Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR

STUDI KASUS PERMASALAHAN PESERTA DIDIK YANG KESULITAN


BERSOSIALISASI DENGAN TEMAN SEBAYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang Diampu oleh
Dosen Dr. Naharus Surur, M. Pd.

Nama : Aqilah Abdillah Haqqi


NIM : K5418015
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2020
STUDI KASUS PERMASALAHAN PESERTA DIDIK YANG KESULITAN
BERSOSIALISASI DENGAN TEMAN SEBAYA

IDENTIFIKASI MASALAH

Subyek kasus merupakan anak tunggal (sebut saja X) yang saat ini tinggal bersama kedua
orang tuanya, situasi lingkungan keluarga tidak terlalu ramai karena di rumahnya hanya ada ayah
dan ibu. Ayah X bekerja sebagai sebagai karyawan swasta sedangkan Ibu X hanya seorang ibu
rumah tangga yang mengurus rumah dan warung sembako di depan rumahnya. Kehidupan
keluarga subjek kasus cukup harmonis karena tidak pernah terjadi perselisihan yang serius dan
tidak menimbulkan masalah yang besar. Subyek kasus termasuk anak yang suka bermain sendiri
di rumah, ia tidak terbiasa bermain dengan tetangga atau teman di sekitar tempat tinggalnya.
Sedangkan di sekolah X termasuk anak yang pendiam, suka menyendiri dan tidak mempunyai
teman. Sehingga jarang sekali teman sekelasnya bermain dengan X. Menurut guru dan temannya
X sering memisahkan diri pada saat belajar kelompok dan kalau ditanya alasannya malu dan takut
salah.

ANALISIS DATA/INFORMASI

Guru Bimbingan dan Konseling mengumpulkan informasi data-data Si X yang dijadikan


subjek kasus seperti catatan kasus, raport dan laporan dari guru-guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Setelah itu, melakukan observasi terhadap perilaku-perilaku Si X ketika berada di
dalam maupun di luar kelas serta menyebarkan lembar sosiometri untuk melihat sejauh mana
perkembangan kesulitan bersosialisasi peserta didik dengan teman sebaya.

SINTESIS

Berdasarkan data yang terkumpul maka dapat ditetapkan bahwa factor penyebab subyek
Si X mengenai kasusnya kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya adalah adanya kesulitan
berteman di lingkungan sekitar tempat tinggal dikarenakan tidak terbiasa bergaul dengan teman
sebayanya, adanya perasaan malu dan takut salah pada saat belajar kelompok, tidak adanya teman
sekelas yang mau bermain dengan Si X dikarenakan Si X pendiam dan bersikap cuek. Karakteristik
Si X yang kesulitan bersosialisasi dikarenakan adanya perasaan malu dan takut tidak diterima oleh
temannya serta lebih senang menyendiri. Rendahnya kemampuan berkomunikasi dan menjalin
hubungan sosial dapat di lihat ketika jam istrahat, subjek kasus lebih senang menyendiri di dalam
kelas maupun diluar kelas. Penyebab kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya yaitu : kurang
berkomunikasi dengan teman, suka menyendiri, dan juga kurangnya minat dalan bergaul dengan
orang lain.

DIAGNOSIS

Diagnosis adalah langkah untuk mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari
masalah yang sedang dihadapi oleh subyek kasus. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi
maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab Si X kesulitan bersosialisasi dengan
teman sebaya yaitu:

 Faktor internal
1. Psikologis meliputi :intelegensi, kematangan, minat, motivasi, dan emosi
2. Fisiologis meliputi : keadaan jasmani subyek kasus berupa kesehatan.
 Faktor eksternal
1. Keluarga berupa hubungan orang tua dengan anaknya
2. Cara mendidik anak, suasana rumah, dan keadaan social ekonomi, sekolah, dan
masyarakat.
3. Sekolah berupa interaksi guru dengan murid, cara penyajian materi, hubungan antar
murid.
4. Masyarakat berupa teman sebaya di luar sekolah, lingkungan tempat tinggal

PROGNOSIS

Prediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang


dihadapi Si X tidak segera mendapat bantuan, diantaranya:

 Dengan kepribadiannya yang sulit untuk membangun social dengan teman sebayanya
maka nantinya Si X akan memiliki ego yang tinggi dalam dirinya. Ego yang cukup tinggi
dapat menyebabkan seseorang akan sulit untuk bisa berubah. Selain itu, sikap anti sosial
akan membuat seseorang akan sering memaksakan kehendaknya kepada orang lain tanpa
memperdulikan pendapat dari orang lainnya.
 Si X akan tidak bersikap dominan, maksudnya jika biasanya orang orang akan berlomba
untuk bisa menjadi yang nomor satu di dalam apapun. Namun bagi orang yang memiliki
sikap social yang rendah atau malah anti sosial, tidak pernah ingin menjadi nomor satu di
dalam kehidupannya. Mereka menjauhi sikap dominan dan lebih memilih menjadi
penonton saja tanpa harus terlibat di dalamnya.

TREATMENT

Pelaksanaan ini tentu akan banyak memakan waktu, proses yang kontinu, dan sistemasis,
serta memerlukan pengamatan yang cermat. Upaya untuk melaksanakan perbaikan atau
penyembuhan atas masalah yang dihadapi Si X. Langkah-langkah yang diambil, anatara lain:

1. Membangun hubungan baik Si X dengan cara Guru BK menampilkan diri sebagai orang
yang dapat memahami dan menerima diri Si X apa adanya, baik dalam bentuk verbal
maupun non verbal agar Si X mau terbuka dalam permasalahannya. Memberikan
penjelasan tujuan dan pelaksanaan konseling terkait dengan masalah yang dialami serta
melakukan perjanjian yang dilakukan Guru BK dan Si X agar pelaksanaan treatment
berdasarkan keikhlasan Si X. Pada langkah awal ini Si X diberikan pandangan dan
mengamati temannya yang berhasil dalam bermain dan bergaul. Temannya tidak merasa
malu bermain dengan teman-temannya.
2. Si X diajak untuk mengamati temannya yang lain dan merupakan teman yang terfavorit.
Kemudian Si X diminta untuk menilai perilaku temannya dan berpikir apa yang akan
terjadi jika Si X tetap berperilaku seperti ini. Si X diajak untuk bermain peran yang
didalamnya Si X mendapatkan peran utama. Contoh menjadi guru, dan teman-temannya
menjadi murid. Si X mulai memahami arahan dari Guru BK dan mulai melaksanakan dan
menjalankan arahan dari Guru BK agar tidak bersikap suka menyendiri dan pendiam.
3. Diharapkan Si X mulai mencontoh temannya. Si X diminta merumuskan rencana-rencana
untuk menghilangkan permasalahan yang dihadapi. Kemudian Si X berlatih mengubah
sikapnya dengan Guru BK mengajak Si X untuk bermain bersama dengan teman-
temannya. Setelah Si X melaksanakan hal tersebut, Guru BK memberikan penguatan
positif kepada Si X agar Si X lebih percaya diri.
4. Langkah terakhir Guru BK masih bertindak dalam memberikan penguatan positif dan
informasi kepada Si X bahwa pentingnya bersosialisasi dengan teman sebaya. Pada
langkah ini Si X juga dibimbing untuk memahami bahwa kurangnya bersosialisasi akan
memberikan dampak negatif bagi dirinya. Guru BK memberikan pemahaman tentang
pentingnya hubungan sosial dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
memotivasi Si X untuk dapat menghilangkan perasaan malu dan berkomunikasi dengan
teman-temannya. Serta memperbanyak kegiatan kelompok agar Si X terbiasa untuk
berkomunikasi dan berani berpendapat agar perasaan malu dan takut Si X dapat teratasi.

FOLLOW UP/TINDAK LANJUT

Pengamatan dan pemberian penguatan positif diberikan oleh Guru BK kepada Si X secara
terus-menerus, pada penguatan ini diperlukan pula adanya kerja sama antara guru bimbingan dan
konseling di sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang tua Si X. Diharapkan Si X dapat
memahami dan menyadari pentingnya bersosialisasi, mampu untuk berbaur dan berkomunikasi
dengan teman-temannya, lebih bersifat terbuka dan menjalin komunikasi dengan baik dengan
orangtua agar tetap terjaga hubungan antara anak dan orangtua, tetap menjalankan alternatif
bantuan yang sudah diberikan. Serta tetap berusaha menjalin komunikasi dengan orang lain dan
saling menghargai orang lain dan terus mempertahankan dan meningkatkan perubahan yang positif
yang sudah dilakukan dan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan lebih bisa bersifat
terbuka dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai