinar dan berprestasi hingga saat ini. Prestasi akademik menjadi
satu-satunya yang bisa X banggakan dari dirinya meskipun bukan suatu
prestasi yang sangat membanggakan.
Memasuki dunia perkuliahan, X tidak mengalami banyak perubahan
semenjak SMA. Perkuliahan yang menuntut X untuk aktif di kelas karena
adanya perbedaan sistem pembelajaran tetap menjadikan X sebagai
mahasiswa yang cukup pasif di kelas. X jarang sekali berani mengungkapkan
pendapatnya di kelas atau pun menjawab pertanyaan dari dosen, meskipun ia
mengetahui jawaban yang benar. X takut untuk bertanya maupun
memberikan tanggapan di kelas karena takut dianggap hanya melontarkan
pertanyaan bodoh yang seharusnya jawabannya dapat dicari sendiri. X pun
lebih memilih mencari tahu sesuatu hal yang tidak diketahui sendiri, daripada
bertanya kepada orang lain karena X sering kali tidak mendapatkan jawaban
yang ia cari atau takut tidak ditanggapi oleh orang lain. X juga masih sangat
gugup saat melakukan presentasi di depan kelas dan seringkali berbelit dalam
menjelaskan sesuatu di depan kelas. Namun, X memberanikan dirinya untuk
mengikuti beberapa organisasi di kampus. Akan tetapi rasa cemas saat tampil
di depan umum atau menjadi pusat perhatian masih menjadi ketakutannya.
Selain itu, X juga cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain di
depan umum dan juga dengan orang asing di sekitarnya.

3. Observasi
Wawancara dilakukan sebanyak satu kali. Selama wawancara
berlangsung, X dapat memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan

5
pertanyaan yang diajukan. Saat bercerita tentang dirinya semasa di sekolah,
X cukup terbuka. X menceritakan kisahnya dengan cukup detail.
Ketika berbicara, terlihat bahwa X cenderung menghindari kontak
mata. X seringkali melihat ke arah atas ketika berpikir dan melihat ke arah
sekitar ketika menjelaskan. Selain itu, X juga cenderung menggerakkan
badan ketika berbicara. Beberapa kali X terlihat memainkan pulpennya dan
menggerak-gerakkan kakinya. X juga sempat berpindah-pindah tempat
duduk.

4. Analisis Fungsi

Antecedent Beliefs Consequences

Situasi yang Pemikiran-pemikiran Perasaan gugup,


mengharuskan X seperti “Saya tidak cemas, dan takut saat
tampil di depan mampu tampil di depan tampil depan umum
umum atau menjadi umum dengan baik” sehingga cenderung
pusat perhatian dan menghindar
“Saya memiliki banyak
kekurangan
dibandingkan orang
lain”

6
5. Model Kognitif

7
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai