Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS

PERMASALAHAN PERESTA DIDIK DI BIDANG SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Dan Konseling Yang Diampu Oleh

Dr. Naharus Surur, M.Pd.

Disusun Oleh:

Nama : Indri Santika

NIM : K5418039

Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
STUDI KASUS

➢ Permasalahan anak di bidang sosial : Siswa yang dikucilkan oleh teman sebayanya
A. IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok
anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial. Masalah sosial selalu erat
kaitannya dengan hubungan antar sesama individu. Adanya perbedaan pada diri individu yang sulit
diterima oleh orang-orang disekitarya menyebabkan munculnya permasalahan sosial. Meskipun
terdapat istilah bahwa kita sebagai manusia harus mampu menghargai perbedaan, namun dalam
hal ini, permasalahan sosial timbul karena adanya perbedaan dalam suatu individu yang kurang
dapat diterima oleh orang lain karena dianggap meresahkan atau mengganggu. Permasalahan
sosial yang ada pada peserta didik dalam bidang sosial di sini contohnya adalah anak yang
dikucilkan dari teman sebayanya. Anak yang dikucilkan dalam pergaulan biasanya memiliki
masalah yang memang sulit diterima oleh teman-temannya, atau dalam kasus lain, anak tersebut
sering membuat masalah yang membuat teman sebayanya enggan untuk menemaninya dan
akhirnya anak tersebut lebih sering menyendiri. Meskipun beberapa anak mau mendekatinya untuk
berinteraksi secara normal, namun mereka juga sedikit jarak dengan anak tersebut karena tidak
mau dianggap terlibat dalam permasalahan yang dialami oleh anak tersebut. Adanya masalah yang
bisa dianggap serius pada anak tersebut telah membuatnya dikucilkan bahkan tidak memiliki
teman dekat sedikitpun, melainkan hanya beberapa teman yang sekedar mengajaknya berbicara.

B. ANALISIS DATA

Identitas peserta didik

Nama :H

Jenis kelamin : Laki-laki

TTL : Kebumen, 7 Juli 2004

Kelas : X

Agama : Islam
Hobi : Bermusik

Cita-cita : Guru Seni Musik

Alamat : Gombong

Data Orang Tua

Ayah :A

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Ibu :R

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

C. SINTESIS

Berdasarkan identifikasi dan analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peserta didik dengan
inisial nama H memiliki permasalahan sosial dalam hal berinteraksi dengan teman sebayanya.
Dengan mengetahui hobinya yaitu bermain musik, biasanya peserta didik H juga memiliki
kepribadian yang lebih suka menyendiri dan menyukai ketenangan. Namun dari identifikasi
masalah diketahui bahwa peserta didik H dijauhi oleh pergaulan sebayanya atau dikucilkan oleh
teman sebayanya. Namun ia juga selalu berusaha untuk mendekati teman laki-lakinya meskipun
mereka juga terkadang enggan untuk bermain bersama. Hal ini tentu menjadi masalah lain, bukan
lagi tentang anak yang suka menyendiri, melainkan anak yang memiliki kepribadian atau
kebiasaan yang berbeda dengan teman lainnya sehingga mereka dijauhi oleh teman sebayanya.
Diketahui juga bahwa peserta didik H kurang suka dengan teman-teman perempuannya.

D. DIAGNOSIS

Pada tahap diagnosis, dilakukan langkah-langkah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab


permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang menjadi bahan studi kasus. Melalui data yang
telah dikumpulkan, faktor-faktor penyebab masalah yang dialami oleh peserta didik dengan inisial
nama H adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
• Mulai tumbuh perasaan suka pada diri peserta didik tersebut. Namun rasa suka yang ada
pada anak tersebut sedikit aneh daripada anak pada umumnya. Anak tersebut tidak
menaruh suka pada anak perempuan melainkan pada anak laki-laki (anak sesama jenis)
sehingga hal tersebut dianggap aneh bagi teman-teman sebayanya yang telah mengetahui
hal tersebut.
• Munculnya perasaan tidak suka terhadap anak perempuan tanpa alasan yang jelas membuat
siswa perempuan di kelasnya juga enggan berteman dengannya. Terkadang anak tersebut
berperilaku seolah-olah tidak suka dengan anak perempuan terutama yang berparas cantik.
• Hanya mau berteman dan mendekati teman laki-laki di kelasnya terutama yang berparas
tampan serta memiliki kelakuan tidak seperti anak laki-laki pada umumnya.
• Munculnya perasaan suka terhadap anak laki-laki sehingga membuatnya dianggap tidak
wajar baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
2. Faktor eksternal
• Kondisi di lingkungannya dimana tempat ia bermain mungkin lebih sering bersama anak
perempuan sehingga membuatnya memiliki kepribadian seperti teman-teman bermainnya
dan sampai memiliki perasaan yang sama seperti anak perempuan di lingkungannya yaitu
mengangumi seorang laki-laki.
• Kurangnya bimbingan dari lingkungan keluarga dan sekolah sewaktu ia masih anak-anak
dalam hal pergaulan membuatnya melenceng dalam hal berinteraksi atau bergaul yang baik
dan benar.
E. PROGNOSIS

Merupakan tahap untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, baik


setelah mendapat bantuan maupun jika tidak mendapat bantuan penyelesaian.

1. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, hal yang mungkin terjadi adalah, anak
tersebut akan semakin dikucilkan dari pergaulan teman-temannya baik oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Apabila masalah ini telah diketahui sampai lintas angkatan,
maka akan semakin banyak anak yang menganggapnya tidak wajar dan menjaga jarak
dengan anak tersebut. Akan lebih parah lagi apabila masalah tersebut diketahui oleh
lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan membuat masyarakat disekitarnya ikut
menganggapnya aneh dan juga mengasingkannya.]
2. Apabila masalah tersebut segera diatasi, maka interaksi sosialnya dengan teman-teman
sebayanya dapat berjalan seperti anak normal pada umumnya. Ia tidak perlu membenci
maupun di kucilkan oleh teman-teman perempuan dan laki-laki di sekolahnya. Selain itu,
ia juga bisa terarahkan untuk mengetahui bagaimana menggendalikan perasaan suka yang
wajar, dimana anak laki-laki seharusnya menyukai perempuan, bukan menyukai sesama
jenis.
F. TREATMENT

Upaya yang harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling terhadap anak tersebut adalah
dengan segera memberikan bimbingan agar masalah tersebut tidak kian meluas. Guru bimbingan
dan konseling dapat memberikan bimbingan, arahan, dan pengetahuan mengenai interaksi yang
baik dan benar serta bagiamana cara mengendalikan rasa suka yang baik dan benar. Guru
bimbingan dan konseling juga bisa menyarankan anak tersebut untuk memulai berteman dengan
anak perempuan dan berperilaku terhadap anak laki-laki sewajarnya. Anak tersebut bisa diarahkan
atau disarankan untuk berteman dengan anak perempuan yang memiliki jiwa sosial tinggi di
sekolah tersebut dimana ia tidak memilih dalam berteman sehingga ia dapat berteman dengan anak
yang bermasalah dalam pergaulan tersebut. Guru bimbingan dan konseling juga secara perlahan
dapat menghilangkan naluri suka yang berlebihan pada anak tersebut terhadap anak laki-laki
dengan memberikan pengertian secara halus dan juga bisa mengkaitkannya dengan nilai-nilai yang
mengatur sesuai dengan agamanya. Hobinya dalam bermusik bisa diarahkan untuk membantunya
melupakan perasaan suka pada anak laki-laki misalnya dengan sering memainkan musik yang
bercerita tentang wanita.

G. FOLLOW UP

Demi tercapainya penyelesaian masalah yang maksimal, guru bimbingan dan konseling dapat
terus memantau perkembangan anak tersebut dan tidak harus selalu melalui bimbingan secara tatap
muka. Guru bimbingan dan konseling bisa memantau perkembangan anak tersebut melalui media
online seperti whatsapp atau lainnya. Guru bimbingan dan konseling juga bisa mengarahkan atau
menyarankan akan hal-hal baru yang bisa membantunya untuk menghilangkan perasaan suka
sesama jenis misalnya membantunya mengenai bagaimana memulai percakapan yang baik dan
benar dengan teman perempuan, dan bagaiman memulai percakapan yang wajar dengan teman
laki-laki. Guru bimbingan dan konseling juga harus bekerja sama dengan orang tua anak tersebut
karena merekalah yang dapat mengawasi dan mengarahkan pergaulan anak tersebut pada
lingkungan masyarakat sekitarnya sehingga kerja sama antara guru bimbingan dan konseling
merupakan faktor yang penting. Selain itu, guru bimbingan dan konseling juga bisa bekerja sama
dengan anak perempuan yang menjadi teman bermain anak tersebut untuk membantunya bersikap
seperti laki-laki pada umumnya dan berhenti mengikuti kepribadian teman perempuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai